28 seorang Notaris yang dituduh memberikan keterangan palsu dalam pembuatan
akta, namun kasus tersebut masih dalam proses pemeriksaan pengadilan dan belum diputus oleh hakim.
30
Walaupun demikian, beliau menyimpulkan bahwa Kinerja Notaris kota Surakarta berdasarkan hasil pengawasan oleh MPD Kota Surakarta, rata-
rata telah sesuai dengan UUJN, sedangkan untuk beberapa Notaris yang kurang tertib dalam pelaksanaan tugas jabatannya akan selalu diberikan
pembinaan dan penyuluhan oleh MPD Kota Surakarta.
31
Menurut ibu Umy Syamsiyah, S.H., selaku anggota MPD Kota Surakarta yang berasal dari unsur Pemerintah, pada intinya sependapat dengan
bapak Totok mengenai bentuk-bentuk pelanggaran Notaris, antara lain terdapat beberapa Notaris dalam pekerjaanya kurang rapi dibidang
administrasinya, akta yang dibuat oleh Notaris tersebut tidak dicatat dalam buku reportorium Notaris atau menggunakan nomor reportorium ganda,
mengenai klapper, banyak nama penghadap klapper yang tidak ditulis oleh Notaris, keberadaan Notaris yang tidak diketahui kedudukanalamat
kantornya, kantor Notaris yang sering tutup pada saat jam kerja, dan Notaris yang jarang berada dikantor sehingga sulit untuk menemuinya.
32
C. Hambatan yang Dihadapi MPD Kota Surakarta Dalam Melaksanakan
Pengawasan Notaris
30
Ibid.
31
Ibid.
32
Wawancara dilakukan dengan ibu Umy Syamsiyah, S.H., Loc. Cit.
29 Untuk mencapai sebuah praktik pembinaan dan pengawasan yang
ideal, pada prinsipnya pembinaan
33
dan pengawasan
34
sangat bergantung kepada bagaimana pembinaan dan pengawasan itu dijalankan. Dengan kata
lain, pelaksanaan pengawasan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan yang hendak dicapai melalui kegiatan tersebut. Oleh karena itu, langkah-
langkah yang diambil oleh Majelis Pengawas Notaris dalam melakukan pembinaan dan pengawasan haruslah dipikirkan secara cermat, dan teliti agar
tepat sasaran. Upaya-upaya yang akan dilakukan oleh MPD Kota Surakarta dalam
rangka pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris di Kota Surakarta, adalah
dengan menerapkan pengawasan yang bersifat preventif dan kuratif, yakni melakukan pencegahan terhadap terjadinya pelanggaran jabatan Notaris dan
melakukan pembinaan terhadap Notaris itu sendiri. Dalam melaksanakan pengawasan maupun pembinaan Notaris di
Kota Surakarta yang dilakukan oleh MPD Kota Surakarta, pelaksanaannya tidak selalu berjalan lancar sesuai apa yang diatur dalam UUJN, Permen,
maupun Kepmen tentang Pengawasan Notaris, adapun kendala-kendala yang harus dihadapi MPD Kota Surakarta dalam melaksanakan fungsi pengawasan
terhadap Notaris di Kota Surakarta, antara lain : 1.
Dalam hal sarana dan prasarana, MPD Kota Surakarta sampai saat ini belum memiliki kantor Sekretariatan yang tetap dan representatif.
33
Pembinaan : Usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2001, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Cet. 3 Edisi III, Jakarta : Balai Pustaka, hlm. 152.
34
Pengawasan : Penilikan dan pengarahan kebijakan, Op Cit, hlm. 79.
30 Sadangkan saat ini kantor sekertariatan MPD Kota Surakarta masih
menginduk pada Rumah Tahanan kelas I Surakarta. 2.
Keterbatasan waktu para anggota MPD Kota Surakarta yang terlalu sibuk dengan pekerjaan atau tugas pokok masing-masing unsur baik sebagai
Dosen, Notaris dan Pegawai Negeri di instansi terkait, sehingga hal tersebut juga akan menjadi hambatan berkenaan dengan pembagian waktu
antara profesi asal dengan kewajibannya sebagai anggota MPD Kota Surakarta.
3. Anggaran dari pemerintah untuk operasional MPD Kota Surakarta dalam
melaksanakan fungsi pengawasan dan pembinaannya belum mencukupi untuk menunjang kegiatan MPD. Dengan anggaran yang minim tersebut,
anggota MPD Kota Surakarta dalam melaksanakan tugas pengawasannya dilakukan secara sukarela.
4. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam melaporkan dugaan pelanggaran
Notaris karena keterbatasan akses. Hal ini dapat terlihat dari minimnya laporan masyarakat yang masuk di MPD Kota Surakarta.
35
5. Wilayah kerja MPD Kota Surakarta yang meliputi seluruh wilayah Kota
Surakarta yang sangat luas dan jumlah Notaris Kota Surakarta yang cukup banyak mencapai 75 Notaris, tidak sebanding dengan jumlah anggota
MPD yang hanya berjumlah 9 orang. Hal ini dapat menjadi kendala dalam pelaksanaan dan pengawasan Notaris.
36
35
Wawancara dilakukan dengan bapak Toto Susmono Hadi, S.H., M.H., Loc Cit.
36
Wawancara dilakukan dengan ibu Umy Syamsiyah, S.H., Loc. Cit.
31 6.
Kurangnya kesadaran hukum beberapa Notaris Kota Surakarta terutama ketidaktertiban
administratif dalam
mengirimkan laporan
bulan reportorium Notaris.
7. Tidak sedikit para anggota MPD Kota Surakarta yang berasal dari unsur
Pemerintah yang di mutasi, atau telah mendekati masa pensiun, sehingga dalam melaksanakan pemeriksaan Notaris tidak optimal.
8. Ketentuan dalam UUJN maupun peraturan perundang-undangan yang
tidak mengatur kewenangan MPD dalam pemberian sanksi terhadap Notaris yang melanggar jabatan Notaris mengakibatkan MPD terutama
MPD Kota Surakarta bak macan ompong. Hal ini membuat Notaris sedikit meremehkan dan tidak memiliki efek gentar terhadap institusi MPD.
37
Langkah-langkah yang dilakukan MPD Kota Surakarta untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut antara lain:
1. Sarana prasarana khusunya kantor sekretariatan MPD Kota Surakarta
untuk sementara waktu meminjam ruangan di salah satu sudut bangunan Rumah Tahanan kelas I Surakarta dan juga meminjam beberapa alat dari
Ikatan Notaris Indonesia INI. 2.
Pembuatan suatu komitmen atau kesepakatan berupa koordinasi dari para anggota MPD Kota Surakarta untuk meluangkan dan memilih waktu yang
tepat secara bersama-sama berkumpul melakukan pemeriksaan dan pengawasan Notaris.
38
3. Dengan keterbatasan anggaran dari pemerintah, maka para anggota MPD
Kota Surakarta menggunakan dana swadaya dari kantong masing-masing
37
Wawancara dilakukan dengan ibu Septarina Budiwati, S.H., M.H., Loc Cit.
38
Wawancara dilakukan dengan bapak Toto Susmono Hadi, S.H., M.H., Loc Cit.
32 secara sukarela untuk mendanai kegiatan pemeriksaan Notaris meskipun
ada sedikit tambahan anggaran dari pemerintah. 4.
memberikan sosialisasi dan membuka akses kepada masyarakat yang ingin melaporkan segala bentuk pelanggaran terhadap peraturan tentang
Notaris.
39
5. MPD Kota Surakarta dalam hal pemberian sanksi kepada Notaris yang
melanggar jabatan Notaris hanya dalam bentuk teguran lisan saja dan mencatatnya dalam berita acara pemeriksaan Notaris untuk selanjutnya
dilaporkan kepada Majelis Pengawas Wilayah MPW. 6.
Memberikan pembinaan dan penuluhan tentang perlunya kesadaran hukum bagi Notaris agar selalu taat dan patuh kepada UUJN maupun peraturan
perundang-undangan yang lain mengenai jabatan Notaris. 7.
Jika dalam pemeriksaan Notaris yang dilakukan MPD Kota Surakarta terdapat anggota yang tidak bisa hadir karena alasan tertentu, maka dapat
digantikan oleh anggota lain.
40
PENUTUP A.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan bahasan pada bab-bab sebelumnya, maka
dapatlah ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan pengawasan dan pembinaan Notaris yang dilakukan oleh
MPD Kota Surakarta antara lain:
39
Wawancara dilakukan dengan ibu Umy Syamsiyah, S.H., Loc. Cit.
40
Wawancara dilakukan dengan ibu Septarina Budiwati, S.H., M.H., Loc Cit.
33 a.
Melakukan kegiatan rutin berupa pemeriksaan protokol Notaris setiap 1 satu tahun sekali ke kantor-kantor Notaris se-Surakarta.
b. Pemeriksaan protokol Notaris yang dilakukan oleh MPD Kota
Surakarta tersebut dalam pelaksanaannya terbagi menjadi 3 tiga tim kecil, dimana masing-masing tim terdiri dari 3 tiga anggota yang
mewakili 3 tiga unsur. Hal ini bertujuan agar dalam pemeriksaan Notaris lebih efisien dan efektif sehingga akan berjalan dengan baik.
c. melakukan kegiatan pembinaan dan penyuluhan kepada para Notaris
Kota Surakarta agar dalam pelaksanaan tugas dan jabatannya dapat sesuai dengan UUJN maupun peraturan perundang-undangan yang lain
sehingga tidak merugikan Notaris sendiri maupun masyarakat pengguna jasa Notaris.
d. Memberikan persetujuanizin kepada penyidik, penuntut umum, atau
hakim, sehubungannya dengan kepentingan proses peradilan pidana untuk memanggil dan memeriksa Notaris Kota Surakarta berkaitan
dengan akta yang dibuatnya atau Protokol Notaris yang berada dalam penyimpanan Notaris serta mengambil fotokopi Minuta Akta dan atau
surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris.
e. Namun dengan adanya Putusan Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia Nomor 49PUU-X2012 pada tanggal 28 Maret 2013, tentang Pengujian Pasal 66 ayat 1, Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2004 tentang Jabatan Notaris, pemanggilan Notaris oleh penyidik, penuntut umum atau hakim untuk hadir dalam pemeriksaan yang
34 berkaitan dengan akta yang dibuatnya atau protokol notaris yang
berada dalam penyimpanan Notaris saat ini tidak perlu lagi harus meminta persetujuan dari Majelis Pengawas Daerah MPD.
f. Menerima laporanpengaduan dari masyarakat mengenai dugaan
Notaris melakukan pelanggaran terhadap UUJN. 2.
Kinerja Notaris Kota Surakarta berdasarkan hasil pengawasan Notaris yang dilakukan MPD Kota Surakarta antara lain sebagai berikut:
a. Masih terdapat beberapa Notaris Kota Surakarta yang kurang tertib
dalam pembuatan dan pelaporan protokol Notaris kepada MPD Kota Surakarta perbulan, seperti daftar jumlah pembuatan akta, daftar
jumlah surat dibawah tangan yang disahkan, daftar jumlah surat dibawah tangan yang dibukukan, daftar jumlah surat protes, daftar
jumlah nama penghadapklapper, daftar jumlah wasiat, dll yang wajib dilaporkan seorang Notaris kepada MPD di setiap bulannya.
b. beberapa Notaris dalam pekerjaanya kurang rapi dibidang
administrasinya, akta yang dibuat oleh Notaris tersebut tidak dicatat dalam buku reportorium Notaris atau menggunakan nomor reportorium
ganda, mengenai klapper, banyak nama penghadap klapper yang tidak ditulis oleh Notaris.
c. Keberadaan Notaris yang tidak diketahui kedudukanalamat kantornya,
kantor Notaris yang sering tutup pada saat jam kerja, dan Notaris yang jarang berada dikantor sehingga sulit untuk menemuinya.
3. Hambatan-hambatan yang dialami MPD Kota Surakarta dalam
melaksanakan pengawasan Notaris diwilayahnya antara lain:
35 a.
Kurangnya sarana dan prasarana yang memadai. b.
Keterbatasan waktu para anggota MPD Kota Surakarta yang terlalu sibuk dengan pekerjaan atau tugas pokok masing-masing.
c. Anggaran dari pemerintah yang terbatas.
d. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam melaporkan dugaan
pelanggaran Notaris karena keterbatasan akses. e.
Wilayah kerja MPD Kota Surakarta yang meliputi seluruh wilayah Kota Surakarta yang sangat luas dan jumlah Notaris Kota Surakarta
yang cukup banyak mencapai 75 Notaris f.
Kurangnya kesadaran hukum beberapa Notaris Kota Surakarta. g.
MPD tidak memiliki wewenang untuk menjatuhkan sanksi terhadap Notaris yang melanggar Undang-Undang Jabatan Notaris.
B. Saran