Pengaruh lingkungan sekolah terhadap siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas X Madrasah Aliyah (MA) Daarul Falahiyyah Kampung Panggang, Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tangerang

PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP SISWA
DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X
MADRASAH ALIYAH (MA) DAARUL FALAHIYYAH
KAMPUNG PANGGANG, KECAMATAN CISOKA,
KABUPATEN TANGERANG
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh
SITI MUNAWAROH
NIM : 1811013000024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA

2014


ABSTRAK
SITI MUNAWAROH NIM, 1811013000024. Judul skripsi “ Pengaruh
Lingkungan Sekolah Terhadap Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Kelas X” ( Studi di Madrasah Aliyah (MA) Daarul Falahiyyah Panggang, Cisoka,
Tangerang).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pengaruh lingkungan
sekolah terhadap siswa dalam pembelajaran bahasa indonesia pada siswa kelas X
Madrasah Aliyah (MA) Daarul Falahiyyah Panggang, Cisoka, Tangerang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode random
sampling (acak), yaitu dengan cara mengumpulkan data atau informasi tentang
keadaan yang apa adanya ketika penelitian dilakukan. Instrumen penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket, wawancara
dan observasi. Sedangkan yang menjadi populasi penelitian ini sebanyak 49
siswa.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pengaruh lingkungan
sekolah terhadap siswa (variable X) maka X2 hitung (2,95) < X2 tabel (7,81) berasal
dari populasi normal (baik), sedangkan pembelajaran bahasa Indonesia (Variabel
Y) X2 hitung (5,35) lebih kecil X2 tabel (7,81) berasal dari populasi normal (baik).
Jadi hasil pengaruh lingkungan sekolah terhadap siswa dalam pembelajaran

bahasa Indonesia dikategorikan pada korelasi yang lemah / rendah , karena pada
interval 0,00 sampai 0,20 artinya tidak ada korelasi antara dua variable penelitian.
Berdasarkan hasil uji thitung lebih kecil dari ttabel dengan demikian memiliki
pengaruh 17,64% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain 83,36%, baik
faktor internal maupun faktor eksternal yang dapat diketahui lebih lanjut.

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi allah SWT yang memberikan taufik, hidayah serta
inayah-Nya, sehingga skripsi ini dapat selesai pada waktunya.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Dengan pertolongan Allah SWT dan usaha yang sungguh-sungguh penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengaruh Lingkkungan Sekolah
Terhadap Siswa Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas X Madrasah
Aliyah (MA) Daarul Falahiyyah, Panggang, Cisoka, Tangerang “.
Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada:

1. Dra. Nurlela Rifa’I MA.Ph.D. Selaku Dekan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Dra. Hindun, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dona Aji Kurnia Putra, MA Selaku Sekretaris Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd, sebagai pembimbing yang telah
membimbing penulis dengan sepenuh hati, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. H. A. Uwes Al-Qurni S.Ag,M.Si, selaku Kepala Sekolah Madrasah Aliyah
(MA) Daarul Falahiyyah Panggang, Cisoka, Tangerang, yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
7. Guru-guru Daarul Falahiyyah yang selalu memberikan motovasi kepada
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
8. H. Mamik Sutrisna, suami tersayang yang telah memberikan dorongan dan

doa yang tulus sepenuh hati kepada sang istri untuk menyelesaikan skripsi ini.

ii

9. Ayahanda dan Ibunda tercinta, yang telah mengasuh, membesarkan, mendidik,
dan memberikan doa yang tulus dalam setiap helaan nafasnya.
10. Keluarga Besar Pondok pesantren Daarul Falahiyyah yang telah memberikan
dukungan moral untuk menyelesaikan skripsi ini.
11. Siswa kelas X Madrasah Aliyah (MA) Daarul Falahiyyah Panggang, Cisoka,
Tangerang, yang telah membantu dalam penelitian penulis.

Akhirnya, penulis hanya bisa berharap semoga tulisan ini bermanfaat,
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Dengan segala kerendahan
hati, penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan atau
kekeliruan dalam penulisan skripsi ini.
Jakarta, Juli 2014
Peneliti/penulis

Siti Munawaroh


iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
SURAT PERNYTAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK

..................................................................................................

i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii


BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 5
C. Pembatasan Masalah ........................................................................ 5
D. Perumusan Masalah ......................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
F. Manfaat Penelitisn............................................................................ 6
BAB II. KAJIAN TEORI
A. Lingkungan Sekolah................................. ....................................... 7
1. Pengertian Lingkungan Sekolah .................................................. 7
2. Tujuan Lingkungan Sekolah........................................................ 8
3. Fungsi Lingkungan Sekolah ....................................................... 9
4. Jenis – Jenis Lingkungan Belajar ................................................ 10
5. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia ................................ 13
6. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia ...................................... 14
7 Fungsi Guru dala Pembelajaran Bahasa Indonesia...................... 15
8. Pokok – Pokok Pikiran Untuk Pembelajaran Bahasa Indonesia . 17

iv


9. Kedudukan Bahasa Indonesia ...................................................... 18
B. Penelitian yang Relevan .................................................................. 21

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 23
B. Populasi dan Sampel ........................................................................ 23
C. Metodw Penelitian ........................................................................... 24
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 24
1. Angket dan Daftar Pertanyaan (Variabel X) ............................... 24
2. Observasi ..................................................................................... 25
3. Wawancara .................................................................................. 25
E. Teknik Analisis Data (Variabel X dan Veriabel Y) ......................... 26
F. Hipotesis Penelitian.......................................................................... 27
BAB IV. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN
A. Analisis Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Siswa
Bahasa Indonesia ............................................................................ 28
B. Analisis Data Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia .................... 35
C. Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Siswa
Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia ........................................... 41


BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 47
B. Saran ................................................................................................ 47

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 48
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

v

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK

41 Tabel 1. Distribusi frekuensi Variabel X .................................................... 30
4.2 Grafik 1 Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Siswa ........................ 30
4.3 Tabel 2 Distribusi Frekuensi untuk mencapai Mean, Median dan Modus 31
4.4 Tabel 3 Perhitungan Standar Deviasi ........................................................ 33
4.5 Tabel 4 Distribuusi Ekspektasi Observasi dan Ekspektasi ........................ 34
4.6 Tabel 5 Daftar frekuensi variabel X .......................................................... 36
4.7 Grafik 2 Histogram dan polygon dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia . 37

4.8 Tabel 6 Distribusi frekuensi untuk mencari Mean , Median dan Modus ... 37
4.9 Tabel 7 Perhitungan standar devisi ............................................................ 38
4.10 Tabel 8 Distribusi Frekuensi Observasi Dan Ekspektasi ........................ 39
4.11 Tabel 9 Uji Korelasi Antara Variabel X Dan Variabel Y ........................ 41

vi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Di Sekolah Madrasah
Aliyah (MA) Daarul Falahiyyah Panggang, Cisoka, Tangerang.
2. Struktur Organisasi Sekolah Madrasah Aliyah (MA) Daarul Falahiyyah
Panggang, Cisoka, Tangerang.
3. Angket Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Siswa
4. Angket Pembelajaran Bahasa Indonesia
5. Skor Pembelajaran Bahasa Indonesia (Variabel Y)
6. Sebaran Angket
7. Tabel Distribusi Normal

vii


1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan tidak mungkin terlepas dari pengaruh lingkungan,
sementara lingkungan terdiri dari gejala-gejala yang saling mempengaruhi.
Dalam psikologi field theory (teori medan)diasumsikan bahwa tingkah
laku dan atau proses-proses kognitif adalah suatu fungsi banyak variabel
yang adanya secara simulasi (serempak) dan suatu perubahan sesuatu dari
dalam mereka akan berakibat mengubah hasil keseluruhan. Pendapat ini
memfokuskan pada lingkungan yang memiliki daya kemampuan
memengaruhi individu manusia yang pada gilirannya akan memengaruhi
dalam tingkah laku dan atau proses-proses kognitif dalam pendidikan.
Pendidikan

adalah


upaya

yang

sengaja

untuk

membantu

pertumbuhan dan perkembangan murid. Untuk mewujudkan upaya itu,
proses belajar menjadi hal yang penting. Dalam pengertian ini merupakan
proses aktif belajar mengonstruksi baik teks, pengalaman fisis, dan lainlain. Belajar juga proses mengasimilasikan dan menghubungkan
pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah
dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan. Proses ini
sangat membutuhkan lingkungan pendidikan yang mendukung peserta
didik

untuk

mengontruksi,

mengasimilasi,

dan

menghubungkan

pengalaman.
Lingkungan pendidikan merupakan tempat manusia berinteraksi
timbal balik sehingga kemampuannya dapat terus dikembangkan kearah
yang lebih baik lagi. Terdapat tiga, yang paling utama, jenis lingkungan
pendidikan yang paling besar memberikan pengaruh terhadap kemampuan
dan pengalaman manusia, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat (biasa
disebut sebagai tri pusat pendidikan). Ketiganya merupakan media bagi
manusia untuk melakukan sosialisasi. Dalam sosialisasi individu manusia

1

2

mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola nilai dan tingkah laku,
dan standar tingkah laku dalam keluarga, sekolah dan masyarakat1
Seiring dengan perkembangan teknologi yang maju pesat dan era
globalisasi yang melanda seluruh dunia, sangat erat kaitannya antara sumber
daya manusia yang dihasilkan dengan kualitas yang diharapkan, terutama
bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk salah satu diantaranya
negara Indondesia.
Untuk meningkatkan sumber daya manusia terutama di Indonesia,
maka perbaikan dan pembaharuan sistem pendidikan terus dilaksanakan.
Dengan adanya perubahan-perubahan dibidang ekonomi, sosial, budaya dan
politik, maka dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan
pendidikan, sehingga tujuan pendidikan bisa tercapai sesuai dengan yang
diharapkan. Hal seperti yang dimaksudkan dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal3, menyatakan bahwa:
Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab2.
Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.
20/2003 tersebut, maka pendidikan menekankan pada pengembangan sumber
daya manusia yang menguasai ilmu dan teknologi sebagai dasar dan
merupakan

faktor

utama

penentu

keberhasilan

pendidikan

yang

berkesinambungan, salah satu komponen keberhasilan pendidikan adalah
guru atau tenaga pendidik yang diharapkan dapat membantu dan
meningkatkan motivasi belajar siswa, dan lebih kreatif lagi dalam komunikasi
antar siswa dengan guru agar siswa dapat mengembangkan kemampuan untuk
menyiapkan diri menghadapi masa depan yang serba berubah.
Sebagai konsekuensi dari kemajuan ilmu dan perkembangan
tekonologi, seperti apa yang dikemukakan oleh Ridwan bahwa:
1
2

Teguh Triwiyanto, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014)
UU No. 20, Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003).

3

Sekolah sebagai suatu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan
formal mempunyai peranan yang amat penting dalam usaha mendewasakan
anak dan menjadikannya sebagai anggota masyarakat yang berguna. Sekolah
turut pula bertanggung jawab atas anggota masyarakat yang dihasilkan3.
Disekolah yang merupakan sebuah lembaga pendidikan mempunyai
tujuan institusional yang tidak lain adalah rumusan tingkah laku yang dimiliki
siswa, setelah menyelesaikan program pendidikan di lembaga pendidikan
tersebut. Tingkah laku inilah

(pengetahuan, nilai dan sikap serta

keterampilan) pada hakikatnya adalah hasil belajar yang diharapkan.
Sumber daya manusia mulai berkembang kepribadiannya, perilakunya
ataupun nalarnya suatu sekolah dengan tingkat yang lebih rendah ke tingkat
yang lebih tinggi, yaitu di Sekolah Dasar (SD) kemudian ke Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP), dilanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) atau
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kemudian Perguruan Tinggi (PT), begitu
juga dengan keadaan lingkungan sosialnya.
Dewasa ini bahasaIndonesia mengalami kemajuan yang sangat cepat,
baik didalam dunia pendidikan maupun diluar dunia pendidikan. Sejalan
dengan itu sekolah-sekolah juga mengalami hal yang sama. Begitu juga
dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa lepas dari bahasa, sebab
dengan bahasalah manusia dapat menyampaikan pikiran, perasaan dan
kehendaknya, baik secara lisan maupun tulisan, karena tanpa bahasa manusia
tidak dapat berkomunikasi dengan baik.
Sebagaimana tercantum dalam kurikulum 1994 bahwa bahasa
memungkinkan manusia untuk saling berhubungan (komunikasi), saling
berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan untuk meningkatkan
intelektual. Dengan bahasa manusia bisa mengembangkan kepribadian,
kecerdasan, keterampilan, dan sikap serta nilai-nilai sosial budaya ketingkat
yang lebih tinggi dari yang dimilikinya.
Kemajuan yang dicapai tampak baik sekali, terutama dalam
perbendaharaan kata dan penggunaan struktur kalimat. Dengan adanya
3

Ridwan, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu, 2011), h. 8

4

kemajuan tersebut, bahasa Indonesiatelah mampu menjadi alat komunikasi,
dari komunikasi sehari-hari sampai pada komunikasi ilmiah. Selain itu
bahasaIndonesia pun telah mampu mengimbangi kemajuan kebudayaan, ilmu
pengetahuan dan tekonologi.
Namun pada kenyataannya masalah pelajaran bahasaIndonesiakurang
mendapat perhatian. Sehingga, memotivasi penulis untuk mengadakan
penelitian. Sedangkan menurut Sudarno dan Eman A. Rahmat berpendapat
bahwa: Masyarakat mengetahui bahwa pada waktu manusia dilahirkan tidak
langsung bisa berbahasa. Manusia bisa berbahasakarena belajar. Hal itu dapat
dibedakan dengan manusia bisa bernafas. Orang yang sejak dilahirkan tidak
pernah diajar berbahasa. Tetapi ia akan dapat bernafas sekalipun tidak
diajari4.
Selama manusia hidup dan kebudayaan berkembang, selama itu pula
manuasia harus belajar bahasa. Jika tidak, manusia tertinggal oleh
kebudayaan. Tiap waktu muncul hal–hal baru yang tidak manusia ketahui
sebelumnya.
Disadari bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang dinamis.
Masyarakat harus dikuasai dan dikembangkannya supaya bahasa dapat
memenuhi fungsinya dalam arti yang luas.
Orang yang bangga karena sudah mahir berbahasa asing, walau tidak
mampu ber bahasa nasional, adalah salah satu warisan penjajah yang tidak
menyatukan bangsa. Ingatlah pada masa Indonesia dibelenggu penjajah!
Orang berusaha dapat semahir – mahirnya berbahasa Belanda. Sebab kalau
tidak, ia akan termasuk orang yang tidak berhargadi dalam masyarakat. Siapa
yang tidak mampu berbahasa Belanda. Akan termasuk kelompok inlander,
golongan budak yang tidak bernilai.
Sekarang Indonesia/negara sudah merdeka. Sepatutnya sikap tidak
menghargai bahasa sendiri harus dibuang sejauh–jauhnya. Dan sekarang
boleh bangga kalau Indonesia mahir berbahasa nasional sekurang–kurangnya
4

Sudarno. Eman A. Rahman, Kemampuan Berbahasa Indonesia (Jakarta: Hikmah Syahid
Indah, 1986) h. 1

5

Indonesia sejajarkan dengan semangat untuk mampu berbahasa Arab, bahasa
Inggris, atau bahasa asing lainnya.
Kemampuan berbahasa hanya bisa diperoleh dengan cara belajar dan
berlatih. Karena itu hendaknya Indonesia selalu belajar dan berlatih
menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan anjuran pemerintah,
baik melalui radio, TV-RI, ataupun media lainya. Hal itu pun dilakukan
sebagai tanda terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa5.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk dapat meneliti dan mengkaji
sejauh mana pengaplikasian hasil belajar siswa para siswa Madrasah Aliyah
Daarul Falahiyyah dalam pelajaran bahasa Indonesia melalui lingkungan
siswa yang dituangkan dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan judul
“Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Siswa dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia Kelas X Di Madrasah Aliyah (MA) Daarul Falahiyyah Panggang
Cisoka Kabupaten Tangerang”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah dalam penelitian
dapat diidentifikasikan sabagai berikut:
1. Siswa kurang mengenal lingkungan sekolah
2. Siswa menganggap mudah pelajaran bahasa Indonesia
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas
maka agar dalam pembahasan masalah tidak meluas, perlu adanya
pembatasan lingkup masalah. Dalam hal ini penulis membatasi lingkup
masalah pada “Pengaruh Lingkungan Sekolah terhadap Siswa dalam
Pembelajaran bahasa Indonesia Kelas X Semester Genap 2013/2014 di
Madrasah Aliyah Daarul Falahiyyah, Kp. Panggang, Cisoka, Tangerang”.

5

Ibid., h.2

6

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah
dibawah ini adalah “Bagaimana Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap
Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas X di Madrasah Aliyah
Daarul Falahiyyah Panggang Cisoka Kabupaten Tangerang?”.

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah “Untuk Mengetahui Bagaimana Pengaruh
Lingkungan Sekolah Terhadap Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Kelas X di Madrasah Aliyah Daarul Falahiyyah Panggang, Cisoka,
Kabupaten Tangerang”.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian adalah:
1.

Manfaat Bagi Penulis
a. Dapat menambah wawasan dan mengembangkan ilmu pengetahuan
yang penulis miliki dan memperoleh gambaran tentang hasil yang
diteliti.
b. Dapat memberikan pengalaman yang cukup baik bagi penulis

2.

Manfaat Bagi Siswa
a. Sebagai upaya memotifasi belajar siswa mengenai lingkungan sekolah
b. Sebagai bahan pemicu siswa untuk meningkatkan minat dan
menumbuhkan sikap yang positif terhadap lingkungan sekolah dalam
pembelajaran bahasa Indonesia

7

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Lingkungan Sekolah
1. Pengertian Lingkungan Sekolah
Pengertian lingkungan sekolah adalah sebagai pusat pendidikan untuk
menyiapkan manusia menjadi individu, warga masyarakat , negara dan
dunia

masa

depan.

Lingkungan

sekolah

diharapkan

mampu

mengembangkan potensi anak, meningkatkan mutu kehidupan dan martabat
manusia dalam mencapai tujuan nasional.
Salah satu lembaga pendidikan yang memegang peranan penting
dalam proses sosialisasi anak setelah memiliki pengalaman hidup di
keluarga. Anak mengalami perubahan dan perkembangan dalam perilaku
sosialnya setelah masuk ke sekolah.
Sekolah merupakan tempat atau institusi/ lembaga secara khusus
didirikan untuk menyelenggarakan proses belajar mengajar atau pendidikan.
Sekolah sebagai komponen fungsi merupakan tempat untuk mengajar para
siswa, tempat untuk melatih dan memberi instruksi – instruksi tentang suatu
lapangan keilmuan dan keterampilan tertentu kepada siswa. Sekolah sebagai
komponen fisik merupakan satu kompleks bangunan, laboratorium, fasilitas
fisik yang disediakan sebagai pusat kegiatan belajar dan mengajar6.
Teguh Triwiyanto menyatakan bahwa:
“sekolah diharapkan memberikan seperangkat pengetahuan dan
keterampilan kepada peserta didik. Namun pengetahuan dan keterampilan
tersebut akan terbentuk perilaku-perilaku terdidik. Perilaku terdidik akan
memberikan koridor bagaimana bersikap dan bertindak sesuai dengan
aturan-aturan yang ada. Manakala setiap individu dapat bersikap dan
bertindak sesuai dengan aturan-aturan yang ada, intergasi sosial yang
didambakan akan terjadi”7
6
7

Nanang Purwanto,Pengantar Pendidikan,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h. 77
Teguh Triwiyanto, Pengantar Pendidikan,(Jakarta: PT. Bumi Aksara), h. 77

7

8

2. Tujuan Lingkungan Sekolah
Tujuan lingkungan sekolah adalah untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Cita-cita tersebut didasarkan pada landasan sosial dan budaya
masyarakat. Tujuan pendidikan terbagi atas 2 fungsi, yaitu:
a. Memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan.
Pemberian arah sama halnya dengan tujuan yang dicanangkan di dalam
pendidikan. Salah satu tujuan pendidikan adalah membentuk dasar
masyarakat. Hal ini berkaitan dalam pertumbuhan ekonomi, sosial,
politik dan perkembangan masyarakat pada umumnya. Pendidikan
menanamkan pengetahuan yang memungkinkan untuk penemuan dan
menerapkannya untuk kemajuan masyarakat, sehingga pertumbuhan
masyarakat juga tergantung pada kualitas pendidikan yang disampaikan.
b. Sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
Globalisasi merupakan perubahan yang terjadi, tidak ada pembatasan
untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini memungkinkan untuk
mengetahui tentang budaya dan peristiwa yang terjadi dan berbeda-beda
di berbagai tempat. Melalui pendidikan membuat manusia memiliki
wawasan yang luas tentang peristiwa apapun.pendidikan telah
memperluas pemikiran manusia (pebelajar). Sehingga manusia tidak
terbatas pada lingkungannya. Manusia mulai mengeksplorasi dan
mempelajari hal-hal baru yang di dunia. Pendidikan tidak hanya berarti
pengetahuan atau hanya mengenal buku dan tulisan atau hal-hal belajar
dengan hafalan dan juga berhitung, tapi memegang makna yang jauh
lebih dalam. Ini berarti membuka pikiran untuk mempelajari hal-hal
baru dan mengejar pilihan yang berbeda. Pendidikan yang tinggi
menyediakan visi yang lebih jelas dari segala hal, membuat tujuan
seseorang lebih jelas dan membuat orang lebih mudah menerima

9

perubahan. Itu membuat orang rasional, menanamkan dalam dirinya
kemampuan untuk berpikir dan bertanya8.
3. Fungsi Lingkungan Sekolah
Sekolah selain meneruskan pembinaanyang telah di lakukan oleh
keluarga,juga mengembangkan potensi anak.lebih detail tentang pungsipungsi sekolah di paparkan sebagai berikut:
1) Mengembangkan kecerdasan otak dan memberikan pengetahuan
fungsi sekolah dalam pendidikan intelektual dapat di samakan dengan
fungsi

keluarga

dalam

pendidikan

moral.peningkatan

kecerdasan,keterampilan dan sikap sebagai modal penting untuk
pembangunan.selain itu dengan pengalaman belajar,segala tindakan
yang di lakukan akan berdasarkan ilmu.hal ini yang akan dapat membuat
hidup lebih bermutu.
2) Spesialisasi
Penerapan

system

sekolah

di

maksudkan

untuk

memberikan

kompetensi-kompetensi jenis keahlian dalam lahan pekerjaan yang
terbentang luas kompleksitasnya.siswa menamatkan sekolah di harapkan
sanggup melakukan pekerjaan sesuai dengan spesialisnya dan kebutuhan
dunia pekerjaan atau setidaknya mempunyai modal untuk mencari
nafkah.
3) Efisiensi
Menjelaskan bahwa sekolah sebagai lembaga social yang berspesialisasi
di bidang pendidikan dan pengajaran,maka pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran dalam masyarakat menjadi lebih efisien,sebab: (1) apabila
tidak ada sekolah dan pekerjaan mendidik hanya harus di pikul oleh
keluarga,maka hal ini tidak akan efisien,karena orang tua terlalu sibuk
dengan pekerjaannya,serta banyak orang tua tidak mampu melaksanakan
pendidikan di maksud, (2) karena pendidikan sekolah di laksanakan
dalam program yang tertentu dan sistematis, dan (3) di sekolah dapat
dididik sejumlah besar anak secara sekaligus.
8

Ibid., h.67

10

4) Sosialisasi
Proses sosialisasi,yaitu proses membantu perkembangan individu
menjadi makhluk social,makhluk yang dapat beradaptasi dengan baik di
masyarakat.proses

sosialisasi

di

dalam

masyarakatyang

bersifat

heterogen dan prularistik,merupakan fungsi yang cukup penting karena
tugas

pendidikan

sekolah

adalah

mensosialisasikan

pentingnya

persatuan melalui beberapa macam mata pelajaran.
5) Konservasi dan transmisi cultural
Menjelaskan tentang fungsi lain dari sekolah adalah memelihara warisan
budaya yang hidup dalam masyarakat dengan jalan menyampaikan
warisan

kebudayaan

tadi

(transmisi

cultural)

kepada

generasi

muda,dalam hal ini tentunya adalah anak didik.
6) Transisi dari rumah ke masyarakat
Ketika berada di keluarga,kehidupan anak serba menggantungkan diri
pada orang tua,maka memasuki sekolah ia mendapat kesempatan untuk
melatih berdiri sendiri dan tanggung jawab sebagai persiapan sebelum
ke masyarakat.
7) Kontrol sosial pendidikan
System pengendalian social tercakup segala proses ,baik yang di
rencanakan maupun tidak,yang bersifat mendidik,mengajak atau bahkan
memaksa warga-warga masyarakat (warga sekolah) agar mematuhi
kaidah-kaidah dan nilai social yang berlaku.secara mendasar
pengendalian social bertujuan untuk mencapai keserasian antara
stabilitas denga perubahan - perubahan dalam masyarakat atau suatu
system pengendalian bertujuan untuk mencapai keadaan damai melalui
keserasian antara kepastian dengan keadilan.
4. Jenis – Jenis Lingkungan Belajar
Dari semua lingkungan masyarakat yang dapat di pergunakan dalam
proses pendidikan dan pembelajaran secara umum dapat dikategorikan
menjadi tiga macam lingkungan belajar yakni lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

11

a. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang membeikan
pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk
perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga
merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam
keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan
demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan
budaya anak.
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian
anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan
bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang
lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga9.
Ada sejumlah faktor dari dalam keluarga yang sangat dibutuhkan
oleh anak dalam proses perkembangan sosialnya, yaitu kebutuhan akan
rasa aman, dihargai, disayangi, diterima, dan kebebasan untuk
menyatakan diri. Rasa aman meliputi perasaan aman secara material dan
secara mental. Perasaan aman secara material berarti pemenuhan oleh
orang tua tentang pakaian, makanan, mainan, dan sarana lain yang di
perlukan sejauh tidak berlebihan dan tidak berada diluar kemampuan
orang tua berupa perlindungan emosional, menjauhkan ketegangan,
membantu dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, dan
memberikan bantuan untuk kestabilan emosionalnya10.
b. Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan sebuah lambaga pendidikan yang mempunyai
tujuan institusional yang lain adalah rumusan tingkah laku yang dimiliki
siswa, setelah menyelesaikan program pendidikan dilembaga pendidikan
tersebut. Tingkah laku inilah (pengetahuan, nilai dan sikap serta
keterampilan) pada hakikatnya adalah hasil belajar yang diharapkan.
9

Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: Rineka Cipta, 1995)

h.131
10

113

Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran ( Bandung:Cv Wacana Prima , 2008) h.

12

Sebagai konsekuensi dari kemajuan ilmu dan perkembangan
teknologi, seperti apa yang di kemukakan oleh Mohammad Asrori
bahwa:
“Kehadiran di sekolah merupakan perluasan lingkungan sosial
individu dalam rangka perkembangan kemampuan hubungan sosialnya
dan sekaligus merupakan faktor lingkungan baru yang sangat menantang
atau bahkan mencemaskan bagi dirinya. Para guru daan teman-teman
sekelas membentuk suatu sistem yang kemudian menjadi semacam
lingkungan norma baru11.
c. Lingkungan masyarakat
Salah satu yang dialami oleh remaja dalam proses pengembangan
hubungan sosialnya adalah bahwa tidak jarang masyarakat bersikap
tidak konsisten terhadap remaja. Di satu sisi remaja dianggap sudah
besar, tetapi kenyataannya di sisi lain mereka tidak diberikan
kesempatan atau peran sebagaimana orang yang sudah dewasa. Untuk
masalah-masalah yang dipandang penting dan menentukan,remaja masih
sering dianggap anak kecil atau dianggap belum mampu sehingga sering
menimbulkan kekecewaan atau kejengkelan pada remaja. Keadaan
semacam ini seringkali menjadi penghambat perkembangan hubungan
sosial remaja.
Sebagaimana dalam lingkugan keluarga dan sekolah, maka iklim
kehidupan dalam masyarakat yang kondusif juga sangat diharapkan
kemunculannya bagi perkembangan hubungan sosial remaja. Remaja
tengah mengarungi perjalanan masa mencari jati diri sehingga faktor
keteledanan dan kekonsistenan sistem nilai dan norma dalam masyarakat
juga menjadi sesuatu yang amat penting. Masa remaja adalah masa
untuk menentukan identitas dan arah kehidupan yang jelas dan kokoh
sehingga seringkali penuh kesulitan. Namun demikian, masa yang sulit
ini akan menjadi bertambah sulit oleh adanya kontradiksi-kontradiksi
dalam masyarakat. Justru dalam periode remaja yang sedang mencari
11

Ibid., h. 115

13

identitas dan penuh kesulitan inilah diperlukan norma dan pegangan
yang jelas dan sederhana. Kebudayaan kita indonesia menyimpan
potensi melegitimasi anggota masyarakat untuk menampilkan perilaku
sosial yang kurang baik dengan berbagai dalih, yang Syah maupun yang
tak terelakan’’. Dengan demikian, iklim kehidupan masyarakat
memberikan sumbaangan penting bagi variasi perkembangan hubungan
sosial remaja. Apabila, remaja senantiasa ingin selalu seiring sejalan
dengan trend yang sedang berkembang dalam masyarakat agar tetap
selalu merasa dipandang trendy’’12.
5. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia
Kehadiran

pembelajaran

bahasa

Indonesia

di

tengah-tengah

masyarakat Indonesia pada dasarnya berwajah ganda, yaitu sebagian/alat
pendidikan nasional disatu pihak dan sebagai salah satu media
pembelajaran bahasa Indonesia dipihak lain. Sebagai bagian/alat
pendidikan

nasional,

pembelajaran

bahasa

Indonesia

bertugas

membimbing siswa belajar bahasa Indonesia agar mereka (1) memiliki
pengetahuan yang benar tentang bahasa Indonesia; (2) terampil
menggunakan bahasa Indonesia; dan (3) memiliki sikaf mental positif
(bangga, hormat, setia dan perihatin) terhadap bahasa Indonesia. Adapun
sebagai salah satu media pembina yang lain-lainnya berkewajiban (1)
mempertahankan keutamaan kepribadian bahasa Indonesia sebagai satu
bahasa; (2) menyebarlulaskan bahasa Indonesia ke dalam berbagai bidang
kegiatan

hidup;

(3)

ikut

serta

mematangkan

dan

mengarahkan

pertumbuhan/perkembangan bahasa Indonesisa. Hal ini dipertegas oleh
Muslich Mansyur bahwa membimbing terampil menggunakan bahasa
Indonesia.
Ruang lingkup jangkauan tugas pembelajaran bahasa Indonesia seperti
yang digambarkan diatas ternyata mencakup masalah yang sangat
luas.Pembelajaran bahasa Indonesia bukan hanya berurusan dengan
masalah-masalah siswa dalam mempelajari bahasa Indonesia, melainkan
12

Ibid., h. 116

14

juga ikut menangani kerumitan masalah bahasa Indonesia sendiri

dan

pemakaiannya dalam berbagai kegiatan hidup. Dalam penggarapan masalahmasalah ini, pembelajaran bahasa indonesia harus pula mempertimbangkan
ketentuan-ketentuan politik pembangunan nasional.Singkatnya, masalahmasalah yang dihadapi pembelajaran bahasa Indonesia beraneka ragam dan
rumit pula keadaannya.
6. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Tujuan pembelajaran adalah sejumlah hasil belajar yang diharapkan
tercapai oleh siswa setelah melakukan aktivitas belajar, yang umumnya
meliputi pengetahuan,ketrampilan dan sikap-sikap yang baru.Tujuan
merupakan komponen yang penting dalam pembelajaran. Semua aktivitas
guru dan siswa diarahkan untuk pencapaian tujuan tersebut dan menjadi
pedoman dalam mengukur tingkat keberhasilan proses pembelajaran.Untuk
itu,langkah awal dalam merancang pembelajaran adalah merumuskan tujuan
dengan jelas,tepat dan mudah dipahami.
Menurut Helmiati adalah perumusan tujuan yang jelas dalam
pembelajaran menjadi sangat penting disebabkan beberapa alasan,antara
lain13:
a. Rumusan tujuan dapat digunakan untuk melakukan kegiatan evaluasi
terhadap epektifitas keberhasilan kegiatan pembelajaran.Suatu proses
dikatakan berhasil apabila siswa dapat mencapai tujuan secara optimal.
b. Tujuan pembelajaran dapat dijadikan sebagai pedoman dan panduan
kegiatan belajar siswa. Guru dapat merancang tindakan-tindakan yang
dapat membantu siswa belajar.
c. Tujuan

pembelajaran

dapat

membantu

guru

mendisain

sistem

pembelajaran,seperti menentukan materi, metode, strategi, alat, media dan
sumber belajar, juga merancang alat evaluasi.
d. Tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai kontrol dalam menentukan
batas-batas dan kualitas pembelajaran serta menentukan daya serasp siswa
dan kualitas institusi itu sendiri14.
13

Helmiati, Micro Teaching, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013) h.7

15

Sedangkan menurut Ninik M. Kuntoro adalah bahasa Indonesia sebagai
sarana pembangunan

keperibadian,diharapkan pembelajaran bahasa

Indonesia ini dapat dijadikan salah satu sarana pengembangan keperibadian
siswa menuju terbentuknya insane terpelajar yang mahir berkomunikasi
dengan bahasa Indonesia yang santun15.
7. Fungsi Guru Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Diatas telah dibicarakan tentang pembelajaran bahasa Indonesia dan
pengembangan bahasa Indonesia. Pada bagian ini akan dibicarakan tentang
fungsi guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam pembicaraan
ini,sebagaimana dimaksud di atas, akan lebih ditekankan pada pembelajaran
bahasa Indonesia dari pada pengembangan bahasa Indonesia. Tetapi meskipun
demikian dalam pembelajaran ini pengembangan bahasa Indonesia tidak di
singgung pula karena pada dasarnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia16.
Guru atau seorang guru pada dasarnya pada umumnya adalah seorang
pengajar yang mengajarkan sesuatu ilmu pada orang lain,sedang pengertian
guru dalam pembicaraan ini meliputi:(1)guru formal, (2)guru informal, dan (3)
guru nonformal. Ketiga pengertian tersebut diatas diberikan batasan sebagai
berikut.
1) Guru formal adalah guru atau pengajar (yang mengajarkan suatu ilmu)
yang diangkat secara resmi baik oleh pemerintah maupun lembaga swasta
dari tingkat yang terendah sampai tingkat tertinggi. Guru formal ini
selanjutnya dapat dipilah sbb:
1. Guru bahasa :
a) guru bahasa Indonesia
b) guru bahasa daerah
c) guru bahasa asing
2. Guru non bahasa

14

Ibid., h.7
Niknik M. Kuntoro, Cermat dalam Berbahasa Tertib dalam Berfikir, (Jakarta: Mitra
Wacana Media, 2010), h.
16
M. Aspandi Adul, Bahasa Indonesia Baku dan Fungsi Guru dalam Pembinaan Bahasa
Indonesia, (Surabaya: Bina Ilmu, 1981) h. 77
15

16

2) Guru informal adalah para pemimpin formal dan pejabat dalam pemerintah
(departmen

dan

non

departmen)

dari

tingkat

rendah

(kepala

kampung/desa) sampai mentri-mentri, kepala negara dan dalam hal ini
termasauk anggota dan ketua MPR dan DPR .
3) Guru nonformal adalah para pemimpin partai,organisasi,lembaga sosial,
pemuka masyarakat dipusat dan di daerah,di kota dan kampung/desa
diseluruh negara17.
Dalam pelaksanaan fungsi dan peranan tersebut perlu sikap yang
positif, dan tidak seorangpun yang boleh menghindarkan tugas yang di
bebankan kepadanya. Peranan guru ini sangat penting dalam usaha
mencerdaskan kehidupan bangsa ini perlu usaha dalam menanggulangi
tiga macam kebutaan yang membahayakan kelangsungan kehidupan
bangsa. ketiga macam kebutaan yang dimaksud adalah: (1) buta aksara
latin (2)buta bahasa Indonesia (3) buta pengetahuan umum. Ketiga macam
kebutuhan ini saling berhubungan, dan diantara ketiga macam kebutaan
tersebut kebutaan yang pertama dan kedua harus lebih dahulu
ditanggulangi sebelum dapat menanggulangi kebutaan yang ketiga.
Kebutaan yang pertama dan kedua lebih mendasar dari kebutaan yang
ketiga18.
Sebagaimana dikemukaan di atas, jelas bahwa pembelajaran

bahasa

Indonesia bukanlah kewajiban atau tugas para ahli bahasa, penulis tata
bahasa atau guru bahasa Indonesia saja, melainkan adalah kewajiban atau
tugas setiap warga negara. Kewajiban atau tugas setiap warga negara dalam
pembinaan bahasa Indonesia tentu berbeda-beda, dapat berjenjang naik atau
benjenjang turun, sesuai dengan kedudukan jabatan atau kedudukan
sosialnya dalam ruang lingkup pemerintahan dan masyarakat. Kedudukan
yang dimiliki seseorang dikehendaki pula sesuai dengan fungsi dan
peranannya. Dengan demikian makin tinggi atau makin besar kedudukan
seseorang makin besar pula tanggung jawab dan peranannya dalam
17
18

Ibid., h. 78
Ibid., h. 79

17

pembinaan bahasa Indonesia. Dalam hubungan ini hendaknya disadari
bahwa bahasa Indonesia bukanlah bahasa golongan elite atau bahasa
golongan terpelajar dan ilmuwan saja, tetapi adalah bahasa seluruh warga
negara atau rakyat yang mengantarkannya ke alam demokrasi, yang sesuai
dengan yang dikehendaki dalam “Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
dan dalam Batang Tubuhnya (pasal 36)”, yang kemudian dijabarkan dalam
“politik bahasa nasional”19.
8. Pokok –Pokok Pikiran Untuk Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran bahasa Indonesia sebagai pembelajaran bahasa Indonesia
pada dasarnya bertolak dari dua landasan, yaitu(1) landasan institusional dan
(2) landasan akademis. Setiap landasan berupa ketentuan-ketentuan yang kaitberkait mewarnai keseluruhan proses pembelajaran bahasa Indonesia itu.
Landasan institusional termasuk:
1) Undang-undang Dasar1945 Republik Indosesia, terutama pasal 36
menyatakan: “Bahasa Negara adalah Bahasa Indonesia”.Istilah bahasa
Negara dalam hubungan ini dapat diartikan bahasa Nasional dan bahasa
Resmi.Sebagai

bahasa

Nasional,bahasa

Indonesia

berfungsi

mempersatukan bangsa Indonesia dalam satu mewadahi seluruh kegiatan
pemerintah (legislatif,eksekutif,dan yudikatif) dan kegiatan-kegiatan yanga
lain bersipat resmi.
2) Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), terutama yang tersurat dalam
Iia, IIb,dan IIe telah menggariskan bentuk,isi,dan tujuan pendidikan
nasional dalam era pembangunan kedalam pendidikan nasional ini
termasuk kedalam pengajaran bahasa nasional,sebagai bagain dan alat
pendidikan nasional tersebut.
3) Politik Bahasa Nasional yang berupa kebijaksanaan dalam bidang
kebahasaan

dibidang

kebahasaan

bagi

kepentingan

keseluruhan

pembangunan nasional (Politik Bahasa Nasional),laporan praseminar 2931 oktober 1974, termasuk kedalam jangkauan Politik Bahasa Nasional
ini adalah kebijaksanaan dibidang pembelajaran bahasa Indonesia.
19

Ibid., h. 79

18

Landasan institusional seperti tersebut diatas ini tidak perlu dipersoalkan
lagi, karena landasan ini telah memberikan dasar-dasar dan pengarahan yng
kokoh kepada pembelajaran bahasa Indonesia20.
9. Kedudukan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, seperti
tercantum pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi Kami
putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa
Indonesia. Ini berarti bahwa bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa
nasional; kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa darah. Selain itu,
didalam Undang-Undang Dasar 1945 tercantum pasal khusus (Bab XV,
Pasal 36) mengenai kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa
Bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa negara ialah Bahasa
Indonesia. Dengan kata lain, ada dua macam kedudukan bahasa Indonesia.
Pertama, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional sesuai
dengan sumpah pemuda 1928; kedua, Bahasa Indonesia berkedudukan
sebagai bahasa negara sesuai dengan Undang-Undang Dasar 194521.
Menuut E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai di dalam kedudukannya
sebagai bahasa negara, Bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) bahasa resmi
kenegaraan, (2) bahasa pengantar didalam dunia pendidikan, (3) alat
perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan, dan (4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai didalam
segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan
maupun dalam bentuk tulisan. Termasuk kedalam kegiatan-kegiatan itu
adalah penulisan dokumen-dokumen dan putusan-putusan serta surat-surat

20

Masnur Muslich, Bahasa Indonesia Pada Era Globalisasi, (Jakarta: Bumi Aksara,
2012), h. 2
21
E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Akademik
Pressindo, 2010), h. 12

19

yang dikeluarkan oleh pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainnya,
serta pidato-pidato kenegaraan22.
Didalam kedudukannya, sebagai sumber pemerkaya bahasa daerah,
Bahasa

Indonesia berperan sangat penting. Beberapa kosakata bahasa

Indonesia ternyata dapat memperkaya khasanah bahasa daerah, dalam hal
bahasa daerah tidak memiliki kata untuk sebuah konsep.
Bahasa Indonesia sebagai alat menyebarluaskan sastra Indonesia dapat
dipakai. Sastra Indonesia merupakan wahana pemakaian bahasa Indonesia
dari segi estetis bahasa sehingga bahasa Indonesia menjadi bahasa yang
penting dalam dunia internasional23.
10. Fungsi bahasa indonesia
Dalam hidup sehari-hari masyarakat senantiasa berbahasa. Dengan
bahasa, masyarakat menyatakan pikiran, perasaan, dan kemauan. Jika
tidak ada bahasa, sulit masyarakat mengemukakan kesan-kesan batin
sendiri, mengetahui isi batin orang lian, dan mengadakan hubungan dalam
masyarakat.
Bahasa mula-mula timbul sebagai alat pelahir kesan batin. Kemudian
terasa sekali pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi dan alat untuk
berpikir. Bahasa memungkinkan manusia hidup bermasyarakat dan
melahirkan kebudayaan. Orang menyadari bahwa hubungan timbal balik
dan sgala kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa.24
Menurut Sudarno dan Eman A. Rahman didalam kedudukannya
seabgai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) lambang
kebanggaan kebangsaan, (2) lambang identitas nasional, (3) alat
perhubungan antarwarga, antar daerah, dan antar budaya, dan (4) alat yang
memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dengan latar
belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing kedalam kesatuan
kebangsaan Indonesia.
22

Ibid., h. 14
Ibid., h. 15
24
Sudarno dan Eman A. Rahman, Kemampuan Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Hikmat
Syahid Indah, 1989), h. 1
23

20

Sebagai

lambang

kebanggaan

kebangsaan,

bahasa

Indonesia

mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan
Indonesia. Atas dasar kebangsaan ini, bahasa Indonesia harus dipelihara
dan dikembangkan serta rasa kebanggaan pemakainya.25
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia dijunjung
disamping bendera dan lambang negara Indonesia. Didalam melaksanakan
fungsi ini bahasa Indonesia tentulah harus memiliki identitasnya sendiri
pula sehingga ia serasi dengan lambang kebangsaan negara yang lain.
Bahasa Indonesia dapat memiliki identitasnya hanya apabila masyarakat
pemakainya membina dan mengembangkannya sedemikian rupa sehingga
bersih dari unsur-unsur bahasa lain.
Fungsi bahasa Indonesia yang ketiga, sebagai bahasa nasional adalah
sebagai alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarsuku bangsa.
Berkat adanya bahasa nasional masyarakat dapat berhubungan satu dengan
yang lain sedemikian rupa sehingga kesalahpahaman sebagai akibat
perbedaan latar belakang sosial budaya dan bahasa tidak perlu
dikhawatirkan. Kita dapat bepergian dari pelosok yang satu ke pelosok
yang lain di tanah air kita dengan hanya memanfaatkan bahasa Indonesia
sebagai satu-satunya alat komunikasi.
Fungsi bahasa Indonesia yang keempat kedudukannya sebagai bahasa
nasional, adalah sebagai alat yang memungkinkan terlaksananya
penyatuan berbagai-bagai suku bangsa yang memiliki latar balakang sosial
budaya dan bahasa yang berbeda-beda ke dalam satu kesatuan kebangsaan
yang bulat. Di dalam hubungan ini, bahasa Indonesia memungkinkan
berbagai-bagai suku bangsa itu mencapai keserasian hidup sebagai bangsa
yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan
kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa
daerah yang bersangkutan. Lebih dari itu, dengan bahasa nasional itu kita

25

Ibid., h. 12

21

dapat meletakan kepentingan nasional jauh di atas kepentingan daerah atau
golongan26.
Akhirnya, didalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai alat pengembangan kebudayaan nasional,
ilmu pengetahuan, dan teknologi. Di dalam hubungan ini, bahasa
Indonesia adalah satu-satunya alat yang memungkinkan kita membina dan
mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sheingga ia
memiliki ciri-ciri dan identitasnya sendiri, yang membedakannya dari
kebudayaan daerah. Pada waktu yang sama, bahasa Indonesia digunakan
sebagai alat untuk menyatakan nilai-nilai sosial budaya nasional negara
Indonesia.
Disamping itu, sekarang ini fungsi bahasa Indonesia telah pula
bertambah besar. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa media massa.
Media massa cetak dan elektronik, baik visual, audio, mapun radio visual
harus memakai Bahasa Indonsia. Media masa menjadi tumpuan kita
didalam menyebarluaskan bahasa Indonesia secara baik dan benar.

B. Penelitian yang Relevan
Suryani. 2013. Mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Maritim Raja Ali
Haji Tanjung Pinang yang skripsinya berjudul’’ Pangaruh Lingkungan Sekolah
Terhadap Siswa Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa kelas X Sekolah
Menengah Atas Negeri 4 Tanjung pinang Tahun Pelajaran 2012/2013’’. Hasil
yang di dapat adalah melakukan Analisis data dengan menggunakan koefisien
product moment, hal ini berarti bahwa pengaruh lingkungan sekolah terhadap
siswa dalam pembelajaran bahasa indonesia bisa meningkatkan motivasi belajar
siswa kelas X Menengah Atas Negeri 4 Tanjung Pinang.

26

Ibid., h. 13

22

Riris Purnowati (2006) meneliti tentang Pengaruh Lingkungan Sekolah
Terhadap Siswa Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas X SMK Teuku
Umar Semarang tahun ajaran 2005/2006. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Siswa Dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia Kelas X SMK Teuku Umar Semarang tahun ajaran 2005/2006 termasuk
dalam kategori baik, motivasi belajar siswa dalam kategori baik.
Nurul Aini (2001) dengan judul Pengaruh lngkungan sekolah terhadap
siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas dua catur wulan satu SMU
Negeri 3 Klaten tahun pelajaran 2000/2001. Relevansi penelitian yang di lakukan
yaitu sama-sama meneliti lingkungan sekolah dalam pembelajaran bahasa
Indonesia.

23

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode untuk
memudahkan dalam pencarian data dan pengelolaan data yang objektif. Langkah langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di Madrasah Aliyah (MA) Daarul
Falahiyyah kampung Panggang, kecamatan Cisoka, kabupaten Tangerang.
Beralamatkan di Jl. Raya Cangkudu - Cisoka No. 55 Kampung Panggang
RT. 03/03 Ds. Selapajang Kec. Cisoka Kab. Tangerang.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni tahun
2014, dari mulai observasi sampai selesai untuk mengumpulkan data dan
informasi yang diperlukan untuk penyusunan skripsi ini.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian pada penelitian ini
populasinya adalah siswa Kelas X yang berada di Madrasah Aliyah
(MA)Daarul Falahiyyah Panggang, Cisoka, kabupaten Tangerang
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa Kelas X Madrasah
Aliyah (MA) Daarul Falahiyyah Panggang, Cisoka, kabupaten Tangerang
yang berjumlah 49 siswa.
Teknik penetapan sampel yang penulis gunakan adalah teknik
Random Sampling (sampel acak) yaitu: “Menentukan sampel dengan
pertimbangan tertentu yang dipandang dengan memberikan data secara
maksimal”.

23

24

Menyikapi pendapat di atas dapat diartikan bahwa sumber data
mempunyai inti dari sebuah penelitian dan mempunyai peranan yang
sangat pentingdalam kaitannya berhasil tidaknya penelitian.
Sugiyono yang menyatakan