Kayu Kelapa TINJAUAN PUSTAKA

10 menahan beban, ketidaksesuaian daya sangga dan variabilitas maksimumnya, serta range beban hingga tercapai kerusakan. Bila beban yang dialami struktur meningkat, akan terjadi peningkatan kekuatan struktur karena kerapatan material meningkat. Inovasi ini berhasil memberikan penyangga berkekuatan tinggi tanpa memberikan lubang pada atap danatau lantai terowongan. Beberapa inovasi penyangga terowongan dengan prinsip elastomer juga telah dipatenkan seperti Yielding Column Pub. No. US 20030194280 A1, dan US Pat. No. 6,655,877 B2, Yieldable Mine Roof Support US Pat. No. 6,394,707 B1, Yieldable Mine Post Having a Double Ball and Socket Configuration US Pat. No. 5,538,364, Variable Yielding Mining Crib Support Column US Pat No. 5,439,325, Yieldable Roof Support System US Pat. No. 5,400,994, dan Yieldable mine post US Pat No. 5,015,125. Teknik cribbing yang berlisensi paten umumnya menggunakan bahan beton bertulangan baja, pipa baja terkorugasi atau pipa elastomer yang diisi dengan material kerikil dan batu-batu kecil. Namun beberapa bentuk cribbing berbahan baku balok kayu untuk penyangga terowongan telah dipatenkan diantaranya Column Cribbing System US Pat. No. 6,079,910. Mine Roof Support Crib Having Only Two or Three Planes, and Methods US Patent No. 6,352,392 B1 dan Pyramid Crib Blocks Pub. No.: US20020139077 A1. Teknik cribbing kayu dapat pula digunakan untuk penyangga struktur tahan gempa sebagaimana dipatenkan pada US Pat No. 5,083,404, dengan judul Earthquake support for structure having bottom beams. Seluruh cribbing kayu yang dipatenkan tersebut menggunakan balok kayu sebagai material utamanya.

B. Kayu Kelapa

Pohon kelapa tumbuh menyebar dari pantai hingga pegunungan dan dapat ditemukan tumbuh secara liar atau ditanam sebagai usaha perkebunan atau usaha masyarakat. Di Indonesia terdapat 3,7 juta ha luasan tanaman kelapa, terdiri atas 94.900 ha perkebunan besar dan 3,6 juta ha perkebunan rakyat BPS 2002. Lebih kurang 25 0,9 juta ha dari luas areal tersebut merupakan tanaman berumur lebih dari 50 tahun dan perlu diremajakan karena produktivitasnya dalam menghasilkan buah semakin menurun. Dengan potensi kayu kelapa sebesar 200 m 3 ha, berarti terdapat lebih dari 150 juta m 3 pohon kelapa yang siap ditebang. Sebelum peremajaan kadang kala kayu kelapa hanya dibakar atau dibuang ke laut untuk menghindari penyebaran kumbang 11 badak di perkebunan kelapa. Potensi yang besar ini memberikan peluang pemanfaatan kayu kelapa untuk berbagai penggunaan struktural. Kayu kelapa telah banyak dimanfaatkan dalam bentuk gelondongan pole, balok, papan, atau diolah sebagai bahan kerajinan. Secara sederhana kayu kelapa digunakan untuk jembatan darurat dan kayu bakar. Kayu kelapa memiliki sifat anatomis yang sangat heterogen pada semua bagian batangnya. Kayu kelapa disusun oleh tiga elemen utama yaitu ikatan pembuluh yang terdiri atas serat skelerenkim dan pembuluh, ikatan serat, dan jaringan dasar berupa sel- sel parenkimatis. Jumlah dan kematangan ikatan pembuluh mempengaruhi kerapatan dan sifat mekanisnya. Ikatan pembuluh pada kayu kelapa tersebar dengan pola yang sama pada semua bagian batang yaitu berupa lingkaran namun tidak terjadi penambahan jumlah sel-sel lateral sehingga batang kelapa yang berbentuk silindris. Bentuk ikatan pembuluh bervariasi seperti bulat, segitiga, dan segi empat, tergantung ada-tiadanya ikatan pembuluh lain di sekitarnya. Ikatan pembuluh pada tepi batang berwarna lebih gelap dari bagian dalam. Jumlah ikatan pembuluhcm 2 dari pangkal ke ujung meningkat dengan diameter semakin kecil, sedangkan dari tepi ke dalam jumlahnya menurun dengan diameter juga semakin kecil. Dari pangkal ke ujung dan dari tepi ke dalam, distribusi panjang, tebal dinding, dan diameter serat cenderung menurun, sedangkan diameter lumen cenderung bertambah besar Wardhani 2005. Disampaikan pula bahwa pada kayu kelapa, kandungan zat ektraktif larut dalam alkohol benzena, selulosa dan abu, serta lignin cenderung meningkat dari tepi ke dalam batang. Distribusi komponen kimia tersebut mengikuti persamaan kuadratik berdasarkan posisi batang dari tepi- tengah-tepi. Kerapatan kayu kelapa berkisar 0,28-1,11 grcm 3 , sehingga berdasarkan Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia PKKI NI-5 tahun 1961 kelas kuatnya mencakup V hingga I. Variasi kerapatan kayu kelapa tergantung pada tempat tumbuh, umur, besar dan jarak takik, serta jumlah kerusakan akibat jamur dan serangga. Distribusi kerapatan pada batang kelapa mengikuti persamaan kuadratik dari tepi-tengah-tepi, sedangkan dari pangkal ke ujung mengikuti persamaan linier negatif Wardhani 2005. Modulus of Elastisity E kayu kelapa berkisar 632-14966 Nmm 2 , sedangkan Modulus of Rupture MOR-nya berkisar 8,4-147 Nmm 2 . Seperti halnya kerapatan, distribusi E dan MOR kayu kelapa mengikuti persamaan kuadratik dari tepi-tengah- 12 tepi, sedangkan dari pangkal ke ujung mengikuti persamaan linier negatif Wardhani 2005

C. Desain Struktur