Pengalaman Wanita Usia Subur dengan Kista Ovarium

(1)

PENGALAMAN WANITA USIA SUBUR DENGAN KISTA OVARIUM

YUNNI SAFITRI 105102007

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

PROGRAM DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Yunni Safitri

Pengalaman Wanita Usia Subur dengan Kista Ovarium vii + 49 hal + 1 tabel + 7 lampiran

Abstrak

Kista merupakan kantong berisi cairan seperti balon berisi air. Kista dapat tumbuh dimana saja dan jenisnya bermacam-macam. Kista yang berada di dalam atau permukaan ovarium (indung telur) disebut kista ovarium atau tumor ovarium. Kista ovarium sering terjadi pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman wanita usia subur dengan kista ovarium. Desain penelitian yang digunakan adalah desain fenomenologi. Tekhnik pengambilan sampel yang dilakukan adalah

purposive sampling dengan jumlah sampel 8 orang. Waktu penelitian dimulai pada

September 2010 sampai dengan Mei 2011. Penelitian ini menemukan bahwa keluhan yang dialami oleh partisipan saat mengalami kista ovarium adalah nyeri perut menjelang dan saat haid serta nyeri perut yang dirasakan saat dihari-hari biasa, nyeri pada pinggang dan haid terus menerus. Posisi kista ovarium setiap partisipan berbeda-beda yaitu dari yang posisi kista ovariumnya di sebelah kiri, posisi kista ovariumnya di sebelah kanan, dan posisi kista ovariumnya di sebelah kiri dan kanan. Ukuran kista

ovarium yang berbeda-beda pula setiap partisipannya yaitu dari yang ukuran kista ovariumnya yang semakin lama semakin membesar dan ada yang ukurannya tidak

berubah. Perasaan partisipan saat mengetahui dan mengalami kista ovarium adalah takut dan sedih. Upaya yang dilakukan partisipan untuk menghilangkan kista ovarium adalah dengan tindakan medis dan pengobatan alternatif. Perasaan partisipan saat menjalani operasi pengangkatan kista ovarium adalah pasrah dan takut. Orang yang mendukung partisipan untuk menjalani operasi pengangkatan kista ovarium adalah keluarga dan suami. Perasaan partisipan setelah dilakukan tindakan medis adalah senang, lega dan bersyukur. Harapan partisipan saat sembuh dari kista ovarium yaitu ingin segera punya anak, dan bisa kembali beraktifitas seperti semula. Diharapkan agar petugas kesehatan khususnya bidan dapat lebih mengerti tentang kista ovarium dan perasaan pasien dengan kista ovarium sehingga dapat memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien. Kepada wanita usia subur agar dapat mencari informasi tentang kista ovarium. Daftar Pustaka : 21 (2001-2010)


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Pengalaman Wanita Usia Subur dengan Kista Ovarium”.

Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, yaitu kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku dosen pembimbing dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah, yang telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada peneliti hingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini selesai.

4. Seluruh dosen, staff dan pegawai administrasi program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh staff dan pegawai di RSUD Dr. Pirngadi Medan yang telah mengizinkan peneliti mengambil data untuk melakukan penelitian.

6. Teristimewa peneliti ucapkan terima kasih kepada Ayahanda H. Nursal dan Ibunda Hj. Rubbiati, Kakanda Rika Rahmani, SSi, dan kekasih tercinta, serta seluruh keluarga yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat yang tidak henti-hentinya kepada peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.


(5)

7. Seluruh rekan-rekan D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

8. Semua pihak yang telah membantu.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT lah tempat kita bersandar, semoga bantuan yang diberikan mendapatkan imbalan dari Allah SWT, Amin Ya Rabbal Alamin. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Medan, Juni 2011 Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

1. Bagi Tenaga Kesehatan ... 3

2. Bagi Pendidikan ... 4

3. Bagi Peneliti Lanjut ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman ... 5

B. Wanita Usia Subur ... 5

C. Kista Ovarium ... 5

1. Pengertian ... 5

2. Jenis Karakter Kista... 6

3. Gejala dan Tanda-Tanda Klinik Kista Ovarium... 11

4. Diagnosis………... 11

5. Pencegahan Terjadinya Kista Ovarium………. 12

6. Pemeriksaan Penunjang Kista Ovarium………. 13

7. Penanganan Kista Ovarium……… 13

D. Pengalaman Wanita Usia Subur dengan Kista Ovarium………. . 15


(7)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ... 19

B. Populasi dan Sampel ... 19

C. Tempat Penelitian ... 20

D. Waktu Penelitian ... 20

E. Etika Penelitian ... 20

F. Alat Pengumpulan Data ... 21

G. Prosedur Pengumpulan Data ... 22

H. Analisis Data ... 23

I. Tingkat Keabsahan Data………... 23

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Partisipan ... 25

B. Pengalaman Wanita Usia Subur dengan Kista Ovarium ... 26

C. Pembahasan 1. Interpretasi dan Diskusi Hasil ... 39

2. Keterbatasan Penelitian ... 45

3. Implikasi untuk Asuhan Kebidanan/Pendidikan Bidan... 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 47

B. Saran... 48 DAFTAR PUSTAKA

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2 : Kuesioner Data Demografi

Lampiran 3 : Panduan Wawancara Lampiran 4 : Lembar Konsultasi

Lampiran 5 : Surat Balasan Izin Penelitian

Lampiran 6 : Lembar Pernyataan Editor Bahasa Indonesia Lampiran 7 : Daftar Riwayat Hidup


(8)

DAFTAR TABEL


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2 : Kuesioner Data Demografi

Lampiran 3 : Panduan Wawancara Lampiran 4 : Lembar Konsultasi

Lampiran 5 : Surat Balasan Izin Penelitian

Lampiran 6 : Lembar Pernyataan Editor Bahasa Indonesia Lampiran 7 : Daftar Riwayat Hidup


(10)

PROGRAM DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Yunni Safitri

Pengalaman Wanita Usia Subur dengan Kista Ovarium vii + 49 hal + 1 tabel + 7 lampiran

Abstrak

Kista merupakan kantong berisi cairan seperti balon berisi air. Kista dapat tumbuh dimana saja dan jenisnya bermacam-macam. Kista yang berada di dalam atau permukaan ovarium (indung telur) disebut kista ovarium atau tumor ovarium. Kista ovarium sering terjadi pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman wanita usia subur dengan kista ovarium. Desain penelitian yang digunakan adalah desain fenomenologi. Tekhnik pengambilan sampel yang dilakukan adalah

purposive sampling dengan jumlah sampel 8 orang. Waktu penelitian dimulai pada

September 2010 sampai dengan Mei 2011. Penelitian ini menemukan bahwa keluhan yang dialami oleh partisipan saat mengalami kista ovarium adalah nyeri perut menjelang dan saat haid serta nyeri perut yang dirasakan saat dihari-hari biasa, nyeri pada pinggang dan haid terus menerus. Posisi kista ovarium setiap partisipan berbeda-beda yaitu dari yang posisi kista ovariumnya di sebelah kiri, posisi kista ovariumnya di sebelah kanan, dan posisi kista ovariumnya di sebelah kiri dan kanan. Ukuran kista

ovarium yang berbeda-beda pula setiap partisipannya yaitu dari yang ukuran kista ovariumnya yang semakin lama semakin membesar dan ada yang ukurannya tidak

berubah. Perasaan partisipan saat mengetahui dan mengalami kista ovarium adalah takut dan sedih. Upaya yang dilakukan partisipan untuk menghilangkan kista ovarium adalah dengan tindakan medis dan pengobatan alternatif. Perasaan partisipan saat menjalani operasi pengangkatan kista ovarium adalah pasrah dan takut. Orang yang mendukung partisipan untuk menjalani operasi pengangkatan kista ovarium adalah keluarga dan suami. Perasaan partisipan setelah dilakukan tindakan medis adalah senang, lega dan bersyukur. Harapan partisipan saat sembuh dari kista ovarium yaitu ingin segera punya anak, dan bisa kembali beraktifitas seperti semula. Diharapkan agar petugas kesehatan khususnya bidan dapat lebih mengerti tentang kista ovarium dan perasaan pasien dengan kista ovarium sehingga dapat memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien. Kepada wanita usia subur agar dapat mencari informasi tentang kista ovarium. Daftar Pustaka : 21 (2001-2010)


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kista merupakan kantong berisi cairan seperti balon berisi air (Owen, 2005). Menurut Arianto (2009), kista dapat tumbuh dimana saja dan jenisnya bermacam-macam. Kista yang berada di dalam atau permukaan ovarium (indung telur) disebut kista

ovarium atau tumor ovarium. Kista ovarium sering terjadi pada wanita di masa

reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium.

Prawirohardjo (2002) menyatakan bahwa ukuran dan jenis kista ovarium bisa bervariasi, ada yang berisi cairan jernih yang biasanya disebut kista fungsional, berisi darah seperti kista merah (rubrum), kista berisi gigi, rambut, dan cairan lemak yang disebut kista dermoid, berisi jaringan ikat yang padat seperti fibroma. Kebanyakan kista ini jinak, sementara sebagian kecil lainnya bisa berupa kista yang ganas. Di antara kista

ovarium ini ada yang bersifat neoplastik (memerlukan operasi) dan ada yang bersifat nonneoplastik (tidak memerlukan operasi).

Di Asia Tenggara di mana Indonesia termasuk didalamnya, insiden kista ovarium mencapai 6,6%, kanker endometrium mencapai 4,8% dari 670.587 kasus kanker pada perempuan, sementara kanker payudara sebanyak 30,9%, dan serviks 19,8%. Sebagian besar wanita tidak menyadari dirinya menderita kista. Jika menimbulkan gejala maka keluhan yang paling sering dirasakan adalah rasa nyeri pada perut bagian bawah dan pinggul. Rasa nyeri ini timbul akibat dari pecahnya dinding kista, terjadinya perdarahan


(12)

di dalam kista, tangkai kista yang terpeluntir dan pembesaran kista yang terlampau cepat sehingga organ disekitarnya menjadi teregang (Sukmamerati, 2008). Kista ovarium tidak berbahaya selama kondisi jinak dan biasanya dapat hilang dengan sendirinya, namun juga dapat terus berkembang dan semakin besar. Kista ovarium dapat berbahaya bila kista berubah menjadi ganas sehingga memerlukan tindakan pengangkatan kista.

Kista juga penyakit yang ditakuti banyak wanita, selain kejadiannya yang cukup banyak dan sering tanpa disadari atau gejala, kista juga dikhawatirkan dapat mengganggu kesuburan. Namun, bukan berarti seorang wanita yang menderita kista tidak bisa hamil. Selama pertumbuhan kista tersebut tidak menghambat proses pembuahan, maka kehamilan bisa tetap terjadi. Menurut Didi (2008), kista ovarium juga seringkali ditemukan pada saat pemeriksaan USG (Ultrasonografi) rutin di awal kehamilan. Kista ini biasanya berasal dari corpus luteum yang berfungsi untuk menyuplai progesteron untuk mempertahankan kehamilan. Salah satu fungsi

progesteron disini adalah mempersiapkan endometrium (lapisan dalam rahim) agar siap

menerima kehamilan untuk penanaman hasil konsepsi.

Manuaba (2001) menyatakan bahwa jika kista dijumpai pada kehamilan, maka kehamilan dan kista ini saling dapat mempengaruhi karena kista sangat mungkin terus berkembang selama kehamilan, di mana hormon - hormon pada masa kehamilan dapat menjadi pemicu bertambah besarnya kista. Gangguan terhadap kehamilan tersebut antara lain dapat menyebabkan abortus dan persalinan prematur, terjadi kelainan letak janin, gangguan terhadap proses persalinan, dan menimbulkan gejala sesak napas karena dorongan pada diafragma. Pengangkatan kista bergantung dari besarnya kista dan usia kehamilan. Jika ukurannya kurang dari 5 cm maka dapat dilakukan pengangkatan kista saat kehamilan sudah memasuki usia 16-18 minggu. Operasi kista yang dilakukan


(13)

sekitar umur hamil 16-18 minggu ini perlu adanya perlindungan hormon progesteron. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 11 November 2010 di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, didapatkan bahwa dari bulan Januari 2010 sampai dengan Oktober 2010 penderita kista ovarium pada wanita usia subur berjumlah 34 orang. Sejauh penelusuran yang telah dilakukan, peneliti belum menemukan penelitian tentang pengalaman wanita usia subur dengan kista ovarium. Oleh karena itu penelitian tentang pengalaman wanita usia subur dengan kista ovarium menarik untuk dilakukan.

B. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengalaman wanita usia subur dengan kista ovarium?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman wanita usia subur dengan kista ovarium.

D. Manfaat Penelitian

Ada 3 manfaat penelitian ini, antara lain: 1. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan dijadikan sumber pengetahuan bagi tenaga pelayanan khususnya bidan untuk memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang mengalami kista ovarium.


(14)

2. Bagi Pendidikan

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan bagi mahasiswa nantinya dalam menerapkan asuhan kebidanan khususnya pada wanita usia subur yang mengalami kista ovarium.

3. Bagi Peneliti Lanjut

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dan tambahan informasi tentang penelitian fenomenologi atau bahan perbandingan terhadap penelitian yang akan dilakukan.


(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengalaman

Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan dan juga merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan (Notoadmodjo, 2005). Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori episodik, yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwa – peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi otobiografi (Syah, 2003).

B. Wanita Usia Subur

Menurut Hartanto (2002), wanita usia subur adalah wanita yang sudah mengalami haid yang berumur antara 20 - 35 tahun dan secara operasional termasuk wanita yang umurnya kurang dari 20 tahun dan telah haid, atau wanita yang telah berumur lebih dari 35 tahun tetapi masih haid.

C. Kista Ovarium 1. Pengertian

Menurut Chyntia (2010) kista merupakan penyakit yang super halus, rumit dan unik, sebab keberadaannya mirip dengan kehamilan, di mana semua wanita mempunyai resiko akan hadirnya penyakit ini. Setiap wanita mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri yang ukuran normalnya sebesar biji kenari. Setiap indung telur tersebut berisi ribuan telur yang masih muda atau follicle yang setiap bulannya akan membesar dan satu


(16)

diantaranya membesar sangat cepat sehingga menjadi telur yang matang. Pada peristiwa

ovulasi telur yang matang ini keluar dari indung telur dan bergerak ke rahim melalui

saluran telur. Apabila sel telur yang matang ini dibuahi, follicle akan mengecil dan menghilang dalam waktu 2-3 minggu dan akan terus berulang sesuai siklus haid pada seorang wanita. Namun, jika terjadi gangguan pada proses siklus ini, maka kista pun akan terjadi.

2. Jenis dan Karakter Kista

Prawirohardjo (2002) menyatakan bahwa berdasarkan tingkat keganasannya, kista terbagi dua, yaitu nonneoplastik dan neoplastik. Kista nonneoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan mengempis sendiri setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista

neoplastik umumnya harus dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada ukuran dan

sifatnya.

Menurut Mansjoer, et al (2000), kista ovarium neoplastik jinak diantaranya: a. Kistoma Ovarii Simpleks

Kistoma ovarii simpleks merupakan kista yang permukaannya rata dan halus,

biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis berisi cairan jernih yang serosa dan berwarna kuning. Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista dengan reseksi ovarium.

b. Kistadenoma Ovarii Musinosum

Bentuk kista multilokular dan biasanya unilateral, dapat tumbuh menjadi sangat besar. Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif sehingga timbul perleketan kista dengan omentum, usus-usus, dan peritoneum parietale. Selain itu, bisa terjadi ileus karena perleketan dan produksi musin yang terus bertambah


(17)

akibat pseudomiksoma peritonei. Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista in tito tanpa pungsi terlebih dulu dengan atau tanpa salpingo-ooforektomi tergantung besarnya kista.

c. Kistadenoma Ovarii Serosum

Kista ini berasal dari epitel germinativum. Bentuk kista umumnya unilokular, tapi jika multilokular perlu dicurigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi tidak sebesar kista musinosum. Selain teraba massa intraabdominal juga dapat timbul

asites. Penatalaksanaan umumnya sama dengan kistadenoma ovarii musinosum.

d. Kista Dermoid

Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol dari pada mesoderm dan entoderm. Bentuk cairan kista ini seperti mentega. Kandungannya tidak hanya berupa cairan tapi juga ada partikel lain seperti rambut, gigi, tulang, atau sisa-sisa kulit. Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal dan sebagian lagi padat. Dapat menjadi ganas, seperti karsinoma epidermoid. Kista ini diduga berasal dari sel telur melalui proses parthenogenesis. Gambaran klinis adalah nyeri mendadak di perut bagian bawah karena torsi tangkai kista dermoid. Dinding kista dapat ruptur sehingga isi kista keluar di rongga peritoneum. Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista dermoid bersama seluruh ovarium.

Menurut Prawirohardjo (2002), kista nonneoplastik terdiri dari: a. Kista Folikel

Kista ini berasal dari Folikel de Graaf yang tidak sampai berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim, melainkan


(18)

membesar menjadi kista. Bisa didapati satu kista atau lebih, dan besarnya biasanya dengan diameter 1 – 1,5 cm.

Kista folikel ini bisa menjadi sebesar jeruk nipis. Bagian dalam dinding kista yang tipis yang terdiri atas beberapa lapisan sel granulosa, akan tetapi karena tekanan di dalam kista, maka terjadilah atrofi pada lapisan ini. Cairan dalam kista berwarna jernih dan sering kali mengandung estrogen. Oleh sebab itu, kista kadang-kadang dapat menyebabkan gangguan haid. Kista folikel lambat laun dapat mengecil dan menghilang spontan, atau bisa terjadi ruptur dan kista pun menghilang. Umumnya, jika diameter kista tidak lebih dari 5 cm, maka dapat ditunggu dahulu karena kista folikel biasanya dalam waktu 2 bulan akan menghilang sendiri.

b. Kista Korpus Luteum

Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus

albikans. Kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus luteum persistens), perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista,

berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua. Frekuensi kista korpus

luteum lebih jarang dari pada kista folikel.

Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel teka. Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amenorea diikuti oleh perdarahan tidak teratur. Adanya kista dapat pula menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah dan perdarahan yang berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur. Rasa nyeri di dalam perut yang mendadak dengan adanya amenorea sering menimbulkan kesulitan dalam diagnosis diferensial dengan kehamilan ektopik yang terganggu. Jika dilakukan operasi, gambaran yang khas kista korpus luteum memudahkan pembuatan diagnosis. Penanganan kista korpus luteum


(19)

ialah menunggu sampai kista hilang sendiri. Dalam hal dilakukan operasi atas dugaan kehamilan ektopik terganggu, kista korpus luteum diangkat tanpa mengorbankan

ovarium.

c. Kista Lutein

Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, dan kadang-kadang tanpa adanya kelainan tersebut, ovarium dapat membesar dan menjadi kistik. Kista biasanya bilateral dan bisa menjadi sebesar ukuran tinju. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi sel-sel teka. Sel-sel granulosa dapat pula menunjukkan luteinisasi, akan tetapi seringkali sel-sel menghilang karena atresia. Tumbuhnya kista ini ialah akibat pengaruh hormon

koriogonadotropin yang berlebihan, dan dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma, ovarium mengecil spontan.

d. Kista Inklusi Germinal

Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel

germinativum pada permukaan ovarium. Kista ini lebih banyak terdapat pada wanita

yang lanjut umurnya, dan besarnya jarang melebihi diameter 1 cm. Kista ini biasanya secara kebetulan ditemukan pada pemeriksaan histologik ovarium yang diangkat waktu operasi. Kista terletak di bawah permukaan ovarium, dindingnya terdiri atas satu lapisan

epitel kubik atau torak rendah, dan isinya cairan jernih dan serus.

e. Kista Endometriosis

Kista yang terbentuk dari jaringan endometriosis (jaringan mirip dengan selaput dinding rahim yang tumbuh di luar rahim) menempel di ovarium dan berkembang menjadi kista. Kista ini sering disebut juga sebagai kista coklat endometriosis karena berisi darah coklat-kemerahan. Kista ini berhubungan dengan penyakit endometriosis yang menimbulkan nyeri haid dan nyeri senggama. Kista ini berasal dari sel-sel selaput


(20)

perut yang disebut peritoneum. Penyebabnya bisa karena infeksi kandungan menahun, misalnya keputihan yang tidak ditangani sehingga kuman-kumannya masuk kedalam selaput perut melalui saluran indung telur. Infeksi tersebut melemahkan daya tahan selaput perut, sehingga mudah terserang penyakit. Gejala kista ini sangat khas karena berkaitan dengan haid. Seperti diketahui, saat haid tidak semua darah akan tumpah dari rongga rahim ke liang vagina, tapi ada yang memercik ke rongga perut. Kondisi ini merangsang sel-sel rusak yang ada di selaput perut mengidap penyakit baru yang dikenal dengan endometriosis. Karena sifat penyusupannya yang perlahan, endometriosis sering disebut kanker jinak.

f. Kista Stein-Leventhal

Ovarium tampak pucat, membesar 2 sampai 3 kali, polikistik, dan permukaannya

licin. Kapsul ovarium menebal. Kelainan ini terkenal dengan nama sindrom

Stein-Leventhal dan kiranya disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal. Umumnya

pada penderita terhadap gangguan ovulasi, oleh karena endometrium hanya dipengaruhi oleh estrogen, hiperplasia endometrii sering ditemukan.

3. Gejala Kista Ovarium dan Tanda-tanda Klinik

Kista ovarium seringkali tanpa gejala, terutama bila ukuran kistanya masih kecil. Kista yang jinak baru memberikan rasa tidak nyaman apabila kista semakin membesar, sedangkan pada kista yang ganas kadangkala memberikan keluhan sebagai hasil

infiltrasi atau metastasis kejaringan sekitar (Sarjadi, 1995). Pemastian penyakit tidak

bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker

ovarium. Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan


(21)

terasa penuh, berat dan kembung, tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil), haid tidak teratur, nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung bawah dan paha, nyeri senggama, mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil. Kadang-kadang kista dapat memutar pada pangkalnya, mengalami infark dan robek, sehingga menyebabkan nyeri tekan perut bagian bawah yang akut sehingga memerlukan penanganan kesehatan segera (Moore, 2001).

4. Diagnosis

Menurut Llwellyn (2001), kista ovarium jinak tumbuh secara tersembunyi dan sering tidak dapat dideteksi selama beberapa tahun. Tidak menyebabkan nyeri, tetapi jika membesar dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan jarang menimbulkan gangguan menstruasi. Pemeriksaan abdomen dan vagina secara periodik akan dapat mendeteksi kista ini. Kista tanpa nyeri atau massa padat di cul-de-sac, atau di tempat ovarium, atau meluas ke abdomen, yang dengan palpasi bersifat kistik sampai padat, memberi tanda kista ovarium. Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan skening ultrason

abdomen atau transvagina, yang dapat membedakannya dari kehamilan, kegemukan, pseudosiesis, kandung kemih penuh atau degenerasi kistik dari mioma.

Prawirohardjo (2002), menyatakan bahwa apabila pada pemeriksaan ditemukan kista di rongga perut bagian bawah dan atau di rongga panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya (besarnya, lokalisasi, permukaan, konsistensi, apakah dapat digerakkan atau tidak), maka perlu ditentukan jenis kista tersebut. Pada kista ovarium biasanya uterus dapat diraba tersendiri, terpisah dari kista. Jika kista ovarium terletak di garis tengah dalam rongga perut bagian bawah dan kista itu konsistensinya kistik, perlu


(22)

dipikirkan adanya kehamilan atau kandung kemih penuh, sehingga pada anamnesis perlu lebih cermat dan disertai pemeriksaan tambahan. Apabila sudah ditentukan bahwa kista yang ditemukan ialah kista ovarium, maka perlu diketahui apakah kista itu bersifat

neoplastik atau nonneoplastik.

Kista nonneoplastik akibat peradangan umumnya dalam anamnesis menunjukkan gejala-gejala ke arah peradangan genital, dan pada pemeriksaan kista-kista akibat peradangan tidak dapat digerakkan karena perleketan. Kista nonneoplastik umumnya tidak menjadi besar, dan diantaranya pada suatu waktu biasanya menghilang sendiri. Jika kista ovarium itu bersifat neoplastik, maka pemeriksaan yang cermat dan analisis yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat membantu dalam pembuatan diagnosis diferensial.

5. Pencegahan terjadinya Kista Ovarium

Chyntia (2010), menyatakan bahwa tidak ada upaya pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar dari penyakit ini. Upaya yang bisa dilakukan adalah untuk mengetahui secara dini penyakit ini sehingga pengobatan yang dilakukan memberi hasil yang baik dengan komplikasi yang minimal. Upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan pemeriksaan secara berkala yang meliputi: pemeriksaan klinis ginekologik untuk mendeteksi adanya kista atau pembesaran ovarium lainnya, pemeriksaan

Ultrasonografi (USG) bila perlu dengan alat Doppler untuk mendeteksi aliran darah,

pemeriksaan petanda tumor (tumor marker), pemeriksaan CT-Scan / MRI bila dianggap perlu.


(23)

6. Pemeriksaan Penunjang Kista Ovarium

Menurut Prawirohardjo (2002), metoda-metoda yang selanjutnya dapat membantu menegakkan diagnosis antara lain: (1) Laparaskopi yaitu pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah kista berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat kista, (2) Ultrasonografi yaitu dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas kista, apakah kista berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah kista kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak, (3) Foto Rontgen yaitu pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam kista, (4) Parasentesis yaitu pungsi asites berguna untuk menentukan sebab asites. Perlu diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk.

7. Penanganan Kista Ovarium

Menurut Prawirohardjo (2002), menyatakan bahwa dapat dipakai prinsip bahwa kista ovarium neoplastik memerlukan operasi dan kista nonneoplastik tidak. Jika menghadapi kista yang tidak memberi gejala atau keluhan pada penderita dan yang besar kistanya tidak melebihi jeruk nipis dengan diameter kurang dari 5 cm, kemungkinan besar kista tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum, jadi merupakan kista

nonneoplastik. Tidak jarang kista-kista tersebut mengalami pengecilan secara spontan

dan menghilang, sehingga pada pemeriksaan ulangan setelah beberapa minggu dapat ditemukan ovarium yang kira-kira besarnya normal. Oleh sebab itu, dalam hal ini perlu menunggu selama 2 sampai 3 bulan, sementara mengadakan pemeriksaan ginekologik


(24)

berulang. Jika selama waktu observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan kista tersebut, maka dapat mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan besar kista itu bersifat

neoplastik, dan dapat dipertimbangkan satu pengobatan operatif.

Tindakan operasi pada kista ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan kista dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung kista. Akan tetapi, jika kistanya besar atau ada komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan tuba

(salpingo-ooforektomi). Pada saat operasi kedua ovarium harus diperiksa untuk mengetahui apakah

ditemukan pada satu atau pada dua ovarium.

Pada operasi kista ovarium yang diangkat harus segera dibuka, untuk mengetahui apakah ada keganasan atau tidak. Jika keadaan meragukan, perlu pada waktu operasi dilakukan pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen section) oleh seorang ahli patologi anatomik untuk mendapatkan kepastian apakah kista ganas atau tidak. Jika terdapat keganasan, operasi yang tepat ialah histerektomi dan salpingo-ooforektomi

bilateral. Akan tetapi, wanita muda yang masih ingin mendapat keturunan dan tingkat

keganasan kista yang rendah (misalnya kista sel granulosa), dapat dipertanggung-jawabkan untuk mengambil resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal.

Llewellyn (2001) menyatakan bahwa, terapi bergantung pada ukuran dan konsistensi kista dan penampakannya pada pemeriksaan ultrasonografi. Mungkin dapat diamati kista ovarium berdiameter kurang dari 80 mm, dan skening diulang untuk melihat apakah kista membesar. Jika diputuskan untuk dilakukan terapi, dapat dilakukan aspirasi kista atau kistektomi ovarium. Kista yang terdapat pada wanita hamil, yang berukuran >80 mm dengan dinding tebal atau semisolid memerlukan pembedahan,


(25)

setelah kehamilan minggu ke 12. Kista yang dideteksi setelah kehamilan minggu ke 30 mungkin sulit dikeluarkan lewat pembedahan dan dapat terjadi persalinan prematur. Keputusan untuk melakukan operasi hanya dapat dibuat setelah mendapatkan pertimbangan yang cermat dengan melibatkan pasien dan pasangannya. Jika kista menimbulkan obstruksi jalan lahir dan tidak dapat digerakkan secara digital, harus dilakukan seksio sesaria dan kistektomi ovarium.

D. Pengalaman Wanita Usia Subur dengan Kista Ovarium

Kista ovarium merupakan kista yang sering menyerang wanita, gejalanya adalah perut membuncit padahal tidak hamil. Merasakan sakit perut bagian bawah yang terasa tumpul, hilang timbul bisa diperut bagian bawah sebelah kiri ataupun sebelah kanan. Tidak jarang seorang calon ibu sangat kecewa karena dirinya gagal memperoleh momongan, padahal ia sempat merasa bahagia saat menyadari adanya tanda-tanda awal kehamilan selama 1 bulan terakhir seperti tidak datangnya menstruasi, perut terasa kembung dan tidak nyaman, serta adanya mual muntah. Namun saat dilakukan pemeriksaan, bukan kehamilan yang didapat, melainkan terdapatnya kista.

Masalah kesuburan pada wanita sering dikaitkan dengan kista. Bahkan ada anggapan bila seseorang yang terkena kista ovarium akan sulit hamil. Tetapi pendapat itu tidak sepenuhnya benar, karena bukan berarti seorang wanita yang menderita kista tidak bisa memiliki anak, kehamilan masih bisa terjadi meski kemungkinannya lebih kecil. Bahkan, pada wanita yang mengalami kista coklat disarankan untuk segera menikah dan tidak menunda kehamilan, karena dengan kondisi tersebut bisa mencegah kista semakin besar dan memperburuk keadaannya akibat kista tersebut.


(26)

Adapun pengalaman wanita usia subur dengan kista ovarium ini tentu saja membuat dirinya menjadi khawatir karena takut tidak bisa hamil dan memiliki tekanan atas kondisinya dengan keluhan-keluhan yang dirasakannya. Apalagi dialami oleh wanita hamil yang didiagnosa juga terdapat kista pada kehamilannya. Tentunya ibu akan merasakan stress karena kista ovarium dalam kehamilan menyebabkan nyeri perut oleh karena putaran tangkai, pecah atau perdarahan bahkan dapat menyebabkan keguguran karena kista yang bertambah besar sehingga mengganggu kehamilannya. Tetapi semua itu bergantung dari jenis dan ukuran kistanya. Kista yang fisiologis umumnya akan menghilang dengan sendirinya namun tetap harus diamati apakah kista tersebut mengalami pembesaran atau tidak. Pada kista yang patologis, pembesaran bisa terjadi relatif cepat dan perlu dilakukan pengangkatan kista.

E. Penelitian Kualitatif Fenomenologi

Bogdan dan Taylor (1975, dalam Moleong, 2006) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan


(27)

dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Istilah fenomenologi juga sering diartikan sebagai anggapan umum untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui. Fenomenologi kadang-kadang digunakan sebagai pendekatan perspektif dan juga digunakan sebagai pendekatan dalam penelitian kualitatif. Fenomenologi memiliki riwayat yang cukup panjang dalam penelitian sosial termasuk psikologi, sosiologi, dan pekerjaan sosial. Selain itu fenomenologi juga merupakan pandangan berpikir yang menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi-interpretasi dunia (Moleong, 2006).

Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu. Fenomenologi tidak berarti bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang sedang diteliti, yang ditekankan oleh kaum fenomenologis ialah aspek subjektif dari perilaku seseorang. Tetapi peneliti berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu yang dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari (Moleong, 2006).

Tingkat kepercayaan hasil penelitian berpegang kepada empat prinsip dan kriteria Linkoln dan Guba (1985, dalam Danim, 2003) . Keempat prinsip dan kriteria tersebut ialah: (1) credibility; (2) dependability; (3) confirmability; (4) transferability.

1. Prinsip credibility merujuk pada apakah kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya dalam makna mengungkapkan kenyataan yang sesungguhnya. Untuk memenuhi kriteria ini, peneliti akan melakukan member check yaitu proses pengecekan


(28)

data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

2. Prinsip dependability merujuk apakah hasil penelitian tersebut memiliki keandalan atau reabilitas. Prinsip ini dipenuhi dengan peniliti mempertahankan konsistensi tekhnik pengumpulan data, dalam menggunakan konsep dan membuat penafsiran atas fenomena.

3. Prinsip confirmability bermakna keyakinan atas data penelitian yang diperoleh. Untuk memenuhi kriteria tersebut peneliti menginformasikan hasil penelitian kepada pembimbing, karena pembimbing merupakan seorang yang ahli dalam bidang kualitatif fenomenologi.

4. Prinsip transferability mengandung makna apakah hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan atau dapat diaplikasikan pada situasi lain. Hasil penelitian kualitatif tidak secara apriori dapat digeneralisasikan, kecuali situasi tersebut memiliki karakteristik yang sama dengan situasi lapangan tempat penelitian. Upaya untuk mentransfer hasil penelitian kualitatif pada situasi yang berbeda sangat mungkin memerlukan penyesuaian menurut keadaan dan asumsi-asumsi yang mendasarinya.


(29)

2. Pendidikan

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan bagi mahasiswa nantinya dalam menerapkan asuhan kebidanan khususnya pada wanita usia subur yang mengalami kista ovarium.

3. Peneliti Lanjutan

Diharapkan peneliti lanjutan dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai masukan dan tambahan informasi tentang penelitian fenomenologi atau bahan perbandingan terhadap penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.


(30)

DAFTAR PUSTAKA

As’ari. (2005). Apa itu dukungan sosial.

Chyntia, E. (2010). Pahami Kista Anda Akan Terbebaskan. Yogyakarta: Maximus Danim, S., & Darwis. (2003). Metode Penelitian Kebidanan Prosedur, Kebijakan dan

Etik. Jakarta: EGC

Didi. (2008). Hamil Dengan Kista Ovarium.

Hartanto. (2002). Buku Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Sinar Harapan Llewellyn, et al. (2001). Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Hipokrates

Mansjoer, et al (2000). Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius

Manuaba, I.B (2001). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan

KB. Jakarta: EGC

Mesics, S. (2008). Terapi Alternatif. http://www.guidelines .gov/ /summary/summary.

aspx? doc_id=10939, diperoleh 7 Mei 2011

Moleong, L.J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Moore, J.G (2001). Essensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Hipokrates

Notoadmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Owen, E. (2005). Panduan Kesehatan Bagi Wanita. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya Prawirohardjo, S. (2002). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


(31)

Sukmamerati. (2008). Kista Ovarium.

Syah, M. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Gravindo Persada

Tim Penyusun Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar

Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Zubair, A.C. (2008). Tinjauan Moral dan Kultural terhadap Hedonisme di Kalangan Generasi Muda. http://www.filsafat.ugm.ac.id/downloads/artikel/hedonisme.pdf, diperoleh tanggal 7 Mei 2011


(32)

Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bernama Yunni Safitri/105102007 adalah mahasiswa Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini sedang melakukan penelitian tentang “Pengalaman Wanita Usia Subur Dengan Kista Ovarium”.

Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan ibu-ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini, dalam memberikan jawaban atas wawancara sesuai dengan pendapat ibu tanpa di pengaruhi oleh orang lain. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan ibu. Partisipasi ibu-ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga bebas mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apa pun. Identitas pribadi ibu dan semua informasi yang ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan ini saja. Terimakasih atas partisipasi ibu dalam penelitian ini.

Peneliti Medan, Desember 2010

Responden


(33)

Lampiran 2 KUESIONER DATA DEMOGRAFI

Pengkajian Data Demografi Petunjuk Pengisian

• Semua pertanyaan harus dijawab

• Untuk soal nomor 1 dijawab dengan mengisi pertanyaan yang diberikan

• Untuk pertanyaan selanjutnya dijawab dengan memberikan tanda check list (√) pada tempat telah disediakan

• Setiap pertanyaan dijawab hanya dengan satu jawaban yang sesuai menurut anda

Nomor Partisipan :

1. Usia : Tahun

2. Status : 1. Kawin ( ) 2. Tidak Kawin ( ) 3. Agama : 1. Islam ( ) 2. Kristen Protestan ( ) 3. Kristen Katolik ( ) 4. Hindu ( ) 5. Budha ( ) 4. Suku : 1. Minang ( ) 2. Jawa ( ) 3. Batak ( )


(34)

4. Melayu ( ) 5. Lain-Lain ( ) 5. Pekerjaan : 1. PNS ( ) 2. Wiraswasta ( ) 3. Peg. Swasta ( ) 4. Ibu Rumah Tangga( ) 6. Pendidikan : 1. SD ( )

2. SMP ( ) 3. SMU ( ) 4. Perguruan Tinggi ( ) 5. Lain-Lain ( )


(35)

Lampiran 3 PANDUAN WAWANCARA

a. Coba anda ceritakan tentang kista ovarium yang anda alami!

b. Coba anda ceritakan keluhan apa yang anda rasakan saat mengalami kista ovarium tersebut!

c. Upaya apa saja yang sudah anda lakukan untuk menyembuhkan kista ovarium tersebut!

d. Bagaimana perasaan anda saat menjalani tindakan medis atau operasi pengangkatan kista ovarium tersebut?


(36)

(37)

(38)

(39)

(40)

(41)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Yunni Safitri

TTL : Bengkalis, 30 Mei 1988

Agama : Islam

Nama Ayah : H. Nursal Nama Ibu : Hj. Rubbiati Anak ke : 2 (dua)

Alamat : Jl. Bengkalis Gg. Panama Kel. Rimba Sekampung Bengkalis - Riau

Pendidikan Formal : - SD Negeri 078 Bengkalis (1994-2000) - SMP Negeri 1 Bengkalis (2000-2003) - SMA Negeri 1 Bengkalis (2003-2006)

- STIKes Payung Negeri Pekanbaru (2006-2009) - D-IV Bidan Pendidik Fak.Kep USU (2010-2011)


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yunni Safitri

TTL : Bengkalis, 30 Mei 1988

Agama : Islam

Nama Ayah : H. Nursal Nama Ibu : Hj. Rubbiati

Anak ke : 2 (dua)

Alamat : Jl. Bengkalis Gg. Panama Kel. Rimba Sekampung Bengkalis - Riau

Pendidikan Formal : - SD Negeri 078 Bengkalis (1994-2000) - SMP Negeri 1 Bengkalis (2000-2003) - SMA Negeri 1 Bengkalis (2003-2006)

- STIKes Payung Negeri Pekanbaru (2006-2009) - D-IV Bidan Pendidik Fak.Kep USU (2010-2011)