yang digabungkan dengan tembaga berpenampang menghasilkan lebih panas yang baik, dan biayanya dapat dihemat hingga 50.
Lilitan dari aluminium di dalam mesin listrik pada umumnya membutuhkan penmpang yang lebih besar daripada yang terbuat dari tembaga. Tetapi oksidasi
anodis menghasilkan lapisan luar yang sangat menyengat, tahan panas dan tipis. Dengan selubung oksid ini penghantar aluminium mencapai tebal yang sama dengan
tebal sebuah penghantar tembaga beserta penyekatnya pada nilai hantaran yang setara. Gruber, K.,1977
2.2. Sejarah Aluminium
Aluminium pertama sekali ditemukan sekitar 160 tahun yang lalu dan mulai diproduksi secara industri sekitar 90 tahun yang lalu. Sejarah penemuan aluminium
dapat diuraikan sebagai berikut : 1.
Pada tahun 1782, seorang ilmuwan Prancis bernama Lavoiser telah menduga bahwa aluminium merupakan logam yang terkandung dalam alumina
2. Pada tahun 1807, seorang ahli kimia Inggris bernama Humphrey Davy
berhasil memisahkan alumina secara elektrokimia. Logam yang diperoleh dari pemisahan ini adalah aluminium
3. Pada tahun 1821, bauksit ditemukan di kota Lesbaux wilayah Prancis Selatan.
4. Pada tahun 1825, seorang ahli kimia Denmark, Orsted berhasil memisahkan
aluminium murni dan stabil dengan cara memanaskan aluminium klorida dengan kalium amalgam dan kemudian memisahkan merkurinya dengan
destilasi.
Universitas Sumatera Utara
5. Pada tahun 1886, seorang mahasiswa dari Oberlin Collage di Ohio Amerika
Serikat yang bernama Charles Martin Hall menemukan bahwa aluminium dapat dihasilkan dengan cara melarutkan alumina Al
2 3
dalam larutan kriolit Na
3
AlF
6
pada temperatur 960
o
C dalam bentuk kotak yang dilapisi logam karbon dan kemudian melewatkan arus melalui rung tersebut. Pada tahun
yang sama seorang ahli kimia berkebangsaan Prancis bernama Paul Heroult menemukan proses yang sama dengan penemuan Charles Martin Hall,
sehingga cara menghasilkan aluminium seperti ini disebut proses Hall-Heroult 6.
Pada tahun 1888, seorang ahli kimia Jerman yang bernama Karlf Josept Bayern menemukan cara menghasilkan alumina dari bauksit dengan cara
pelarutan kimia, cara menghasilkan alumina seperti ini disebut dengan Proses Bayer Jodi B J .,1992
2.3. Proses Pengolahan alumina
Bauksit merupakan sumber utama alumina dengan kadar sekitar 40-60 dan sisanya berupa silikon, titania, oksida, besi dan pengotor lainnya. Alumina
merupakan bahan baku utama dalam bentuk bubuk putih untuk memproduksi aluminium. Alumina diperoleh dari bauksit melalui proses bayer, alumina yang
diperoleh dari proses bayer ini mempunyai kemurnian yang tinggi dan dengan konsumsi energi yang rendah.
Proses pengolahan alumina dari bauksit dengan proses bayer dilakukan dengan proses kimia. Proses ini diawali dengan melarutkan bauksit ke dalam natrium
hidroksida Al
2 3
.xH
2
O + 2NaOH 2NaAlO
2
+ X +1 H
2
O
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya dilakukan pengendapan, sehingga 2NaAlO
2
+ 4 H
2
O + kalor Al
2 3
+ 3 H
2
O dengan temperatur kalsinasi sekitar 1250
o
C Alumina yang telah diperoleh dari proses bayer tersebut selanjutnya diproses
untuk memperoleh aluminium. Proses yang dilakukan merupakan proses Hall- Heroult. Prinsipnya adalah mereduksi alumina dengan melalui proses elekrolisa.
Karena alumina sangat sulit untuk dilarutkan dalam pelarut biasa, maka kriolit Na
3
AlF
6
digunakan sebagai elektrolitnya. Peleburan aluminium melalui reduksi alumina yang dilakukan secara
elektrolisis dalam larutan elektrolit pada temperatur 960
o
C. Dengan mengalirkan arus searah ke dalamnya melalui dua elektroda yaitu anoda dan katoda sehingga akan
terjadi proses elektrolisa yang akan menghasilkan aluminium cair. Burkin A R.,1987
2.4 Jenis Sel yang digunakan dalam proses Hall-Heroult