Pengaruh Konsentrasi Natrium Dioksida Dalam Alumina Terhadap Konsumsi Aluminium Fluorida Pada Bath Tungku Reduksi Di PT INALUM

(1)

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM DIOKSIDA DALAM

ALUMINA TERHADAP KONSUMSI ALUMINIUM FLUORIDA

PADA BATH TUNGKU REDUKSI

DI PT INALUM

TUGAS AKHIR

MHD. SAID IBRAHIM HASIBUAN

092401063

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

MEDAN

2012


(2)

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM DIOKSIDA DALAM ALUMINA TERHADAP KONSUMSI ALUMINIUM FLUORIDA

PADA BATH TUNGKU REDUKSI DI PT INALUM

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

MHD. SAID IBRAHIM HASIBUAN 092401063

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

MEDAN 2012


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM DIOKSIDA DALAM ALUMINA TERHADAP KONSUMSI ALUMINIUM FLUORIDA PADA BATH TUNGKU REDUKSI DI PT INALUM

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : MHD. SAID IBRAHIM HASIBUAN Nomor Induk Mahasiswa : 092401063

Program studi : DIPLOMA TIGA (D-3) KIMIA Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (MIPA)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Disetujui di

Medan, Juni 2012

Diketahui

Proram Studi Kimia FMIPA USU Pembimbing Ketua,

Dra. Emma Zaidar Nasution, M.Si Dr. Marpongahtun, M.Sc NIP 195512181987012001 NIP 196111151988032002

Departement Kimia FMIPA USU Ketua,

Dr. Rumondang Bulan, M.S NIP 195408301985032001


(4)

PERNYATAAN

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM DIOKSIDA DALAM ALUMINA TERHADAP KONSUMSI ALUMINIUM FLUORIDA PADA BATH TUNGKU

REDUKSI DI PT INALUM KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2012

MHD. SAID IBRAHIM HASIBUAN 092401063


(5)

PENGHARGAAN

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, atas berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyalesaikan karya ilmiah ini yang berjudul “PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM DIOKSIDA DALAM ALUMINA TERHADAP KONSUMSI ALUMINIUM FLUORIDA PADA BATH TUNGKU REDUKSI DI PT INALUM”.

Dalam penyusunan karya ilmiah ini dilakukan berdasarkan pengalaman dan pengetahuan penulis selama melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) Kuala Tanjung Kabupaten Batubara tepatnya di seksi operasi tungku reduksi aluminium selama rentang waktu 5 Desember 2011 s.d. 13 Januari 2012.

Semoga karya ilmiah ini dapat member manfaat kepada penulis dan juga kepada orang lain. Penulis menyadari akan fitrahnya seorang manusia yang tidak sempurna, pastilah ada kekhilafan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Oleh sebab itu, sangat diharapkan kritik dan saran terhadap bentuk kekurangan dalam penyusunan karya ilmiah ini.

Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku dekan FMIPA USU

2. Ibu Dr. Rumondang Bulan, M.S dan Drs. Albert P. M.Sc selaku ketua dan sekertaris Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Ibu Dra. Emma Zaidar, M.Si dan Dra. Herlince Sihotang, M.Si selaku ketua dan sekertaris program studi DIII Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

4. Dosen pembimbing penulis, Dr. Marpongahtun, M.Sc Semoga segala kebaikan yang diberikan dapat menjadi amal sholeh di hadapan pencipta.

5. Ibunda Herlina Harahap seorang wanita yang telah mengandung, melahirkan, mendidik serta mendo’akan penulis hingga menjadi seperti ini, semoga segala bentuk kasih sayangnya yang telah diberikan menjadikan motivasi bagi penulis


(6)

untuk menjadi yang terbaik dan mencapai apa yang diinginkan. Ayahanda Drs. Abdul Jalil Hasibuan yang telah banyak memberikan pengajaran moral kepada penulis.

6. Kakak (Ummi kalsum Hasibuan) dan adik (Juli Khairani Hasibuan) penulis yang telah memberikan motivasi dan semangat terhadap penulis.

7. Bapak Faisal Amri, Damiyanus, Faisal Hidayat dan seluruh karyawan PT INALUM yang bersedia membimbing dan mengarahkan penulis.

8. Teman – teman “AndTheBro”, Dede, Evan, Yusup, Diki, Darna, Harry, Zulfadli, Didi, Ariansyah, Mahadi, Ali, Arif, Devi, Get – Get, dan Davit Terima kasih sebesar – besarnya atas semuanya.

9. Sri Mas Bulan Siregar yang bisa dengan mudahnya membuat penulis tersenyum dengan segala tekniknya untuk menjalani hari – hari dan juga telah memaksa penulis untuk segera menyelesaikan karya ilmiah ini. Terima kasih bulan “Unlimitednya”. Serta penulis juga berharap semoga skripsinya juga bisa selesai tepat waktu sesuai yang diinginkan “Go..Go.. Go.. SEMANGAT”. Semoga segala dukungan, bantuan dan kebaikan dalam bentuk apa pun yang telah diberikan kepada penulis akan memperoleh balasan dari ALLAH SWT.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun untuk kesempurnaan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bisa bermanfaat terutama bagi penulis dan bagi kita semua. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Medan, Juni 2012

Penulis


(7)

ABSTRAK

Telah dilakukan pengujian penentuan berat AlF3 yang akan bereaksi dengan Na2O.

Reaksi AlF3 dengan konsentrasi Na2O yang bervariasi berlangsung dengan proses

elektrolisis di dalam bath tuingku reduksi. Berdasarkan hasil proses elektrolisis diperoleh 0,44%Na2O akan bereaksi dengan 22582,55 g AlF3; 0,43% Na2O akan

bereaksi dengan 22040,58 g AlF3; 0,34% Na2O akan bereaksi dengan 17524,07 g AlF3


(8)

THE EFFECT CONCENTRATE SODIUM OXIDE IN ALUMINA TO

CONSUMTION ALUMINIUM FLUORIDE IN BATH REDUCTION STOVE IN PT INALUM

ABSTRACT

Determination the weight of AlF3 that reaction by Na2O. Reaction AlF3 by different

concentration Na2O processing by electrolysis process directly in reduction bath stove.

By the eletrolisis 0,44%Na2O will reaction by 22582,55 g AlF3; 0,43% Na2O will

reaction by 22040,58 g AlF3; 0,34% Na2O will reaction by17524,07 g AlF3 and


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR GRAFIK xi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 3

1.3. Tujuan 3

1.4. Manfaat 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Aluminium 4

2.2. Aluminium 5

2.3. Kegunaan Aluminium 7

2.4. Bahan Baku Utama Elektrolisa Aluminium 8

2.4.1. Alumina 8

2,4.2. Anoda dan Katoda 10

2.5. Bahan Baku Penunjang Elektrolisa Aluminium 11 2.5.1. Kriolit

11

2.5.2. Soda Abu 12

2.5.3. Aluminium Fluorida 12

2.6. Proses Peleburan Aluminium 13

2.6.1. Aliran Bahan Baku 13

2.6.2. Gas Cleaning 15

2.7. Proses Elektrolisa Aluminium 16

BAB 3 BAHAN DAN METODE PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan 18

3.1.1. Alat 18

3.1.2. Bahan Olahan pada Proses Elektrolisa 19

3.2. Prosedur Percobaan 19

3.2.1. Start Up 19


(10)

3.2.1.1. Metode Gas Baking 19

3.2.1.2. Metode Electrikal Baking 21

3.2.2. Pemasukan Alumina 22

3.2.3. Pengambilan Metal Cair 22

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil 23

4.2. Perhitungan 24

4.3. Pembahasan 31

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 34

5.2 Saran 34

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Spesifikasi Alumina 10

Tabel 4.1 Data Bath Material Bulan Desember 2011 23 Tabel 4.2 Data Spesifikasai %Na2O dalam Alumina Pada Bulan Desember 2011 24

Tabel 4.3 Tabel 4.3 Data Hasil Perhitungan g AlF3 yang bereaksi dengan Na2O 26

Tabel 4.4. Pengamatan ANAVA 27


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Aliran Material


(13)

DAFTAR GRAFIK


(14)

ABSTRAK

Telah dilakukan pengujian penentuan berat AlF3 yang akan bereaksi dengan Na2O.

Reaksi AlF3 dengan konsentrasi Na2O yang bervariasi berlangsung dengan proses

elektrolisis di dalam bath tuingku reduksi. Berdasarkan hasil proses elektrolisis diperoleh 0,44%Na2O akan bereaksi dengan 22582,55 g AlF3; 0,43% Na2O akan

bereaksi dengan 22040,58 g AlF3; 0,34% Na2O akan bereaksi dengan 17524,07 g AlF3


(15)

THE EFFECT CONCENTRATE SODIUM OXIDE IN ALUMINA TO

CONSUMTION ALUMINIUM FLUORIDE IN BATH REDUCTION STOVE IN PT INALUM

ABSTRACT

Determination the weight of AlF3 that reaction by Na2O. Reaction AlF3 by different

concentration Na2O processing by electrolysis process directly in reduction bath stove.

By the eletrolisis 0,44%Na2O will reaction by 22582,55 g AlF3; 0,43% Na2O will

reaction by 22040,58 g AlF3; 0,34% Na2O will reaction by17524,07 g AlF3 and


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Industri peleburan aluminium mulai berkembang sejak Charless Hall dan Paul Heroult yang secara terpisah menemukan proses produksi aluminium yang lebih sederhana pada tahun 1886, yaitu dengan cara mereduksi aluminium (Al) dari bahan baku alumina (Al2O3) dengan proses elektrolisis. Dalam proses ini, bahan karbon (C)

dipakai sebagai elektroda, kriolit (Na3AlF6) sebagai larutan elektrolit, dan arus listrik

searah (DC) sebagai sumber energi pemisah Al dari senyawa (Al2O3) dan menjaga

agar elektrolit maupun metal cair yang terbentuk tetap terjaga dalam fase cair di dalam tungku reduksi (Austin,1996).

Di dalam bahan baku alumina terdapat senyawa-senyawa selain Al2O3 (dalam

keadaan kering) itu sendiri yang dapat mempengaruhi proses produksi aluminium tersebut. Masing-masing senyawa tersebut memiliki spesifikasi tertentu yang disesuaikan dengan atandar dalam peleburan aluminium di PT INALUM. Senyawa-senyawa tersebut antara lain : (SiO2, Fe2O3, TiO2, Na2O dan CaO). Na2O merupakan

senyawa yang terdapat dalam bahan baku alumina. Na2O berperan langsung dalam

pembentukan kriolit (Na3AlF6).

Kriolit adalah salah satu bahan baku penunjang yang sangat penting yang digunakan sebagai elektrolit dalam proses elektrolisa peleburan aluminium.Kriolit dapat melarutkan alumina dalam jumlah besar. Kriolit ditambahkan ke dalam pot reduksi pada saat pengoperasian awal (start-up) pot reduksi dengan banyak yang telah


(17)

ditentukan dengan standar pada pengoperasian awal (start-up) pot reduksi. Pada saat pot beroperasi secara normal akan terjadi pembentukan kriolit yang dipengaruhi oleh reaksi tertentu yang tetrjadi di dalam pot reduksi. Pembentukan kriolit dipengaruhi oleh reaksi antara Na2O dengan aluminium flourida (AlF3). Senyawa AlF3 juga

termasuk bahan baku penunjang yang ditambahkan ke dalam pot reduksi dengan tujuan untuk menjaga keasaman bath dan merupakan bahan yang dituangkan secara manual jika AlF3 kurang di dalam bath.

Oleh karena itu, bahan baku alumina secara langsung mempengaruhi reaksi yang terjadi antara Na2O dengan AlF3. Melalui reaksi tersebut akan diperoleh

perbandingan serta perhitungan untuk mrengetahui berapa banyak AlF3 yang bereaksi

dengan asumsi Na2O yang terdapat dalam alumina. Untuk spesifikasi Na2O sendiri

memiliki persentase konsentrasi yang berbeda-beda pada setiap bahan baku yang masuk ke dalam pabrik reduksi, meskipun demikian standar Na2O harus tetap sesuai

dengan yang diinginkan untuk proses elektrolisa di tungku reduksi agar pembentukan kriolit di dalam pot tetap stabil (Kelvin,1994).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat menjadi suatu alasan bagi penulis untuk menentukan : “Pengaruh Konsentrasi Natrium Dioksida Dalam Alumina Terhadap Konsumsi Aluminium Fluorida pada Bath Tungku Reduksi Di PT Inalum.


(18)

Berapa banyak jumlah aluminum fluorida (AlF3) yang bereaksi dengan berbagai

konsentrasi natrium dioksida (Na2O) yang terkandung di dalam bahan baku alumina

(Al2O3).

1.3Tujuan

a. Untuk menentukan berapa jumlah aluminium fluorida yang bereaksi dengan konsentrasi Na2O yang berbeda.

b. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara konsentrasi Na2O dengan

aluminium fluorida

1.4Manfaat

Dengan diketahui berapa banyak aluminium fluorida yang bereaksi dengan Na2O pada

konsentrasi yang berbeda yang terkandung di dalam bahan baku alumina sehinga komposisi bath untuk AlF3 bisa ditentukan dan proses elektrolisa dapat berlangsung


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Aluminium

Aluminium ditemukan kira – kira sekitar 160 tahun yang lalu dan dimulai produksi skala industri sekitar 90 tahun yang lalu. Berikut sejarah perkembangan tentang penemuan aluminium : . (Davis,1993)

1. Pada tahun1782, seorang ilmuwan Perancis bernama Lavoiser telah menduga bahwa aluminium merupakan logam yang terkandung di dalam alumina,

2. Pada tahun 1807, ahli kimia Inggris bernama Humphrey Davy berhasil memisahklan alumina secara elektrokimia logam dan yang diperoleh dari pengujian tersebut adalah aluminium,

3. Pada tahun 1821, biji sumber aluminium ditemukan di Perancis Selatan, tepatnya di kota Lesbaux, yang dinamakan bauksit,

4. Pada tahun 1825, ahli kimia Denmark, Osted berhasil memisahkan aluminium murni dengan cara memanaskan aluminium khlorida dengan kalium amalgam dan kemudian memisahkan merkuri dengan cara destilasi,

5. Pada tahun 1886, mahasiswa Oberlin College di Ohio, Amerika Serikat bernama Charles Martin – Hall menemukan dengan cara melarutkan alumina dalam lelehan kriolit pada temperature 9600C dalam bentuk kotak


(20)

uang dilapisi logam karbon dan kemudian melewatkan arus listrik melalui ruang tersebut. Cara ini dikenal dengan proses Hall – Heroult, karena ini terjadi pada tahun yang sama dengan seorang berkebangsaan Perancis yang bernama Paul Heroult,

6. Pada tahun 1888, ahli kimia Jerman Karlf Josef Bayer menemukan cara memperoleh alumina dari bauksit secara pelarutan kimia. Sampai saat ini cara Bayer masih digunakan untuk memproduksi alumina dari bauksit secara industri dan disebut dengan proses Bayer.

2.2. Aluminium

Aluminium adalah logam yang ringan dan cukup penting dalam kehidupan manusia. Aluminium merupakan unsur kimia golongan IIIA dalam sistim periodik unsur, dengan nomor atom 13 dan berat atom 26,98 gram per mol. Didalam udara bebas aluminium mudah teroksidasi membentuk lapisan tipis oksida (Al2O3) yang tahan

terhadap korosi. Aluminium juga bersifat amfoter yang mampu bereaksi dengan larutan asam maupun basa (Hartomo,1992).

Aluminmium adalah unsur melimpah ketiga terbanyak dalam kerak bumi (sesudah oksigen dan silikon), mencapai 8,2% dari masa total. Keberadaanya umumnya bersamaan dengan silikon dan aluminosilikat dari feldspar dan mika dan di dalam lempung, yaitu aluminium oksida terhidrasi yang mengandung 50% sampai 60% Al2O3; 1% sampai 20% Fe2O3; 1% sampai 10% silika; sedikit sekali titanium,

zirkonium, vanadium dan oksida logam transisiyang lain dan sisanya (20% sampai 30%) adalah air. Bauksit (Inggris : bauxite) adalah biji utama aluminium terdiri dari hydrous aluminium oksida dan aluminium hidroksida yakni dari mineral gibbsite


(21)

Al(OH)3, boehmite -AlO(OH), dan diaspore -AlO(OH), bersama – sama dengan

oksida besi goethite dan bijih besi, mineral tanah liat kaolinit dan sejumlah kecil anatase TiO2. Bauksit sebagai bahan baku peleburan aluminium dimurnikan melalui

proses Bayer, yang mengambil manfaat dimana fakta menunjukkan bahwa oksida alumina amfoter larut dalam basa kuat tapi besi (III) oksida tidak. Bauksit mentah dilarutkan dalam natrium hidroksida sehingga tebentuk AL(OH) 4- menurut reaksi :

Al2O3(s) + 2 OH-(aq) + 3 H2O(l) 2 Al(OH)4-(aq)

Kemudian Al(OH)4- yang terbentuk dipisahkan dari besi oksida dalam bentuk

terhidrasi serta zat asing terlarut lainnya dengan penyaringan. Aluminium oksida dalam bentuk terhidrasi murni mengendap bila larutan didinginkan sampai lewat – jenuh dan dipancing menjadi kristal dari produk:

2 Al(OH)4-(aq) Al2O3.3H2O(s) + 2 OH-(aq)


(22)

2.3. Kegunaan Aluminium

Dilihat dari segi kuantitas dan kualitas, kegunaan aluminium dapat mengatasi kegunaan logam lain kecuali besi. Karena itu aluminium sangat penting dalam kehidupan sehari – hari dan berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi dunia, dikarenakan aluminium diprediksi akan menjadi komoditi ekspor dunia.

Aluminium murni mempunyai kekuatan logam yang rendah, tetapi mempunyai kemampuan untuk membentuk alloy bersama dengan banyak unsur seperti tembaga, seng, magnesium, mangan dan silikon. Pada saat ini hampir semua bahan yang dianggap aluminium sebenarnya sejenis alloy aluminium bukan aluminium murni.

Apabila digabung secara proses termomekanikal, alloy aluminium menunjukkan peningkatan kekuatan dari segi sifat mekanikal. Alloy aluminium membentuk komponen penting dalam pesawat udara dan roket, ini dikarenakan kekuatan yang meningkat.

Sebagian dari kegunaan – kegunaan aluminium yaitu : (Oxtoby,2003)

1. Pengangkutan (kendaraan, kapal terbang, kendaraan landasan, kapal laut dan sebagainya),

2. Pembungkus (tin aluminium, keranjang aluminium dan sebagainya),

3. Perawatan air,

4. Pembinaan ( pintu, dwai binaan dan sebagainya),

5. Barangan pengguna tahan lama (perkakas, peralatan dapur dan sebagainya),


(23)

6. Talian penghantaran elektrik (berat pengalir aluminium adalah setengah dari dari berat tembaga dengan kekonduksian yang sama dan lebih murah),

7. Jendela,

8. Aluminium murni,

9. Serbuk aluminium, yang mempunyai bentuk perak yang biasa digunakan dalam cat.

2.4 Bahan Baku Utama Elektrolisis Aluminium

2.4.1 Alumina

Alumina adalah bahan baku utama untuk memproduksi aluminium. Alumina mempunyai morfologi sebagai bubuk berwarna putih dengan berat molekul102,titik leleh (temperatur pada dimana zat cair dari suatu zat berada dalam kesetimbangan) pada 20500C, dan densitas 3.5 – 4,0 gr/cm3. Dalam industri peleburan aluminium, alumina mempunyai 4 fungsi yaitu :

1. Sebagai bahan baku utama dalam memproduksi aluminium,

2. Sebagai insulasi termal untuk mengurangi kehilangan panas dari atas pot, dan untuk mempertahankan temperatur operasi,

3. Melindungi anoda dari oksidasi udara,


(24)

Alumina (Al2O3) merupakan senyawa oksida dari aluminium yang diperoleh

dari proses pemurnian bauksit (Al2O3 x H2O) yang disebut sebagai Proses Bayer.

Alumina yang dihasilkan melalui proses Bayer ini, mempunyai kemurnian yang tinggi dengan komsumsi energi yang relatif rendah.

PT INALUM memperoleh alumina yang diimpor dari Australia dan mengangkut alumina tersebut dengan menggunakan kapal laut. Selain dari Australia PT INAL:UM juga mendapatkan alumina dari Jepang, namun karena Australia lebih banyak menghasilkan alumina, maka PT INALUM hanya mengimpor alumina dari Australia saja, PT INALUM mengim[por alumina dari Australia sebanyak 20.000 ton per tahunnya, sehingga dengan begitu PT INALUM tidak akan kekurangan alumina dalam waktu setahun.

Spesifikasi alumina yang digunakan oleh PT INALUM yang berasal dari

ALCAN bauxite, Alumina dan Specially Chemicals, Australia, dapat dilihat pada tabel 2.1


(25)

Tabel 2.1. Spesifikasi Alumina

Jenis Spesifikasi

Loss on Ignition (300-10

Maksimum 1,00

SiO2 Maksimum 0,03

Fe2O3 Maksimum 0,03

TiO2 Maksimum 0,005

Na2O Maksimum 0,600

CaO Maksimum 0,06

Al2O3 Minimum 98,40

(Sumber : PT INALUM,2011)

2.4.2. Anoda dan Katoda

Anoda adalah elektroda bermuatan positif. Jenis anoda yang dipakai adalah jenis anoda prebaked, anoda yang digunakan di seksi reduksi dibuat dari gedung karbon dengan bahan kokas dan hard pitch.

Katoda adalah elektroda bermuatan listrik negatif. Ditinjau dari bahan bakunya dan proses pembuatannya. Katoda dibagi atas 4 jenis, yaitu : (jody,1992)


(26)

1. Blok katoda Amorphus, bahan bakunya antrasit, dipanggang pada suhu 1.2000C

2. Blok katoda semi graphitic, bahan bakunya grafit, dipanggang pada suhu 1.2000C

3. Blok katoda semi graphitic, bahan bakunya yang mengalami proses pemanasan sampai 2.3000C

4. Blok katoda graphitic, bahan bakunya kokas mengalami proses grafitasi suhu 3.0000C.

2.5 Bahan Baku Penunjang Proses Elektrolisa 2.5.1 Kriolit

Kriolit dapat mengandung CaF2 dan AlF3 yang dapat membentuk kriolit Na3AlF6. Sifat

– sifat kriolit adalah :

1) Konduktifitas l;istrik baik,

2) Memiliki berat jenis yang rendah,

3) Temperature kristaluisasi primer rendah,


(27)

5) Dapat melarutkan alumina dalam jumlah besar,

Untuk memperbaiki sifat – sifat kriolit tersebut, bath biasanya ditambah dengan beberapa tambahan seperti fluoride, alkil metal, AlF3 dan CaF2.

2.5.2. Soda Abu

Soda abu berfungsi memperkuat struktur katoda dan dinding samping agar sulit tererosi. Lapisan dinding samping dengan Na2CO3 dilakukan pada tahap transisi untuk

membantu proses pembentukan kerak samping. Selain mencegah erosi oleh bath, soda abu berfungsi sebagai isolasi thermal.

2.5.3. Aluminium Fluorida

Aluminium fluorida berfungsi menjaga keasaman bath dan merupakan bahan yang dituangkan secara manual jika kelebihan AlF3 kurang di dalam bath.


(28)

2.6. Proses Peleburan Aluminium

2.6.1. Aliran Bahan Baku

Bahan – bahan untuk keperluan produksi aluminium pertama sekali didatangkan melalui pelabuhan. Bahan – bahan tersebut adalah alumina, kokas dan hard pitch. Alumina akan dimasukkan ke silo alumina (alumina silo), kokas ke dalam silo kokas (coke silo), pitch kedalam pitch storage house. Pemasukan bahan – bahan tersebut menggunakan belt conveyer.

Alumina yang berada di dalam silo alumina kemudian di bawa ke dry scrub ber system untuk direaksikan dengan gas hidrogen fluorida (HF) yang berasal dari tungku reduksi. Hasil dari reaksi ini adalah reacted alumina yang akan dimasukkan ke dalam hopper pot dengan menggunakan Anode Changging Crane (ACC). Dari hopper pot, reacted alumina akan dimasukkan ke dalam tungku reduksi.

Kokas yang ada dalam silo kokas akan bercampur dengan butt (puntung anoda) dan mengalami pemanasan. Kemudian dicampur dengan hard pitch yang berfungsi sebagai perekat (binder). Campuran ketiga bahan ini akan dicetak menggunakan Shaking Machine di Anode Green Plant dan selanjutnya mengalami pemanggangan pada baking furnace. Hasilnya adalah blok anoda (anode block) di

Anode Baking Plant.

Blok – blok anoda kemudian akan dipasangi tangkai (anode assembly) di

Anode Baking Plant. Anoda tersebut kemudian akan dikirimkan ke Reduction Plant

untuk keperluan proses elektrolisis alumina menjadi aluminium. Setelah ±28 hari anoda diganti dan sisa – sisa anoda (butt) dibersihkan. Butt ini kemudian akan


(29)

dihancurkan dan dimasukkan ke silo butt. Butt kemudian dipakai kembali (recycle) sebagai bahan pembuatan anoda bersama kokas dan pitch.

Pada tungku reduksi akan terjadi proses elektrolisis alumina. Proses ini akan menghasilkan gas HF yang akan ke dry scrubber system untuk bereaksi dengan alumina dan dibersihkan lalu dibuang melalui cerobong gas cleaning sistem. Aluminium cair (molten) yang dihasilkan di bawa ke Casting Shop menggunakan Metal Transport Car (MTC). Di casting shop aluminium cair dimasukkan kedalam

holding furnace, lalu dituang ke casting machine untuk dicetak menjadi ingot aluminium dengan berat masing – masing ingot seberat 50 lbs (22,7kg). Aliran material dapat dilihat pada gambar 2.1.


(30)

2.6.2. Gas Cleaning

a. Fresh Alumina Handling System

Sistem ini menangani penyimpanan fresh alumina di dalam silo alumina dan pengirimannya ke dry scrubbing system. Banyaknya alumina yang dikirimkan diukur dengan flowmeter.

b. Dry Scrubbing System

Sistem ini berfungsi menyaring debu dan mengadsorbsi gas fluorida yang berasal dari pot reduksi. Fresh alumina dari silo dialirkan melalui air slide ke dalam reactor dan direaksikan dengan gas buang dari pot reduksi. Gas dihisap dari pot reduksi dengan menggunakan main exhaust fan. Debu dan alumina yang bereaksi ini kemudian disaring di dalam bag filter. Udara yang sudah bersih dibuang ke atmosfer melalui

exhaust stack.

Untuk menjaga tekanan di dalam bag filter stabil, alumina dan debu yang menempel di kain bag filter perlu dihembus secara periode dengan udara bertekanan rendah yang diatur melalaui damper. Udara ini berasal dari reverse flow fan. Alumina yang jatuh kemudian ditampung di dalam hopper bag filter, dialirkan dan disirkulasikan kembali ke dalam reactor untuk bereaksi kembali dengan gas buang. Dengan cara demikian kontak antara gas buang dengan alumina di dalam reactor lebih efektif.

Setelah reaksi adsorpsi selesai melalui sistem overflow., alumina dari bag filter


(31)

c. Reacted Alumina Handling System

Sistem ini menangani penyimpanan sementara reacted alumina di bin reacted

alumina. Reacted alumina kemudian dialirkan menuju Bath Material Mixing Centre

(BMMC) untuk dicampur dengan material bath. Campuran alumina dengan material

bath kemudian disimpan sementara di day-bin melalui belt conveyer. Campuran ini selanjutnya digunakan di pot reduksi sebagai bahan baku (Anonim,2009).

2.7. Proses Elektrolisa Aluminium

Hampir semua logam aluminium primer dihasilkan dengan proses elektrolisa Hall-Heroult. Bahan baku yang digunakan terdiri dari alumina, karbon, kriolit, CaF2, HF,

AlF3 dan tenaga listrik. Terdapat dua jenis tungku reduksi yang dipergunakan dalam

industri peleburan aluminium yaitu Prebaked Anode Furnace (PAF) dan Soderberg Anode Furnace (SAF). Perbedaan kedua tipe tungku tersebut terletak pada cara pemanggangan anodanya, dalam sistem PAF anoda dipanggang terlebih dahulu (prebaked) sebelum dipergunakan. Sedangkan pada sistem SAF tidak dilakukan pemanggangan pendahuluan, melainkan dimasukkan langsung kedalam tungku reduksi.

Reaksi kimia yang terpenting yang terjadi ditungku reduksi, adalah reaksi elektrolisa untuk m terbentuk aluminium. Demikian juga ion zat asam mendekati anoda kemudian

dinetralisir. Selain itu terjadi juga reaksi reduksi, dimana karbon yang berasal dari anoda berfungsi sebagai reduktor mengikat asam :


(32)

Aluminium cair yang terkumpul dibagian bawah tungku selanjutnya dihisap dan dibawa ke pabrik penuangan. Pada proses Hall-Heroult, logam aluminium diperoleh dari alumina dengan menggunakan cairan kriolit (Na3AlF6), (titik lebur 10000C) yang

digunakan sebagai pelarut. Sejumlah besar alumina (Al2O3) dilarutkan dalam kriolit,

dimana larutan kriolit dapat menurunkan titik lebur alumina. Campuran kriolit dan aluminium oksida dielektrolisa dalam sel dan sel lapisan karbon yang berfungsi sebagai katoda tersimpan didalam cairan aluminium. Pada operasi sel, cairan aluminium berada pada bagian bawah sel (Kelvin,1994).


(33)

BAB 3

BAHAN DAN METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

Beberapa peralatan dan bahan yang digunakan antara lain adalah:

3.1.1 Alat

a. Tungku Peleburan - Kerangka Tungku

- Tempat Alumina (Alumina Hopper) - Pemecah Kerak (Blade)

- Anode Block - Kathode Block - Gas Duct

- Penutup tungku (side Cover) - Penjepit Anoda (Anode Clamp) - Blade

b. Alarm Indikator

- Anode Changging Crane (ACC) - Ladle metal

- Ladle Bath - Ladle kokas


(34)

- Anopde Jacking Flame

3.1.2 Bahan Olahan pada Proses Elektrolisa

- Alumina (Al2O3)

- Anoda karbon - Kriolit (Na3AlF6)

- Katoda Karbon

- Aluminium Fluorida (AlF3)

- Soda Abu (Na2CO3)

- Metal Cair - Tenaga Listrik

3.2 Prosedur Percobaan 3.2.1 Start Up

3.2.1.1Metode gas baking

- Dimatikan gas LPG, kemudian burner dilepaskan dari dalam pot

- Dibuka Cover yang ada di sekeliling pot, kemudian arus diturunkan hingga 130 kA

- Ditaburkan serbuk kriolit disekeliling dinding pot, ini dilakukan agar tidak banyak panas yang hilang


(35)

- Dimasukkan bath cair sebanyak 12 ton, kemudian setelah bath telah habis di tuang, maka Pasak Hubungan Singkat (PHS) dicabut, diatur posisi busbar

sehingga terjadi funken atauAnode Effect dan arus dinaikkan hingga normal - Dimasukkan alumina ke dalam pot

- Dipertahankan funken selama 10 – 15 menit dan setelah itu funken dimatikan dengan cara menyemprotkan udara kering ke dalam bath cair dengan menggunakan pipa AE

- Dimasukkan bath cair yang pertama sebanyak ± 4 ton

- Ditutup Hood seluruhnya kemudian peralatan dikembalikan ke tempat yang telah ditentukan

- Dilakukan metal charging yaitu pemasukan metal cair ke dalam tungku sebanayak 12 ton setelah satu hari


(36)

3.2.1.2Metode Electrikal Baking

- Dikeluarkan kokas isolasi dengan menggunakan ladel kokas

- Dimasukkan PHS untuk memutus arus listrik, alat control Anode Current Distribution Device (ACDD) dilepas dan diletakkan ditempat yang telah ditentukan

- Diatur posisi busbar pada 280 mm kemudian anoda diangkat ±100 mm dan anoda di klem menggunakan ACC

- Dianaikkan posisi busbar ke posisi 100mm dengan menggunakan motor jack

Didorong kokas dasar ke bagian sisi panjang arus masuk dengan menggunakan sapu kokas yang dibantu dengan forklift putar dan kokas dasar dihisap dengan ladle kokas sampai habis

- Diturunkan Busbar ke posisi 360 mm kemudian arus dituruinkan sampai 130 kA

- Diambil Bath cair sebanyak ± 6 ton dari pot penyedia bath dituang ke dalam pot

- Dicabut PHS dan posisi busbar diatur hingga terjadi funken dan arus dinaikkan kembali hingga normal

- Dimasukkkan alumina ke dalam pot

- Dipertahankan Funken selama 10 – 15 menit dan setelah itu funken dimatikan dengan jalan menyemprotkan udara kering ke dalam bath cair dengan menggunakan pipa AE

- Dimasukkan Bath cair yang ke dua sebanyak ± 6 ton ke dalam pot

- Ditutup Hood seluruhnya kemudian peralatan dikembalikan ke tempat yang telah ditentukan


(37)

- Dilakukan metal charging yaitu pemasukan metal cair ke dalam tungku sebanyak 12 ton setelah satu hari

- Dicatat data – data operasi start up

3.2.2 Pemasukan Alumina

Dilakukan pengisian alumina ( Alumina Feeding ) secara komputerisasi setelah pot reduksi beroperasi secara normal.

3.2.3 Pengambilan Metal Cair

Diambil metal cair hasil proses produksi setiap hari dengan cara dihisap menggunakan ladel metal yang digantungkan pada ACC. Banyaknya metal yang diambil dari setiap pot disesuaikan dengan tinggi metalnya dan juga kondisi pot, normalnya 1,0 – 1,4 ton per hari atau 1,8 – 1,9 ton per 32 jam.


(38)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil

Hasil pengamatan operasi harian pada Departemen Smelter Reduction and Casting (SRC) pada pabrik peleburan aluminium di PT INALUM , Kuala Tanjung, Kabupaten Batubara, ditunjukkan pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Data Bath Material Bulan Desember 2011

No Jenis Keterangan

1. Line current 190 kA 2. Current efisien 92,32% 3. Pot reduksi 504

4. UC alumina 1900 kg/T.Al

Hasil pengamatan alumina yang masuk ke dalam tungku reduksi dengan persen konsentrasi Na2O pada Departemen Smelter Reduction and Casting (SRC) di PT

INALUM , Kuala Tanjung, Kabupaten Batubara, ditunjukkan pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 Data Spesifikasai %Na2O dalam Alumina Pada Bulan Desember 2011

Nama Alumina Jenis Alumina Na2O

(%)

ALCOA GL1113 0,44

ALCOA KR1112 0,43

ALCOA KR1114 0,42

GOVE KR1115 0,34


(39)

4.2. Perhitungan

1. mencari berat aluminium

Dimana : W = berat aluminium (g) M = berat atom aluminium

n = jumlah electron tiap mol zat F = konstanta Faraday (96500) I = kuat arus


(40)

maka :

= 0,3354 g

2. Produksi Aluminium P = 0,3554 . I. CE. T

= 0,3554 x 190 x 92,32% x 24 = 1496,1601 kg/ hari

3. Alumina yang dibutuhkan

= 1496,1601 / 1000 x 1900 / 1000 = 1,4962 x 1,9

= 2,8428 ton / hari

4. Mencari jumlah AlF3 yang bereaksi

3Na2O(s) + 4AlF3(l) 2Na3AlF6(l) + Al2O3(g)

Contoh untuk Na2O 0.44%

Berat Na2O = 0.44% x 2.8428

= 0.0125 T = 12500 g


(41)

Mol Na2O = g/Mr

= 12500/ 61,98 = 201,6779

Mol AlF3 =

= 268.9039

Berat AlF3 = 268.9039 x 83.98

= 22582,55 g

Dengan cara yang sama seperti perhitungan diatas maka hasil perhitungan jumlah g aluminium fluorida yang bereraksi dengan persentase Na2O dapat dilihat pada Tabel

4.3

Tabel 4.3 Data Hasil Perhitungan g AlF3 yang bereaksi dengan Na2O

Na2O (%) AlF3 (g)

0,44 22582,55

0,43 22040,58

0,34 17525,07


(42)

Data pengamatan ANAVA ditunjukkan pada Tabel 4.4 Tabel 4.4. Pengamatan ANAVA

Perlakuan Data Pengamatan Banyak Pengamatan No Sampel Nilai berat AlF3 (g)

1 22582,55 1

2 22040,58 1

3 17524,07 1

4 16982,08 1

Jumlah nilai berat untuk tiap sampel

J = 79129,28

Rata – rata seluruh sampel :

= 79129,28 4


(43)

Untuk melakukan perhitungan ANAVA diperlukan data sebagai berikut:

1. , jumlah kuadrat – kuadrat semua nilai dari sampel

= 22582,552 + 22040,582 + 17524,072 + 16982,082

= 1591242802

2. Ry, Jumlah kuadrat rata – rata keseluruhan

= ( 22582,55 + 22040,58 + 17524,07 + 16982,08)2 4

= 1565360738

3. Py jumlah kuadrat tiap – tiap sampel

= k

( Ji2 / ni )- Ry i=1

= (22582,552 + 22040,582 + 17524,072 + 16982,082) – 1565360738


(44)

4. Ey jumlah kuadrat keliruan

= ∑Y2 – Ry – Py

= 1591242802 – 1565360738 – 25882064

= 0

Setelah nilai – nilai di atas diperoleh, maka disusun data analisis variasi (ANAVA) pada Tabel 4.5 berikut :

Tabel 4.5. ANAVA Perhitungan Nilai Berat dan Sampel

Sumber Variasi Derajat Kebebasan Jumlah Kuadrat Rata – rata JK (dk) (JK) (RJK)

Rata – rata (Ry) 1 1565360738 -

Antar Sampel 3 25882064 8627354,67

Kekeliruan - - -

(dalam sampel)


(45)

Taraf yang digunakan adalah sebagai berikut :

F tabel (α = 0,05)

Adapun hipotesa yang dibandingkan ialah :

H0 = Tidak ada pengaruh yang signifikan %Na2O terhadap g ALF3

H1 = terdapat pengaruh yang signifikan %Na2O terhadap g ALF3

Dari tabel distribusi diperoleh nilai tabel(α= 0,05 )adalah 6,59 maka:

F hitung < F tabel

8627354,67 > 6,59

H1 diterima

Kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan %Na2O terhadap gram AlF3


(46)

4.3.Pembahasan

Proses elektrolisis secara umum merupakan proses elektrokimia yang mengurai suatu zat dengan anoda bertindak sebagai elektroda negatif dan katoda bertindak sebagai elektroda positif di dalam larutan elektrolit sebagai medium serta

menggunakan arus listrik searah.

Proses yang terjadi dalam pot reduksi adalah proses elektrolisa, yaitu proses penguraian suatu elektrolit oleh arus listrik, dimana energi listrik diubah menjadi energy kima. Proses reduksi peleburan aluminium di PT INALUM menggunakan metode Hall – Heroult. Hampir seluruh produksi aluminium pada saat ini dibuat dengan cara meleburkan alumina pada elektrolit di dalam tungku, dimana jenis tungku yang dipakai adalah Prebaked Anode Furnace (PAF) dan Soederberg Anode Furnace (SAF). PT INALUM sendiri menmggunakan jenis tungku Prebaked Anode Furnace (PAF).

Pada proses peleburan aluminium di PT Inalum yang menggunakan bahan baku alumina dan karbon bertindak sebagai anoda dan katoda di dalam medium bath. Bath merupakan cairan elektrolit yang juga tempat penguraian alumina yang di dalamnya terdapat ( SiO2, Fe2O3, Na2O dll). Bath juga memiliki komposisi

seperti ( fluorida, CaF2, AlF3,dll). Maka pada saat terjadinya reaksi antara alumina

dengan bath akan terjadi beberapa reaksi, diantaranya: 3Na2O(s) + 4AlF3(l) 2Na3AlF6(l) + Al2O3(g)

Dari reaksi tersebut kita dapat mengetahui hubungan Na2O dengan AlF3. Sesuai

dengan % Na2O yang berbeda – beda akan menghasilkan g AlF3 juga yang


(47)

Dari hasil perhitungan diketahui apabila %Na2O = 0,44% maka g AlF3 yang

bereaksi ialah 22582,55 g; %Na2O = 0,43% maka g AlF3 yang bereaksi ialah

22040,58 g; %Na2O = 0,34% maka g AlF3 yang bereaksi ialah 17524,07 g; dan

%Na2O = 0,33% maka g AlF3 yang bereaksi ialah 16982,08 g. Maka hubunganya

ialah berbanding lurus, artinya apabila %Na2Onya besar maka g AlF3 yang

bereaksi juga besar dan apabila %Na2Onya kecil maka g ALF3 yang bereaksi juga

kecil. Hubungannya juga bisa kita lihat dari grafik antara %Na2O dengan g AlF3

berikut ini.


(48)

(49)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

a. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa gram AlF3 untuk 0,44% Na2O =

22582,55; 0,43% Na2O = 220400,58; 0,34% Na2O = 17524,07; 0,33% Na2O =

16982,08.

b. Hubungan antara konsentrasi natrium dioksida dengan aluminium fluorida adalah apabila konsentrasi natrium dioksida besar maka aluminium fluorida yang bereaksi juga gramnya semakin besar, dan apabila konsentrasi natrium dioksida kecil maka aluminium fluorida yang bereaksi juga gramnya semakin kecil.

5.2 Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian selanjutnya pengaruh senyawa lain yang terkandung dalam alumina, sehingga proses elektrolisa berlangsung maksimal dan produksi aluminium juga maksimal.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Austin, G.T., 1996. Industri Proses Kimia. Jilid 1. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Davis, J.R., 1993. Aluminium and Aluminium Alloys. USA: Davis and Chargin Falls.

Grjotheim, K. and Welch, B.L., 1988. Aluminium Smelter Technology. Second Edition. Desserldorf: Aluminium Verlag.

Hartomo, J.A., 1992. Mengenal Lapisan Logam. Yogyakarta: Andi Offset.

Jody, B., 1992. Recyling of Aluminium Salt Cake. London: J.Res Management and Technology.

Kelvin, G.V., 1994. The Chemical World Concept and Aplication. Orlando: Harcourt Brace & Company.

Oxtoby, W.D., 2003. Kimia Modern. Edisi Keempat. Jilid 11. Jakarta: Erlangga. PT.INALUM. 2010. Modul Training SRC. Asahan: PT.INALUM.


(51)

Mencari jumlah AlF3 yang bereaksi

3Na2O(s) + 4AlF3(l) 2Na3AlF6(l) + Al2O3(g)

- Contoh untuk Na2O 0,43%

Berat Na2O = 0,43% x 2,8428

= 0,0122 T = 12200 g

Mol Na2O = g/Mr

= 12200/ 61,98 Mol AlF3 =

= 262,4503

Berat AlF3 = 262,4503 x 83,98

= 22040,58 g

Contoh untuk Na2O 0,34%

Berat Na2O = 0,34% x 2,8428

= 0,0097 T = 9700 g

Mol Na2O = g/Mr

= 9700 / 61,98 Mol AlF3 =


(52)

Berat AlF3 = 208,6695 x 83,98

= 17525,07 g

Contoh untuk Na2O 0,33%

Berat Na2O = 0,33% x 2,8428

= 0,0094 T = 9400 g Mol Na2O = g/Mr

= 9400 / 61,98 Mol AlF3 =

= 202,2158

Berat AlF3 = 202,2158 x 83,98


(1)

Dari hasil perhitungan diketahui apabila %Na2O = 0,44% maka g AlF3 yang bereaksi ialah 22582,55 g; %Na2O = 0,43% maka g AlF3 yang bereaksi ialah 22040,58 g; %Na2O = 0,34% maka g AlF3 yang bereaksi ialah 17524,07 g; dan %Na2O = 0,33% maka g AlF3 yang bereaksi ialah 16982,08 g. Maka hubunganya ialah berbanding lurus, artinya apabila %Na2Onya besar maka g AlF3 yang bereaksi juga besar dan apabila %Na2Onya kecil maka g ALF3 yang bereaksi juga kecil. Hubungannya juga bisa kita lihat dari grafik antara %Na2O dengan g AlF3 berikut ini.

Grafik 4.1 Hubungan antara %Na2O dengan g AlF3


(2)

(3)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

a. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa gram AlF3 untuk 0,44% Na2O = 22582,55; 0,43% Na2O = 220400,58; 0,34% Na2O = 17524,07; 0,33% Na2O = 16982,08.

b. Hubungan antara konsentrasi natrium dioksida dengan aluminium fluorida adalah apabila konsentrasi natrium dioksida besar maka aluminium fluorida yang bereaksi juga gramnya semakin besar, dan apabila konsentrasi natrium dioksida kecil maka aluminium fluorida yang bereaksi juga gramnya semakin kecil.

5.2 Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian selanjutnya pengaruh senyawa lain yang terkandung dalam alumina, sehingga proses elektrolisa berlangsung maksimal dan produksi aluminium juga maksimal.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Austin, G.T., 1996. Industri Proses Kimia. Jilid 1. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Davis, J.R., 1993. Aluminium and Aluminium Alloys. USA: Davis and Chargin Falls.

Grjotheim, K. and Welch, B.L., 1988. Aluminium Smelter Technology. Second Edition. Desserldorf: Aluminium Verlag.

Hartomo, J.A., 1992. Mengenal Lapisan Logam. Yogyakarta: Andi Offset.

Jody, B., 1992. Recyling of Aluminium Salt Cake. London: J.Res Management and Technology.

Kelvin, G.V., 1994. The Chemical World Concept and Aplication. Orlando: Harcourt Brace & Company.

Oxtoby, W.D., 2003. Kimia Modern. Edisi Keempat. Jilid 11. Jakarta: Erlangga. PT.INALUM. 2010. Modul Training SRC. Asahan: PT.INALUM.


(5)

Mencari jumlah AlF3 yang bereaksi

3Na2O(s) + 4AlF3(l) 2Na3AlF6(l) + Al2O3(g)

- Contoh untuk Na2O 0,43%

Berat Na2O = 0,43% x 2,8428 = 0,0122 T = 12200 g

Mol Na2O = g/Mr

= 12200/ 61,98 Mol AlF3 =

= 262,4503

Berat AlF3 = 262,4503 x 83,98 = 22040,58 g

Contoh untuk Na2O 0,34% Berat Na2O = 0,34% x 2,8428

= 0,0097 T = 9700 g

Mol Na2O = g/Mr

= 9700 / 61,98 Mol AlF3 =

= 208,6695


(6)

Berat AlF3 = 208,6695 x 83,98 = 17525,07 g

Contoh untuk Na2O 0,33% Berat Na2O = 0,33% x 2,8428

= 0,0094 T = 9400 g Mol Na2O = g/Mr

= 9400 / 61,98 Mol AlF3 =

= 202,2158

Berat AlF3 = 202,2158 x 83,98 = 16982,08 g