Remaja Gambaran Perilaku Cybersex Pada Remaja

2. Anonimity yaitu individu tidak merasa takut akan dikenali orang lain ketika mengakses materi seksual, mendiskusikan masalah seksual, dan saling membandingkan kegiatan yang sama. 3. Affordability yaitu individu menemukan bahwa dengan mengakses melalui internet biaya cukup murah dan banyak materi seksual yang didapatkan melalui situs diinternet dengan gratis Carners, Delmolnico, dan Griffin 2001 menambahakan 2 komponen yang menyebabkan individu melakukan cybersex, yaitu: 1. Isolation yaitu individu memiliki kesempatan untuk memisahkan dirinya dengan orang lain dan terlibat dalam fantasi apapun yang dipilih tanpa resiko seperti infeksi secara seksual atau gangguan dari dunia nyata. 2. Fantasy adalah individu mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan fantasi seksual tanpa takut akan ditolak

B. Remaja

1. Pengertian Remaja

Menurut Piaget Hurlock, 1999, secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Universitas Sumatera Utara Remaja merupakan transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa Papalia, 1995. Masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang. Ia tidak termasuk golongan anak, tetapi tidak pula termasuk golongan orang dewasa atau golongan tua Monks, 1999. Remaja dimulai dengan pubertas, proses yang mengarah pada kematangan secara seksual, ketika seseorang mampu untuk berproduksi. Pada masa ini terjadi perubahan fisik yang dramatis Papalia, 1995. Monks 1999 juga membagi masa remaja ke dalam tiga tahap disertai karakteristiknya sebagai berikut: a. Remaja awal 12-15 tahun Pada rentang ini, remaja sudah mulai memperhatikan bentuk dan pertumbuhan seksual dan fisiknya. Hal ini disebabkan karena pada masa ini remaja mulai mengalami perubahan bentuk tubuh dan perubahan proporsi tubuh. b. Remaja Madya 15-18 tahun Pada tahap ini, remaja sangat membutuhkan teman-teman. Ada kecenderungan narsistik yaitu mencintai dirinya sendiri, dengan cara lebih menyukai teman- teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Umumnya pada usia remja madya seseorang berintegrasi dengan sebayanya. c. Remaja akhir 18-21 tahun Tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang ditandai dengan pencapaian: 1. Minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek Universitas Sumatera Utara 2. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan mendapatkan pengalaman-pengalaman baru 3. Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi 4. Egosentrisme terlalu memutuskan perhatian pada diri sendiri diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri snediri dengan orang lain 5. Tumbuh dinding pemisah antara diri sendiri dengan masyarakat umum Mappiare 1982 mengatakan bahwa pertumbuhan kelenjar seks seseorang telah sampai pada taraf matang saat akhir masa remaja, sehingga fokus utama pada fase ini biasanya lebih diarahkan pada perilaku seksual dibandingkan pertumbuhan kelenjar seks itu sendiri. Cameron, Ybarra dan Mitchell dalam Petter Valkenburg, 2006 juga mengatakan bahwa remaja akhir lebih menyukai internet sebagai media yang memperlihatkan seksual daripada remaja awal.

2. Perkembangan Seksual Masa Remaja

Perkembangan seksual pada masa remaja dipengaruhi oleh hormon seks, baik pada laki-laki, maupun wanita, seperti testoteron, dan estrogen. Perkembangan seksual yang terjadi pada masa remaja mengakibatkan suatu perubahan dalam perkembangan sosial remaja Monks Knoers, 1999. Perubahan dari perkembangan yang terjadi pada masa remaja dipengaruhi oleh hormon-hormon seksual. Hormon-hormon ini berpengaruh terhadap dorongan seksual seseorang. Dengan adanya perubahan hormononal pada remaja, baik pria maupun wanita, dapat meningkatkan dorongan seksual yang bisa muncul dalam Universitas Sumatera Utara bentuk ketertarikan dengan lawan jenisnya, keinginan untuk mendapatkan kepuasan seksual, dan sebagainya. Mereka akan melakukan berbagai tingkah laku tertentu, misalnya pacaran dan juga mulai timbul minat dalam keintiman secara fisik Daccy Kenny, 1997. Universitas Sumatera Utara BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut cara yang benar dalam mengumpulkan data, analisa data dan pengambilan kesimpulan penelitian serta dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan fokus pada pengukuran dan deskripsi tentang gambaran perilaku cybersex pada remaja. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survei, yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta tentang gejala-gejala atas permasalahan yang terjadi Umar, 2002. Salah satu karakteristik penelitian survei adalah umumnya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam, namun generalisasi yang dihasilkan bisa akurat bila digunakan sampel yang representatif Sugiono, 1994. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang merupakan metode yang menggambarkan dengan sistematik dan akurat fakta dengan tidak bermaksud menjelaskan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun implikasi Azwar 1999. Metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan suatu fenomena yang terjadi, tanpa bermaksud mengambil kesimpulan-kesimpulan yang berlaku Universitas Sumatera Utara secara umum Hadi, 2000. Menurut Black dan Champion 2009 metode deskriptif menyajikan sejumlah besar informasi mengenai berbagai keadaan sosial. Punch 1998 menyatakan ada dua tujuan penelitian deskriptif. Pertama, untuk mengembangkan teori baru dan belum banyak dikenal. Kedua, untuk membantu mempelajari faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi suatu variabel untuk dapat dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap faktor-faktor tersebut. A.VARIABEL PENELITIAN Variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya satu variabel, yaitu perilaku dalam cybersex. B. DEFENISI OPERASIONAL Defenisi operasional adalah defenisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefenisikan yang dapat diamati atau diobservasi Suryabrata, 2002. Yang dimaksud dengan perilaku cybersex adalah perilaku ketika menggunakan internet untuk tujuan seksual seperti mengakses pornografi di internet misalnya gambar, video, film, game, majalah, dan cerita teks, terlibat real time dengan pasangan fantasi misalnya mengobrol tentang obrolan erotis dengan pasangan online, dan yang terakhir adalah multimedia software misalnya menonton DVDVCD film atau video porno, dan memainkan game porno yang didapat dari DVDVCD. Universitas Sumatera Utara Gambaran perilaku cybersex yang terjadi pada kalangan remaja diungkap melalui angket yang disusun oleh peneliti sesuai dengan pertanyaan penelitian dan bentuk-bentuk perilaku cybersex yang diungkapkan oleh Carnes, Delmonico, dan Griffin 2001 yaitu mengakses pornografi di internet, terlibat real-time dengan pasangan fantasi, dan multimedia software tidak harus online. Pengukuran dilakukan dengan mengukur persentase dari pilihan responden. C. PERMASALAHAN PENELITIAN Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Gambaran Perilaku Cybersex Pada Remaja”. Secara mendetail, operasionalisasi permasalahan dalam penelitian ini bisa dirumuskan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran perilaku cybersex pada remaja ditinjau berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, orientasi seksual dan status tempat tingal ? 2. Apakah jenis-jenis perilaku cybersex yang sering dilakukan oleh remaja ? 3. Berapa banyak waktu yang dihabiskan oleh remaja untuk melakukan aktivitas cybersex setiap minggu ? 4. Dimanakah biasanya remaja melakukan aktivitas cybersex ? 5. Apa alasan remaja melakukan aktivitas cybersex ? 6. Apa tujuan remaja melakukan aktivitas cybersex ? D. POPULASI DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL Universitas Sumatera Utara

1. Populasi

Pada setiap penelitian masalah populasi dan sampel yang dipakai dalam setiap penelitian merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan. Populasi adalah seluruh subjek yang dimaksud untuk diteliti. Populasi adalah individu yang bisa dikenai generalisasi dari pernyataan-pernyataan yang diperoleh dari sampel penelitian Hadi, 2000. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja yang berdomisili di kota medan. Karakteristk populasi dalam penelitian ini adalah remaja pengakses internet di warnet-warnet yang terdapat dibeberapa tempat di Medan.

2. Sampel

Sampel adalah sebahagian dari populasi atau sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi dan harus mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama Hadi, 2000. Tidak semua hal yang ingin dijelaskan atau diramalkan atau dikendalikan dapat diteliti. Penelitian ilmiah boleh dikatakan hampir selalu hanya dilakukan terhadap sebagian saja dari hal-hal yang sebenarnya mau diteliti. Jadi penelitian hanya dilakukan terhadap sampel, tidak terhadap populasi Suryabrata, 2006. Pengambilan sampel atau sampling menurut Karlinger dalam Hasan, 2003, berarti mengambil suatu bagian dari populasi atau semesta itu. Teknik Sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu, dalam jumlah yang sesuai, dengan Universitas Sumatera Utara memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar benar-benar mewakili populasi Hasan, 2003. Pada penelitian ini responden diperoleh melalui teknik non probability sampling secara incidental yang berarti setiap anggota populasi tidak mendapat kesempatan yang sama untuk dapat terpilih menjadi anggota sampel. Pemilihan sampel dari populasi didasarkan pada faktor kebetulan dan kemudahan dijumpainya sampel yang sesuai dengan karakteristik tertentu Hadi, 2000. Penggunaan teknik ini bertujuan untuk memperoleh data dari daftar pertanyaan dalam jumlah yang besar dan lengkap secara cepat dan hemat, serta peneliti tidak memerlukan daftar populasi dalam pemilihan sampel penelitian Kuncoro, 2003. Penggunaan teknik ini dilakukan dengan pertimbangan kurangnya data yang lengkap mengenai subjek penelitian sehingga sampel dipilih berdasarkan kemudahan ditemui dengan kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian ini. Adapun karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah: 1. Pengguna internet 2. Pernah terlibat dalam aktivitas cybersex 3. Berusia 12-21 tahun 4. Bersedia dilibatkan sebagai responden Dari seluruh individu yang melakukan aktivitas cybersex populasi, jumlah total sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 300 orang. E. ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN Universitas Sumatera Utara Alat ukur yang digunakan merupakan metode pengumpulan data dalam kegiatan penelitian yang mempunyai tujuan untuk mengungkap fakta mengenai variabel yang diteliti Azwar, 1999. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode angket koesioner. Metode angket mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri self report atau setidak-tidaknya pada pengetahuan atau keyakinan pribadi Hadi, 2000. Angket digunakan untuk mengungkapkan data faktual atau yang dianggap fakta oleh subjek Azwar, 2002. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket perilaku dalam cybersex. Angket ini terdiri dari item-item berupa pertanyaan langsung terarah kepada informasi mengenai data yang hendak diungkap dan meminta responden untuk memilih salah satu jawaban dari beberapa alternatif jawaban yang telah disediakan dan tersedia juga beberapa pertanyaan yang tidak terarah atau terbuka, dimana subjek mengisi sendiri jawaban mereka sesuai dengan pertanyaan yang diberikan. Angket ini disusun berdasarkan bentuk-bentuk perilaku cybersex yang dikemuka oleh Carnes, Delmonico, dan Griffin 2001. Table 1 Blue print Angket Perilaku cybersex No Aspek-Aspek 1 Mengakses pornografi di internet 2 Terlibat real time dengan pasangan fantasi 3 Multimedia software

1. Angket Perilaku Cybersex

Universitas Sumatera Utara Angket dalam penelitian ini disusun berdasarkan bentuk-bentuk perilaku cybersex yang dikemukakan oleh Carnes, Delmonico, dan Griffin 2001. Pertanyaan dalam angket ini dibuat peneliti berdasarkan berbagai macam hal yang berkaitan dengan perilaku cybersex tersebut berdasarkan teori yang ada dan wawancara singkat dengan beberapa mahasiswa atau individu yang pernah melakukan aktivitas cybersex. Angket kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner langsung, karena daftar pertanyaannya dikirimkan langsung kepada orang yang dimintai pendapatnya atau diminta untuk menceritakan tentang keadaan dirinya sendiri Hadi, 2000. Pada pengisian angket kuesioner ini, subjek diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada dengan memilih salah satu jawaban dari beberapa alternatif jawaban yang tersedia. Sebagian pertanyaan diberikan dua alternatif, yaitu alternatif “ya” dan “tidak”, sedangkan sebagian lainnya diberikan lebih dari dua alternatif jawaban. Selain itu, dalam alternatif pilihan jawaban yang tersedia juga terdapat pilihan jawaban yang terbuka, sehingga subjek dapat dengan bebas mengutarakan pendapat ataupun jawaban yang dimaksudkan. Sebelum angket kuesioner ini digunakan, dilakukan face validity terlebih dahulu kepada beberapa orang dosen dan mahasiswa untuk mengetahui apakah pertanyaan yang ada dalam angket tersebut dapat dimengerti atau tidak.

F. PENGUMPULAN DATA 1. Sumber Data