Tinjauan Tentang Destination Area Lifecycle

24 7. Religious Tourist Religious Tourist adalah tourist yang melakukan perjalanan suci ke tempat-tempat yang berhubungan dengn agama, misalnya keiatan naik haji, tirta yatra dan lain sebagainya. 8. Snowbird Snowbird adalah jenis tourist dari negara yang bermusim dingin yang melakukan perjalanan kedaerah-daerah tropis. 9. Social Tourist Social tourist adalah jenis tourist yang melakukan perjalanan bukan untuk berlibur, melainkan mencari sponsor di suatu negara. 10. Short break market Short break market adalah jenis tourist yang mengunjungi suatu daerah kurun waktu satu sampai tiga hari. Biasanya tourist ini mengunjungi ke satu negara dengan banyak daerah wisata.

2.2.3 Tinjauan Tentang Destination Area Lifecycle

Menurut Butler dalam Pitana 2005 terdapat 7 tujuh fase pengembangan pariwisata atau siklus hidup pariwisata Destination Area Lifecycle, antara lain : 1. Fase exploration eksplorasipenemuan Pada fase ini daerah pariwisata baru mulai ditemukan, dan dikunjungi secara terbatas dan sporadis, khususnya bagi wisatawan petualang. Pada tahap ini terjadi kontak yang tinggi antara wisatawan dengan masyarakat lokal, karena wisatawan menggunakan fasilitas lokal yang 25 tersedia, karena jumlah yang terbatas dan frekuensi yang jarang, maka dampak sosial budaya ekonomi pada tahap ini masih sangat kecil. 2. Fase involvement keterlibatan Pada fase ini dengan meningkatnya jumlah kunjungan, maka sebagian masyarakat lokal mulai menyediakan berbagai fasilitas yang memang khusus diperuntukan bagi wisatawan. Kontak antara wisatawan dengan masyarakat dengan masyarakat lokal masih tinggi, dan masyarakat mulai 16 mengubah pola-pola sosial yang ada untuk merespon perubahan ekonomi yang terjadi. Pada fase ini merupakan mulainya suatu daerah menjadi suatu destinasi wisata, yang ditandai oleh mulai adanya promosi. 3. Fase development pembangunan. Pada fase ini investasi dari luar mulai masuk, serta mulai munculnya pasar wisata secara sistematis. Daerah semakin terbuka secara fisik, dan promosi semakin intensif, fasilitas lokal sudah tesisih atau digantikan oleh fasilitas yang benar-benar berstandar internasional dan atraksi buatan sudah mulai dikembangkan, menambahkan atraksi yang asli alami. Berbagai barang dan jasa impor termasuk tenaga kerja asing untuk mendukung perkembangan pariwisata yang pesat. 4. Fase consolidation konsolidasi Pada fase ini pariwisata sudah dominan dalam struktur ekonomi daerah, dan dominasi ekonomi ini dipegang oleh jaringan internasional atau major chains and franchises. Jumlah kunjungan 26 wisatawan masih naik, tetapi pada tingkat yang lebih rendah. Pemasaran semakin gencar dan diperluas untuk mengisi fasilitas yang sudah dibangun. Fasilitas lama sudah mulai ditinggalkan. 5. Fase stagnation kestabilan. Pada fase ini kapasitas berbagai faktor sudah terlampaui diatas daya dukung carrying capasity, sehingga menimbulkan masalah ekonomi, sosial dan lingkungan. Kalangan industri sudah mulai bekerja keras untuk memenuhi kapasitas dari fasilitas yang dimiliki, khususnya dengan mengharapkan repeater guest dan wisata konvensibisnis. Pada fase ini, atraksi buatan sudah mendominasi atraksi asli alami baik budaya maupun alam, citra awal sudah mulai luntur, dan destinasi sudah tidak lagi populer. 6. Fase decline penurunan. Pada fase ini wisatawan sudah mulai beralih ke destinasi wisata baru atau pesaing, dan yang tinggal hanya ’sisa-sisa’, khususnya wisatawan yang hanya berakhir pekan. Banyak fasilitas pariwisata sudah beralih atau dialihkan fungsinya untuk kegiatan non-pariwisata, sehingga destinasi semakin tidak menarik bagi wisatawan. Partisipasi lokal mungkin meningkat lagi, terkait dengan harga yang merosot turun dengan melemahnya pasar. Destinasi bisa berkembang menjadi destinasi kelas rendah atau secara total kehilangan jati diri sebagai destinasi wisata. 27 7. Fase rejuvenation peremajaan Pada fase ini perubahan secara dramatis bisa terjadi sebagai hasil dari berbagai usaha dari berbagai pihak, menuju perbaikan atau peremajaan. Peremajaan ini bisa terjadi karena inovasi dan pengembangan produk baru, atau menggali atau memanfaatkan sumber daya alam dan budaya yang sebelumnya.

2.2.4 Tinjauan Tentang Daya Tarik Wisata

Dokumen yang terkait

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke kawasan wisata pantai carita kabupaten Pandeglang

3 23 91

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSITAS KUNJUNGAN WISATAWAN DI PANTAI DEPOK,, KABUPATEN BANTUL: Pendekatan Travel cost mathod

0 4 112

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN WISATAWAN KE CANDI PRAMBANAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan Ke Candi Prambanan.

1 21 19

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN WISATAWAN KE CANDI PRAMBANAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan Ke Candi Prambanan.

0 2 14

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN MELAKUKAN KUNJUNGAN KE OBYEK WISATA Faktor-faktor yang mempengaruhi wisatawan melakukan kunjungan ke obyek wisata di kabupaten pacitan tahun 2014.

0 4 9

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN Faktor-faktor yang mempengaruhi wisatawan melakukan kunjungan ke obyek wisata di kabupaten pacitan tahun 2014.

0 4 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI WISATAWAN DALAM MEMPENGARUHI KEPUTUSAN BERKUNJUNG KE DAYA TARIK WISATA ALAM CIBULAN KUNINGAN : Survei Pada Kunjungan Wisatawan Nusantara di Daya Tarik Wisata Alam Cibulan.

5 27 70

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING DAYA TARIK WISATA TANAH LOT.

0 0 14

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PENURUNAN PERKEMBANGAN KAWASAN WISATA CANDIDASA KABUPATEN KARANGASEM BALI - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 5

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN MENGINAP DI KARMA ROYAL RESORT CANDIDASA, KARANGASEM-BALI

0 0 8