9
I. PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI
Sekolah Dasar Negeri 2 Sawan terletak di desa Sawan kecamatan Sawan Buleleng. Desa Sawan ini termasuk desa yang lumayan maju karena letaknya yang tidak terlalu jauh dari kota
Singaraja dengan penghasilan penduduknya sebagian besar petani dan wirausaha pande besi. Siswa-siswa yang bersekolah di SD ini seluruhnya merupakan penduduk asli desa ini.
Sebenarnya di SD ini proporsi jumlah guru dan murid sudah ideal, namun prestasi akademik siswa-siswa di sini belum memuaskan. Hal ini menunjukkan peranan lingkungan dan
keluarga sangat penting dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa disamping guru. Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam hal menumbuhkembangkan minat siswa untuk
meraih prestasi dalam bidang pelajaran tertentu termasuk matematika. Untuk itu seorang guru perlu mencari strategi alternatif dalam menumbuhkan minat siswa agar mau belajar dengan
gembira tanpa merasa dipaksa, sehingga dapat menimbulkan percaya diri pada siswa, yang pada akhirnya mereka dapat mengembangkan kemampuan yang telah ada tanpa mereka sadari.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa hasil pembelajaran matematika masih kurang memenuhi harapan. Seperti Windayana 2004 mengungkapkan bahwa pembelajaran
matematika masih berorientasi pada pengembangan aspek kognitif yang menstransfer pengetahuan dari guru ke siswa yang diikuti dengan latihan-latihan untuk membentuk
kemampuan sesaat. Proses belajar demikian tidak membuat siswa memiliki kemampuan aplikabel dan kekal yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pula
Sanjaya 2006 memberikan contoh dalam pelajaran matematika, siswa hafal perkalian dan pembagian tetapi mereka bingung berapa harus membayar ketika disuruh membeli 2,25 kg
telur dengan harga satu kilogramnya Rp 12.000,00. Dari ke dua pendapat tersebut nampak bahwa pembelajaran matematika kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk
menggunakan konsep-konsep yang dipelajarinya dalam menyelesaikan masalah kehidupan. Belum optimalnya guru menerapkan model pembelajaran dapat mengakibatkan
proses pembelajaran yang kurang bermakna, siswa tidak aktif, siswa tidak dibiasakan berpikir kritis dan meningkatkan penalaran dalam memecahkan suatu masalah. Pemecahan masalah
merupakan bagian dari pembelajaran matematika yang sangat penting karena dalam proses
10
pembelajaran maupun penyelesaiannya siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada
pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target
penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang. Oleh
karena itu diperlukan suatu metode yang benar-benar bisa memberi jawaban dari masalah ini. Salah satu metode yang bisa lebih memberdayakan siswa adalah pendekatan kontekstual
Contextual Teaching and Learning CTL. Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran kontekstual Contextual Teaching and Learning disingkat menjadi CTL merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL, menawarkan bentuk
pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Depdiknas 2003, Sanjaya 2006, dan Trianto 2007 dalam Rostiawati
dan Maulana, 2008 menyimpulkan bahwa CTL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi yang dipelajarinya
dan menghubungkan serta menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dengan demikian, peran siswa dalam pembelajaran CTL adalah sebagai subjek pembelajar yang menemukan dan
membangun sendiri konsep-konsep yang dipelajarinya. Belajar bukanlah menghafal dan mengingat fakta-fakta, tetapi belajar adalah upaya untuk mengoptimalkan potensi siswa
baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Contextual Teaching and Learning CTL
adalah sistem pembelajaran yang cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna, dengan cara menghubungkan
muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang diterima tidak hanya disimpan dalam memori jangka pendek, yang mudah
dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam memori jangka panjang sehingga akan dihayati dan diterapkan dalam tugas pekerjaan.
11
Menurut metode pembelajaran kontekstual kegiatan pembelajaran tidak harus dilakukan di dalam ruang kelas, tapi bisa di laboratorium, tempat kerja, sawah, atau tempat-tempat lainnya.
Mengharuskan pendidik guru untuk pintar-pintar memilih serta mendesain lingkungan belajar yang betul-betul berhubungan dengan kehidupan nyata, baik konteks pribadi, sosial, budaya,
ekonomi, kesehatan, serta lainnya, sehingga siswa memiliki pengetahuan ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya. Dalam
lingkungan seperti itu, para siswa dapat menemukan hubungan bermakna antara ide-ide abstrak dengan aplikasi praktis dalam konteks dunia nyata; konsep diinternalisasi melalui menemukan,
memperkuat, serta menghubungkan dan guru dituntut membantu siswa dalam mencapai tujuannya.
Alasan perlu diterapkannya pembelajaran kontekstual adalah : 1. Sebagian besar waktu belajar sehari-hari di sekolah masih didominasi kegiatan
SHQ\DPSDLDQ SHQJHWDKXDQ ROHK JXUX VHPHQWDUD VLVZD ´GLSDNVD´ PHPSHUKDWLNDQ GDQ menerimanya, sehingga tidak menyenangkan dan memberdayakan siswa.
2. Materi pembelajaran bersifat abstrak-teoritis-akademis, tdak terkait dengan masalah-masalah yang dihadapi siswa sehari-hari di lingkungan keluarga, masyarakat, alam
sekitar dan dunia kerja. 3. Penilaian hanya dilakukan dengan tes yang menekankan pengetahuan, tidak
menilai kualitas dan kemampuan belajar siswa yang autentik pada situasi yang autentik. 4. Sumber belajar masih terfokus pada guru dan buku. Lingkungan sekitar belum
dimanfaatkan secara optimal Jumadi, 2003.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam proses pembelajaran di SDN 2 Sawan, guru sering kali berupaya memberikan penjelasan materi secara lengkap dan siswa cendrung dituntut untuk mengikuti contoh yang telah
diberikan oleh guru. Hal ini tentu saja bertentangan dengan tuntutan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi, karena itu maka masalah yang akan diambil dalam pengabdian ini adalah:
12
Bagaimana menerapan pembelajaran Contextual Teaching And Learning CTL pada konsep operasi bilangan dalam meningkatkan pemahaman konsep matematika Di SDN 2 Sawan
Buleleng?
13
II. TUJUAN DAN MANFAAT A. TUJUAN KEGIATAN