Pengaruh Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Koloid

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh

RIDAD HIDAYAT

NIM 107016200042

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(2)

TEACHING

SISWA PADA KOhISEP KOLO{D" oleh Ridad Hidayat, NIN'I 107016200041, diajukan kepada Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas isiam

Negeri

(Uni)

Slrrril Hidal,atuliah Jakaria, dan iciah dinyaiakaii LULLTS .l.,1aiir u.jian mriilaqosah pada iiinggal 22 Agustus 2014 dihadapan Ce',r'in p:;lg'-ii. Cleh karena itu, penuiis berhak t-nc-nperoleh gelar sarjana S1 15.Pt1) c1;1.'n b,iJrurg pendidikan Kinria.

Jakarta. J2 Agusius 301-1 Panitia Ujian \,{unaqasah

Ketua Panitia

(Ketua Prodi Pendidikan Kimia)

Dedi Irwandi. Ir'1.Si.

NIP. i971A528 200003 1 002 Penguji I

Salamah Agune. lUA.. Ph.D. NIP. 19790621200604 2 002 Penguji II

@

NIP. 19841021 200912 2 A01

**

[o

-]ot't

lvlengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UiN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tanggal

/^"

281 s,''tu

q

A.-('5

/

NIP. r95e 1020 198603 2001

W


(3)

ABSTRACT

Ridad Hidayat. The Effect

of CTL

(Contextaal Teaching and Learning)

Outcomes Student On Chemical In Colloidal System Concepts.

This study aimed to investigate the influence of CTL (Contextual Teaching and

Learning) Outcomes student on chemistry at the concept of leaming outcomes

of

colloidal system. The method used is pretest and posttest control group design. This research conducted on class XI IPA-I as the experimental group and class XI

IPA-}

as the control group. The research instrument used

is

the essay test questions as much as 10 point. From calculation by t-test Lount ilt 7,54 and 1,67 for

t1u61" . Since tcouoPttubl" (7,54>1,67), then Ha is received, which means that leaming can influence the outcome

of

CTL

(Contextual Teaching and Learning)

of

chemistry.


(4)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep koloid. Metode yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dengan dan desainnya pretest and posttest control group. Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas XI

IPA-I

sebagai kelompok eksperimen dan kelas

XI

IPA-2 sebagai kelompok

kontrol. Instrumen yang digunakan adalah tes uraian sebanyak 10 soal. Dari perhitungan uji-t diperoleh t6;s,, sebesar J,54 dan t66"1 sebesar 1,67. Katena thtong

)ttaber (7,54>1,67) maka Ha diterima, yang artinya pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dapatmempengaruhi hasil belajar kimia.


(5)

iii

Alhamdulillah, karena atas ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.

Selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dukungan, do’a dan partisipasi dari berbagai pihak. Penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dra. Nurlena Rifa’i,MA.,Ph.D Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

3. Bapak Tonih Feronika, M.Pd, selaku pembimbing I dan Bapak Burhanudin Milama, M.Pd selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan arahan, bimbingan, motivasi, dan sabar dalam membimbing penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini

4. Bapak/Ibu Dosen dan Staff di UIN Syarif Hidayatullah di Jurusan IPA yang telah memberikan bantuan dan dukunganya

5. Ibu Dra.Hj. N. Nani Ruhyani, M.Pd Kepala MAN Jonggol Kab. Bogor

6. Ibu Dra.Hj. N. Nani Ruhyani, M.Pd selaku guru bidang studi. Atas bantuan, kebijakan dan sarannya sehingga penelitian dapat dilakukan dengan baik 7. Keluarga besar MAN JONGGOL yang telah banyak membantu dan memberi

dukungan

8. Teruntuk kedua orang tua tercinta bapak dan mamah, H. Haer Apandi dan Hj. Siti Mulyati yang selalu mencurahkan cinta, kasih sayang, dan mengajari penulis untuk selalu istiqomah di jalan-Nya. Hanya Allah yang dapat membalas semuanya. Teruntuk kakak Ridwan Hidayat, dan adik-adikku tersayang Redi Hidayat, Ramlan Hidayat dan Ramli Hidayat terima kasih atas kesabaran dan doanya.


(6)

iv kebaikan Bapak

10. Kepada Adinda tercinta Ina Indriani yang selalu memberikan perhatian, do’a, motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 11. Teruntuk sahabat-sahabat Rifqi, feby, Zaki, Ruli, Dede, Nazar, Adul dan

Masruri yang selalu memberikan semangat, bantuan dan motivasi yang luar biasa. Teman-teman seperjuangan Prodi kimia, Fisika dan Biologi angkatan 2007 dan kawan-kawan HIMABO yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu namun tidak mengurangi rasa persaudaraan kita. Semoga kita semua dapat menggapai kesuksesaan. Amin

12. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini. Semoga semua kebaikannya dijadikan amal shaleh dan senantiasa diberikan kemuliaan, Amin. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, Juli 2014 Penulis


(7)

v

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA TEORITIS ... 6

A. Kajian Teoritis ... 6

1. Hakikat Pengajaran dan Pembelajaran kontektual ... 6

2. Komponen CTL ... 8

3. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional ... 13

4. Sekenario Pembelajaran Kontektual ... 15

5. Pola Pembelajaran CTL ... 15

B. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar ... 17

1. Pengertian Belajar ... 17

2. Jenis-jenis Belajar Menurut Gagne ... 23

3. Pengertian Hasil Belajar ... 24

4. Macam-macam Hasil Belajar ... 25

5. Pengukuran Hasil Belajar ... 26

6. Pengertian Pembelajaran ... 28

C. Koloid ... 29


(8)

vi

E. Kerangka Berpikir ... 33

F. Hipotesis ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ... 35

1. Metode Penelitian ... 35

2. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 36

3. Variabel Penelitian ... 36

4. Desain Penelitian ... 37

C. Teknik Pengumpulan Data ... 38

D. Instrumen Penelitian ... 39

E. Kalibrasi Instrumen ... 39

1. Validasi Instrumen ... 40

2. Reliabilitas ... 42

3. Taraf Kesukaran Butir Soal ... 44

4. Daya Pembeda Soal ... 45

F. Teknik Analisis Data ... 46

G. Uji Normalitas ... 46

H. Uji Homogenitas ... 47

I. Uji Hipotesis ... 48

J. Hipotesis Statistik ... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Hasil Penelitian ... 50

1. Hasil Belajar Pada Kelompok Kontrol ... 50

2. Hasil Belajar Pada Kelompok Eksperimen ... 51


(9)

vii

1. Uji NormalitasPosttest ...55

2. Uji HomogenitasPosttest ...56

3. Uji HipotesisPosttest ...56

D. Pembahasan ... 57

1. Uji Hipotesis ... 57

2. Hasil Belajar ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62


(10)

viii

Tabel 3.2 Instrumen Koefisien Korelasi Nilai r ... 41

Tabel 3.3 Kisi-kisi InstrumenContextual Teaching and Learning... 42

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Reliabilitas Instrumen ... 44

Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda ... 46

Tabel 4.1 Statistik Hasil Penelitian Kelompok Kontrol ... 50

Tabel 4.2 Statistik Hasil Penelitian Kelompok Eksperimen ... 52

Tabel 4.3 Hasil Uji NormalitasPretestKelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol... 53

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Uji HomogenitasPretestKelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 54

Tabel 4.5 Hasil Uji-tPretestKelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol .. 55

Tabel 4.6 Hasil Uji NormalitasPosttestKelompok Ekspeimen dan Kelompok Kontrol ... 55

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji HomogenitasPosttestKelompok Ekspeerimen dan Kelompok Kontrol ... 56


(11)

(12)

x

Lampiran 3 Hasil Uji Validitas denganSoftware Anates... 139

Lampiran 4 Surat Ijin Penelitian ... 146

Lampiran 5 Instrumen Penelitian ... 148

Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa ... 150

Lampiran 7 Hasil Ketuntasan Belajar ... 156

Lampiran 8 Distribusi FrekuensiPretest KelompokKontrol ... 158

Lampiran 9 Pengujian NormalitasPretest KelompokKontrol ... 160

Lampiran 10 Distribusi FrekuensiPretest KelompokEksperimen ... 161

Lampiran 11 Pengujan NormalitasPosttest ... 163

Lampiran 12 Uji HomogenitasPretest ... 164

Lampiran 13 Uji Hipotesis DataPretest ... 165

Lampiran 14 Distribusi FrekuensiPosttest KelompokEksperimen ... 166

Lampiran 15 Pengujian NormalitasPosttest KelompokKontrol ... 168

Lampiran 16 Distribusi FrekuensiPosttest KelompokEksperimen ... 169

Lampiran 17 Pengujian NormalitasPosttest KelompokEkpserimen ... 171

Lampiran 18 Uji HomogeitasPosttest... 172

Lampiran 19 Uji Hipotesis DataPosttest... 173


(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, oleh karena itu pendidikan sering disebut sebagai kunci masa depan setiap individu. Pendidikan juga adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan merupakan satu-satunya cara agar manusia dapat menjadi lebih baik dalam meningkatkan sumber daya manusia, sehingga dapat mengimbangi setiap perkembangan yang terjadi agar tidak tertinggal jauh oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Paradigma mengukur kemajuan pendidikan suatu bangsa saat ini sudah bergesar, yaitu dari yang semula mengukur kemajuan suatu bangsa dengan bertumpu semata-mata pada kekayaan sumber daya alam (SDA), menjadi mengukur kemajuan suatu bangsa dengan bertumpu pada kekuatan sumber manusia.1Sehingga dengan adanya paradigma ini mengharuskan bangsa untuk memperkuat sektor pendidikan.

Sesuai dengan isi dari tujuan pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.2

Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat

1

Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Stratrgi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), h.1

2

Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2010),h, 63


(14)

memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri.3 Sehingga proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya ? ketika anak didik kita lulus sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasi.4

Hal tersebut mengingatkan kita bahwa hasil dari pembelajaran yang telah dilakukamn masih kurang, ternyata siswa kurang memahami bagaimana pengaplikasian dari hasil belajar yang telah mereka lakukan selama di sekolah. Beda halnya dengan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL, CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa mampu mengaplikasikan pengetahuan yang tealh didapatkannya di sekolah.

Bila seorang guru menyampaikan suatu pelajaran itu juga bisa dikatakan sebagai pengajaran seperti yang disampaikan oleh Wina Sanjaya, secara deskriftif mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses penyampaian itu sering juga dianggap sebagai proses mentransfer ilmu.5

Dalam hal ini guru perlu metode yang tepat untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa agar siswa mampu untuk menerima dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru.

Belajar adalah proses berpikir. Belajar berpikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan. Dalam pembelajaran berpikir proses pendidikan di

3

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), h.1

4

Wina Sanjaya,op.cit.,h.1

5


(15)

sekolah tidak hanya menekankan kepada akumulasi pengetahuan materi pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuan sendiri (self regulated).6

Untuk itu siswa perlu didorong agar dapat memperoleh pengetahuan sendiri dengan suatu cara.

Kegiatan pembelajaran yang dibangun oleh guru dan siswa adalah kegiatan yang bertujuan. Sebagai kegiatan yang bertujuan, maka sesuatu yang dilakukan guru dan siswa hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.7

Untuk itu guru harus mampu merancang tujuan pembelajaran yang akan dicapai sehingga hasil pembelajaran bias lebih bermakna dan siswa mampu mengaflikasikan hasil pembelajaran tersebut.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam didalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.8

Jika kita lihat dari pengertian di atas maka tidak salah jika kita katakana bahwa ilmu pengetahuan alam merupakan suatu proses dan bahkan hanya produk semata.

Kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang sering dikatakan sebagai mata pelajaran yang sukar untuk dimengerti dan dipelajari, sehingga untuk memberikan pemahaman konsep maka harus diberikan suatu cara atau metode yang tepat yang diberikan terhadap peserta didik bisa berupa metode, praktikum, eksperimen atau suatu pendekatan pembelajaran. Dengan

6

Ibid, h.105

7

Ibid, h.63

8

Trianto,Pendekatan Pembelajaran Terpadu Dalam Teori Dan Praktek(Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), h.99


(16)

sebuah metode siswa akan mampu untuk lebih memahami lagi konsep-konsep yang diberikan di dalam sebuah proses belajar mengajar. Pelajaran kimia di sekolah dirasa kurang menarik siswa untuk mempelajarinya, karena dalam mempelajarinya lebih menekankan konsep-konsep kimia daripada fakta-fakta kimia, sehingga materi yang harus dipelajari sangat banyak. Maka tidak heran jika pembelajaran kimia banyak diberikan dalam bentuk hafalan. Pada materi koloid siswa seringkali kesulitan untuk menghubungkan dengan kehidupan mereka sehari-hari sehingga pemahaman terhadap konsep koloid ini berkurang dan berdampak pada penurunan nilai hasil belajar siswa.

Kimia pada umumnya sering dianggap materi pembelajaran yang abstrak sehingga minat belajar siswa kurang. Untuk itu perlu pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan minat belajar siswa. Selain itu perlu juga metode pembelajaran yang aktif agar siswa memahami konsep secara mudah. Untuk itu peneliti ingin menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) karena memiliki korelasi dengan metode pembelajaran kooperatif yang hasilnya mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Melihat latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul “Pengaruh Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Koloid”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengidentifikasikan sebagai berikut:

1. Dalam proses pembelajaran siswa kurang didorong untuk untuk mengembangkan kemampuan berpikir.

2. Siswa belum bisa menghubungkan antara konsep dan kehidupan sehari-hari.

3. Pendekatan yang digunakan oleh guru masih bersifat konvensional sehingga kurang interaktif pembelajaran lebih menekankan pada guru (Teacher Center) sehingga keadaan pembelajaran seperti ini kurang


(17)

melatih potensi siswa sehingga berpengaruh pada rendahnya hasil belajar siswa.

C. Pembatasan Masalah

Agar peneliti ini tidak menyimpang dari judul penelitian, maka masalah yang akan diteliti hanya dibatasi pada:

1. Hasil belajar yang diukur adalah aspek kognitif (C1 – C4) menurut Taksonomi Bloom yang telah direvisi.

2. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning).

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut “Apa pengaruh pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep koloid?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah “untuk mengetahui pengaruh penerapkan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran kimiapada konsep Koloid”.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang bermanfaat bagi semua pihak, antara lain:

1. Bagi peneliti dapat mengambil manfaat sebagai pengalaman dan pengetahuan baru tentang pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning).

2. Bagi sekolah dapat mengambil manfaat sebagai masukan baru dan pedoman untuk pelajaran-pelajaran yang lain.

3. Bagi peserta didik dapat bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajarnya, khusunya dalam pelajaran kimia.


(18)

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA TEORITIS A. KajianTeoritis

1. Hakikat Pengajaran dan Pembelajaran Kontektual

upaya guru untuk membantu siswa untuk memahami relevansi materi pembelajaran yang dipelajarinya itu adalah dengan melakukan suatu pendekatan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan apa yang dipelajarinya dikelas. Pendekatan ini disebut pembelajaran kontektual (Contextual Teaching and Learning/CTL).1 pengajaran dan pembelajaran kontektual atau CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga Negara, dan tenaga kerja.2 Sehingga siswa dapat mengaplikasikan hasil belajar di kelas dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran CTL dapat memebantu guru untuk menghubungkan konsep dengan pembelajaran yang ada dikehidupan kita sehari-hari.3 CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.4 Dalam pembelajaran CTL siswa pun harus berperan aktif dalam pembelajaran untuk menemukan suatu materi kemudian menghubungkannya dengan kondisi kehidupan disekitar.

1

Lukmanul Hakim,Perencanaan Pembelajaran,(Bandung: CV. Wacana Prima,2009), h.57

2

Trianto,Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.(Jakarta: Prestasi Pustaka Pubisher, 2007) h.101

3

Ibid, h.103

4

Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

(Jakarta: Kencana, 2010), h.253


(19)

Dari konsep CTL (Contextual Teaching and Learning) ada tiga hal yang harus dipahami.5 Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupannyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.

Pembelajaran CTL menekankan pada berpikir tingkat tinggi, transfer pengetahuan lintas disiplin, serta pengumpulan, penganalisaan dan pensintesisan informasi dan data dari berbagai sumber dan pandangan.6

Sehubungan dengan hal itu, terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL.7

a. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activing knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.

5

Ibid, h.253-254

6

Trianto,op.cit.,h. 102.

7


(20)

b. Pembelajaran yang kontektual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memerhatikan detailnya.

c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untukdipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.

d. Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.

e. Melakukan refleksi (reflecsing knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan penyempurnaan strategi.

2. Komponen CTL

Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (Contriuktivism), inkuiri (Inquiry), bertanya, (Questioning), masyarakatbelajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection), penilaian sebenarnya (Authentic AssesmentI), sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika menerapkan ketujuh prinsip tersebut dalam pembelajarannya.8

a. Konstruktivisme (Contruktivism)

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam CTL yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta. Konsep atau kaidah yang 8


(21)

siap untuk diambil dan diingat.9 Manusia harus membangun pengetahuan itu memberi makna melalui pengalaman yang nyata. Batasan konstruktivisme di atas memberikan penekanan bahwa konsep bukanlah tidak penting sebagai bagian integral dari pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh siswa, akan tetapi bagaimana dari setiap konsep atau pengetahuan yang dimiliki siswa itu dapat memberikan pedoman nyata terhadap siswa untuk diakumulasikan dalam kondisi nyata.

b. Inkuiri (inquiry)

Inkuiri merupakan kegiatan inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontektual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancangkegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Siklus inkuiri terdiri dari:10

1) Observasi (Obsernation) 2) Bertanya (Questioning)

3) Mengajukan dugaan (Hypotesis) 4) Penngumpulan data (Data Gathering) 5) Penyimpulan (Conclusion)

Langkah-langkah kegiatan inkuiri adalah sebagai berikut: 1) Merumuskan masalah

2) Mengamati atau melakukan observasi

3) Menganalisis atau menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, table, dan karya lainnya.

4) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, audien yang lain.

9

Rusman,Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru(Jakarta: Rajawalipers, 2010),h.193

10


(22)

c. Bertanya (Questioning)

Belajar pada hakikatnya bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam proses pembelajaran melalui CTL, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri, karena itu peran bertanya sangat penting. Sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.11

Melalui penerapan bertanya, pembelajaran akan lebih hidup, akan mendorong proses dan hasil pembelajaran yang lebih luas dan mendalam, dan akan ditemukan unsur-unsur terkait yang sebelumnya tidak terpikirkan baik oleh guru maupun oleh siswa.12 oleh karena itu dengan bertanya akan lebih menggali lagi pengetahuan yang sedang dipelajari.

Dalam suatu pembelajran yang produktif kegiatan bertanya sangat berguna untuk:13

1. Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran.

2. Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar. 3. Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu. 4. Memfokuskan siswa pada suatu yang diinginkan.

5. Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.

Dalam setiap tahapan dan proses pembelajaran kegiatan bertanya hampir digunakan. Oleh karena itu, kemampuan guru untuk membangkan teknik-teknik bertanya sangat diperlukan.

11

Wina Sanjaya, op.cit, h.264

12

Rusman,op.cit, h.195.

13


(23)

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa unuk melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya.Seperti yang disarankan dalam Learning Community, bahwa hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan oramg lain melalui berbagai pengalaman (sharing). Melalui sharing ini anak dibiasakan untuk saling member dan menerima, sifat ketergantungan yang positif dalam Learning Community dikembangkan.14

Hasil belajar yang diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu. Di ruang ini, di kelas ini, di sekitar sini, juga orang-orang yang ada di luarsana, semua adalah anggota masyarakat belajar.15dengan siapapun itu jika kita mau bertanya dan mengambil pelajaran maka kita akan mendapat pengetahuan.

e. Pemodelan (Modeling)

Yang dimaksud dengan asas modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya, guru memberikan contoh bagaimana cara mengoprasikan sebuah alat, atau bagaimana cara melafalkan sebuah kalimat asing, guru olah raga memberikan contoh bagaimana cara melempar bola, guru kesenian memberikan contoh bagaimana cara memainkan alat musik, guru biologi memberikan contoh bagaimana cara menggunakan termometer, dan lain sebagainya.16 Oleh karena itu, pemodelan dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa dapat memenuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan membantu keterbatasan yang dimiliki oleh guru.

14

Rusman,op.cit,h.196

15

Trianto,opcit.H.111

16


(24)

Proses modeling tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Misalkan siswa yang pernah menjadi juara dalam membaca puisi dapat disuruh untuk menampilkan kebolehannya di depan teman-temannya, dengan demikian siswa dapat dianggap sebagai model. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoretis-abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme.17 f. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Dengan kata lain refleksi adalah berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan dimasa lalu, siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Pada saat refleksi, siswa diberi kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri (learning to be). 18 Dengan demikian guru harus memiliki kemampuan untuk menghubungkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru dipelajari.

g. Penilaian Autentik (Authentic Assessment)

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa dapat memahami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan oleh guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemaceten belajar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan disepanjang proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan diakhir periode

17

Ibid, h.265

18


(25)

pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar, tetapi dilakukan bersama-sama secara terintegrasi (tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. 19 Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak; apakah pengalaman belajar siswa menmiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.

3. Perbedaan CTL Dengan Pembelajaran Konvensional.

Di bawah ini dijelaskan secara singkat pebedaan kedua pendekatan tersebut dilihat dari konteks tertentu.20

a. CTL menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan dan menggali sendiri materi pelajaran. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.

b. Dalam pembelajaran CTL, siswa belajar melalui kegiatan kelompok, seperti kerja kelompok, berdiskusi, saling menerima dan memberi. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional siswa lebih banyak belajar secara individual dengan menerima, mencatat, dan menghafal materi pelajaran.

c. Dalam CTL, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara riil, sedangkan dalam pembelajran konvensional, pembelajaran bersifat eoritis dan abstrak.

d. Dalam CTL, kemampuan didasarkan atas pengalaman, sedangkan dalam pembelajaran konvensional kemampuan diperoleh melalui latihan–latihan.

e. Tujuan akhir dari proses pembelajaran melalui CTL adalah keputusan diri, sedangkan dalam pembelajaran konvensional, tujuan akhir adalah nilai atau angka.

19

Trianto,opcit, h.114

20


(26)

f. Dalam CTL, tindakan atau prilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri, misalnya individu tidak melakukan perilaku tertentu karena ia menyadari bahwa perilaku itu merugikan dan tidak bermanfaat, sedangkan dalam pembelajaran konvensional, tindakan atau perilaku individu tifak melakukan sesuatu disebabkan takut hukuman atau sekedar untuk memperoleh angka atau nilai dari guru.

g. Dalam CTL, pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya, oleh sebab itu setiap siswa bisa terjadi perbedaan dalam memakai hakikat pengetahuan yang dimiliki. Dalam pembelajaran konvensional hal ini tidak mungkin terjadi. Kebenaran yang dimiliki bersifat absolute dan final, oleh karena pengetahuan dikonstruksi oleh orang lain.

h. Dalam pembelajaran CTL, siswa bertanggung jawab dalam memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing, sedangkan dalam pembelajaran konvensional guru adalah penentu jalan proses pembelajaran.

i. Dalam pembelajran CTL, pembelajaran bisa terjadi dimana saja dalam konteks dansetting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan, sedangkan dalam pembelajaran konvensional pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas.

j. Oleh karena tujuan yang ingin dicapai adalah seluruh aspek perkembangan siswa, maka dalam CTL keberhasilan pembelajaran diukur dengan berbagai cara, misalnya dengan evaluasi, wawancara, dan lain sebagainya, edangkan dalam pembelajaran konvensional keberhasilan pembelajaran biasanya hanya diukur dari tes.

Beberapa perbedaan diatas, menggambarkan bahwa CTL memang memiliki karakteristik tersendiri baik dari asumsi maupun proses pelaksanaan dan pengelolaannya.


(27)

4. Sekenario Pembelajaran Kontektual.

Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan CTL, tentu saja terlebih dahulu guru harus membuat desain (skenario) pembelajarannya, sebagai pedoman umum dan sekaligus sebagai alat kontrol dalam pelaksanaannya, pada intinya pengembangan setiap komponen CTL, tersebut dalam pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut.21

a. Mengembangkan pikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna apakah dengan cara sendiri, menemukan sendiri, dan mengontruksi sendiri pengetahuan dan keterlibatan baru yang harus dimilikinya.

b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan.

c. Mengembangkan sifat ingin tahu sisiwa melalui munculnya pertanyaan-pertanyaan.

d. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya.

e. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

f. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.

Dalam pembelajaran kontektual, program pembelajaran merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang oleh guru, yaitu dalam bentuk scenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran.

5. Pola Pembelajaran CTL

Untuk mencapai kompetensi yang sama dengan menggunakan CTL guru melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti dibawah ini:22

21

Rusman, op.cit, h. 199-200

22


(28)

a. Pendahuluan 1) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.

2) Guru menjelaskan prosedur pembeajaran CTL :

- Siswa dibagi kedalam beberpa kelompok sesuai dengan jumlah siswa.

- Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, misal kelompok 1 dan 2 melakukan observasi kepasar.

- Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hasil yang ditemukan di pasar tersebut. 3) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus

dikerjakan oleh setiap siswa.

b. Inti Dilapangan

1) Siswa melakukan observasi ke pasar sesuai dengan pembagian tugas kelompok.

2) Sisiwa mencatat hal-hal yang mereka temukan di pasar sesuai dengan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya.

Di dalam kelas

1) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompok masing-masing.

2) Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain, kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain. c. Penutup 1) Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil

observasi sekitar masalah pasar sesuai dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai.

2) Guru menugaskan siswa untuk embuat karangan tentang pengalaman belajar mereka dengan tema “pasar”.

Untuk itu ada beberapa catatan dalam penerapan CTL sebagai sesuatu strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut:23

23


(29)

a. CTL adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.

b. CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi proses berpengalaman kehidupan nyata.

c. Kelas dalam pembelajaran CTL bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka dilapangan.

d. Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri, bukan hasil pemberian dari orang lain.

B. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar.

Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).24 Dengan adanya belajar maka seseorang akan mengalami perubahan kearah yang lebih baik, karena akan mengalami perubahan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan.25 Sihingga dapat diartikan belajar meiliki nilai edukatif yang nantinya memberikan perubahan. Dalam

24

Eveline Siregar, dkk,Teori Belajar dan Pembelajaran(Bogor, Ghalia Indonesia : 2010) h.3

25

Syaiful Bahri Djamarah, dkk,Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,2006), h.1.


(30)

buku muhibin syah dijelaskan definisi dari belajar, belajar adalah kegiatan yang berproses dan menerapkan unsure yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.26

Belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang di dalamnya terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah:27

a) Bertambahnya jumlah pengetahuan

b) Adanya kemampuan mengingat dan memproduksi c) Ada penerapan pengetahuan

d) Menyimpulkan makna

e) Menafsirkan dan mengaitkannya dengan realitas, dan f) Adanya perubahan sebagai pribadi.

Dengan demikian belajar merupakan suatu proses yang saling memiliki keterkaitan antara satu proses dengan proses yang lain, menghubungkan proses pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki seseorang sehingga pengertiannya dapat dikembangkan dalam pengetahuan yang baru.

Benyamin Bloom, mengklasifikasikan kemampuan hasil belajar kedalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ketiga tingkatan itu dikenal dengan istilah Bloom’s

Taxonomy (Taksonomi Bloom). Taksonomi Bloom digunakan merupakan taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl. Pada penelitian ini, penulis penulis hanya akan mengungkapkan hasil belajar pada ranah kognitif saja. Ranah kognitif meliputi kemampuan pengembangan intelektual (knowledge) dengan tingkatan-tingkatan sebagai berikut:28

26

Muhibin Syah,Psikologi Belajar,(Jakarta:Rajawali Pers,2012), h.64

27

Eveline Siregar, dkk,op.cit,h.6.

28


(31)

a. Mengingat (Remember) C1

Mengingat merupakan usaha mendapartkan kembali pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masalah (problem solving). Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi mengenali (recognition) dan memanggil kembali (recalling). Mengenali berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret, misalnya tanggal lahir, alamat rumah, dan usia, sedangkan memanggil kembali (recalling) adalah proses kognitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat.

b. Memahami (Understanding) C2

Memahami berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi. Memahami berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan (classification) dan membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan akan muncul ketika seorang siswa berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertentu. Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau informasi yang spesifik kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya. Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan dari dua atau lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi. Membandingkan berkaian dengan proses kognitif menemukan satu persatu cirri-ciri dari obyek yang diperbandingkan.

c. Menerapkan (Apply) C3

Menerapkan menunjukan pada proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan pecobaan atau menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan


(32)

dimensi pengetahuan procedural (procedural knowledge). Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan procedural (executing) dan mengimplementasikan (implementing).

Menjalankan prosedur merupakan proses kognitif siswa dalam menyelesaikan masalah dan melaksanakan percobaan dimana siswa sudah mengetahui informasi tersebut dan mampu menetapkan dengan pasti prosedur apa saja yang harus dilakukan. Jika siswa tidak mengetahui prosedur yang harus dilaksanakan dalam menyelesaikan permasalahan maka siswa diperbolehkan melakukan modifikasi dari prosedur baku yang sudah ditetapkan.

Mengimplementasikan muncul pabila siswa memilih dan menggunakan prosedur untuk hal-hal yang belum diketahui atau masih asing. Karena siswa masih merasa asing dengan hal ini maka siswa perlu mengenal dan memahami permasalahan terlebih dahulu kemudian baru menetapkan prosedur yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Mengimplementasikan berkaitan erat dengan dimensi proses kognitif yang lain yaitu mengerti dan menciptakan.

Menerapkan merupakan proses yang kontinu, dimulai dari siswa menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan prosedur baku atau standar yang sudah diketahui. Kegiatan ini berjalan teratur sehingga siswa benar-benar mampu melaksanakan prosedur ini dengan mudah, kemudian berlanjut pada munculnya permasalahan-permasalahan baru yang asing bagi siswa, sehingga siswa dituntut untuk mengenal dengan baik permasalahan tersebut dan memilih prosedur yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan.

d. Menganalisis (Analyze) C4

Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Kemampuan menganalisis merupakan jenis kemampuan yang banyak dituntut dari


(33)

kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah. Berbagai mata pelajaran menuntut siswa memiliki kemampuan menganalisis dengan baik. Tuntutan terhadap siswa untuk memiliki kemampuan menganalisis sering kali cenderung lebih penting daripada dimensi proses kognitif yang lain seperti mengevaluasi dan menciptakan. Kegiatan pembelajaran sebagian besar mengarahkan siswa untuk mampu membedakan fakta dan pendapat, menghasilkan kesimpulan dari suatu informasi pendukung.

Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut (attributeing) dan mengorganisasikan (organizing). Memberi atribut akan muncul apabila siswa menemukan permasalahan dan kemudian memerlukan kegiatan membangun ulang hal yang menjadi permasalahan. Kegiatan mengarahkan siswa pada informasi-informasi asal mula dan alasan suatu hal ditemukan dan diciptakan. Mengorganisasikan menunjukkan identifikasi unsur-unsur hasil komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali bagaimana unsur-unsur ini dapat menghasilkan hubungan yang baik. Mengorganisasikan memungkinkan siswa membangun hubungan yang sistematis dan koheren dari potongan-potongan informasi yang diberikan. Hal pertama yang harus dilakukan oleh siswa adalah mengidentifikasi unsur yang paling penting dan relevan dengan permasalahan, kemudian melanjutkan dengan membangun hubungan yang sesuai dari informasi yang telah diberikan.

e. Mengevaluasi (Evaluate) C5

Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa. Standar ini dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan sendiri oleh siswa. Perlu diketahui bahwa tidak semua kegiatan penilaian merupakan dimensi mengevaluasi, namun hampir


(34)

semua dimensi proses kognitif memerlukan penilaian. Perbedaan antara penilaian yang dilakukan siswa dengan penilaian yang merupakan evaluasi adalah pada standar dan kriteria yang dibuat oleh siswa. Jika standar atau kriteria yang dibuat mengarah pada keefektifan hasil yang didapatkan dibandingkan dengan perencanaan dan keefektifan prosedur yang digunakan maka apa yang dilakukan siswa merupakan kegiatan evaluasi.

Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi (critiquing). Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau produk. Jika dikaitkan dengan proses berpikir merencanakan dan mengimplementasikan maka mengecek akan mengarah pada penetapan sejauh mana suatu rencana berjalan dengan baik. Mengkritisi mengarah pada penilaian suatu produk atau operasi berdasarkan pada kriteria dan standar eksternal. Mengkritisi berkaitan erat dengan berpikir kritis. Siswa melakukan penilaian dengan melihat sisi negatif dan positif dari suatu hal, kemudian melakukan penilaian menggunakan standar ini.

f. Menciptakan (Create) C6

Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya. Menciptakan sangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya. Meskipun menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatif, namun tidak secara total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan. Menciptakan di sini mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa. Perbedaan menciptakan ini dengan dimensi berpikir kognitif lainnya adalah pada dimensi yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan


(35)

menganalisis siswa bekerja dengan informasi yang sudah dikenal sebelumnya, sedangkan pada menciptakan siswa bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baru.

Menciptakan meliputi menggeneralisasikan (generating) dan memproduksi (producing). Menggeneralisasikan merupakan kegiatan merepresentasikan permasalahan dan penemuan alternatif hipotesis yang diperlukan. Menggeneralisasikan ini berkaitan dengan berpikir divergen yang merupakan inti dari berpikir kreatif. Memproduksi mengarah pada perencanaan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Memproduksi berkaitan erat dengan dimensi pengetahuan yang lain yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognisi.

2. Jenis-Jenis Belajar Menurut Gagne

Manusia memiliki beragam potensi, karakter, dan kebutuhan dalam belajar. Karena, banyak tipe-tipe belajar yang dilakukan manusia. Gagne mencatat ada delapan tipe belajar, yaitu sebagai berikut:29

a) Belajar isyarat (signal Learning). Menurut Gagne, ternyata tidak semua reaksi spontan manusia terhadap stimulus sebenarnya tidak menimbulkan respons. Dalam konteks inilahsignal learningterjadi. b) Belajar stimulus respons. Belajar tipe ini memberikan respon yang

tepat terhadap stimulus yang diberikan. Reaksi yang tepat diberikan penguatan (reinforcement) sehingga terbentuk perilaku tertentu (shaping).

c) Belajar merantaikan (chaining). Tipe belajar chaining merupakan cara belajar dengan membuat gerakan-gerakan motorik, sehingga akhirnya membentuk rangkaian gerak dalam urutan tertentu.

d) Belajar asosiasi verbal (verbal association). Tipe belajar verbal association merupakan belajar menghubungkan suatu kata dengan

29


(36)

suatu objek yang berupa benda, orang atau kejadian dan mengkaitkan sejumlah kata dalam urutan yang tepat.

e) Belajar membedakan (discrimination). Tipe belajar discrimination memberikan reaksi yang berbeda-beda pada stimulus yang mempunyai kesamaan.

f) Belajar konsep (concept learning). Belajar mengklasifikasikan stimulus, atau menempatkan objek-objek dalam kelompok tertentu yang membentuk suatu konsep. (konsep: satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang memiliki kesamaan ciri).

g) Belajar dalil (Rule Learning). Tipe belajar Rule Learning merupakan tipe belajar untuk menghasilkan aturan kaidah yang terdiri dari penggabungan beberapa konsep. Hubungan antara konsep biasanya dituangkan dalam bentuk kalimat.

h) Belajar memecahkan masalah(Problem Solving). Tipe belajarProblem Solvingmerupakan tipe belajar yang menggabungkan beberapa kaidah untuk memecahkan masalah, sehingga terbentuk kaidah yang lebih tinggi (Higher Order Rule).

3. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.30 Karena belajar merupakan proses belajar dari perkembangan hidup manusia maka dengan belajar dasar dari perkembangan hidup manusia maka dengan belajar manusia melakukan perubahan-perbahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil belajar. Proses belajar akan menghasilkan sesuatu yang biasanya disebut dengan hasil belajar. Hasil belajar dapat dilihat dari apa yang dilakukan oleh sisiwa.

30

Nana Sujana,Penilaian Hasil Belajar Mengajar,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008). Cet XI, h. 22


(37)

Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses pembelajaran yang optimal cenderung mewujudkan hasil yang berciri sebagai berikut:31 a) Kepuasan dan kebanggan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar

instrinsik pada diri siswa.

b) Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya. c) Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya.

d) Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif). e) Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan

dirinya, terutama dalam menilai hasil yang dicapai maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

4. Macam- Macam Hasil Belajar

Kisley membagi hasil belajar menjadi tiga macam yaitu, keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita.32 Gagne membagi hasil belajar menjadi lima kategori, yaitu: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, keterampilan motoris. Informasi verbal diperoleh sebagai hasil belajar di sekolah dan juga dari kata-kata yang diucapkan orang, dari membaca dan lain-lain. Keterampilan intelektual didapat dari berinteraksi dengan lingkungannya melalui pengguanaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan. Strategi kognitif digunakan siswa apabila ia ingin memilih dan mengubah perhatian, pola belajar, ingatan dan proses berpikir dalam memecahkan masalah. Sikap terutama sikap sosial yang muncul dapat mempengaruhi prilaku seseorang terhadap benda-benda. Menggunakan alat di laboratorium contohnya alat destilasi dalam pembelajaran kimia merupakan contoh dari keterampilan motoris yang digabungkan dengan keterampilan intelektual.

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa menrut Bloom mencakup tiga ranah, yaitu: ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif

31

Ibid, h. 56-57

32


(38)

mencakup nilai yang berhubungan dengan ingatan, pengetahuan, pemahaman, aplikasi, kemampuan analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif mencakup nilai yang berhubungan dengan sikap, nilai, perasaan, dan minat. Ranah psikomotorik berkenaan dengan nilai keterangan gerak maupun keterampilan gerak maupun keterampilan ekspresi verbal dan nonverbal.

5. Pengukuran Hasil Belajar

Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes atau non tes. Dalam hal ini, pengertian penilaian belajar dan pembelajaran dimaknai sebagai suatu proses pembuatan keputusan nilai keberhasilan belajar dan pembelajaran secara kualitatif.33 Hasil belajar dapat diketahui dari hasil evaluasi yang diadakan. Penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan (content objectives) berupa materi-materi esensial sebagai konsep kunci dan prinsip utama.34 Hal ini dapat digunakan sebagai umpan balik yang sangat diperlukan dalam menentukan strategi belajar siswa. Hasil belajar juga dipengaruhi oleh integrasi dan penguasaan awal anak tentang materi yang akan dipelajari. Ini berarti bahwa guru perlu menetapkan tujuan belajar sesuai dengan kapasitas intelegensi anak dan pencapaian tujuan belajar perlu menggunakan bahan apresiasi, yaitu bahan yang dikuasai anak sebagai batu loncatan untuk menguasai pelajaran baru.

Hasil belajar anak dipengaruhi oleh kesempaan yang diberikan kepada anak, ini berarti guru perlu menyusun rancangan dan mengelola pembelajaran yang memungkinkan anak bebas untuk melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya. Penilaian untuk mengukur hasil belajar ini dapat mengunakan suatu alat ukur yang berbentuk tes atau non

33

EvelineSiregar, dkk,op.cit,h.141.

34

Ahmad Sofyan, dkkEvaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi,(Jakarta: UIN Press, 2006), h.14.


(39)

tes. Tes adalah kumpulan pertanyaan atau soal yang harus dijawab oleh siswa dengan menggunakan pengetahuan-pengetahuan serta kemampuan penalarannya. Sedangkan, alat ukur yang berbentuk non tes mencangkup angket, skala sikap dan sebagainya.

Tes dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan yakni tes uraian dan tes obyektif. Perbedaannya ialah tes uraian meminta jawaban berupa uraian singkat yang disusun siswa. sedangkan tes obyektif dijawab siswa dengan memilih salah satu jawaban dari alterbatif jawaban yang telah disediakan untuk melengkapi pernyataan yang belum sempurna.35dengan demikian hasil belajar dapat diukur dengan alat tes berupa tes maupun non tes.

Tes obyektif dan tes uraian mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing sebagaimana yang dituliskan di bawah ini:36

Tabel 2.1 Keungulan dan Kelemahan Tes Obyektif

Keunggulan Kelemahan

1. Dapat mencakup materi pelajaran yang lebih luas dan terperinci. 2. Memudahkan

pemeriksaan

1. Lebih sukar disusun

2. Membuka peluang untuk terjadinya penembakan terhadap jawaban benar 3. Sukar dirumuskan untuk mengukur

jenjang tinggi

4. Memerlukan biaya yang lebih besar

35

Ahmad Sofyan, dkk,op.cit,h.54

36


(40)

Tabel 2.2 Kesukaran dan Kelemahan Tes Uraian

Keunggulan Kelemahan

1. Tepat untuk mengukur kemampuan jenjang tinggi yang sukar diukur melalui tes obyektif 2. Melatih siswa merumuskan

jawaban dengan kata-kata sendiri 3. Tidak memungkinkan terjadinya

penembakan

4. Lebih mudah disusun

5. Mendorong siswa mengerti lebih dalam tentang suatu gagasan atau hubungan-hubungan

1. Lingkup pelajaran yang dicakup sangat terbatas

2. Menyukakarkan padapnentuan sekor terhadap piihan siswa 3. Unsur subjektivitas masuk

dalam penentuan skor

4. Faktor-faktor yang tidak relevan mempengaruhi penentuan skor misalnya kualitas tulisan dan kemampuan bahasa.

Dalam penelitian ini yang digunakan adlaah tes uraian diamana hasil penilaian belajar yang digunakan hanya mengukur kemampuan kognitif siswa pada jenjang C1 - C4, sesuai dengan level kognitif revisi Bloom.

6. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangakaian kejadian-kejadian-kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa.37

Dari beberapa pengertian pembelajaran yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan beberapa ciri pembelajaran sebagai berikut:38

a. Merupakan upaya sadar dan disengaja. b. Pembelajaran harus membua siswa belajar

c. Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan.

37

Eveline Siregar,op.cit. H.12

38


(41)

d. Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses, maupun hasilnya.

C. Koloid.

Materi koloid diambil dari buku kimia SMA kelas XI berikut ini: 1. SISTEM KOLOID

a) Suspensi

Suspensi merupakan sistem dispersi dimana partikel yang berukuran relatif besar tersebar merata di dalam medium pendispersinya. Pada umumnya sistem dispersi merupakan campuran yang heterogen. Sebagai contoh adalah endapan hasil reaksi atau pasir yang dicampur oleh air. Dalam sistem dispersi tersebut partikel-partikel terdispersi dapat diamati oleh mikroskop dan bahkan dengan mata telanjang.39

Suspensi merupakan sistem dispersi yang tidak setabil, sehingga bila tidak diaduk terus-menerus akan mengendap akibat gaya gravitasi bumi. Cepat lambat Suspensi mengendap tergantung besar kecilnya ukuran partikel terdispersi. Semakin besar ukuran partikel tersuspensi, semakin cepat proses pengendapan terjadi.

Untuk memisahkan susupensi dapat dilakukan dengan proses penyaringan (filtrasi). Oleh karena ukuran partikelnya relative besar, maka zat-zat yang terdispersi akan tertinggal di kertas saring. Endapan hasil reaksi berupa Suspensi yang ukurannya sangat kecil memerlukan waktu yang lama untuk memisahkan dari larutannya. Untuk memepercepat pemisahan dapat dilakukan dengan menggunakan alat sentrifuge (pemusing).

39


(42)

b) Koloid

Menurut yayan sunarnya koloid adalah salah satu jenis campuran homogen yang memiliki sifat-sifat berbeda dengan larutan yang selama ini anda ketahui. Perbedaan sifat ini disebabkan oleh ukuran partikel zat terlarut yang lebih besar dibandingkan dengan larutan.40

Gambar 2.1 (a) Sistem larutan (transparan dan homogen) (b) Sistem suspense (Homogen) (c) Koloid (Homogen, tetapi tidak

transparan).

Koloid berasal dari kata “ kolia” yang dalam bahasa Yunani berarti “lem” istilah koloid pertama kali diperkenankan oleh Thomas Graham (1861) berdasarkan pengamatannya terhadap gelatin yang merupakan Kristal tetapi sukar mengalami difusi. Oleh karena itu, zat semacam gelatin ini kemudian disebut koloid. Koloid atau juga disebut dispersi koloid atau sistem koloid sebenarnya merupakan sistem dispersi dengan ukuran partikel yang lebih besar daripada larutan, tetapi lebih kecil daripada suspensi.

Pada umumnya koloid mempunyai ukuran partikel 1 nm sampai dengan 100 nm. Berapa koloid tampak jelas secara fisis, misalnya santan, air susu, dan lem, tetapi beberapa koloid sepintas tampak seperti larutan, misalnya larutan kanji encer, agar-agar yang masih cair, dan air teh. Oleh karena ukuran partikelnya relatife kecil,

40

Yayan Sunarya.Mudah dan Aktif Belajar Kimia, Untuk Kelas XI SMA/MA Program IPA(Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009), h.206


(43)

sistem koloid tidak dapat diamati dengan mata telanjang, tetapi dapat diamati dengan mikroskop dengan tingkat pembesaran yang tinggi (mikroskop ultra).

c) Larutan

Larutan seperti yang diungkapkan dalam buku unggul sudarmo, merupakan sistem dispersi yang ukuran partikel-partikelnya sangat kecil, sehingga tidak dapat dibedakan (diamati) antara partikel pendispersi dengan partikel pendispersi walaupun menggunakan mikroskop dengan tingkat pembesaran yang tinggi (mikroskop ultra).41 Tingkat ukuran partikel larutan adalah molekul atau ion-ion, sehingga larutan merupakan campuran yang homogeny dan sukar dipisahkan dengan penyaringan dan alat sentrifuge.

Oleh karena ukuran partikel zat terdispersi dengan medium pendispersi hamper sama, maka sifat zat pendispersi dalam larutan akan terpengaruh (berubah) dengan adanya zat terdispersi. Misalnya, bila kedalm air ditambahkan garam dapur, maka air akan membeku dibawah 0˚ C. semakin banyak garam yang ditambahkan, semakin besar penurunan titik bekunya. Hal itu akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan sifat-sifat larutan.

D. Hasil Kajian Pustaka Yang Relevan

Hasil yang relevan dengan pemelitian ini adalah penelitian yang dilakukan Ria Irmawati,berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan interpretasi data, dapat disimpulkan berdasarkan uji hipotesis uji-t yang didapatkan pada postes yaitu thitung > ttabel (2,0588>2,000), artinya terdapat

pengaruh pembelajaran kimia terintegrasi nilai melalui pendekatan CTL terhadap hasil belajar siswa. Dengan meningkatkannya hasil belajar siswa maka dapat membantu para siswa memahami konsep koloid sehingga siswa

41


(44)

menjadi lebih termotivasi, kreatif, berfikir kritis dan menghargai orang lain dalam proses belajar mengajar.42

Penelitian yang dilakukan Qomariah, berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa pendekatan Contextual teaching and Learning, berpengaruh secara sindifikan terhadap hasil belajar IPA siswa pada pokok bahasan perubahan materi.43

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Juju Zahrotus Saodah pada kesimpulannya berdasarkan tindakan yang telah diberikan kepada siswa SMA Triguna Utama dengan menerapkan pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning) hasil belajar kimia mengalami peningkatan pada aspek kognitif.44

Penelitian wasis dalam jurnalnya memberikan kesimpulan diantaranya menyebutkan bahwa, perangkat pembelajaran konstektual memiliki ciri khusus, yaitu menyediakan berbagai fitur sehingga konten dalam perangkat dapat dikaitkan dengan kehidupan nyata, serta memberikan berbagai pilihan aktivitas sehingga siswa dengan berbagai gaya belajar dan tingkat kemampuan dapat melakukan hands-on activities dan minds-on activities sesuai dengan lingkungan belajarnya.45

42

Ria Irmawati. 2009. Pengaruh Pembelajaran Kimia Terintegrasi Nilai Melalui Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar Siswa, UIN Jakarta, Prodi Pendidikan Kimia, Jurusan Pend. IPA. Skripsi tidak diterbitkan.

43

Qomariah. 2006. Pengaruh Penerapan CTL dengan Metode Eksperimen Terhadap Hasil Belajar Siswa pada pokok bahasan perubahan Materi, UIN Jakarta, Prodi Pendidikan Kimia. Jurusan Pend. IPA. Skripsi tidak diterbitkan.

44

Juju Zahrotus Saodah, 2011. Penerapan Pendekatan CTL (Contextua Teaching Learning) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Larutan Asam Basa. UIN Jakarta, Prodi Pendidikan Kimia. Jurusan Pend. IPA. Skripsi tidak diterbitkan.

45

Wasis Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran sains-fisika smp (Cakrawala pendidikan, 2006)http://www.freewebs.com/santyasa/Lemlit/PDF


(45)

E. Kerangka Berpikir

Hubungan antara pengaruh pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) terhapa hasil belajar siswa dapat dilihat pada gambar 2.1 diagram kerangka berpikir berikut:

Gambar 2. Diagram Kerangka Berpikir

Masalah dalam Pembelajarn:

1. Dalam pembelajaran siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir.

2. Proses pembelajaran di kelas diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghapal informasi

3. Siswa belum bisa menghubungkan antara konsep dengan kehidupan sehari-hari

4. Pembelajaran lebih menekankan kepada guru (Teacher enter)

Meningkatnya hasil belajar siswa

Menerapkan sebuah pendekatan yang mengarahkan siswa untuk berperan aktif dan menggugah potensi siswa yang ada pada dirinya.

Menerapkan Pendekatan CTL (Contextual Teahing and Learning)

Konstruktivisme

Siswa membangun

pengetahuan sedikit demi sedikit dan menghubungkannya dengan dunia nyata

Inkuiri

Siswa menemukan

sendiri konsep yang dipelajari.

Bertanya

Siswa bertanya

sebagai reflesi

keingintahuan

terhapad konsep yang disajikan.

Masyarakat Belajar Siswa dapat bekerja

sama dan

memanfaatkan sumber-sumber belajar dari temannya

Refleksi

Siswa dapat menggali kembali pengetahuan yang sudah lalu atau yang baru saja dipelajari Pemodelan

Siswa memperagakan

suatu konsep yang dapat ditiru oleh siswa lainnya.

Penilaian Sebenarnya Siswa dapat menunjukan hasil belajar sebagai tolak ukur dari

perkembangan dalam

memahami suatu konsep


(46)

Gambar 2. Menunjukan kerangka berpikir penelitian ini dimulai dari latar belakang masalah yaitu pembelajaran kimia di kelas, dalam pembelajaran siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir, proses pembelajaran di kelas diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghapal informasi, siswa belum bisa menghubungkan antara konsep dengan kehidupan sehari-hari, dan pembelajaran di dalam kelas perpusat pada guru (Teacher Center) sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Setelah Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dengan ketujuh aspek didlamanya melalui penelitian Kuasi Eksperimen terjadi peningkatan hasil belajar Kimia siswa pada konsep koloid.

F. Hipotesis

H0: Tidak Terdapat Pengaruh Pendekatan CTL (contextual Teaching and Learnng)Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Koloid.

Ha: Terdapat Pengaruh Pendekatan CTL (contextual Teaching and Learnng)Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Koloid.


(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MAN JONGGOL. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April–Juni Semester II tahun pelajaran 2013/2014 di kelas XI.

B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Sesuai tujuan yang akan dicapai oleh peneliti, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistic, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.1 Sehingga data yang diambil berupa angka-angka hasil penelitian. Metode ini sudah lama dikenal maka dari itu, metode ini dinamakan juga dengan metode tradisional karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian.2 Kemudian untuk jenis penelitian, yang digunakan adalah penelitian quasi eksperimen bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental design, desain ini memiliki kelompok kontrol tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variable-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.3 Penelitian quasi eksperimen sesungguhnya

1

Sugiyono,MetodePenelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D,(Bandung: Alfabeta,2011), h.8

2

Ibid, h.7

3


(48)

bertujuan untuk mengatasi kesulitan dalam menentukan kelompok control dalam penelitian.4

Analisis data menggunakan teknik komparasi yaitu penelitian komparasi akan menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan.5 Dengan demikian akan membandingkan dua kelas yakni kelas yang diberi perlakuan dengan pengajaran ceramah dan kelas yang diberi perlakuan dengan pengajaran menggunakan pendekatan CTL(Contextual Teaching and Learning), kemudian membandingkan hasil dari kedua perlakuan yang berbeda pada kelompok tersebut setelah dilakukantreatmentpada dua kelompok tersebut.

2. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas, dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.6 Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.7 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di MAN JONGGOL, sedangkan yang menjadi sampel yang digunakan adalah siswa di kelas XI. Kelas XI terdiri dari dua kelas, yakni XI-A dan XI-B. Keduanya digunakan sebagai sampel pada penelitian ini.

3. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.8 Variabel dalam penelitian terbagi pada dua variabel, yaitu variabel bebas: variabel yang mempengaruhi variabel terikat dan variabel 4

Ibid, h.77 5

Sharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,(Jakarta:Rineka Cipta,1998), h.247.

6

Sugiyono,op.cit., h.80. 7

Ibid, h .81.

8


(49)

terikat: variabel yang diukur sebagai akibat adanya manipulasi pada variabel bebas9. Dalam penelitian ini variabel bebas (X) adalah: Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning), sedangkan variabel terikat (Y) adalah: hasil belajar siswa.

4. Desain Penelitian

Adapun desain penelitian pada penelitian ini menggunakan “nonequivalent control group design, dimana dalam rancangan ini melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan, pengaruh dari perlakuan diukur dari perbedaan antara pengukuran awal dan pengukuran akhir. Desain penelitian sebagai berikut:10

Tabel 3.1Nonequivalent Control Group Design

Kelompok Tes awal Perlakuan

(X) Tes akhir

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O1 X2 O2

Keterangan:

O1 : Tes hasil belajar yang diberikan sebelum proses belajar mengajar dimulai, dan belum dikenai perlakuanpretest. X1 : Pemberian proses belajar-mengajar untuk kelompok

eksperimen yang dikenai perlakuan pendekatan CTL (contextual teaching learning).

X2 : Kelompok kontrol dengan menggunakan metode Konvensional/ceramah

O2 : Tes hasil belajar yang diberikan setelah proses belajar-mengajar berlangsungposttest.

Perlakuan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

9

Ibid, h. 39.

10


(50)

1. melakukanpretestuntuk mengukur pengetahuan dasar/awal kelompok.

2. Melakukan analisis terhadap hasilpretestkelompok.

3. Melakukan proses pengajaran mengunakan metode ceramah, pada kelompok kontrol.

4. Melakukan proses pengajaran menggunakan pendekatan pembelajaranCTL (Contextual Teaching and Learning)pada kelompokeksperiment.

5. Melakukanposttestuntuk mendapatkan nilai hasil belajar kelompok.

6. Menerapkan uji statistik.

7. Melakukan analisa data terhadap hasilposttest.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.11 Metode yang di gunakan adalah metode test yang terdiri dari pretest dan postest berupa tes uraian serta non test berupa lembar observasi.

2. Metode test memiliki pengertian serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.12

3. Metode tes yang terdiri dari pretest yaitu tes yang disusun atau dirancang untuk mengukur kemampuan awal siswa sebelum program pembelajaran, dan postestyaitu tes yang digunakan untuk mengetahui hasil dari proses treatment. Data yang diperoleh pada penelitian ini disusun secara sistematis dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi mengenai pemahaman konsep yang dinyatakan

11

Riduwan,Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula,

(Bandung:Allfabeta,2010). H.69.

12


(51)

dalam angka-angka, kemudian dari data tersebut dihitung mean, median, dan modus serta standar deviasi

4. Lembar observasi, observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.13

D. Instrumen Penelitian

Insrtumen dalam penelitian ini adalah :

Tes digunakan untuk mengukur penguasaan konsep (kemampuan kognitif) siswa dalam memahami materi. Yang akan dijadikan instrumen pada penelitian ini adalah berupa tes, yaitu berupa tes soal uraian yang berasal dari 25 soal yang telah divalidasi menjadi 10 soal. Instrumen ini mengukur 7 (tujuh) aspek CTL (Contextual Teaching and Learning) seperti: asas bertanya, asas permodelan, asas masyarakat belajar, asas konstruktivisme, asas inquiry, asas refleksi, asas penilaian sebenarnya. Tes uraian mengukur kemampuan kognitif siswa pada jenjang C1–C4 sesuai dengan level kognitif revisi Bloom. Sebelum tes ini digunakan sebagai alat pengumpul data, terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk mengetahui apakah soal tersebut memenuhi persyaratan validitas dan realibilitas.

E. Kalibrasi Instrumen

Sebelum instrumen tes digunakan, instrumen terlebih dahulu diuji coba. Uji coba ini dimaksudkan untuk melihat validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran instrumen. Rincian uji coba yang akan digunakan pada instrumen, seperti berikut ini:

1. Validitas instrumen

Validitas berkenaan dengan ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya


(52)

dinilai. Validitas tes merupakan ukuran yang menyatakan keshahihan suatu instrumen sehingga mampu mengukur apa yang hendak diukur.15 Uji validitas tes yang digunakan adalah uji validitas isi (Content Validity) dan uji validitas yang dihubungkan dengan criteria (Criteria Related Validity). Untuk mengetahui uji validitas isi tes, dilakukan judgmentterhadap butir-butir soal yang dilakukan oleh dosen ahli.

Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variable yang diteliti secara tepat. Dengan demikian, untuk mengetahui validitas yang dihubungkan dengan criteria digunakan uji statistic, yakni teknik korelasiPearson Product Moment:16

( )( )

( ( ) ( ( ))

Keterangan :

rxy= koefisien korelasi antara variable X dan Y

X = skor tiap butir soal Y = skor total butir soal N = jumlah siswa

Setelah nilai koefisiesn korelasi diperoleh, maka dilakukan uji signifikansi untuk mengukur keberartian korelasi berdasarkan distribusi kurva normal dengan menggunakan statistik uji-t dengan rumus:17

thitung = 2

1 2

Keterngan :

thitung = nilai hitung koefisien validitas rxy = koefisien korelasi tiap butir soal

Nana Sudjana Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010) h.12

15

Suharsimi Arikunto,Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 65.

16

Ibid,h.72


(1)

171

Lampiran 17

Penghitungan Uji NormalitasPosttestKelompok Eksperimen

X f X-M Zi Zt F(Zt) fk S(zt)

F(Zt)-S(Zt) 60 4 -16.61 -1.7091 0.4564 0.0436 4 0.1081 -0.0645 65 2 -11.61 -1.1945 0.3830 0.1170 6 0.1622 -0.0703 70 7 -6.61 -0.6800 0.2518 0.2483 13 0.3514 -0.0991

75 5 -1.61 -0.1655 0.0636 0.4364 18 0.4865 -0.0636 80 11 3.39 0.3490 0.1331 0.6331 29 0.7838 -0.0539 85 3 8.39 0.8636 0.3051 0.8051 32 0.8649 -0.0693 90 2 13.39 1.3781 0.4147 0.9147 34 0.9189 -0.0613 95 3 18.39 1.8926 0.4706 0.9767 37 1.0000 -0.0308

Untukmenentukannilai Lo adalahdenganmengambilnilaiterbesardariharga-hargamutlak yang ada, nilai Lo= 0.0991, kemudianmembandingkan Lo dengan Lt yangdiambildaritabelhargakritisliliefors. Dari tabeldidapatharga Lt untuk n = 37padatarafsignifikansi= 0.05 adalah 37 0.1456

886 .

0

Karenaharga Lo=0.0991danharga Lt= 0.1456, maka Lo < Lt, haliniberartibahwa data sampelberdistribusi normal.


(2)

172

Lampiran 18

Perhitungan Uji HomogenitasPosttest

Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher, dengan rumus :

terkecil ians

terbesar ians

S S F

var var

2 2

2 1

 dengan

1

2 2

2

 

n n

fx fx

n

S i i

Langkah-langkah perhitungan : 1. Menentukan Hipotesis

H0= Data berasal dari populasi yang homogen

Ha= Data tidak berasal dari populasi yang homogen

2. Menentukan Kriteria Pengujian

Jika Fhitung Ftabel maka H0diterima

Jika Fhitung Ftabel maka Haditerima

3. Menentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians terkecil) db pembilang n137136

db penyebut n138137

4. Menentukan nilai Fhitung

2 2

2 1

S S F

42 . 0

43 . 94

95 . 223

 

5. Menentukan Ftabel

Selanjutnya menentukan Ftabel, dengan db pembilang

37 1 38

1  

n , db penyebut n137136dan taraf signifikan 05

, 0

α , diperoleh nilai Ftabel 1,78.

Dari hasil perhitungan diatas diperoleh Fhit 0,42 dan Ftabel 1,78. Karena FhitungFtabel

0.421,78

, maka H0 diterima. Artinya, kedua kelas


(3)

173

Lampiran 19

PengujianHipotesis DataPosttest Ho: µ1=µ2

Ha: µ1>µ2 Kriteriapengujian

1. Jikathitung> ttabel, maka Ho ditolak

2. Jikathitung<ttabel, maka Ho diterima

Dengantarafsignifikansi 0.05 dandk = 70

2

1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n S n S n S

37 38 2

95 . 223 1 38 43 . 94 1 37 2       S 73 3158 . 8286 5 . 3399

2

S 73 9 . 11685 2 S 081 . 160  S =12.652              2 1 1 1 2 1 n n X t s

x

           38 1 37 1 71 . 53 61 . 76 652 . 12 t

0,053

652 . 12 90 . 22 x

t = 7,54

Daftardistribusi t menunjukkan t denganpeluang 0,95dandk=70, didapat

t0,95 =1,66.Harga t yang didapatdaripenelitianiniyaitu t = 7.54daninilebihbesardari

t = 1,66, jadi Ho = ditolak. Kesimpulan:

Karenadidapatthitung>ttabel(7.54> 1,67) makahipotesisnol (Ho)

ditolakdanhipotesisalternatif (Ha) diterima. Artinyaterdapatpengaruhpendekatan CTL (Contextual Teaching and


(4)

, KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA

FITK

Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 lndonesia

FORM (FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD-081

Tgl.

Terbit :

1 Maret 2010 No.

Revisi: :

01

Hal 1t1

SURAT BIMBINGAN

SKRIPSI

Nomor : Un.Olff . l/KM .ot

st.l!fi

..tzOtz

Lamp. :Skripsi

Hal

: Bimbingan Skripsi

Nama NIM

Jurusan Semester

Judul Skripsi

Tembusan:

l

Dekan FITK

2.

Mahasiswa ybs.

Jakarta, 11Maret2013

Kepada Yth.

Burhanudin Milama, M.Pd Pembimbing Skripsi

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah

Jakarla.

A s s alamu' alaikum w r. w b

Dengan

ini

diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing I/II (materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:

Ridad Hidayat t070t6200042

Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Kimia

XIII (Tiga Belas)

Pengaruh Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Koloid

Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 28

Februari 2013, abstraksi/outline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing

menghubungi Jurusan terlebih dahulu.

Bimbingan skripsi

ini

diharapkan selesai dalam waktu

6

(enam) bulan, dan dapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnyatanpa surat perpanjangan.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Was s alamu' alaikum wr.wb.

2 00r

,%-.

%,...12


(5)

,KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA

FITK

Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 1 5412 lndonesia

FORM (FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD-081

Tgl.

Terbit :

'1 Maret 20'10

No.

Revisi: :

01

Hal 1t1

SURAT BIMBINGAN

SKRIPSI

Nomor : Un.0 1/F. 1A(M .Ol.3 I .!..1.b..120I3

Lamp. : Skripsi

Hal

: Bimbingan Skripsi

Nama NIM

Jurusan Semester

Judul Skripsi

Tembusan:

L

Dekan FITK

2.

Mahasiswa ybs.

Jakarta, 11 Maret 2013

Kepada Yth.

Tonih Feronika, M.Pd Pembimbing Skripsi

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

As s alamu' al aikum wnw b.

Dengan

ini

diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing I/II (materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:

Ndad Hidayat r07016200042

Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Kimia

XIII (Tiga Belas)

Pengaruh Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Koloid

Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 28

Februari 2013, abstraksiJoutline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing

menghubungi Jurusan terlebih dahulu.

Bimbingan skripsi

ini

diharapkan selesai dalam waktu

6

(enam) bulan, dan dapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnyatanpa surat perpanjangan.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Was s al amu' alaikum wr.w b.

';frl rl"'6''

a.i1: Defdh'q'A Kajur Pgndi ,;frl rl','6.' i'n^rft '!'it


(6)

KEMENTERIAN AGAMA

UIN JAKARTA FITK

Jl. lr. H. Juada No 95 Ciputat 15412 lndonesia

FORM (FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD-082

Tgl.

Terbit :

1 Maret 2010

No.

Revisi: :

01

Hal 111

SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

Nomor : Un.01/F. 1 /KM.01 .31.!.3..1..1201 4

Lamp. : Outline/Proposal

Hal

: Pennohonan lzin Penelitian

Tembusan:

1.

Dekan FITK

2.

Pembantu Dekan Bidang Akademik

3.

Mahasiswa yang bersangkutan

Jakarta, 29 Januari 2014

Kepada Yth.

Kepala Sekolah MAN JONGGOL di

Tempat

Assal am u' at ai ku m wr.wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa,

Nama

: Ridad Hidayat

NIM

:107016200042

Jurusan

: P.IPA / P. KIMIA

Semester

: Xlll ( Tiga Belas)

Judul Skripsi : Pengaruh Pendekatan CTL (ContextualTeaching and Learning)

Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Koloid

adalah benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang

sedang

menyusun

skripsi,

dan

akan

mengadakan penelitian

(riset)

di

instansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.

Untuk

itu

kami

mohon Saudara

dapat

mengizinkan mahasiswa tersebut melaksanakan penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih. Wassal am u' alai ku m wr.wb.

n IPA

ti, M.Sc


Dokumen yang terkait

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

0 5 205

Pengaruh pendekatan contextual teaching and learning (CTL) terhadap hasil belajar siswa: kuasi ekspereimen di SMP Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan

0 11 152

Pengaruh pendekatan contextual teaching and learning (CTL) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep bunyi

2 12 149

PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP ZAT DAN WUJUDNYA TERINTEGRASI NILAI KEAGAMAAN (Eksperimen di MTs Al-Khairiyah,Citeureup-Bogor)

1 33 61

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sumber Energi Gerak melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ( Penelitian Tindakan Kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok)

0 14 135

Peningkatan hasil belajar siswa pada konsep sumber energi gerak melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL): penelitian tindakan kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok

2 3 135

Penagruh pendekatan contextual teaching laering (CTL) terhadap hasil bejaran biologi siswa kuasi Ekperimen di SMPN 1 Cisauk

0 7 208

Pengaruh Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Koloid

0 7 173

Penerapan pendekatan pembelajaran contextual teaching and learnig/CTL untuk meningkatkan hasil belajar PKN pada siswa kelas IV MI Miftahussa’adah Kota Tangerang

0 10 158

Upaya meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep perkembangbiakan tumbuhan melalui pendekatan kontekstual: penelitian tindakan kelas di MI Hidayatul Athfal Gunungsindur

0 19 141