Upaya meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep perkembangbiakan tumbuhan melalui pendekatan kontekstual: penelitian tindakan kelas di MI Hidayatul Athfal Gunungsindur

(1)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA

PADA KONSEP PERKEMBANGBIAKAN TUMBUHAN

MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL

(Penelitian Tindakan Kelas di MI Hidayatul Athfal Gunungsindur)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh: EFI

NIM. 1811018300074

PROGRAM DUAL MODE SYSTEM

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015


(2)

(3)

ii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Efi

NIM : 1811018300074

Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Alamat : Jl. Pendidikan Kp. Bulaksaga RT 001/06 Desa Cibadung Kec. Gunungsindur - Bogor 16340

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Konsep Perkembangbiakan Tumbuhan Melalui Pendekatan Kontekstual adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Nama Pembimbing : Erina Hertanti, M.Si

NIP : 19720419199903 2 002

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.


(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Konsep Perkembangbiakan Tumbuhan Melalui Pendekatan Kontekstual, disusun oleh Efi, NIM 1811018300074, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 10 Februari 2015 Yang Mengesahkan,


(5)

iv ABSTRAK

EFI, NIM. 1811018300074. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Konsep Perkembangbiakan Tumbuhan Melalui Pendekatan Kontekstual. Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep Perkembangbiakan Tumbuhan dengan menggunakan pendekatan Kontekstual. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Nopember sampai Desember 2014 di kelas VI MI Hidayatul Athfal pada semester ganjil tahun pelajaran 2014-2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). PTK dilaksanakan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan pembelajaran yang terjadi di kelas. Metode ini dilakukan dalam tiga tahap yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi. Ketiga tahap tersebut merupakan siklus yang berlangsung secara berulang dengan langkah-langkah yang sama. Penelitian difokuskan kepada upaya meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada konsep Perkembangbiakan Tumbuhan melalui penerapan pendekatan Kontekstual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada konsep Perkembangbiakan Tumbuhan melalui penerapan pendekatan Kontekstual. Pada siklus I persentase ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 56,25%, sedangkan pada siklus II persentase ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 93,75%. Siswa yang mencapai nilai KKM pada siklus I sebanyak 9 orang atau sekitar 56%, sementara pada siklus II sebanyak 15 orang atau 93,75%. Aktifitas guru pada siklus I terkategori baik, dengan persentase sebesar 79,17%. Pada siklus II persentasenya meningkat menjadi 85,41% dengan kategori sangat baik. Aktifitas siswa meningkat dari kategori cukup pada siklus I menjadi sangat baik pada siklus II. Persentase siklus I sebesar 66,67% dan pada siklus II menjadi 83,33%.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).


(6)

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Konsep Perkembangbiakan Tumbuhan Melalui Pendekatan Kontekstual”.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan kita semua selaku ummat-Nya yang selalu berusaha istiqomah untuk menjalankan semua sunah-sunahNya hingga akhir zaman.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Fauzan, MA., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Erina Hertanti, M.Si, Dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Kepala MI Hidayatul Athfal, Bapak Heri Mulyadi, S.Pd.I yang telah memberikan izin penelitian.

5. Siswa-siswi kelas VI MI Hidayatul Athfal yang telah membantu peneliti dalam proses penelitian.

6. Suami dan anak-anakku tercinta yang selalu memberikan doa, motivasi, dan dukungan kepada penulis.


(7)

vi

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi semua pihak yang membacanya.

Jakarta, 10 Februari 2015 Penulis


(8)

vii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI... ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 4

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 5

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 5

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN ... 6

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti ... 6

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 21

C. Kerangka Berpikir ... 23


(9)

viii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 25

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

B. Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan... 25

C. Subjek/ Partisipan yang terlibat dalam Penelitian ... 27

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 27

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 28

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 29

G. Teknik Pengumpulan Data ... 29

H. Data dan Sumber Data ... 29

I. Instrumen Pengumpulan Data ... 30

J. Kalibrasi Instrumen ... 32

K. Teknik Pengolahan Data ... 40

L. Indikator Keberhasilan ... 42

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Deskripsi Data ... 43

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 66


(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar IPA Siklus I ... 30

Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar IPA Siklus II... 31

Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas Instrumen Siklus I ... 34

Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas Instrumen Siklus II ... 34

Tabel 3.5. Kriteria Reliabilitas ... 36

Tabel 3.6. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Siklus I ... 36

Tabel 3.7. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Siklus II ... 36

Tabel 3.8. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Siklus I ... 37

Tabel 3.9. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Siklus II ... 38

Tabel 3.10. Hasil Uji Daya Pembeda Siklus I ... 39

Tabel 3.11. Hasil Uji Daya Pembeda Siklus II ... 39

Tabel 3.12. Klasifikasi Kegiatan Guru dan Siswa ... 41


(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Desain Intervensi Penelitian Tindakan Kelas... 25

Gambar 3.2. Tahapan Intervensi Tindakan………28

Gambar 4.1. Peneliti Membimbing Siswa Melakukan Pengamatan ... 44

Gambar 4.2. Siswa Melakukan Pengamatan Dalam Kelompok ... 45

Gambar 4.3. Siswa Mengidentifikasi Bagian-Bagian Bunga... 46

Gambar 4 4. Kegiatan Observasi di Kebun Belakang Sekolah ... 47

Gambar 4.5. Siswa Mengamati Berbagai Jenis Biji Tanaman ... 48

Gambar 4.6. Kegiatan Observasi di Halaman Sekolah ... 55

Gambar 4.7. Siswa Mengamati Cara Perkembangbiakan Rumput Teki ... 56


(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pertemuan ke-1 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pertemuan ke-2 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pertemuan ke-3 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pertemuan ke-4 5. Lembar Kerja Siswa (LKS) pertemuan ke-1

6. Lembar Kerja Siswa (LKS) pertemuan ke-2 7. Lembar Kerja Siswa (LKS) pertemuan ke-3 8. Lembar Kerja Siswa (LKS) pertemuan ke-4 9. Kisi-kisi Soal Siklus I

10. Kisi-kisi Soal Siklus II 11. Soal Siklus I

12. Soal Siklus II

13. Contoh Lembar Observasi Guru 14. Contoh Lembar Observasi Siswa 15. Anates Instrumen Siklus I 16. Anates Instrumen Siklus II 17. Lembar Uji Referensi


(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu lembaga pendidikan yang merupakan pelaksana proses pendidikan adalah Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI). Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah sebagai lembaga pendidikan dasar, semestinya dapat menjadi pondasi yang kokoh bagi siswa untuk mampu menapaki lembaga pendidikan tingkat selanjutnya dengan berbekal pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan. Dengan demikian, Sekolah Dasar harus mampu memberikan bekal pengetahuan, kemampuan dan keterampilan dasar sejak dini. Ketiga hal tersebut bisa didapatkan melalui penguasaan materi pelajaran yang diberikan di Sekolah Dasar.

Di Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) terdapat berbagai mata pelajaran yang harus dikuasai siswa, salah satu diantaranya adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis. Penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen, serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya.1 Oleh karenanya, proses pembelajaran IPA hendaknya dilakukan melalui pemberian pengalaman langsung kepada siswa. Dengan demikian, semakin jelaslah bahwa proses belajar mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan.2 Tinggi rendahnya kualitas proses pendidikan dapat ditentukan melalui berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran, sedangkan produk pendidikan yang berkualitas dihasilkan melalui proses pembelajaran yang bermutu.

1

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), h. 136-137.

2


(14)

Dalam proses pembelajaran hendaknya memperhatikan sejumlah prinsip seperti yang dijelaskan dalam PP No. 19 Tahun 2005, bahwa proses pembelajaran harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan memberikan ruang yang cukup bagi pengembangan prakarsa, kreativitas sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik.3 Oleh karena itu, pembelajaran hendaklah didesain sedemikian rupa, sehingga menjadi kegiatan yang menyenangkan. Pembelajaran hendaknya berorientasi pada aktifitas serta pemberian pengalaman langsung kepada siswa. Dengan melihat dan mengalami langsung konsep yang diajarkan, diharapkan siswa akan lebih mudah mengingat apa-apa yang dipelajari, apalagi jika dihubungkan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Dengan demikian pembelajaran akan menjadi lebih bermakna, sehingga siswa dapat menerapkannya dalam kehidupan nyata.

Namun dalam kenyataannya, dalam proses pembelajaran IPA yang diterapkan di Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah siswa cenderung hanya mendengarkan penjelasan dari guru, sehingga siswa menjadi jenuh dan bosan. Semua aktifitas pembelajaran hanya berpusat pada guru (teacher centered), belum berpusat pada aktifitas siswa (student centered). Siswa diperlakukan sebagai objek dalam pembelajaran, bukan sebagai subjek belajar. Karena pembelajaran bersifat verbalistik dan abstrak, siswa sulit memahami apa yang dijelaskan guru. Hal ini yang akhirnya menyebabkan hasil belajar IPA siswa menjadi rendah.

Permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran IPA, juga terjadi di MI Hidayatul Athfal Kecamatan Gunungsindur Kabupaten Bogor. Berdasarkan observasi awal, pembelajaran IPA di MI Hidayatul Athfal lebih sering menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat kepada aktifitas guru, sehingga siswa menjadi pasif saat proses pembelajaran berlangsung. Sementara itu, berdasarkan studi dokumen terhadap hasil belajar IPA siswa kelas VI menunjukkan bahwa hasil belajar IPA siswa khususnya pada konsep Perkembangbiakan Tumbuhan rendah. Sedangkan menurut hasil wawancara

3

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 61.


(15)

dengan siswa, pembelajaran IPA di MI Hidayatul Athfal selama ini dirasakan kurang menarik dan membosankan. Hal tersebut disebabkan karena kegiatan pembelajaran hanya dilakukan di ruang kelas dan kurang memanfaatkan sumber belajar lain, seperti lingkungan. Siswa tidak pernah diajak untuk melakukan kegiatan observasi untuk mengamati objek pembelajaran. Pembelajaran hanya bersifat informatif dan transfer pengetahuan. Penjelasan guru terlalu abstrak, sehingga siswa sulit memahami apa yang dijelaskan. Hal-hal tersebut pada akhirnya mengakibatkan rendahnya hasil belajar IPA siswa, terutama pada konsep Perkembangbiakan Tumbuhan. Hal ini ditandai dengan hasil ulangan harian siswa kelas 6 mata pelajaran IPA, dimana belum seluruh siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran IPA kelas 6 adalah 65. Namun dari 16 siswa kelas 6, yang mendapat nilai di atas KKM hanya 3 siswa (18,75%), selebihnya mendapat nilai di bawah KKM, yaitu sebanyak 13 siswa (81,25%).

Agar hasil belajar IPA siswa pada konsep Perkembangbiakan Tumbuhan dapat mencapai nilai yang ditetapkan, maka guru dituntut untuk menerapkan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran. Agar pembelajaran IPA tidak verbalistik, maka salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah menggunakan pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.4 Oleh karenanya, dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kontekstual untuk mewujudkan pembelajaran yang lebih bermakna. Dalam pembelajaran kontekstual, materi pembelajaran dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari siswa, siswa lebih aktif karena kegiatan pembelajaran dilakukan melalui kegiatan nyata.

4

Ibnu Setiawan, Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna (Bandung: MLC, 2007), h. 67.


(16)

Menurut peneliti, konsep Perkembangbiakan Tumbuhan amat cocok jika disampaikan dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Dengan pendekatan kontekstual proses pembelajaran tidak lagi hanya berpusat pada guru, akan tetapi siswa diajak untuk aktif mengkonstruksi pengetahuannya melalui kegiatan observasi, pemodelan, kerja kelompok, mengajukan pertanyaan dan penemuan. Proses pembelajaran akan terasa menyenangkan dan lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri materi yang sedang dipelajari. Dengan mengalami sendiri materi pelajaran yang dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari, diharapkan penguasaan materi pelajaran akan optimal dan hasil belajar siswa meningkat.

Berdasarkan permasalahan di atas, agar tercipta proses pembelajaran yang aktif dan hasil belajar IPA siswa meningkat peneliti mencoba mengadakan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul: “UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA KONSEP PERKEMBANGBIAKAN TUMBUHAN MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL”.

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis mengidentifikasi beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran, yaitu:

a. Pembelajaran hanya berpusat pada guru, sehingga menimbulkan kejenuhan bagi siswa.

b. Kegiatan pembelajaran hanya dilakukan di ruang kelas dan belum memanfaatkan sumber belajar lain, seperti lingkungan.

c. Siswa tidak pernah diajak melakukan kegiatan observasi untuk mengamati objek pembelajaran.

d. Pembelajaran hanya bersifat informatif dan transfer pengetahuan.

e. Penjelasan guru terlalu abstrak, sehingga siswa sulit memahami apa yang dijelaskan.

Penelitian ini difokuskan terhadap hasil belajar IPA siswa pada konsep Perkembangbiakan Tumbuhan.


(17)

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran di atas, penelitian difokuskan pada peningkatan hasil belajar IPA pada konsep Perkembangbiakan Tumbuhan melalui penerapan pendekatan kontekstual. Hasil belajar yang dimaksud hanya pada ranah kognitif, dengan tingkatan C1 sampai C3 (pengetahuan, pemahaman, dan penerapan) sesuai taksonomi Bloom.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Dari pembatasan fokus penelitian di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: “Bagaimana penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep Perkembangbiakan Tumbuhan?”. E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep Perkembangbiakan Tumbuhan dengan menggunakan pendekatan kontekstual di kelas VI MI Hidayatul Athfal Gunungsindur.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh pelaku pendidikan, yaitu:

1. Bagi siswa:

Meningkatkan kemampuan siswa, sehingga dapat mengembangkan potensi diri secara optimal terutama dalam pembelajaran IPA selanjutnya. 2. Bagi Guru:

a) Memberikan informasi mengenai pengaruh penerapan pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran.

b) Memberikan informasi dan masukan dalam pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat untuk mengoptimalkan hasil belajar. c) Menambah wawasan dan pengetahuan dalam menghadapi

permasalahan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. 3. Bagi sekolah:

Memberikan masukan kepada sekolah dalam usaha perbaikan proses pembelajaran, sehingga berdampak pada peningkatan mutu sekolah.


(18)

6 BAB II

KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Pendekatan Kontekstual

a. Definisi Pendekatan Kontekstual

Pendekatan Kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.1 Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.2 Sedangkan menurut Wina Sanjaya CTL adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.3 Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata siswa dengan tujuan untuk menemukan makna dari materi pelajaran dan menjadikannya dasar pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan bekerja dan mengalami (learning by doing), bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.

1

Ibnu Setiawan, Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna (Bandung: MLC, 2007), h. 67.

2

Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h. 41.

3

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 255.


(19)

Berdasarkan pengertian-pengertian pendekatan kontekstual yang telah diungkapkan, ada tiga hal yang harus dipahami. Pertama, pendekatan kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh dalam menemukan materi pelajaran, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Belajar dalam pendekatan kontekstual bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung. Melalui proses pengalaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik. Kedua, pendekatan kontekstual mendorong siswa agar dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, sehingga materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa dan tidak mudah dilupakan. Ketiga, pendekatan kontekstual mendorong siswa untuk dapat menerapkan hal-hal yang dipelajari dalam memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan mereka. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi dapat menjadi bekal dalam mengarungi kehidupan nyata.4

b. Teori Belajar yang Mendasari Pembelajaran Kontekstual

Salah satu landasan teoritik pembelajaran kontekstual adalah teori konstruktivisme. Pendekatan ini menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered daripada teacher centered. Menurut pandangan konstruktivistis, dalam pembelajaran IPA seyogianya disediakan serangkaian pengalaman berupa kegiatan nyata yang rasional dan memungkinkan terjadi interaksi sosial. Dengan kata lain, saat proses belajar berlangsung siswa harus terlibat secara langsung dengan kegiatan nyata.5

Selanjutnya, pandangan konstruktivisme mempengaruhi konsep tentang proses belajar, bahwa belajar bukanlah sekedar menghafal, tetapi proses

4

Wina Sanjaya, Op. cit., h. 256.

5

Usman Samatowa, Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (Jakarta: PT Indeks, 2011), Cet. 2, h. 63.


(20)

mengkonstruksi pengetahuan yang dilakukan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil “pemberian” guru, tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Menurut pembelajaran kontekstual, pengetahuan itu akan bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemberian orang lain tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna, bahkan seringkali mudah dilupakan.

c. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Menurut Muslich (2007), pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mempunyai karakteristik sebagai berikut:6

1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).

2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).

3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning by doing).

4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, dan saling mengoreksi antar teman (learning in a group).

5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply).

6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together).

7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an enjoy activity).

6

Agus N. Cahyo, Panduan Aplikasi Teori-teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler (Jogjakarta: Diva Press, 2013), h. 151.


(21)

d. Komponen Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melibatkan tujuh komponen utama, yaitu (1) Contructivism (konstruktivisme), (2) Questioning (bertanya), (3) Inquiry (menyelidiki, menemukan), (4) Learning community (masyarakat belajar), (5) Modeling (pemodelan), (6) Reflection (refleksi atau umpan balik), dan (7) Authentic Assessment (penilaian yang sebenarnya).7

1) Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme adalah proses membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.8 Menurut konstruktivisme pengetahuan berasal dari luar, akan tetapi harus dikonstruksi oleh seseorang agar menjadi pengetahuan yang bermakna. CTL mendorong siswa mengkonstruksi pengetahuannya melalui pengamatan dan pengalaman nyata. 2) Menemukan (Inquiry)

Menemukan (Inquiry) adalah proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Melalui proses berpikir yang sistematis diharapkan siswa memiliki sikap ilmiah, rasional, dan logis. Menemukan merupakan kegiatan inti dari pendekatan CTL, melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.9

Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah yaitu: (1) merumuskan masalah, (2) mengajukan hipotesa, (3) mengumpulkan data, (4) menguji hipotesis, (5) membuat kesimpulan. Dengan demikian, penerapan asas inkuiri dimulai dengan adanya masalah yang akan dipecahkan, mengajukan hipotesis sesuai rumusan masalah yang diajukan, mengumpulkan data melalui observasi lapangan, menguji hipotesis, dan membuat kesimpulan. Kesimpulan dapat diperoleh setelah siswa melakukan aktifitas pengamatan sesuai langkah-langkah tersebut.

7

Masnur Muslich, Op. cit., h. 43.

8

Wina Sanjaya, Op. cit., h. 264.

9

Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), h. 282.


(22)

3) Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Oleh karena itu, bertanya merupakan strategi utama dalam pendekatan CTL.10 Dengan adanya keingintahuan, pengetahuan selalu dapat berkembang. Dalam pembelajaran kontekstual, guru tidak hanya menyampaikan informasi saja tetapi juga memancing siswa untuk mengajukan pertanyaan agar siswa dapat menemukan sendiri jawabannya. Dengan demikian, pengembangan keterampilan guru dalam bertanya sangat diperlukan. Hal ini penting karena pertanyaan guru dapat menjadikan pembelajaran lebih produktif, sehingga berguna untuk: (a) menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran, (b) membangkitkan motivasi siswa untuk belajar, (c) merangsang keingintahuan siswa, (d) memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan, (e) membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya dapat mengembangkan keterampilan bertanya dan memancing siswa mengajukan pertanyaan dalam pembelajaran.

4) Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar dalam pendekatan kontekstual menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain. Hal tersebut senada dengan pendapat Vygotsky bahwa pengetahuan dan pengalaman anak ditopang banyak oleh komunikasi dengan orang lain.11 Dengan demikian, komunikasi dan kerjasama dalam kelompok amat penting dalam kegiatan pembelajaran.

Dalam pendekatan kontekstual, penerapan komponen masyarakat belajar dapat diterapkan melalui pembelajaran kelompok. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Dalam pembelajaran kontekstual, materi pembelajaran diperoleh bukan hanya dari guru, akan tetapi bisa juga melalui sharing dengan orang lain. Dengan demikian, masyarakat belajar dapat diterapkan melalui belajar kelompok dan sumber-sumber lain dari luar yang dianggap tahu tentang sesuatu yang menjadi fokus pembelajaran.

10

Ibid., h. 283.

11


(23)

Prinsip-prinsip yang bisa diperhatikan guru ketika melaksanakan pembelajaran yang berkonsentrasi pada Learning Community, antara lain:

a) Pada dasarnya hasil belajar diperoleh dari kerjasama atau sharing dengan pihak lain.

b) Sharing terjadi apabila ada pihak yang saling memberi dan saling menerima informasi.

c) Sharing terjadi apabila ada komunikasi dua atau multi arah.

d) Masyarakat belajar terjadi apabila masing-masing pihak yang terlibat didalamnya sadar bahwa pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang dimilikinya bermanfaat bagi yang lain.

e) Pihak yang terlibat dalam masyarakat belajar bisa menjadi sumber belajar. 5) Pemodelan (Modelling)

Yang dimaksud dengan asas modelling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.12 Melalui cara pembelajaran semacam ini, siswa dapat lebih cepat memahami materi pelajaran dibandingkan hanya melalui penjelasan dari guru. Dengan demikian, modelling merupakan asas penting dalam pembelajaran CTL karena melalui modelling siswa dapat terhindar dari verbalisme. Melalui pemodelan, guru memberikan contoh atau memperagakan sesuatu yang berhubungan dengan materi pelajaran, dengan tujuan agar pembelajaran menjadi lebih kongkrit.

Prinsip-prinsip komponen modelling yang bisa diperhatikan guru ketika melaksanakan pembelajaran adalah sebagai berikut:

a) Pengetahuan dan keterampilan diperoleh dengan mantap apabila ada model atau contoh yang bisa ditiru.

b) Model atau contoh bisa diperoleh langsung dari yang berkompeten atau dari ahlinya.

c) Model atau contoh bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, contoh hasil karya, atau model penampilan.

12


(24)

6) Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.13 Refleksi dapat dilakukan melalui kegiatan tanya jawab. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar akan masuk ke dalam struktur kognitif siswa dan akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Melalui refleksi siswa dapat memperbaharui serta dapat menambah pengetahuan yang dimilikinya.

7) Penilaian nyata (Authentic Assessment)

Authentic Assessment adalah satu asesmen hasil belajar yang menuntut siswa dapat menunjukkan hasil belajar berupa kemampuan dalam kehidupan nyata, bukan sesuatu yang dibuat-buat atau hanya diperoleh di dalam kelas, tetapi tidak dikenal dalam dunia nyata kehidupan sehari-hari.14 Penilaian autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus-menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar.15 Dengan demikian, penilaian autentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisis, dan menafsirkan data yang telah terkumpul ketika atau dalam proses pembelajaran siswa berlangsung, bukan semata-mata pada hasil pembelajaran.16 Dengan demikian, suatu assesmen dikatakan autentik apabila:17

1) Sasaran penilaiannya mengarah kepada kompetensi yang ingin dicapai;

2) Penilaian yang melibatkan peserta didik pada tugas-tugas atau kegiatan yang bermanfaat, penting, dan bermakna;

3) Penilaian yang mampu menantang peserta didik menerapkan informasi keterampilan akademik baru pada situasi nyata dan untuk maksud yang jelas; 4) Penilaian yang mampu mengukur perbuatan atau penampilan yang sebenarnya

atas kompetensi pada suatu mata pelajaran;

13

Martinis Yamin, Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik, (Ciputat: Referensi, 2012), h. 86.

14

Usman Samatowa, Op. cit., h. 159-160.

15

Wina Sanjaya, Op. cit., h. 269.

16

Masnur Muslich, Op. cit., h. 47.

17


(25)

5) Penilaian yang mampu mengukur penguasaan peserta didik terhadap kompetensi mata pelajaran tertentu dengan cara yang akurat;

6) Penilaian yang menguji atau memeriksa kemampuan kolektif peserta didik dalam rangka mengevaluasi secara tepat apa yang telah dipelajarinya;

7) Penilaian yang menguji atau memeriksa secara langsung perbuatan/prestasi peserta didik berkaitan dengan tugas intelektual yang layak; dan

8) Penilaian yang melibatkan peserta didik untuk mendemonstrasikan apa yang mereka ketahui dalam suatu konteks kehidupan nyata.

Dalam praktik pembelajaran, asesmen autentik mempunyai karakteristik sebagai berikut:18

1) Penilaian autentik merupakan bagian tak terpisahkan dari pembelajaran. 2) Penilaian autentik merupakan cerminan dunia nyata.

3) Penilaian autentik menggunakan banyak ukuran/metode/kriteria. 4) Penilaian autentik bersifat komprehensif dan holistik.

e. Skenario Pembelajaran Kontekstual

Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan CTL, tentu saja terlebih dahulu guru harus membuat desain (skenario) pembelajarannya, sebagai pedoman umum dan sekaligus sebagai alat kontrol dalam pelaksanaannya. Pada intinya pengembangan setiap komponen CTL tersebut dalam pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut :19

a) Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus dimilikinya.

b) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan.

c) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan.

18

Ibid., h. 3.

19

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), Cet. 6, h. 199.


(26)

d) Menciptakan masyarakat belajar seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya.

e) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, moddel, bahkan media yang sebenarnya.

f) Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

g) Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.

2. Belajar

Menurut Gagne, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.20 Sedangkan menurut Nana Syaodih , belajar adalah segala perubahan tingkah laku baik yang berbentuk kognitif, afektif, maupun psikomotor dan terjadi melalui proses pengalaman.21 Belajar merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia dan dilakukan oleh setiap orang untuk memperoleh suatu pengetahuan baru.

Dari pengertian-pengertian yang telah diungkapkan, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku berupa pengetahuan, keterampilan maupun sikap melalui interaksi dengan lingkungan. Dengan kata lain, belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.22 Pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kepribadian yang kokoh merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman belajar.

Berdasarkan pengertian belajar yang dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

20

Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 2006), h. 2.

21

Masitoh dan Laksmi Dewi, Op. cit., h. 3.

22

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 9.


(27)

1) Belajar adalah sebuah proses;

2) Belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu. Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek kognitif saja, tetapi juga meliputi aspek afektif dan psikomotor;

3) Perubahan perilaku yang terjadi pada individu karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungan. Interaksi ini dapat berupa interaksi fisik dan psikis;

4) Perubahan perilaku akibat belajar bersifat cukup permanen. 3. Hasil Belajar

Menurut Suprijono, hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.23 Sementara Muslich berpendapat, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajar.24 Dengan demikian, hasil belajar adalah berupa perubahan perilaku secara keseluruhan setelah peserta didik menerima pengalaman belajar.

Oleh para ahli, hasil belajar dibagi menjadi beberapa macam. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni: keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, serta sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima kategori, yaitu: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.25 Adapun taksonomi atau klasifikasi dari ketiga ranah tersebut adalah sebagai berikut:

23

Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 22.

24

Masnur Muslich, Op. cit., h. 38.

25

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 22.


(28)

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual. Bloom membagi ranah kognitif ini menjadi enam tingkatan kemampuan yang tersusun secara hierarkis mulai dari: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Artinya, ke enam tingkatan ini mulai dari, C1, C2, C3, C4, C5, dan C6 merupakan jenjang kemampuan mulai dari yang rendah sampai yang paling tinggi. Ranah ini meliputi beberapa aspek, yaitu:

1) Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan (Knowledge) berisi tentang kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya. Tipe hasil belajar pengetahuan ini termasuk tingkat kognitif terendah, namun menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. 2) Pemahaman (Comprehension)

Pemahaman yaitu kemampuan menangkap makna dari yang dipelajari. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan, atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain.

3) Penerapan (Application)

Penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan hal yang sudah dipelajari ke dalam sesuatu yang baru dan konkrit. Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, dan teori di dalam kondisi kerja.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang tetap terpadu.26 Hal ini dapat berupa kemampuan untuk memahami dan menguraikan bagaimana proses terjadinya sesuatu, cara bekerja sesuatu, atau mungkin juga sistematikanya.27 Bila seseorang memiliki kecakapan analisis, ia akan dapat mengaplikasikan pada situasi baru secara kreatif.

26

Masnur Muslich, Op. cit., h. 43.

27

Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 4, h. 46.


(29)

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis yaitu kemampuan untuk mengaplikasikan bagian-bagian agar membentuk suatu kesatuan yang baru. Seseorang di tingkat ini akan mampu menjelaskan struktur atau pola yang sebelumnya tidak terlihat, serta mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi yaitu kemampuan untuk menentukan nilai sesuatu yang dipelajari menuju suatu tujuan tertentu. Contoh dari kemampuan ini diantaranya memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, dan metodologi dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.

b. Ranah Afektif

Ranah Afektif adalah kemampuan yang dimunculkan seseorang dalam bentuk prilaku sebagai bagian dari dirinya. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatian, disiplin, motivasi belajar, menghargai, dan lain-lain. Untuk ranah afektif ini, Bloom bersama dengan Kratwohl mengklasifikasikan ke dalam beberapa tahapan, yaitu:

1) Penerimaan (Receiving/Attending) 2) Tanggapan (Responding)

3) Penghargaan (Valuing)

4) Pengorganisasian (Organization)

5) Pembentukan Pola Hidup (Characterization by a Value or Value Complex) c. Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotor adalah kemampuan yang dihasilkan oleh fungsi motorik manusia yaitu berupa keterampilan untuk melakukan sesuatu. Keterampilan motorik seseorang bisa didapatkan setelah melalui pengalaman dan latihan. Semakin sering seseorang melatih kemampuan motoriknya, akan semakin baik


(30)

hasil yang didapatkan. Adapun yang termasuk ke dalam klasifikasi ranah psikomotor adalah sebagai berikut:

a) Peniruan (Imitation) adalah mengamati perilaku dan pola setelah orang lain. b) Penggunaan (Manipulation) adalah mampu melakukan tindakan tertentu

dengan mengikuti instruksi dan berlatih.

c) Ketepatan (Precision) adalah mengulangi pengalaman serupa agar menuju perubahan yang ke arah yang lebih baik.

d) Perangkaian (Articulation) adalah koordinasi serangkaian tindakan, mencapai keselarasan dan konsistensi internal.

e) Naturalisasi (Naturalitation)

4. Konsep Perkembangbiakan Tumbuhan

Perkembangbiakan adalah proses yang dilakukan oleh makhluk hidup dengan cara memperbanyak atau menduplikasi jenisnya.28 Tujuan tumbuhan berkembangbiak adalah agar spesiesnya tidak mengalami kepunahan. Ada beberapa cara dilakukan tumbuhan untuk memperbanyak diri, antara lain:29

1. Perkembangbiakan vegetatif/aseksual.

Melalui perkembangbiakan vegetatif, individu baru yang dihasilkan berasal dari satu sel induk. Jadi, individu baru dihasilkan tanpa melalui proses perkawinan (peleburan sel kelamin jantan dan sel kelamin betina). Ada dua macam reproduksi secara vegetatif, yaitu perkembangbiakan vegetatif alami dan perkembangbiakan vegetatif buatan Perkembangbiakan vegetatif alami terjadi tanpa campur tangan manusia. Perkembangbiakan semacam ini terjadi melalui berbagai cara, meliputi:30

a) Pembelahan diri. Ada yang disebut binary fission atau belah pasang, yaitu pembelahan dari sel induk menjadi dua sel anak. Ada juga yang disebut multiple fission yaitu pembelahan satu sel induk menjadi banyak sel anak.

28

Lina Listiana, dkk, Ilmu Pengetahuan Alam 1 (Jakarta: LAPIS PGMI, 2008), Edisi pertama, Paket 13, h. 11.

29

Margaretta Sri Y, Edi Hendri, dan Atep Sujana, Konsep Dasar IPA (Bandung: UPI Press, 2006), Cet. 1, h. 112.

30


(31)

b) Fragmentasi, adalah cara bereproduksidengan cara memutuskan bagian tubuh, dimana bagian tubuh tadi dapat tumbuh menjadi individu baru. Contoh reproduksi pada alga yang berbentuk filament seperti Oscillatoria.

c) Tunas, adalah calon tumbuhan baru yang tumbuh dari bagian batang yang memiliki bakal tunas. Contohnya pakis haji, bambu, tebu, dan pisang.

d) Spora. Spora biasanya terdapat pada jamur, lumut, dan tanaman paku.

e) Akar tinggal (Rhizoma), adalah batang yang tumbuh menjalar di dalam tanah. Pada setiap buku rhizoma, dapat tumbuh tunas baru yang kemudian akan menjadi tanaman baru. Contohnya jahe, kunyit, dan temulawak.

f) Stolon/geragih, yaitu batang yang umumnya menjalar di permukaan tanah. Contohnya pegagan, arbei, dan rumput teki.

g) Umbi batang, adalah batang yang membengkak di dalam tanah dan berisi cadangan makanan. Contohnya ubi jalar dan kentang.

h) Umbi lapis, adalah batang yang terdapat di dalam tanah yang dapat menumbuhkan tunas yang disebut suing. Contohnya bawang merah dan tulip. i) Tunas adventif, adalah tunas yang keluar dari akar pada permukaan tanah.

Contohnya cemara, sukun, dan kesemek.

Perkembangbiakan vegetatif buatan adalah perkembangbiakan vegetatif yang terjadi melalui campur tangan manusia. Tujuannya antara lain untuk menghasilkan tumbuhan yang bermutu tinggi, yang diperuntukan bagi kesejahteraan manusia. Cara reproduksi vegetatif buatan antara lain dengan setek batang, cangkok, dirunduk, okulasi, dan disambung.31 Tanaman yang dapat dikembangbiakan melalui setek batang contohnya adalah singkong dan tebu. Adapun jenis tanaman yang dapat dikembangbiakan melalui cangkok adalah tanaman yang berbatang keras dan berkambium, seperti rambutan, durian, jambu, dan lain-lain. Sementara itu, contoh tanaman yang dapat dikembangbiakan dengan cara runduk adalah tanaman mawar. Untuk okulasi dan sambung bisa dilakukan pada tanaman berkambium, biasanya pada tanaman yang sejenis.

31


(32)

2. Perkembangbiakan Generatif/seksual

Reproduksi generatif adalah cara reproduksi yang didahului dengan peleburan dua sel. Beberapa reproduksi generatif antara lain

3. Reproduksi pada tumbuhan lumut dan paku.

Tumbuhan lumut dan paku pada reproduksinya mengalami metagenesis (pergiliran keturunan), yaitu antara keturunan kawin (gametofit) dan keturunan tidak kawin (sporofit).

4. Reproduksi pada tumbuhan biji/tumbuhan bunga

Reproduksi generatif pada tumbuhan biji terjadi melalui dua tahap, yaitu penyerbukan dan pembuahan. Alat perkembangbiakan berupa biji. Biji dihasilkan setelah proses penyerbukan pada bunga. Reproduksi generatif pada tumbuhan biji ada dua macam, yaitu:

a) Perkembangbiakan generatif pada tumbuhan biji terbuka (Gimnospermae) Bunga pada Gimnospermae umumnya belum mempunyai perhiasan bunga. Ada bunga jantan (hanya memiliki benang sari saja) dan ada bunga betina (hanya memiliki putik saja) yangterpisah membentuk strobilus. Pembuahannya disebut pembuahan tunggal.

b) Perkembangbiakan generatif pada tumbuhan biji tertutup (Angiospermae) Bunga pada Angiospermae umumnya sudah merupakan bunga sempurna. Bunga sempurna adalah bunga yang memiliki putik, benangsari, mahkota, dan kelopak bunga pada satu tangkai bunga. Bagian yang paling penting dan terlibat langsung dalam pembentukan biji adalah benang sari (stamen) dan putik (pistilum).32 Benang sari merupakan alat kelamin jantan dan putik merupakan alat kelamin betina. Pembuahannya disebut pembuahan ganda, karena sperma tidak hanya satu melainkan ada dua buah. Inti yang satu membuahi inti sel telur, sedangkan yang lainnya membuahi dua buah inti kandung lembaga sekunder (inti polar) yang membentuk jaringan endosperma yang triploid dan berfungsi sebagai cadangan makanan bagi embrio.

32


(33)

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Menurut peneliti, ada beberapa penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian ini, yaitu :

1. Juju Zahrotus Saodah.

Saodah mengadakan penelitian tentang peningkatan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Triguna Utama melalui penerapan pendekatan CTL. Dari hasil penelitian, pada siklus pertama ketuntasan belajar yang dicapai yaitu sebanyak 74,35%, dan siklus kedua sebanyak 82,05%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada konsep larutan asam basa dapat meningkat melalui penerapan CTL.33

2. Heri Heriadi.

Heri Heriadi dalam penelitiannya mengangkat judul Penerapan Pendekatan CTL untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Cahaya dan Sifatnya. Penelitian dilakukan tiga siklus, pada siklus I hasil posttest siswa memperoleh nilai rata-rata sebesar 52,56, pada siklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar 66,52, pada siklus III penelitian dihentikan karena telah mencapai indikator. Hasil belajar siswa mencapai lebih dari 70%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pendekatan CTL dalam proses pembelajaran pada materi cahaya dan sifatnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.34

3. Fitriani Rifah.

Fitriani Rifah mengadakan penelitian dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas III Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Konsep Lingkungan. Penelitian dilakukan dalam dua siklus. Pada siklus I, diperoleh hasil 60% siswa mencapai nilai KKM dengan skor rata-rata N-gain 0,32. Sedangkan pada siklus II, pada sub konsep pencemaran udara dan pencemaran tanah diperoleh hasil 90 siswa sudah mencapai KKM dengan skor rata-rata N-gain 0,46.

33

Juju Zahrotus Saodah, “Penerapan Pendekatan CTL untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa pada Konsep Larutan Asam Basa”,Skripsi FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta,

2011, tidak dipublikaskan.

34Heri Heriadi, “P

enerapan Pendekatan CTL untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

pada Materi Cahaya dan Sifatnya”, Skripsi FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012, tidak dipublikaskan.


(34)

Berdasarkan hasil penelitian, maka disimpulkan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep lingkungan.35 4. Kholilah.

Kholilah mengadakan penelitian dengan judul Peningkatan Pemahaman Siswa Kelas IV pada Konsep Perubahan Kenampakan Permukaan Bumi Melalui Pendekatan Kontekstual. Penelitian dilaksanakan di MI TP Al Falah. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Melalui analisis data pada siklus 1 dan siklus 2 diperoleh nilai N-Gain 0,429 pada siklus 1 dan 0,436 pada siklus 2. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan pemahaman siswa tentang konsep yang diajarkan.36

5. Khoironi.

Khoironi mengadakan penelitian dengan judul Penerapan Pendekatan CTL untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Lingkungan. Subjek penelitian adalah siswa kelas III MIN Ciputat yang berjumlah 37 siswa Pada tahun ajaran 2012/2013. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tes dan non tes. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini ditinjau dari ketuntasan belajar sebanyak 75% siswa mencapai KKM 65. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Pada siklus I, diperoleh hasil 70% siswa sudah mencapai nilai KKM dengan skor rata-rata N-Gain 0,36. Pada siklus II, diperoleh hasil 97% siswa sudah mencapai KKM dengan skor rata-rata N-Gain 0,55. Berdasarkan hasil penelitian, maka disimpulkan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep lingkungan.37

35 Fitriani Rifah, “

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas III Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Konsep Lingkungan”, Skripsi FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2013, tidak dipublikaskan.

36 Kholilah, “

Peningkatan Pemahaman Siswa Kelas IV pada Konsep Perubahan

Kenampakan Permukaan Bumi Melalui Pendekatan Kontekstual”, Skripsi FITK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012, tidak dipublikaskan.

37Khoironi, “P

enerapan Pendekatan CTL untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada

Konsep Lingkungan”, Skripsi FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2013, tidak dipublikaskan.


(35)

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa. Pembelajaran hendaknya dikondisikan agar mampu mendorong kreativitas siswa, membuat siswa aktif, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif. Tercapainya tujuan pembelajaran merupakan salah satu indikator keberhasilan pembelajaran. Pembelajaran dinyatakan berhasil apabila sebagian besar atau seluruh siswa tuntas dalam belajar.

Untuk mencapai keberhasilan pembelajaran, tentunya tidak lepas dari peran guru sebagai pendidik, fasilitator, dan motivator. Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus mampu memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif, sehingga siswa senang dan merasa tertantang untuk memperoleh hasil belajar yang optimal. Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat memfasilitasi siswa untuk mengalami sendiri materi yang diajarkan, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, guru harus selalu memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh agar dapat mencapai hasil yang diharapkan. Guru dituntut untuk lebih banyak mengembangkan berbagai pendekatan pembelajaran yang tepat. Suatu pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas siswa, menciptakan suasana menyenangkan dalam belajar, dan dekat dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari. Dengan demikian, belajar akan terasa menyenangkan dan lebih bermakna bagi mereka. Namun pada kenyataannya, masih banyak guru yang belum dapat memaksimalkan penggunaan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan, sehingga hasil belajar siswa menjadi rendah.

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan adalah pendekatan kontekstual. Melalui pendekatan kontekstual diharapkan dapat membantu guru mengkaitkan antara materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata siswa, sehingga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, penerapan pendekatan kontekstual dapat merangsang siswa untuk berpikir ke level yang lebih tinggi, meningkatkan aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran, serta dapat mendorong mereka agar


(36)

dapat menerapkan hal-hal yang dipelajari untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan mereka.

Dalam penelitian ini, peneliti akan menerapkan pendekatan kontekstual pada pembelajaran konsep Perkembangbiakan Tumbuhan di kelas VI MI Hidayatul Athfal Kecamatan Gunungsindur. Penerapan pendekatan kontekstual, terutama pada konsep Perkembangbiakan Tumbuhan diharapkan dapat membuat siswa lebih aktif, lebih mudah memahami konsep yang dipelajari, dan dapat menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna. Dengan demikian, hasil belajar siswa tentang konsep Perkembangbiakan Tumbuhan dapat meningkat.

Gambar 2. 1. Alur Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis pada penelitian ini adalah penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep Perkembangbiakan Tumbuhan.

Kondisi awal

Guru belum menerapkan pendekatan kontekstual

Tindakan

Kondisi akhir

Penerapan pendekatan kontekstual

Hasil belajar IPA meningkat

Hasil belajar IPA rendah

Pembelajaran IPA konsep Perkembangbiakan

tumbuhan melalui penerapan

pendekatan kontekstual


(37)

25 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Nopember 2014 di kelas VI MI Hidayatul Athfal pada semester ganjil tahun pelajaran 2014-2015.

B. Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan

Dalam setiap penelitian, tidak terlepas dari penggunaan metode. Metode pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.1 Metode yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah Collaboration Classroom Action Research, yaitu bekerjasama dengan teman sejawat. Teman sejawat membantu peneliti dalam kegiatan observasi.

Desain intervensi tindakan kelas yang digunakan adalah model spiral Hopkins. Tahapan model spiral ini terdiri dari empat komponen yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.2 Dengan demikian, untaian dari keempat komponen tersebut dipandang sebagai suatu siklus. Pada pelaksanaan, jumlah siklus tergantung kepada tingkat penyelesaian masalah. Berikut gambar desain intervensi pada penelitian tindakan kelas ini.

Gambar 3.1. Desain Intervensi Penelitian Tindakan Kelas

1

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & B (Bandung: Alfabeta, 2012), Cet. 15, h. 2.

2

Suharsimi Arikunto, dkk. Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 16.

SIKLUS I

Pengamatan Perencanaan SIKLUS II

Pengamatan ?

Refleksi Refleksi

Pelaksanaan Pelaksanaan


(38)

Berdasarkan model Penelitian Tindakan Kelas seperti yang terlihat pada bagan, tahapan penelitian tindakan yang akan dilakukan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap perencanaan (Planning).

Sebelum peneliti melakukan tahap perencanaan, penelitian mengawali dengan melakukan observasi terhadap permasalahan pembelajaran yang muncul di kelas. Peneliti merencanakan tindakan-tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran melalui penerapan pendekatan kontekstual pada konsep Perkembangbiakan Tumbuhan. Segala keperluan pelaksanaan PTK seperti materi/bahan ajar, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mencakup metode atau pendekatan yang digunakan, serta penyusunan instrument tes dan non tes yang akan digunakan. Melalui perencanaan dan penerapan pendekatan kontekstual, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep Perkembangbiakan Tumbuhan.

2. Tahap pelaksanaan (Actuating).

Tahap ini merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Tahap pelaksanaan merupakan realisasi dari segala teori dan skenario yang telah dirancang dan dipersiapkan pada tahap sebelumnya. Pada tahap pelaksanaan ini peneliti menerapkan tindakan untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar melalui penerapan pendekatan kontekstual.

3. Tahap pengamatan (Observing).

Pada kegiatan pengamatan, peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat yang bertindak sebagai observer. Observer mengamati aktifitas dan tindakan yang dilakukan guru serta mengamati dampak dari tindakan yang dilakukan terhadap peserta didik. Panduan yang digunakan oleh observer berupa lembar pengamatan yang telah disusun peneliti pada tahap perencanaan. Hasil pengamatan proses pembelajaran menjadi dasar pertimbangan untuk refleksi. Peneliti dan observer berkolaborasi untuk mengkritisi pelaksanaan-pelaksanaan tindakan kelas yang dilakukan pada setiap pertemuan di setiap siklusnya.


(39)

4. Tahap refleksi (Reflecting).

Refleksi adalah tahap kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Setelah tindakan selesai dilakukan, semua informasi yang sudah terkumpul selama pelaksanaan penelitian kemudian dievaluasi, dicari masalah yang belum terselesaikan, dan dilakukan perbaikan untuk siklus berikutnya. Tujuan refleksi adalah untuk menganalisis ketercapaian pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Refleksi dari tindakan dihentikan apabila hasil tindakan telah mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan.

Tahapan-tahapan dalam penelitian tindakan tersebut membentuk sebuah siklus. Siklus merupakan satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula. Artinya, sesudah langkah ke-4 (refleksi) maka akan kembali ke langkah pertama (perencanaan), dan begitu seterusnya. Satu siklus dimulai dari tahap perencanaan dan diakhiri dengan kegiatan refleksi.

C. Subjek/ Partisipan yang terlibat dalam Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI MI Hidayatul Athfal Gunungsindur sebanyak 16 orang siswa yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan, pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai guru kelas sekaligus sebagai pelaksana penelitian. Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti dibantu oleh salah seorang guru yang bertindak sebagai kolaborator. Dalam melaksanakan penelitian, terutama pada kegiatan observasi guru tidak harus bekerja sendiri. Dalam tahap observasi ini guru bisa dibantu oleh pengamat dari luar (sejawat atau pakar).3 Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat di MI Hidayatul Athfal. Teman sejawat berperan sebagai observer untuk mengamati aktifitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

3

Enjah Takari R, Penelitian Tindakan Kelas: Pada Kegiatan Pengembangan Profesi Guru IPA SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK (Bandung: PT Genesindo, 2008), Cet. 1, h. 25.


(40)

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Tahap intervensi tindakan yang akan dilakukan peneliti selama penelitian adalah sebagai berikut :

Gambar 3.2. Tahapan Intervensi Tindakan Penelitian Pendahuluan

a) Wawancara dengan siswa

b) Mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar IPA dari hasil wawancara awal

Perencanaan tindakan

a) Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari skenario pembelajaran (RPP), LKS, evaluasi pembelajaran

b) Penyusunan pedoman observasi, instrument test dan soal tertulis

Pelaksanaan tindakan

Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario yang telah dibuat dan mengobservasi jalannya pembelajaran

Monitoring dan Evaluasi

Melaksanakan pretest, mencatat data selama pembelajaran, melaksanakan

posttest dan penilaian LKS

Refleksi

Mengolah data, refleksi untuk siklus ke II

Siklus I

Perencanaan Tindakan

a) Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari skenario pembelajaran (RPP), LKS, evaluasi pembelajaran

b) Penyusunan pedoman observasi, instrument test dan soal tertulis

Pelaksanaan tindakan

Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario yang telah dibuat dan mengobservasi jalannya pembelajaran

Monitoring dan Evaluasi

Melaksanakan pretest, mencatat data selama pembelajaran, melaksanakan

posttest dan penilaian LKS

Refleksi

Mengolah data, refleksi untuk siklus ke III

Penyusunan Laporan


(41)

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah terciptanya suasana belajar yang aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa melalui penerapan pendekatan kontekstual. Penerapan pendekatan kontekstual pada konsep Perkembangbiakan Tumbuhan dinyatakan berhasil apabila siswa mencapai nilai KKM sebesar 65 dan ketuntasan belajar klasikal mencapai 90%. G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah proses diperolehnya data dari sumber data.4 Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan melalui tes dan non tes. Tes yang digunakan berupa tes obyektif pilihan ganda sebanyak 20 soal yang sesuai dengan karakteristik indikator pembelajaran. Data nontes diperoleh dari lembar observasi guru dan siswa. Lembar observasi berfungsi untuk mengamati aktifitas guru dan siswa ketika proses pembelajaran melalui penerapan pendekatan kontekstual berlangsung.

H. Data dan Sumber Data

Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka.5 Pada penelitian ini, terdapat dua buah data penelitian yang digunakan yaitu tes hasil belajar dan pedoman observasi. Tes hasil belajar disusun oleh peneliti dengan terlebih dahulu menyusun kisi-kisi. Kisi-kisi disusun sesuai dengan indikator pembelajaran yang ditetapkan. Sedangkan pedoman observasi terdiri dari pedoman observasi guru dan pedoman observasi siswa, yang berisi indikator-indikator kegiatan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.6 Sumber data dapat berupa benda, manusia, tempat, dan sebagainya. Adapun yang dijadikan sumber data pada penelitian ini adalah siswa kelas VI MI Hidayatul Athfal Gunungsindur dan peneliti sendiri.

4

M. Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah (Bandung: Pustaka Setia, 2001), Cet. 1, h. 115.

5

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. 12, h. 96.

6


(42)

I. Instrumen Pengumpulan Data

Menyusun instrumen merupakan pekerjaan penting di dalam langkah penelitian. Instrumen penelitian berkaitan dengan kegiatan pengumpulan dan pengolahan data, sebab instrumen penelitian merupakan alat bantu pengumpulan dan pengolahan data tentang variable-variabel yang diteliti.7 Secara garis besar, instrumen terbagi atas instrumen tes dan instrumen non tes. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen tes berupa tes objektif pilihan ganda, sedangkan nstrumen non tes yang digunakan adalah observasi dan wawancara.

1. Tes Hasil Belajar

Dalam penelitian ini, hasil belajar siswa dievaluasi menggunakan tes tertulis bentuk pilihan ganda. Tes dilaksanakan sebelum dan sesudah tindakan pada setiap siklus. Kisi-kisi instrumen tes yang digunakan dapat dilihat pada tabel:

Tabel 3.1. Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar IPA Siklus I

7

M. Subana dan Sudrajat, Op. cit., h. 127.

Kompetensi Dasar Indikator Pembelajaran Aspek Hasil Belajar dan Nomor Soal

Soal Siklus

C1 C2 C3

Mengidentifikasi cara perkembangbiakan tumbuhan dan hewan Menjelaskan perkembangbiakan generatif tumbuhan 1* 2 3* 4* 5* 6

6 I

Mengidentifikasi bagian-bagian bunga sebagai alat perkembangbiakan generatif tumbuhan 7* 8 9* 10* 11 12* 13* 7 I Menjelaskan proses penyerbukan 14* 15* 16* 17* 18 19

20* 7 I

Menyebutkan bagian-bagian biji sebagai alat perkembangbiakan generatif tumbuhan 21* 22 23* 24* 25

5 I

Mengklasifikasikan tumbuhan berbiji dikotil dan monokotil

26 27 28*

29*

30* 5 I


(43)

Pada siklus 1, peneliti membuat instrumen tes obyektif pilihan ganda sebanyak 30 butir soal. Soal-soal tersebut kemudian diujicobakan kepada siswa kelas VII untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen. Setelah diujicobakan, instrumen yang layak digunakan sebanyak 23 butir soal, namun yang digunakan pada siklus 1 ini sebanyak 20 butir soal. Soal valid yang tidak digunakan sebanyak 3 soal. Hal ini dikarenakan agar jumlah soal yang digunakan mewakili tiap indikator pembelajaran secara proporsional.

Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar IPA Siklus II

Kompetensi Dasar Indikator Pembelajaran Aspek Hasil Belajar dan Nomor Soal Soa l Siklus

C1 C2 C3

Mengidentifikasi cara perkembangbiakan tumbuhan dan hewan Menjelaskan perkembangbiakan vegetatif Tumbuhan 1* 2 3* 4* 5* 6* 7*

7 II

Menyebutkan macam-macam perkembangbiakan vegetatif tumbuhan 8* 9* 10 11* 12 13

6 II

Memberi contoh perkembangbiakan vegetatif alami 14* 15 16* 17* 18* 19* 20* 21 22*

9 II

Memberi contoh perkembangbiakan vegetatif buatan 23* 26 24 27* 28* 29 25

30* 8 II

Jumlah Soal 9 14 7 30

Pada siklus 2, peneliti membuat instrumen sebanyak 30 butir soal. Soal-soal tersebut kemudian diujicobakan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen. Setelah diujicobakan, instrumen yang layak digunakan sebanyak 22 butir soal, namun yang digunakan pada siklus 2 yaitu sebanyak 20 butir soal. Soal valid yang tidak digunakan sebanyak 2 soal. Hal ini dikarenakan agar jumlah soal yang digunakan mewakili tiap indikator pembelajaran secara proporsional.


(44)

2. Observasi

Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.8 Observasi digunakan untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan yang dilakukan dalam penelitian. Alat yang digunakan dalam melakukan observasi disebut pedoman observasi. Pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi guru dan siswa yang digunakan untuk mengamati aktifitas guru dan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Dalam kegiatan observasi, peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat yang bertindak sebagai observer (pengamat).

3. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan peserta didik.9 Wawancara dilakukan kepada siswa sebelum dilaksanakannya penelitian, untuk mengetahui permasalahan pembelajaran IPA yang terjadi di MI Hidayatul Athfal Gunungsindur.

J. Kalibrasi Instrumen

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua instrumen penelitian, yaitu instrumen tes hasil belajar dan instrumen nontes yang berupa pedoman observasi. Sebelum instrumen tersebut digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen. Tujuan uji coba instrumen adalah untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu instrumen dijadikan alat ukur. Instrumen yang memenuhi kriteria kelayakanlah yang akan digunakan dalam penelitian ini.

1. Instrumen Tes

Dalam penelitian ini, peneliti membuat instrumen tes sebanyak 60 butir soal pilihan ganda untuk kedua siklus. Sebelum digunakan, instrumen tes tersebut harus melalui pengujian. Pengujian dilakukan untuk mengetahui tingkat

8

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. 4, h. 153.

9


(45)

kelayakan instrumen. Kriteria kelayakan yang dimaksud yaitu validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda. Berikut akan dipaparkan mengenai kriteria kelayakan yang harus dipenuhi dalam suatu instrumen penelitian.

a. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity, dapat diartikan tepat atau shahih, yaitu sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya.10 Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan instrumen. Dalam literatur modern tentang evaluasi, banyak dikemukakan tentang jenis-jenis validitas, antara lain validitas permukaan (face validity), validitas isi (content validity), validitas empiris (empirical validity), validitas konstruk (construct validity), dan validitas factor (factorial validity).11 Dalam penelitian ini digunakan validitas isi (content validity) yang berarti tes disusun sesuai dengan materi dan indikator yang disahkan oleh praktisi pendidikan (dosen atau guru).

Uji validitas instrumen tes dalam penelitian ini menggunakan rumus Korelasi Point Biserial (rpbi) karena skor butir soal berbentuk dikotomi (skor butir

0 atau 1). Adapun rumus rpbi, yaitu:12

rpbi = Mp -Mt

SDt

Keterangan:

rpbi = angka indeks korelasi point biserial

Mp = mean (nilai rata-rata hitung) yang dijawab dengan benar

Mt = mean dari skor total

SDt = standar deviasi total

p = proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item q = proporsi siswa yang menjawab salah terhadap butir item

10

Ahmad Sofyan, Toni Feronika, Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi (Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2006), h. 105.

11

Zainal Arifin, Op. cit., h. 248.

12

Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2009), Cet. 14, h. 258.


(1)

a

ANATES INSTRUl4Ettl SIKLUS

II

\2

13 L4 15

16'

L7 18 19 20 2L 22 23 24 25 26 27 28 29 3A

4--t7**

2-

8--6++

13**

2-

1-12**

8+

7---

20---29**

3-

o--

a--

o--

73---

1-

o--3+ 4++ 7++

t2--4+

26**

LO+

L4**

23**

to**

1++ 10++

o--

tg-

2A---2g**

16**

26**

2.-

11---20**

13*',i 6++

12t*

1-5+

3-

1-

1--

o--8'lt*

13**

11**

o--

-

1-

13---16**

g--5++

1--

!-

4--5+ 7++

1-

1--

2--11+ 3A** 9+

1--

4---

2-a o o g a o o o a 6 a o o o o a a g a ,F*

Keterangan:

Kunci

lawaban

Sangat

Batlc

Baik

Kunang

Baik

Buruk

Sangat

Buruk

++ +


(2)

LEMBAR

OBSERVASI GURU

Sekolah

Mata Pelajaran Kelas

/

Semester Pertemuan ke

Siklus

MI

Hidayatul

Athfal

Ilmu

Pengetahuan

Alam

VI

/

Ganjil

L

l.

(1ovu)

No

Aspekyang dinilai

Skor

I

2 3 4 5

1 Mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti

keeiatan pembelaiaran

V

2 Menyampaikan tui uan pembelaj aran

J Menggali pengetahuan awal siswa melalui kegiatan

tar*a

iawab

V

4 Memberikan penjelasan singkat tentang materi yang akan dioelaiari

5 Memperlihatkan beberapa j enis bagian tumbuhan

sebasai model

6 Membaei siswa meniadi beberapa kelompok

7 Membimbing siswa melal<ukan pengamatan (observasi)

8 Mensamati aktifitas tiap kelompok

9 Memfasilitasi kegiatan tany a i awab

10 Membantu siswa menyimpulkan apa yang telah

dioelaiari

1l

Menyampaikan materi yang akan dipelajari pada oertemuan berikutnya

t2

Menutuo oelaiaran

Keterangan

:

Diisi

dengan tanda ceklis

(r'

)

1

:

Sangatkurang

2

:

Kurang

3

-

Cukup/sedang

4

*

Baik


(3)

'.r

q

UJI

REFERENSI

f*anto, Uoaa

Pembelaiaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikutum

rUgW

!{"y-le:!t!iksn

Jakarta: PT. Bumi Aksara, ZQ1Q.I

.-l!9:1!Z

Tnurto,

ModA Pembelaiaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kwikulum Tingkd satuan Pendidilwn

2010).h.143

@gi

P embelaiaran Berorientasi Standar proses Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

@

embelai aran Berorientasi Standar proses

pindidiyan

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

Masnut

Mustich, XfSp

Pembelaiaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual (Jakaria: PT Burni

Aksarq

2009),

h'41

@gi

P embelai aran Berorientasi Standar Proses Pendidiknn (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

tUnu Seiiawan, Contextual Teaching and Learning:

Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyiklwn dan Bermalcna (Bandung:

MLC,

2007), h. 52

@

P embelai ar an Berorientasi Standar proses Pendidilcan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Us-an Samatofu

Pembelajaran IPA di Selalah Dasar

Jakarta: PT Indeks

2011),

Cet.2,h-

63

2013).h.151

Agd}rl.

Cahyo , Panduan

Aplikasi Teori'teori Belaiar

Mengaiar Terafuual dan Terpopuler

(logakafia:

Diva Press, Masnur

Mustich"

KTSP Pembelaiaran Berbasis Kompetensi dan Kontelrstual (Jakarta: PT

Bumi

@

p embelqi aran Berorientasi Standar proses

pindidilmn(Jakarta:

Kencana Prenada Media Group,

ffi

,

Str at e

gi

P e mb el ai aran (J

akata:


(4)

zu.2009).

h.282

10

Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran (Jakarta:

Direlilorat

Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama

RI. 2009).

h.283

t

ll

Wina Proses Sanjaya Strategi Pembelajaran Pendidilcan (Jakarta: Kencana Prenada Berorientasi Media StandarGroup,

2000.

h.267

@

t2

Wina Sanjaya Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2000.

h.267

?i

t3

Martinis

Yamin, De s ain Baru P embelaj aron

Konstruhivistik

(Cioutat: Referensi.2012). h. 86

o

t4

Usman Samatow4 Pembelajaron IPA di Sekolah Dasar (Jakarta:

PT Indeks,

201U

Cet 2, h. 159-160

@

15

Wina Sanjaya, Strate

gi

P embel aj aran Berorientas i Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2000. h.269

d

t6

Masnur

Muslich

KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi

dan Kontekstual fiakarta: PT Bumi Aksara, 2A09D.h.47

o'

t7

Masnur Muslich, Authe htic As s e sment : P enil atarl B er b asis Kelas dan Kompetensi (Bandtsng: PT Refika Aditama,

20ll),

h.2

o

18

Masnur Muslich, Authehtic Assesment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompefezsi (Bandung: PT Refika Aditama,

2011). h. 3

@'

l9

Ratra

Wilis

Dahar, Teori-teori

Belajar

dan Pembelajaran

fiakarta: PT Gelora Aksara Pratama.

2006\.h.2

tr

20

Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran (Jakarta:

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama

Rr.2009). h. 3

q'

2t

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran: Teori

dan Konsep Dasar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2012\.h.9

o^

22

Muhammad Thobroni dan

Arif

Mustofa Belajar

P embelaj ar an : P engembangan Wacana dan P r

aktik

Pembelaj aran dalam P embangunan Nasional (Jogiakarta:

Ar-Ruzz

Media

2011\- h. 22

o

23

Masnur Muslich, Authehtic Assesment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompelensf (Bandung: PT Refika Aditama,

20r

l).

h. 38

q'

24 Nana Sudjana, (Banduns: PT Remaia Rosdakarva. Penilaian Hasil Proses

2012]^h.22

Belajar

Mengajar

(d

2s

Masnur Muslich, Authehtic Assesment: Penilaian Berbasis Kelas dan Komperensi @andung: PT

RefikaAditama,

201 1). h. 43

@


(5)

P engaj arare (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet.

4.h.46

27 btto:l lid.wikrpedia^ors/wW P

erkembansbiakan

tanaman

tc

28 Margaretta Sri

Y,

Edi Hendri, dan Atep Sujana" Konsep

Dasar IPA (Banfi;rae: UPI Press,2006), Cet. 1,

h.

109

q

29 Margaretta Sri

Y,

Edi Hendri, Atep Sujana, Konsep Dasar

IPA

(Bandwte: UPI Press, 2006), Cet. 1,

h.

I 13

q

30 Margaretta Sri

Y,

Edi Hendri, Atep Sujana, Konsep

Dasar

1Pl

(Bandune: UPI Press, 2006), Cet. 1,

h.

I 13

(u

BAB

III

1 Suharsimi

Arikunto,

dld<. Penelitian Tindal(fln Kelas

(Jakarta: Bumi Aksara, 2010),h.15

tr

2 Suharsimi

Arikunto,

dl*.. Penelitian Tindakan Kelas

fiakarta: Bumi

Aksara

2010),

h.

17

QJ

J

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindaknn Kelas

Sebagai Pengembangan Profesi Guru

(Iakafia:PT

Raiasrafindo Persada 20 I 3). Cet. 9

" h. 73

q

4 Rochiati Wiriaafinadj

4

Metode P enelitian Tindaknn Kelas

(Bandune: Remaia Rosdakarya" 2006),

h.117

@

5

Ahmad Sofuan, Toni Feronika" Burhanudin Milama,

Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi (Lembaga

Penelitian

UIN

Jakarta, 2006),

h.

105

w

6 Anas Sudijono, Pengantm Statistik Pendidikan (Jakarta:

Raiaerafindo Persada 2009), CeL 14,

h.258

@

7

Ahmad So&an, Toni Feronika, Burhanudin Milama,

Evaluasi Pembelajoran IPA Berbasis Kompetensi (Lembaga

Penelitian

UIN

Jakart& 2006),

h.

105

q

8 Suharsimi

Arikunto,

Dasar-dasar Evaluasi P endidikan

kdisi

revisi) (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), Cet. 6,

h.

101

(0

,9

Suharsimi

Arikunto,

Dasar-dasar Evaluasi P endidikan

kdisi

revisi) (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), Cet. 6, h. 208

q

l0

Suharsimi

Arikunto,

Dasar-dasar Evaluasi

Pendidilan

kdisi

revisi) (Jakafia: Bumi

Aksara

2006),

Cet.6,

h.213

(c

tl

Suharsimi

Arikunto,

Dasar-dasar Evaluasi Pendidilmn

kdisi

revisil

(Jakana: Bumi

Aksara

2006)" Cet. 6, h. 218

@

t2

Yanti Herlanti, Tanya Jawob Seputar Penelitian Pendidikan

Sains (Jakarta: Jurusan Pendidikan

IPA FITK

UIN

Syarif

Hidavahrllah Jakarta, 2008), h. 32

(d

t3

Zulfiant, P engemb angan P r o grom P emb e I ai ar an

B io telvtol o

gi

untuk Meningkatkan Kemampuan

Inhtir

i

Calon Guru dalam Metamorfosa, volume 1. No. 2, Oktober

2007.h.7

q


(6)

Pengajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), h.

r02

q

t5

Muhibbin

Syah, Psikologi Pendidilmn (Jakarta: PT. Remaja

Rosdakarya,2007\, Cet. 13, h. 153

@

BAB

tV

I

Wina Sanj aya, Str ate

gi

P emb el ai aran Ber orientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2000. h.255

o

2

Wina Sanjay4 Snategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidilwn (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2000.

h.266

@

J http:/ /rcpository.upi,edu/5 7 65 /As

jn+k1p8

I 05 5 6 _abstract.pd

f

(c

4

bttoy'/eoints.umk.ac.idl2600lllHal.Judul.pdf

(u

5

Ibnu Setiawan, Contextual Teaching and Learning:

Menjadilran Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan

Bermalma (Bandune:

MLC,

2007\, h. 67

@

6

Ibnu Setiawan, Contextual Teaching and Learning:

Menjadilran Kegiatan Belojar Mengajar Mengasyilclan don

Bermabta (Bandung:

MLC,

2007), h. 20

q

Seluruh referensi

di

atas, yang digunakan dalam penulisan Skripsi yang berjudul

(UPAYA

PEIYINGKATAIY

HASIL BELAJAR IPA

SISWA

PADA

KONSEP

PERI(EMBAI\TGBIAKATI

TUMBUIIAN

MELALUI

PEI{DEKATAI\I

CONTEXTUAL

TEACHING

AND

LEARNING'

yang disusun oleh

Efi, NIM:

I 81 101 830007

4,

Jurusan Pendidikan

Guru

Sekolah Dasar/lvladrasah Ibtidaiyah,

'Fakultas

Ilmu

Tarbiyah

dan

Keguruan,

telah

diuji

kebenarannya

oleh

dosen

pembimbing skripsi pada tanggal0T Februari 2015.

Jakarta 07 Februari 2015

Pembimbing,


Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep energi dan penggunaannya melalui pendekatan konstruktivisme : Penelitan Tindakan Kelas Pada Sekolah MI.Al-Ma’arif Kalibaru Cilincing Jakarta Utara

0 37 212

Upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep ciri-ciri benda dan perubahannya melalui metode eksperimen: Penelitian Tindakan Kelas di Madrasah Ibtidaiyah Ainul Yaqiin, Kecamatan Karang Tengah, Kota Tangerang

1 14 128

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sumber Energi Gerak melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ( Penelitian Tindakan Kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok)

0 14 135

Upaya meningkatkan hasil belajar IPA melalui pendekatan kontekstual pada konsep sumber daya alam di MI Terpadu Raudlatul Ulum Bedahan

0 3 140

Peningkatan hasil belajar siswa pada konsep sumber energi gerak melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL): penelitian tindakan kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok

2 3 135

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Penerapan pendekatan konstruktivisme untuk meningkatkan hasil belajar IPA kelas IV pada konsep struktur tumbuhan dan fungsinya : penelitian tindakan kelas di MI Miftahul Huda Tebet Jakarta Selatan

0 5 126

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF TUMBUHAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Perkembangbiakan Vegetatif Tumbuhan Melalui Pembelajaran Kooperatif Metode Bamboo Dancing Ke

0 0 16

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMAT

0 0 5

TAPPDF.COM PDF DOWNLOAD UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE ...

1 2 105