ANALISIS KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN MENYIMPULKAN PADA MATERI KOLOID DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

(1)

ANALISIS KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN MENYIMPULKAN PADA MATERI KOLOID

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Oleh

MARIA DWI NATALIA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

ANALISIS KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN MENYIMPULKAN PADA MATERI KOLOID

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Oleh

Maria Dwi Natalia

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan pada materi sistem koloid melalui penerapan model pembela-jaran inkuiri terbimbing untuk siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA5 Tahun Ajaran 2012/2013 SMA Perintis 1 Bandar Lampung yang berjumlah 40 siswa. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-experimental dengan one –shot case study design. Analisis data menggunakan analisis deskriptif.

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa keterampilan meng-komunikasikan, pada kelompok tinggi terdapat 70% siswa berkriteria sangat baik, dan 30% siswa berkriteria baik; Kelompok sedang terdapat 45,83% siswa

berkriteria sangat baik, 41,67% siswa berkriteria baik dan 12,50% siswa ber-kriteria cukup. Kelompok rendah terdapat 16,67% siswa berber-kriteria sangat baik, 33,33% siswa berkriteria baik, dan 50% siswa berkriteria cukup. Untuk

ke-terampilan siswa dalam menyimpulkan, pada kelompok tinggi terdapat 80% siswa berkriteria sangat baik, dan 20% siswa berkriteria baik; Kelompok sedang


(3)

Maria Dwi Natalia

terdapat 66,67% siswa berkriteria sangat baik, dan 33,33% siswa berkriteria baik; Kelompok rendah terdapat 33,33% siswa berkriteria sangat baik, 66,67% siswa berkriteria baik.

Kata kunci : inkuiri terbimbing, keterampilan mengkomunikasikan, keterampilan menyimpulkan, kelompok kognitif


(4)

(5)

(6)

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme ... 7

B. Inkuiri Terbimbing ... 9

C. Kemampuan Proses Sains ... 12

D. Kemampuan Kognitif ... 14

E. Kerangka Pemikiran... 15

F. Anggapan Dasar ... 17

G. Hipotesis Umum ... .. 17

III. METODE PENELITIAN A. Subyek Penelitian ... 18


(8)

vi

D. Instrumen Penelitian ... 19

E. Validitas Instrumen Penelitian ... 20

F. Prosedur Penelitian ... 21

G. Teknik Pengelompokkan Siswa ... 23

H. Analisis Data ... 25

1V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 28

B. Pembahasan ... 32

V.SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 44

B. Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Pemetaan ... 47

2. Silabus ... 55

3. RPP.. ... ... 63

4. Lembar Kerja Siswa 1 ... 95

5. Lembar Kerja Siswa 2 ... 101

6. Lembar Kerja Siswa 3 ... 106

7. Lembar Kerja Siswa 4 ... 114

8. Lembar Kerja Siswa 5 ... 120

9. Pretest ... 124

10. Kunci Jawaban Pretest ... 125

11. Soal Posttest ... 128

12. Rubrik Penskoran Posttest ... 130

13. Kuesioner ... 133

14. Perhitungan Pengelompokkan Siswa ... 134

15. Perhitungan Data ... 137

16. Lembar Observasi Aktifitas Siswa ... 144


(9)

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sains merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam. Belajar sains merupakan suatu proses memberikan sejumlah peng-alaman kepada siswa untuk mengerti dan membimbing mereka untuk meng-gunakan pengetahuan sains tersebut. Hakikat sains yakni sains sebagai proses dan produk, sains sebagai produk berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori, sedangkan proses berupa tahap-tahap kerja ilmiah (BSNP. 2006). Untuk dapat mempelajari hakikat sains siswa harus memiliki kemampuan keterampilan proses sains (KPS). KPS adalah kegiatan dalam mengajarkan sains yang berhubungan dengan mengamati, mengklasifikasikan, menyimpulkan, prediksi dan meng-komunikasikan yang merupakan bagian dari pengajaran sains.

Ilmu kimia merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Pendidikan ilmu kimia merupakan wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya, yang menekankan pada pemberian pengalaman langsung, sehingga siswa perlu dibantu mengembangkan keterampilan proses untuk memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari. Pengembangan keterampilan berdampak pada kegiatan pembelajaran untuk siswa sehingga lebih aktif, kreatif, dan inovatif, terutama


(10)

dalam mengembangkan keterampilan berfikirnya.

Faktanya, pembelajaran kimia di sekolah diperoleh siswa hanya sebagai produk saja, tanpa memperhatikan bagaimana proses ditemukannya konsep, hukum, dan teori tersebut, akibatnya tidak tumbuh keterampilan proses sains dalam diri siswa. Hal ini menyebabkan pembelajaran kimia menjadi mata pelajaran yang kurang diminati siswa.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kimia di SMA Perintis 1 Bandar Lampung didapatkan informasi bahwa saat proses pembelajaran kimia guru yang menjadi pusat pembelajaran (Teacher Center Learning), siswa tidak dibimbing membangun konsep, dan belum pernah dilakukan evaluasi KPS. Guru perlu melatihkan KPS untuk dapat membekali siswa dengan suatu keterampilan berpikir dan bertindak melalui sains untuk menyelesaikan masalahnya serta menjelaskan fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu standar kompetensi pada materi koloid adalah mengidentifikasi sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya: penghamburan cahaya oleh sinar mobil pada malam hari, berkas sinar matahari melalui celah daun pohon-pohon pada pagi hari yang berkabut, koloid pada hairspray, dan lain-lain. Berdasarkan contoh diatas siswa dilatih untuk mengamati fenomena yang terjadi. Pada pembelajaran koloid dapat dikembangkan KPS, hal ini telah diteliti oleh Suprini (2012) yang berjudul “Analisis keterampilan proses sains siswa kelas XI pada pembelajaran sifat-sifat koloid menggunakan metode discovery-inquiry”. Hasil penelitiannya yaitu penggunaan metode discovery-inquiry pada pembelajar-an sifat-sifat koloid dapat mengembpembelajar-angkpembelajar-an KPS dengpembelajar-an baik.


(11)

3

Salah satu cara untuk melatih keterampilan proses sains diperlukan model pem-belajaran yang berfilosofi konstruktivisme salah satunya yakni model pembelajar-an inkuiri terbimbing. Hal ini didukung hasil penelitipembelajar-an Riypembelajar-anto (2012) yaitu tentang efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi laju reaksi dalam meningkatkan kemampuan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep; mengungkapkan bahwa pembelajaran kimia dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan penguasa-an konsep siswa pada materi laju reaksi.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan langkah-langkah yaitu mengaju-kan masalah oleh guru, merumusmengaju-kan hipotesis, megumpulmengaju-kan data, analisis data, dan membuat kesimpulan. Melalui kegiatan praktikum dan diskusi kelompok, serta LKS konstruktif, siswa dilatih untuk dapat memahami konsep koloid dengan menggunakan kemampuan sains yang telah dimiliki oleh siswa itu sendiri

sehingga pengetahuan itu akan lebih mudah untuk diingatnya.

Pembelajaran inkuiri terbimbing dapat membentuk dan mengembangkan ” Self-Concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik, membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru, mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka, situasi proses belajar menjadi lebih terangsang, dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu, memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri (Roestiyah, 1998).

KPS meliputi keterampilan intelektual atau kemampuan berpikir siswa. Kemam-puan yang melibatkan pengetahuan dan pengembangan keterampilan intelektual


(12)

atau berpikir siswa adalah kemampuan kognitif (Winarni, 2006). Kemampuan kognitif dikelompokan menjadi tiga yaitu kemampuan kognitif tinggi, sedang, dan rendah. Kemampuan kognitif merupakan salah satu faktor yang berpengaruh ter-hadap prestasi belajar siswa. Siswa berkemampuan kognitif tinggi, cenderung memiliki prestasi belajar yang tinggi dibandingkan kemampuan kognitif sedang dan rendah (Nasution, 2000).

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul “ Analisis Keterampilan Mengkomunikasikan dan

Menyimpulkan pada Materi Koloid Dengan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keterampilan mengkomunikasikan pada materi sistem koloid dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk siswa kelompok tinggi, sedang, rendah ?

2. Bagaimana keterampilan menyimpulkan pada materi sistem koloid

dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk siswa kelompok tinggi, sedang, rendah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan keterampilan mengkomunikasikan dan


(13)

5

menyimpulkan pada materi sistem koloid model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk siswa kelompok tinggi, sedang, rendah?

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Siswa

Model pembelajaran inkuiri terbimbing yang diterapkan dalam proses pem-belajaran diharapkan dapat menumbuhkan motivasi, minat belajar, dan

kemampuan berpikir serta dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada materi koloid.

2. Guru

Sebagai bahan petimbangan dalam pemilihan dan penerapan model pem-belajaran yang sesuai dengan materi pempem-belajaran kimia, terutama pada materi

koloid.

3. Sekolah

Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Analisis adalah penyelidikan dan penguraian terhadap suatu masalah (Tim Penyusun kamus, 2006).

2. Indikator keterampilan proses sains yang diteliti adalah keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan.


(14)

3. Keterampilan mengkomunikasikan meliputi menjelaskan hasil percobaan, menyusun dan memyampaikan laporan secara sistematis dan jelas.

4. Keterampilan menyimpulkan yaitu membuat suatu kesimpulan tentang suatu fenomena setelah mengumpulkan data dan informasi berdasarkan fakta. 5. Model inkuiri terbimbing yang digunakan pada penelitian ini adalah model

inkuiri terbimbing menurut Gulo (Trianto, 2010) yang terdiri dari tahap-tahap, yaitu : (1) mengajukan permasalahan, (2) merumuskan hipotesis, (3) mengumpulkan data, (4) analisis data, dan (5) membuat kesimpulan. 6.Kelompok tinggi, sedang, dan rendah merupakan kelompok kognitif siswa


(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekan-kan bahwa pengetahuan kita merupamenekan-kan hasil konstruksi (bentumenekan-kan) kita sendiri. Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwi-nahyu (2001) yaitu:

"konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan. Adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain”.

Menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001), agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:

1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali penga- laman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pe-ngalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.

2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan me-ngenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan membandingkan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pe-ngalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi

pengetahuannya.

3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi


(16)

Menurut Trianto (2007):

“Setiap orang membangun pengetahuannya sendiri, sehingga transfer penge-tahuan akan sangat mustahil terjadi. Pengepenge-tahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer dari orang yang mempunyai pengetahuan kepada orang yang belum mempunyai pengetahuan. Bahkan, bila seorang guru bermaksud men-transfer konsep, ide, dan pengertiannya kepada siswa, pemindahan itu harus diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa itu lewat pengalamannya”

Secara sederhana konstruktivisme merupakan konstruksi dari kita yang mengetahui sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya. Bettencourt menyimpulkan bahwa konstruktivisme tidak

bertujuan mengerti hakikat realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana proses kita menjadi tahu tentang sesuatu (Suparno, 1997).

Ciri atau prinsip dalam belajar menurut Suparno (1997) sebagai berikut:

1. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami.

2. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus.

3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengem-bangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri.

4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.

5. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.

Menurut Sagala (2010) konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Tetapi manusia harus mengkonstruksi


(17)

9

pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Landasan berfikir konstruktivisme adalah lebih menekankan pada strategi memperoleh dan mengingat pengetahuan.

B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Model pembelajaran inkuiri terbimbing selaras dengan pendekatan konstruktivis-me. Inkuiri dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah (Ibrahim, 2000).

Gulo dalam Trianto (2010) menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing adalah sebagai berikut:

1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Kegiatan metode pembelajaran inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.

2. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.

3. Mengumpulkan data

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru membimbing siswa untuk menentukan langkah-langkah pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik.

4. Analisis data

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumus-kan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Setelah


(18)

mem-peroleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.

5. Membuat kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Langkah awal pembelajaran inkuiri terbimbing ialah merumuskan masalah, siswa diberikan masalah atau pertanyaan dari guru kemudian siswa bekerja untuk mene-mukan jawaban terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan yang intensif dari guru. Setelah masalah diungkapkan, siswa mengembangkan dalam bentuk hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan hipotesis. Setelah siswa mengembangkan hipotesis, langkah selanjutnya siswa mengumpulkan data-data dengan melakukan percobaan dan telaah literatur. Siswa kemudian menganalisis data dari hasil pengumpulan data. Terakhir siswa dapat menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan.

Pada penelitian ini tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan oleh Gulo dalam Trianto (2010). Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut

Tabel 1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing

No. Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1. Mengajukan pertanya-an atau permasalahpertanya-an

Guru membimbing siswa mengidentifikasi

masalah. Membagi siswa dalam kelmpok

Siswa mengidentifikasi masalah dan siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing. 2. Membuat hipotesis Guru memberikan

kesempatan bagi siswa untuk curah pendapat dalam membuat hipo-

Siswa memberikan pendapat dan menen-tukan hipotesis yang hipotesis. Membimbing


(19)

11

No. Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.

3. Mengumpulkan data Guru membimbing siswa mendapatkan informasi atau data-data melalui percobaan maupun telaah literatur

Siswa melakukan per-cobaan maupun telaah literatur untuk menda-patkan data-data atau informasi

4. Menganalisis data Guru memberi kesem-patan pada tiap kelom-pok untuk menyam-paikan hasil pengolahan data yang terkumpul

Siswa mengumpulkan dan menganalisi data serta menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul

5. Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat

kesimpulan

Siswa membuat kesim-pulan

Menurut Roestiyah (1998), inquiry memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Dapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.

2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.

3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.

4. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

5. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 6. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.

7. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran inquiry antara lain:

1. Guru harus tepat memilih masalah yang akan dikemukan untuk membantu siswa menemukan konsep.

2. Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya.

3. Guru sebagai fasilitator diharapkan kreatif dalam mengembang-kan pertanyaan-pertanyaan.


(20)

C. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains (KPS) dibutuhkan untuk menggunakan dan memahami sains ( Hartono, 2007). Untuk dapat memahami hakikat IPA secara utuh, yakni IPA sebagai proses, produk, dan aplikasi, siswa harus memiliki kemampuan KPS. Dalam pembelajaran IPA aspek proses perlu ditekankan bukan hanya pada hasil akhir dan berpikir benar lebih penting dari pada memperoleh jawaban yang benar. Dengan kata lain bila seseorang telah memiliki KPS, IPA sebagai produk akan mudah dipahami, bahkan mengaplikasikan dan mengembangkannya. KPS adalah semua keterampilan yang terlibat pada saat proses berlangsungnya sains. KPS penting dimiliki guru untuk digunakan sebagai jembatan untuk menyampaikan pengetahuan/ informasi baru kepada siswa atau mengembangkan pengetahuan atau informasi yang telah dimiliki siswa.

Menurut Semiawan (1992) keterampilan proses sains adalah keterampilan – keteram-pilan fisik dan mental untuk menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep sains serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.

Menurut Indrawati dalam Nuh (2010) mengemukakan bahwa KPS merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi)".


(21)

13

Jadi KPS adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam me-mahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat

penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau me-ngembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.

Hartono (2007) menyusun indikator keterampilan proses sains dasar ditunjukkan pada tabel 2:

Tabel 2. Indikator keterampilan proses sains dasar

Keterampilan Dasar Indikator

Observasi Mampu menggunakan semua indera ( penglihatan,

pembau, pendengaran, pengecap, dan peraba ) untuk mengamati, mengidentifikasi, dan memahami sifat benda dan kejadian secara teliti dari hasil pengamatan

Klasifikasi Mampu menentukan perbedaan, mengkontraskan

ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan, dan

menentukan dasar penggolongan terhadap suatu objek

Pengukuran Mampu memilih dan menggunakan peralatan untuk

menentukan secara kuantitatif dan kualitatif ukuran suatu benda secara benar yang sesuai untuk panjang, luas, volume, waktu, berat, dan lain-lain. Dan mampu mendemonstrasikan perubahan suatu satuan pengukuran ke satuan pengukuran lain

Komunikasi Mampu membaca dan mengkompilasi informasi dalam

grafik atau diagram, menggambar data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram,

menjelaskan hasil percobaan, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas Menarik Kesimpulan Mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda

atau fenomena setelah mengumpulkan, menginterpretasi data dan informasi

Menurut Mahmuddin (2010) keterampilan proses dasar diuraikan oleh sebagai berikut

1. Observasi atau mengamati, menggunakan lima indera untuk mencari tahu informasi tentang obyek seperti karakteristik obyek, sifat, persamaan, dan fitur identifikasi lain.


(22)

3. Mengukur, membandingkan kuantitas yang tidak diketahui dengan jumlah yang diketahui, seperti: standar dan non-standar satuan pengukuran. 4. Komunikasi, menggunakan multimedia, tulisan, grafik, gambar, atau cara

lain untuk berbagi temuan.

5. Menyimpulkan, membentuk ide-ide untuk menjelaskan pengamatan. 6. Prediksi, mengembangkan sebuah asumsi tentang hasil yang diharapkan.

Keenam keterampilan proses dasar di atas terintegrasi secara bersama-sama ketika ilmuan merancang dan melakukan penelitian, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Semua komponen keterampilan proses dasar penting baik secara parsial maupun ketika terintegrasi secara bersama-sama. Oleh karena itu, sangat penting dimiliki dan dilatihkan bagi siswa.

Keterampilan proses sebagaimana disebutkan di atas merupakan KPS yang diapli-kasikan pada proses pembelajaran. Pembentukan keterampilan dalam memperoleh pengetahuan merupakan salah satu penekanan dalam pembelajaran sains. Oleh karena itu, penilaian terhadap keterampilan proses siswa harus dilakukan terhadap semua keterampilan proses sains baik secara parsial maupun secara utuh. Pada penelitian ini indikator KPS yang dikembangkan adalah: Komunikasi yaitu mampu membaca dan mengkompilasi informasi dalam grafik atau diagram, menggambar data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram. Menyimpulkan yaitu mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda atau fenomena setelah mengumpulkan, menginterpretasi data dan informasi.

D. Kemampuan Kognitif

Kemampuan kognitif merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Kemampuan kognitif siswa adalah gambaran tingkat pengetahuan atau kemampuan siswa terhadap suatu materi pembelajaran yang


(23)

15

sudah dipelajari dan dapat digunakan sebagai bekal atau modal untuk memperoleh pengetahuan yang lebih luas dan kompleks lagi, maka dapat disebut sebagai kemampuan kognitif (Winarni, 2006).

Lebih lanjut Nasution dalam Winarni (2006) mengemukakan bahwa secara alami dalam satu kelas kemampuan kognitif siswa bervariasi, jika dikelompokkan menjadi 3 kelompok, maka ada kelompok siswa berkemampuan tinggi, menengah, dan rendah.

E.Kerangka Pemikiran

Pembelajaran inkuri terbimbing adalah pembelajaran dimana siswa diberikan kesempatan untuk menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara

mandiri, sedangkan topik pertanyaan dan bahan penunjang ditentukan oleh guru.

Pada pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri dari 5 tahap, tahap pertama yaitu tahap mengajukan pertanyaan atau permasalahan. Pada tahap ini guru

memberikan permasalahan agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru.

Tahap kedua yaitu tahap merumuskan hipotesis, pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan hipotesis secara bebas dari per-masalahan yang diberikan berdasarkan pengetahuan awal mereka.


(24)

Tahap selanjutnya yaitu tahap mengumpulkan data, pada tahap ini guru mem-bimbing siswa untuk mengumpulkan data yang dapat diperoleh dari melakukan percobaan atau telaah literatur. Pada tahap ini siswa diharapkan mampu me-ngumpulkan data semaksimal mungkin untuk mendukung jawaban hipotesis yang dituliskan.

Tahap keempat yaitu tahap menganalisis data, pada tahap ini guru membimbing siswa menganalis data dari hasil percobaan yang telah dilakukan atau telaah literatur, siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada LKS. Pada tahap ini bertujuan untuk me-ngembangkan kemampuan siswa berpikir rasional bahwa kebenaran jawaban bukan hanya berdasarkan argumentasi tetapi didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

Tahap kelima yatu tahap membuat kesimpulan, pada tahap ini guru membimbing siswa membuat kesimpulan berdasarkan hasil percobaan dan analisis data yang telah diperoleh. Tahap ini diharapkan mampu membantu siswa dalam upaya mengembangkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang diberikan, sampai pada akhirnya kemampuan mereka berkembang secara utuh.

Dalam proses pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa diajak mencari tahu jawab-an terhadap pertjawab-anyajawab-an ilmiah yjawab-ang diajukjawab-an. Sehingga guru dapat melatihkjawab-an keterampilan mengkomunikasikan kepada siswa sebagai salah satu komponen da-lam Keterampilan Proses Sains (KPS). KPS dimaksudkan untuk melatih dan me-ngembangkan keterampilan intelektual atau kemampuan berfikir siswa. Selain itu


(25)

17

juga mengembangkan sikap-sikap ilmiah dan kemampuan siswa untuk menemu-kan dan mengembangmenemu-kan fakta, konsep, dan prinsip ilmu atau pengetahuan.

Dengan berpikir apabila pembelajaran inkuiri terbimbing diterapkan pada pembe-lajaran kimia di kelas diharapkan siswa dapat meningkatkan keterampilan

menyimpulkan dan mengkomunikasikan akan lebih baik bila dibandingkan dengan keterampilan yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA5 SMA Perintis 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 yang menjadi subyek penelitian mempunyai kemampuan kognitif yang heterogen.

G. Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah semakin tinggi kemampuan kognitif siswa, maka akan semakin tinggi pula keterampilan siswa dalam


(26)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

Subyek pada penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA5 SMA Perintis 1 Bandar Lampung tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 40. Penentuan subyek penelitian dilakukan dengan pertimbangan mendapatkan karakteristik siswa yang heterogen.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode pre-eksperimen dengan desain penelitian one shot case study. Pada desain ini hanya diberi suatu perlakuan ke-mudian dilakukan observasi. Menurut Creswell (1997), desain one shot case study digambarkan sebagai berikut ini:

Keterangan: X = Perlakuan yang diberikan; O = Posttest


(27)

19

C. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Data pretest materi hasil kali kelarutan yang digunakan untuk penentuan pengelompokkan siswa berdasarkan kelompok kognitifnya

2. Data kinerja guru 3. Data aktivitas siswa 4. Data postest materi koloid

5. Data keterlaksanaan pembelajaran koloid dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi koloid.

2. Lembar Kerja Siswa yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari lima LKS, yaitu : LKS 1 mengenai sistem koloid melalui percobaan; LKS 2 jenis-jenis koloid berdasarkan fasa terdispersi dan medium pendispersinya melalui percobaan; LKS 3 sifat-sifat koloid melalui media video; LKS 4 pembuatan koloid serta penerapan dalam kehidupan sehari-hari melalui percobaan; LKS 5 pembuatan koloid. LKS digunakan untuk memandu siswa dalam melaksanakan kegiatan model pembelajaran inkuiri terbimbing serta mengetahui keterampilan menyimpulkan dan keterampilan mengkomunikasikan.

3. Tes tertulis yang digunakan pada penelitian ini terdapat dua jenis, yaitu a. Pretest terdiri dari soal essay berjumlah 5 soal materi hasil kali kelarutan.


(28)

b. Postest terdiri dari soal essay berjumlah 4 soal materi koloid. Hasil tes diguna-kan untuk mengetahui keterampilan menyimpulkan dan

mengkomunikasikan pada pembelajaran sistem koloid melalui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

4. Lembar observasi yang digunakan ada dua jenis yaitu aktivitas siswa dan kinerja guru. Lembar observasi berupa check list yang digunakan untuk memperoleh informasi mengenai keterlaksanaan proses pembelajaran. 5. Kuesioner digunakan untuk memperoleh informasi dari siswa mengenai

keterlaksanaan proses pembelajaran koloid melalui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Daftar pertanyaan bersifat tertutup, yaitu alternatif jawaban telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti.

E. Validitas Instrumen Penelitian

Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk itu, perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen yang akan digunakan. Pengujian instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi. Adapun pengujian validitas isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menganalisis kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, kisi-kisi soal dengan butir-butir pertanyaan posttest. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka instrumen dianggap valid dan dapat

digunakan untuk mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang

bersangkutan. Dalam mekanisme kerjanya, cara judgment memerlukan ketelitian dan keahlian penilai. Untuk itu peneliti meminta ahli untuk melakukannya.


(29)

21

Dalam hal ini peneliti meminta bantuan dosen pembimbing penelitian untuk mengujinya, yaitu Dra. Ila Rosilawati, M.Si dan Drs. Tasviri Efkar, M.S.

F. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi pendahuluan

a. Meminta izin kepada kepala SMA Perintis 1 Bandar Lampung untuk

melaksanakan penelitian dan menyampaikan surat izin penelitian yang telah ditandatangani oleh Pembantu Dekan I FKIP Universitas Lampung.

b. Mengadakan observasi sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan infor-masi mengenai data siswa, karakteristik siswa, jadwal, cara mengajar guru kimia di kelas, dan sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung pelaksanaan penelitian.

c. Menentukan model pembelajaran yang cocok untuk digunakan pada materi pokok koloid berdasarkan keterampilan proses sains yang ingin

dikembangkan.

d. Menentukan kelas yang digunakan sebagai subyek penelitian berdasarkan karakteriktik siswa dan pertimbangan dari guru mata pelajaran kimia. 2. Pelaksanaan penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu: a. Tahap persiapan

1) Membuat instrumen penelitian yang akan digunakan untuk mengumpul-kan data mengenai kemampuan mengkomunikasimengumpul-kan dan menyimpulmengumpul-kan melalui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing.


(30)

2) Melakukan validasi instrumen sebelum digunakan dalam penelitian.

b. Tahap pelaksanaan penelitian

1)Melaksanakan proses pembelajaran materi koloid pada subyek penelitian melalui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

2)Memberikan posttest kepada subyek penelitian.

3)Memberikan data keterlaksanaan (kuesioner) kepada subyek penelitian setelah pembelajaran materi koloid.

c. Tahap analisis data

1)Menganalisis data berupa jawaban tes tertulis siswa dan jawaban angket untuk memperoleh informasi mengenai keterampilan menyimpulkan dan mengkomunikasikan.

2)Melakukan pembahasan terhadap hasil penelitian. 3)Menarik kesimpulan.


(31)

23

Alur prosedur penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut ini:

Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian

G. Teknik Pengelompokkan Siswa

Berdasarkan kemampuan kognitif, siswa dikelompokan menjadi tiga yaitu kelompok tinggi, sedang, dan rendah. Pengelompokan ini dilakukan dengan tahapan membuat daftar distribusi frekuensi, menghitung rata-rata nilai pretest materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dan standar deviasi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan kognitif adalah sebagai berikut:

1. Menentukan Rentang (R).

Observasi Pendahuluan

Posttest Kuesoiner

Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Membuat instrumen penelitian

Validasi instrumen penelitian

Analisis Data

Simpulan Pembahasan

Menentukan Subyek Penelitian

R = Data nilai terbesar – Data nilai terkecil

Perbaikan Perbaikan

T ah ap p er siap an T ah ap p elak san aa n T ah ap an alis is d ata T ah ap p en d ah u lu an


(32)

2. Menentukan banyak kelas interval (K), menggunakan rumus:

dimana, n = banyak data

3. Menentukan Panjang Kelas Interval (P)

P =

4. Menentukan rata-rata nilai siswa(Mean) menggunakan rumus:

∑ ∑

Keterangan: Mx = Mean

∑FiXi = Jumlah frekuensi siswa dikali nilai tengah

∑ = Jumlah frekuensi siswa

5. Menentukan standar deviasi menggunakan rumus:

√∑ Keterangan:

SDx = Standar Deviasi

∑ = Jumlah frekuensi siswa

∑FiXi = Jumlah frekuensi siswa dikali nilai tengah

∑ = Jumlah frekuensi siswa dikali kuadrat nilai tengah 6. Menghitung Mean + SD dan Mean – SD

7. Mengelompokkan kemampuan kognitif siswa ke dalam kategori tinggi, sedang dan rendah menurut Sudijono (2008).

Tabel 3. Kriteria pengelompokkan siswa. Kriteria pengelompokkan Kelompok

Nilai ≥ mean + SD Tinggi Mean –SD ≤ nilai < mean + SD Sedang Nilai < mean – SD Rendah

(Sudijono, 2008) K = 1 + (3.3) log n


(33)

25

Berdasarkan hasil perhitungan pada Lampiran 12, didapatkan jumlah siswa tiap kelompok kognitif sebagai berikut :

Tabel 4. Jumlah siswa tiap kelompok kognitif

Kriteria pengelompokkan Kriteria Kelompok Jumlah siswa

Nilai ≥ mean + SD Nilai ≥ 69,57 Tinggi 10 Mean –SD ≤ nilai < mean + SD 52,47 ≤ nilai < 69,57 Sedang 24 Nilai < mean – SD Nilai < 52,47 Rendah 6

H. Analisis Data

1. Pengolahan skor tes tertulis

a. Memberi skor setiap jawaban siswa pada tes tertulis berbentuk uraian berdasarkan pedoman jawaban yang telah dibuat.

b. Mengelompokkan skor yang didapat setiap siswa sesuai dengan keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan.

c. Menjumlahkan skor yang didapat setiap siswa sesuai dengan keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan.

d. Mengubah skor menjadi nilai, dengan menggunakan persamaan:

e. Menghitung rata-rata nilai pada setiap kelompok tinggi, sedang, dan rendah untuk keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan, dengan menggunakan persamaan:

f. Menentukan kriteria tingkat kemampuan siswa pada keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan berdasarkan Tabel 4


(34)

Tabel 5. Kriteria tingkat kemampuan siswa

Nilai Kriteria

81 – 100 61 – 80 41 – 60 21 – 40 0 – 20

Sangat baik Baik Cukup Kurang Kurang sekali (Arikunto,1997)

g. Menentukan jumlah siswa pada kelompok tinggi, sedang dan rendah untuk setiap kriteria tingkat kemampuan berdasarkan tabel 5.

h. Menentukan persentase siswa pada kelompok tinggi, sedang dan rendah untuk setiap kriteria tingkat kemampuan.

2. Pengolahan skor jawaban siswa yang diperoleh dari angket Analisis data angket dilakukan dengan cara berikut:

a. Memberikan skor untuk setiap nomor sesuai kriteria berikut ini: 1) Pilihan jawaban “Ya” diberi skor 1

2) Pilihan jawaban “Tidak” diberi skor 0

b. Menjumlahkan skor yang diperoleh dari jawaban seluruh siswa pada setiap pertanyaan.

c. Menentukan persentase jawaban dari skor yang didapat pada setiap

pertanyaan dengan menggunakan persamaan menurut Sudjana dalam Surya (2010) :

Keterangan:

%Xin = Persentase jawaban angket-i


(35)

27

Smaks = Skor maksimum yang diharapkan

d. Menafsirkan persentase angket secara keseluruhan dengan menggunakan tafsiran Koentjaraningrat (1990) pada Tabel 6.

Tabel 6. Hubungan antara persentase dan tafsiran

Presentase Tafsiran

0% Tidak ada

1%-25% Sebagian kecil

26%-49% Hampir separuhnya

50% Separuhnya

51%-75% Sebagian besar

76%-99% Hampir seluruhnya


(36)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi koloid dapat disimpulkan bahwa:

1.Keterampilan mengkomunikasikan, untuk kelompok tinggi terdapat (a) 70% siswa berkriteria sangat baik, dan 30% siswa berkriteria baik. (b) Pada

kelompok sedang terdapat 45,83% siswa berkriteria sangat baik; 41,67% siswa berkriteria baik; dan 12,50% siswa berkriteria cukup. (c) Pada kelompok rendah terdapat 16,67% siswa berkriteria sangat baik; 33,33% siswa berkriteria baik; dan 50% siswa berkriteria cukup.

2.Keterampilan menyimpulkan, untuk kelompok tinggi terdapat (a) 80% siswa berkriteria sangat baik, dan 20% siswa berkriteria baik. (b) Pada kelompok sedang terdapat 66,67% siswa berkriteria sangat baik; dan 33,33% siswa ber-kriteria baik. (c) Pada kelompok rendah terdapat 33,33% siswa berber-kriteria sangat baik; dan 66,67% siswa berkriteria baik.

B. Saran

Berdasarkan kendala yang dialami selama penelitian, maka dapat disarankan bahwa:


(37)

43

melakukan pendekatan terlebih dahulu kepada subjek penelitian, sehingga pada saat awal pelaksanaan penelitian subjek tidak bingung mengikuti alur pembela-jaran.

2. Agar penerapan inkuiri terbimbing berjalan maksimal, hendaknya guru

mempersiapkan lebih awal hal-hal yang menunjang proses pembelajaran yang akan dilakukan siswa dan lebih memperhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing.


(38)

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan penyusunan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah . BSNP. Jakarta.

Creswell, J. W. 1997. Research Design Qualitative and Quantitative Approaches. Sage Publications. London.

Hartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program

Pendidikan Jarak Jauh SI PGSD Universitas Sriwijaya. Seminar Proseeding of The Inte rnational Seminar of Science Education, 27 Oktober 2007. Bandung.

Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.

Koentjaraningrat. 1990. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta

Nasution. 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara.

Pannen, P. D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta

Purba, M. 2004. Kimia untuk SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta

Riyanto, E. 2012.Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Laju Reaksi Dalam Meningkatkan Keterampilan

Mengkomunikasikan dan Penguasaan Konsep. (skripsi). FKIP Unila. Bandar Lampung.

Roestiyah. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung Semiawan, C. 1992. Pendidikan Ketrampilan Proses Sains. Jakarta : Gramedia.


(40)

Slavin, R.E. 2005. Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice. Allymand Bacon. London.

Sudijono, A. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Suprini. 2012. Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Kelas XI Pada Sub Pokok Bahasan Sifat-Sifat Koloid Menggunakan Metode Discoverry-Inquiri. Skripsi. Diakses tanggal21 Juni 2013 dari

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_kim_0808741_chapter1.pdf

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta.

Surya, B. 2010. Pengembangan Media Animasi Kimia dan LKS Praktikum Berbasis Keterampilan Generik Sains Siswa Kelas XI IPA. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.

... 2010. Model-Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Jakarta. Winarni, E.W. 2006. Inovasi dalam pembelajaran IPA. Bengkulu: FKIP Press.


(41)

(1)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi koloid dapat disimpulkan bahwa:

1.Keterampilan mengkomunikasikan, untuk kelompok tinggi terdapat (a) 70% siswa berkriteria sangat baik, dan 30% siswa berkriteria baik. (b) Pada

kelompok sedang terdapat 45,83% siswa berkriteria sangat baik; 41,67% siswa berkriteria baik; dan 12,50% siswa berkriteria cukup. (c) Pada kelompok rendah terdapat 16,67% siswa berkriteria sangat baik; 33,33% siswa berkriteria baik; dan 50% siswa berkriteria cukup.

2.Keterampilan menyimpulkan, untuk kelompok tinggi terdapat (a) 80% siswa berkriteria sangat baik, dan 20% siswa berkriteria baik. (b) Pada kelompok sedang terdapat 66,67% siswa berkriteria sangat baik; dan 33,33% siswa ber-kriteria baik. (c) Pada kelompok rendah terdapat 33,33% siswa berber-kriteria sangat baik; dan 66,67% siswa berkriteria baik.

B. Saran

Berdasarkan kendala yang dialami selama penelitian, maka dapat disarankan bahwa:


(2)

43

melakukan pendekatan terlebih dahulu kepada subjek penelitian, sehingga pada saat awal pelaksanaan penelitian subjek tidak bingung mengikuti alur pembela-jaran.

2. Agar penerapan inkuiri terbimbing berjalan maksimal, hendaknya guru

mempersiapkan lebih awal hal-hal yang menunjang proses pembelajaran yang akan dilakukan siswa dan lebih memperhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing.


(3)

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan penyusunan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah . BSNP. Jakarta.

Creswell, J. W. 1997. Research Design Qualitative and Quantitative Approaches. Sage Publications. London.

Hartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program

Pendidikan Jarak Jauh SI PGSD Universitas Sriwijaya. Seminar Proseeding of The Inte rnational Seminar of Science Education, 27 Oktober 2007. Bandung.

Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.

Koentjaraningrat. 1990. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta

Nasution. 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara.

Pannen, P. D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta

Purba, M. 2004. Kimia untuk SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta

Riyanto, E. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Laju Reaksi Dalam Meningkatkan Keterampilan

Mengkomunikasikan dan Penguasaan Konsep. (skripsi). FKIP Unila. Bandar Lampung.

Roestiyah. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung Semiawan, C. 1992. Pendidikan Ketrampilan Proses Sains. Jakarta : Gramedia.


(5)

45

Slavin, R.E. 2005. Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice. Allymand Bacon. London.

Sudijono, A. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Suprini. 2012. Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Kelas XI Pada Sub Pokok Bahasan Sifat-Sifat Koloid Menggunakan Metode Discoverry-Inquiri. Skripsi. Diakses tanggal21 Juni 2013 dari

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_kim_0808741_chapter1.pdf

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta.

Surya, B. 2010. Pengembangan Media Animasi Kimia dan LKS Praktikum Berbasis Keterampilan Generik Sains Siswa Kelas XI IPA. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.

... 2010. Model-Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Jakarta. Winarni, E.W. 2006. Inovasi dalam pembelajaran IPA. Bengkulu: FKIP Press.


(6)