Surveilans Keamanan Darah Penemuan

– 13 – Laboratorium juga harus menyiapkan strategi harga yang menyediakan harga paket termasuk konfirmasi jika skrining memberikan hasil yang positif.

3.7 Surveilans

Seluruh provinsi melaporkan dilakukan surveilans pada kelompok sentinel. Sebagian besar surveilans menjangkau pekerja seks di beberapa daerah; surveilans dilakukan juga di lembaga pemasyarakatan lapas dan sedikit menjangkau pengguna narkoba. Waria hampir tidak pernah dilibatkan, walaupun ada bukti bahwa prevalensi HIV di antara waria sangat tinggi. Selain tempat yang masih mempunyai lokalisasi, mengidentifikasi sentinel pekerja seks dan pengguna narkoba sulit atau hampir mustahil. Tujuan serosurveilens jarang dipahami dengan jelas. Ketaatan pada prinsip ‘unlinked-anonymous’ adalah pengecualian dan bila petugas layanan kesehatan menaatinya, mereka dikritik karena tidak mengidentifikasi kasus kepada petugas lain, misalnya lapas. Bila petugas layanan kesehatan mengetahui identitas mereka yang ditemukan positif, beberapa mencoba tetap menghargai kebijakan kerahasiaan, tetapi ini sangat sulit jika Gubernur misalnya meminta rincian. VCT jarang ditawarkan kepada sentinel bahkan jika mereka diberi tahu akan angka prevalensi; ini sebagian dikarenakan VCT memang sulit dijangkau. Rekomendasi – Surveilans 1. Tempat sentinel harus diperluas untuk melibatkan pengguna narkoba, lapas, waria dan wanita hamil, paling tidak di Papua. Bagaimana pun, ini hanya boleh dilakukan jika status unlinked-anonymous dapat dijamin. 2. Tujuan surveilans harus dipahami lebih baik, termasuk oleh kelompok yang merasa dirinya bertanggung jawab departemen sosial, lapas, pemerintah daerah. 3. Di beberapa daerah dengan prevalensi tinggi, pertimbangan harus diberikan ke surveilans di antara kelompok klien pekerja seks, termasuk pegawai negeri. Ini mungkin paling sedikit dapat menghadapi stigma moral yang mengelilingi HIV. 4. VCT, setelah tersedia, harus ditawarkan ke semua sentinel pada waktu hasil serosurveilans dikomunikasikan.

3.8 Keamanan Darah

Di banyak tempat, kami bertemu dengan unit transfusi darah UTD, biasanya di rumah sakit umum. Beberapa di antara mereka dioperasikan oleh Palang Merah Indonesia PMI; lainnya, di tempat lebih kecil dan terpencil, dilaksanakan oleh rumah sakit. Umumnya, skrining di UTD yang dioperasikan oleh PMI tampaknya mengikuti prosedur yang berlaku, walau sedikitnya pada satu kasus, skrining tidak dilakukan, dikarenakan kekurangan dana untuk membeli alat tes. Juga ada kebingungan tentang kebutuhan konfirmasi hasil positif. Di banyak kasus, skrining untuk HIV dilakukan dengan dipstik dan tidak semua telah disahihkandisetujui di Indonesia. Ada keprihatinan bahwa beberapa tidak pernah menunjukkan hasil HIV-positif bahkan di daerah yang diketahui mempunyai prevalensi tertinggi. Dengan angka prediksi positif dipstik yang rendah, kita harus berhati-hati menggunakan data skrining untuk lebih dari menunjukkan kecenderungan, paling tidak di tempat yang berprevalensi rendah. Skrining di rumah sakit yang tidak didukung oleh PMI menimbulkan keprihatinan tinggi. Walaupun di satu rumah sakit, laboratoriumnya berpendapat bahwa semua donor diskrining, jumlah tes yang telah dilakukan sangat jauh di bawah angka donor darah yang dilaporkan oleh kamar gawat darurat dan kamar operasi. Sebagai tambahan, ada keraguan yang mendasar tentang mutu dipstik yang digunakan untuk skrining. Di beberapa rumah sakit, skrining untuk HIV relatif baru saja dimulai, tetapi dari awal telah memperlihatkan angka kasus positif yang bermakna. Sebagai tambahan, skrining awal dengan kuisioner untuk mengesampingkan mereka yang dalam masa jendela jarang dilaksanakan, terutama jika donor darah adalah anggota keluarga yang direkrut khusus untuk menyediakan darah di saat darurat. – 14 – Di tempat tidak ada fasilitas lain untuk tes HIV, UTD sering kali ditekan untuk melaksanakan tugas ini, atau paling tidak menginformasikan donor yang ditemukan HIV-positif. Sebagai tambahan, bila donor adalah anggota keluarga, sangatlah sulit untuk membuang darah yang ditemukan terinfeksi tanpa memberikan alasan kepada orang yang bersangkutan. Ini sedikitnya membuat unit transfusi darah dalam keadaan tertekan. Walau kami tidak menanyakan tentang skrining untuk infeksi diangkut darah yang lain, tampaknya skrining untuk hepatitis C tidak dilaksanakan di beberapa tempat. Berdasarkan bukti ini, kami dapat ambil asumsi bahwa paling tidak ada beberapa penularan HIV dari transfusi darah, terutama di beberapa tempat di Papua. Rekomendasi – Keamanan Darah 1. Usaha yang lebih besar harus dilakukan untuk mengamankan persediaan darah, terutama di daerah terpencil. Ini harus termasuk penyediaan peralatan tes yang disetujui dalam jumlah yang pantas dan pelaksanaan kuisioner yang sesuai. 2. Unit transfusi darah seharusnya tidak diperbolehkan untuk menyediakan tes secara normal. 3. PMI harus menyediakan brosur yang sederhana dalam bahasa setempat untuk diberikan ke donor. Donor juga harus diinformasikan tentang prevalensi HIV dan infeksi lain di antara donor setempat, agar mendorong mereka melakukan VCT.

3.9 PengetahuanInformasi