Penetapan Kadar Zinc Pyrithione Pada Shampo Dengan Metode Iodimetri

(1)

PENETAPAN KADAR ZINC PYRITHIONE PADA SHAMPO

DENGAN METODE IODIMETRI

TUGAS AKHIR

OLEH:

DESY TRIANA SARI

NIM 122410024

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENETAPAN KADAR ZINC PYRITHIONE PADA SHAMPO

DENGAN METODE IODIMETRI

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh:

DESY TRIANA SARI

NIM 122410024

Medan, Juni 2015 Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing,

Dr. Wiryanto, M.S., Apt. NIP 195110251980021001

Disahkan Oleh: a.n. Dekan, Wakil Dekan I,

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195807101986012001


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan ridhoNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Penetapan Kadar Zinc Pyrithione pada Shampo dengan Metode Iodimetri”. Tugas Akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ahlimadya pada program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Selama penulisan Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU.

2. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku Wakil Dekan I Fakultas Farmasi USU.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU. 4. Bapak Dr. Wiryanto, M.S., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dengan penuh perhatian hingga selesainya Tugas Akhir ini.

5. Ibu Marianne, S.Si., M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis selama melaksanakan pendidikan pada Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.


(4)

7. Bapak Drs. Ali Bata Harahap, M.Kes., Apt., selaku Kepala Balai Besar POM Medan.

8. Ibu Lambok Oktavia SR, M.Kes., Apt., selaku Manager Mutu di Balai Besar POM Medan, yang memberikan izin tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan.

9. Bapak dan Ibu seluruh staff di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan praktek kerja lapangan.

10.Ayahanda dan ibunda tercinta yang telah memberikan doa restu, kasih sayang dan motivasi hingga Tugas Akhir ini selesai.

11.Seluruh teman-teman seperjuangan “Analis Farmasi dan Makanan 2012” dan semua pihak tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan berjasa kepada penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Penulis menyadari dalam tugas akhir ini masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan. Dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun yang pada akhirnya dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan berguna bagi kita semua. Akhir kata semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya untuk kita semua, Amin.

Medan, Juni 2015 Penulis,

Desy Triana Sari NIM 122410024


(5)

PENETAPAN KADAR ZINC PYRITHIONE PADA SHAMPO DENGAN METODE IODIMETRI

Abstrak

Zinc pyrithione (ZPT) merupakan senyawa kimia yang terdapat pada shampo anti ketombe dengan rumus empiris C10H8N2O2S2Zn (berat molekul =

317,7). Zinc pyrithione memiliki manfaat sebagai anti ketombe, bersifat anti mikotik atau fungisid, bakterisid dan mencegah agregasi sel korneosit menjadi serpihan yang tampak sebagai ketombe. Kadar zinc pyrithione dalam larutan dapat diukur menggunakan titrasi redoks iodimetri, dengan menggunakan larutan indikator kanji yaitu dengan menambahkan sedikit demi sedikit larutan iodin (I2)

yang diketahui molaritasnya sampai mencapai titik keseimbangan yang ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi biru pekat.

Sampel shampo yang digunakan adalah shampo merk A dan B. Persyaratan kadar zinc pyrithione dalam peraturan Ka Badan POM No. HK.03.1.23.08.11.07517, kadar zinc pyrithione sebagai anti ketombe dibatasi 2% untuk produk dibilas dan 0,1% produk non bilas. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kadar zinc pyrithione yang diuji tersebut memenuhi persyaratan, yaitu kadar rata-rata pada shampo A sebesar 0,90% dan shampo B sebesar 0,88%.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Zinc Pyrithione ... 3

2.2 Shampo ... 4

2.2.1 Definisi Shampo ... 4

2.2.2 Macam-macam Shampo ... 5

2.2.3 Syarat Shampo ... 6

2.3 Penetapan kadar Zinc Pyrithione dengan metode Iodimetri ... 7


(7)

2.3.1 Iodimetri ... 7

2.3.2 Prinsip Iodimetri ... 8

2.3.3 Indikator ... 8

2.3.4 Larutan Pentiter ... 8

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN ... 9

3.1 Tempat Pengujian ... 9

3.2 Alat dan Bahan ... 9

3.2.1 Alat-alat... 9

3.2.2 Bahan-bahan ... 9

3.3 Sampel ... 9

3.4Prosedur ... 10

3.4.1 Pembuatan Larutan Standar I2 0,05 N ... 10

3.4.2 Pembuatan Larutan NaOH 1 N ... 10

3.4.3 Pembuatan Larutan Indikator Jingga Metil ... 10

3.4.4 Pembuatan Larutan Indikator Kanji ... 10

3.4.5 Pembakuan Larutan Standar I2 0,05 N ... 10

3.4.6 Penetapan Kadar Zinc Pyrithione ... 11

3.5 Perhitungan Kadar ... 11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 12

4.1 Hasil ... 12

4.2 Pembahasan ... 12

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 14


(8)

5.2 Saran ... 14 DAFTAR PUSTAKA ... 15 LAMPIRAN ... 17


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Hasil Penetapan Kadar ... . 12


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Hasil Penetapan Kadar Zinc Pyrithione pada Shampo

dengan Metode Iodimetri ... 17 Lampiran 2. Alat Centrifuge ... 20


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Struktur Zinc Pyrithione ... 3 Gambar 2. Alat Centrifuge ... 20


(12)

PENETAPAN KADAR ZINC PYRITHIONE PADA SHAMPO DENGAN METODE IODIMETRI

Abstrak

Zinc pyrithione (ZPT) merupakan senyawa kimia yang terdapat pada shampo anti ketombe dengan rumus empiris C10H8N2O2S2Zn (berat molekul =

317,7). Zinc pyrithione memiliki manfaat sebagai anti ketombe, bersifat anti mikotik atau fungisid, bakterisid dan mencegah agregasi sel korneosit menjadi serpihan yang tampak sebagai ketombe. Kadar zinc pyrithione dalam larutan dapat diukur menggunakan titrasi redoks iodimetri, dengan menggunakan larutan indikator kanji yaitu dengan menambahkan sedikit demi sedikit larutan iodin (I2)

yang diketahui molaritasnya sampai mencapai titik keseimbangan yang ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi biru pekat.

Sampel shampo yang digunakan adalah shampo merk A dan B. Persyaratan kadar zinc pyrithione dalam peraturan Ka Badan POM No. HK.03.1.23.08.11.07517, kadar zinc pyrithione sebagai anti ketombe dibatasi 2% untuk produk dibilas dan 0,1% produk non bilas. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kadar zinc pyrithione yang diuji tersebut memenuhi persyaratan, yaitu kadar rata-rata pada shampo A sebesar 0,90% dan shampo B sebesar 0,88%.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Zinc pyrithione (ZPT) merupakan bahan aktif dalam sebagian besar produk perawatan rambut sehari-hari (shampo, conditioner, dan lain-lain), yang memiliki manfaat sebagai anti bakteri, anti jamur dan anti seboroik (SCCNFP, 2002). Efek zinc pyrithione pada kulit kepala berketombe adalah menormalkan keratinisasi, mengurangi produksi sebum karena dengan pemakaian shampo akan menurunkan kadar lipid permukaan kulit kepala yang merupakan habitat atau tempat bersarang jamur sehingga dapat mengurangi jumlah organisme

Pityrosporum ovale (Schwartz et al., 2011).

Namun, zat ini juga mempunyai efek samping apabila kadarnya melebihi jumlah maksimum yang disarankan seperti dermatitis yang terjadi pada kulit kepala, kerusakan rambut (rambut rontok, berubah warna dan patah-patah), serta pemakaian jangka panjang dan terus-menerus dapat menyebabkan efek samping sistemik (Mohanty et al., 2010). Selain itu, limbah dari produk perawatan rambut yang mengandung ZPT juga dapat mencemari lingkungan. Studi toksikologi baru-baru ini menemukan adanya senyawa ZPT pada sampel ikan (Shih et al., 2003).

Berdasarkan hal ini, penulis melakukan pengujian kadar zinc pyrithione pada shampo dengan suatu metode titrasi oksidasi-reduksi yaitu titrasi iodimetri. Adapun pengujian dilakukan selama penulis melaksanakan Praktek Kerja


(14)

Lapangan (PKL) di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penetapan kadar zinc pyrithione pada shampo dengan metode iodimetri adalah untuk mengetahui apakah kadar zinc pyrithione yang terdapat pada shampo memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Peraturan Ka Badan POM No. HK.03.1.23.08.11.07517.

1.3 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari penetapan kadar zinc pyrithione pada shampo dengan metode iodimetri adalah agar dapat memastikan bahwa produk shampo yang beredar di pasaran memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Peraturan Ka Badan POM No. HK.03.1.23.08.11.07517.


(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Zinc Pyrithione

Zinc pyrithione memiliki struktur kimia:

Gambar 1. Struktur kimia zinc pyrithione

Zinc pyrithione (ZPT, seng bis(2-pyridylthio)-N-oksida) merupakan bahan aktif dalam sebagian besar produk perawatan rambut sehari-hari (shampo,

conditioner, dan lain-lain), yang memiliki manfaat sebagai anti ketombe, bersifat anti mikotik atau fungisid, bakterisid, dan mencegah agregasi sel korneosit menjadi serpihan yang tampak sebagai ketombe (Shih et al., 2003).

Zinc pyrithione merupakan senyawa kimia yang terdapat pada shampo anti ketombe yang beredar di pasaran. Zinc pyrithione yang memiliki rumus empiris C10H8N2O2S2Zn sering dikenal dengan nama dagang Zinc Omadine atau Vancide

ZP. Zinc pyrithione berbentuk bubuk berwarna putih atau kuning memiliki berat jenis 1,782 pada suhu 25°C juga memiliki kelarutan rendah pada air, namun dapat larut terhadap benzene dan chloroform (SCCNFP, 2002).

Efek zinc pyrithione pada kulit kepala berketombe adalah menormalkan keratinisasi, mengurangi produksi sebum karena dengan pemakaian shampo akan menurunkan kadar lipid permukaan kulit kepala yang merupakan habitat atau


(16)

tempat bersarang jamur sehingga dapat mengurangi jumlah organisme

Pityrosporum ovale (Schwartz et al., 2011).

Senyawa ini digunakan pada konsentrasi 0,5 sampai 2% dalam shampo (Polano, M.K., 1987). Dalam peraturan Ka Badan POM No. HK.03.1.23.08.11.07517, kadar zinc pyrithione sebagai anti ketombe dibatasi 2% untuk produk dibilas dan 0,1% produk non bilas (BPOM RI, 2011). Efek samping yang terjadi apabila kadarnya melebihi jumlah maksimum yang disarankan yaitu dermatitis pada kulit kepala, kerusakan rambut (rambut rontok, berubah warna dan patah-patah), serta pemakaian jangka panjang dan terus-menerus dapat menyebabkan efek samping sistemik (Mohanty et al., 2010).

Limbah dari produk perawatan rambut yang mengandung ZPT juga dapat mencemari lingkungan. Studi toksikologi baru-baru ini menemukan adanya senyawa ZPT pada sampel ikan (Shih et al., 2003). Penelitian di Jepang melaporkan bahwa zinc pyrithione pada dosis sublethal dilaporkan bersifat teratogenik dan toksik pada ikan medaka (Maryanti dkk., 2014).

2.2 Shampo

2.2.1 Definisi shampo

Shampo adalah salah satu kosmetik pembersih rambut dan kulit kepala dari segala macam kotoran, baik yang berupa minyak, debu, sel - sel yang sudah mati dan sebagainya (Tranggono dan Latifah, 2007).

Secara umum shampo didefinisikan sebagai deterjen bentuk larutan, krim, padat atau bentuk-bentuk lain yang cocok untuk mencuci rambut, dikemas dalam


(17)

bentuk yang sesuai untuk digunakan, dan berguna untuk menghilangkan kotoran dan lemak yang melekat pada kulit kepala tanpa mempengaruhi keaslian dan kesehatan rambut si pemakai, sehingga didapat rambut yang harum, berkilau, halus dan mudah diatur (Mita dkk., 2009).

2.2.2 Macam - macam shampo

Macam - macam shampo berdasarkan kegunaanya antara lain (Mita dkk., 2009) :

a. Shampo untuk rambut diwarnai dan dikeriting.

Shampo ada yang dibuat khusus untuk rambut yang dicat atau diberi warna atau dikeriting karena rambut cukup menderita dengan masuknya cairan kimia hingga ke akar rambut dan hal ini bisa mempengaruhi kondisi kesehatan rambut.

b. Shampo untuk membersihkan secara menyeluruh.

Shampo untuk membersihkan secara menyeluruh yang biasanya mengandung acid atau asam yang didapat dari apel, lemon atau cuka yang berfungsi untuk menghilangkan residu atau sisa produk perawatan semacam creambath, busa untuk rambut, hairspray, lilin rambut, jelly rambut, dan produk lainnya yang tertinggal di kulit kepala. Jenis shampo ini sangat cocok digunakan saat rambut akan melalui proses kimiawi agar rambut dan kulit kepala benar-benar bersih dengan tujuan proses kimiawi yang digunakan pada pengeritingan atau pewarnaan dapat diserap dengan baik. Karena unsur asam mengurangi minyak maka jenis shampo ini dapat membuat rambut menjadi kering jika


(18)

digunakan terlalu sering dan disarankan untuk menggunakannya paling banyak dalam jangka waktu satu kali seminggu.

c. Shampo penambah volume rambut.

Jenis shampo ini mengandung protein yang membuat rambut terlihat lebih berisi atau tebal. Bila dipakai terlalu sering maka akan terjadi penumpukan residu atau sisa shampo sehingga mengakibatkan rambut terlihat tidak bersih. Jika rambut termasuk jenis rambut yang halus, lepek atau tidak mengembang tipis maka bisa digunakan jenis shampo ini.

d. Shampo anti ketombe.

Shampo anti ketombe ini mengandung selenium, zinc atau asam salisilat yang telah terbukti cukup berhasil membantu menghilangkan lapisan ketombe, namun dapat menyebabkan kulit kepala menjadi kering.

2.2.3 Syarat shampo

Sediaan shampo yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Tranggono dan Latifah, 2007) :

1) Dapat membersihkan dengan baik (sifat deterjen) 2) Memiliki sifat membasahi (wetting)

3) Memiliki sifat dapat mengemulsi (emulsifying) 4) Memiliki sifat dapat membuat busa (foaming) 5) Dapat membersihkan dan menyehatkan kulit kepala 6) Mudah dicuci/dibilas kembali

7) Membuat rambut lebih mudah disisir dan dipola 8) Membuat rambut lebih cemerlang


(19)

9) Mungkin perlu mengandung bahan aktif untuk mengatasi penyakit pada rambut dan kulit kepala (medicated shampoo)

10) Aman untuk dipakai, tidak mengiritasi mata dan tidak toksis 11) Menyebarkan bau harum

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk shampo anti ketombe antara lain (Mita dkk., 2009) :

1) Dapat membersihkan rambut dan kulit kepala dari ketombe tanpa membuat rambut menjadi berminyak, kering, atau tidak dapat diatur.

2) Mengandung zat aktif germisida, fungisida, atau zat antiseptika yang dapat mematikan pertumbuhan bakteri, dan mencegah infeksi setelah pemakaian. 3) Konsentrasi zat aktif yang digunakan tidak meningkatkan sensitivitas kulit

kepala.

4) Dapat mengurangi rasa gatal ataupun hal lain yang akan menimbulkan ketidaknyamanan.

2.3 Penetapan kadar Zinc Pyrithione dengan metode Iodimetri 2.3.1 Iodimetri

Iodimetri merupakan metode titrasi atau volumetri yang pada penentuan atau penetapan berdasar pada jumlah I2 (iodium) yang bereaksi dengan sampel

atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodida (I-). Iodimetri adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai pentiter. Metode ini tergolong titrasi

langsung, berbeda dengan metod2


(20)

2.3.2 Prinsip Iodimetri

Titrasi iodimetri adalah titrasi berdasarkan reaksi oksidasi antara iodin sebagai pentiter dengan reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih rendah dari sistem iodin-iodida dimana sebagai indikator larutan kanji. Titrasi dilakukan dalam suasana netral sedikit asam (pH 5-8) (Alamsyah, 1994).

2.3.3 Indikator

Indikator yang digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi biasanya adalah kanji atau Amilum 0,5-1%. Warna yang terjadi adalah biru tua hasil reaksi I2-amilum. Indikator yang digunakan dalam proses standarisasi adalah indikator

amilum 0,5%. Penggunaan indikator ini untuk memperjelas perubahan warna larutan yang terjadi pada saat titik akhir titrasi (Thayban, 2014).

2.3.4 Larutan Pentiter

Pada titrasi iodimetri digunakan larutan iodin sebagai larutan titer. Larutan iodin sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam kalium iodida pekat. Larutan titer iodin dibuat dengan melarutkan iodium kedalam larutan KI pekat. Larutan ini dibakukan dengan arsen (III) oksida atau larutan baku natrium tiosulfat (Alamsyah, 1994).

Larutan iodin merupakan larutan yang tidak stabil, sehingga perlu distandarisasi berulang kali. Sebagai Oksidator lemah, iod tidak dapat bereaksi terlalu sempurna, karena itu harus dibuat kondisi yang menggeser kesetimbangan kearah hasil reaksi antara lain dengan mengatur pH atau dengan menambahkan bahan pengkompleks (Thayban, 2014).


(21)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Tempat Pengujian

Pengujian kadar zinc pyrithione pada shampo secara titrimetri dilakukan di Laboratorium Kosmetik, Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Medan yang berada di Jalan Willem Iskandar Pasar V Barat I No. 2 Medan.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan adalah aluminium foil, batang pengaduk, beaker glass, buret, Centrifuge (ROTOFIX 32 A), erlenmeyer, gelas ukur, neraca analitik, pipet tetes, dan spatula.

3.2.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah arsen (III) oksida, asam klorida pekat, aquadest, iodium, jingga metil, kalium iodida, kanji, natrium hidroksida, natrium bikarbonat dan etanol 96%.

3.3 Sampel

Sampel yang digunakan adalah shampo anti ketombe yang diproduksi oleh PT. LION WINGS.


(22)

3.4 Prosedur

3.4.1 Pembuatan larutan standar I2 0,05 N

Larutkan 6,345 g I2 dalam larutan pekat KI (9 g KI dalam 25 ml air),

setelah semua I2 larut, encerkan larutan dengan air hingga 1000 ml. Simpan dalam

botol berwarna dan tutup dari gelas.

3.4.2 Pembuatan larutan NaOH 1 N

Larutkan 4 g NaOH dalam akuades bebas CO2 hingga 100 ml. 3.4.3 Pembuatan larutan indikator jingga metil

Larutkan jingga metil 100 mg dalam 25 ml etanol 20% (21 ml etanol 96% diencerkan dengan air hingga 100 ml).

3.4.4 Pembuatan larutan indikator kanji

Suspensikan 500 mg kanji dalam 5 ml air dan tambahkan air mendidih sambil diaduk hingga 100 ml. Didihkan selama beberapa menit sampai larutan transparan, kemudian dinginkan.

3.4.5 Pembakuan larutan standar I2 0,05 N

Timbang teliti 75 mg kristal A

s

2O3 yang telah dikeringkan pada suhu

105°C selama 1 jam. Larutkan dalam 10 ml NaOH 1 N dalam erlenmeyer 250 ml. Jika perlu dipanaskan, tambahkan 20 ml air suling, kocok sampai larut. Tambahkan 2 tetes indikator jingga metil. Tambahkan HCl encer hingga warna kuning berubah menjadi warna merah muda. Tambahkan 2 g NaHCO3, encerkan

dengan 25 ml air, dan tambahkan 1 ml kanji. Perlahan-lahan titrasi dengan larutan I2 sampai warna biru yang mantap.


(23)

3.4.6 Penetapan kadar zinc pyrithione

Timbang 5 g sampel dalam beaker glass 20 ml. Tambahkan 5 ml air, diaduk perlahan (hindari terbentuknya busa), pindahkan ke tabung centrifuge 50 ml. Bilas beaker glass dengan 30 ml air secara kuantitatif, kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 2500 rpm selama 30 menit. Dibuang beningan. Endapan ditambahkan 5 ml air dan 7,5 ml HCl pekat, diaduk hingga larut. Pindahkan ke erlenmeyer 250 ml, bilas tabung centrifuge dengan 50 ml air dan titrasi dengan Iodium 0,05 N, menggunakan indikator kanji, dengan sekali-sekali dikocok hingga titik akhir titrasi berwarna biru.

1 ml I2 0,05 N setara dengan 7,94 mg C10H8N2O2S2Zn

3.5 Perhitungan Kadar

Kadar zinc pyrithione dihitung dengan rumus :

K =

�Vt-Vb�x N x Berat setara

Bs x 0,05

x

100

Keterangan :

Vt = Volum I2 yang terpakai pada sampel

Vb = Volum I2 yang terpakai pada blanko

N = Normalitas I2

Berat setara = 1 ml I2 0,05 N setara dengan 7,94 mg C10H8N2O2S2Zn


(24)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Penetapan kadar zinc pyrithione pada shampo dengan metode iodimetri diperoleh kadar zinc pyrithione sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Penetapan Kadar Zinc Pyrithione No. Sampel Berat Sampel

(mg)

Volume I2

(ml)

Kadar ZPT (%)

Rata-rata (%) 1 Shampo A

5059,5 5,4 0,91

0,90

5067,6 5,3 0,89

2 Shampo B

5003,2 5,2 0,89

0,88

5109,6 5,2 0,87

Perhitungan penetapan kadar dapat dilihat pada lampiran 1 hal. 19.

4.2 Pembahasan

Zinc pyrithione (ZPT) merupakan bahan aktif dalam sebagian besar produk perawatan rambut sehari-hari (shampo, conditioner, dan lain-lain). Senyawa ini digunakan pada konsentrasi 0,5 sampai 2% dalam shampo (Polano, M.K., 1987).

Pada pengujian ini, digunakan suatu metode titrasi oksidasi-reduksi yaitu titrasi iodimetri untuk mengetahui kadar zinc pyrithione pada shampo. Dimana pentiter yang digunakan adalah larutan iodium 0,05 N dengan indikator larutan kanji.


(25)

Berdasarkan hasil penetapan kadar zinc pyrithione pada shampo dengan metode iodimetri, diperoleh hasil bahwa shampo A dan shampo B yang diuji tersebut memenuhi syarat. Karena kadar rata-rata yang diperoleh lebih kecil dari 2%, yaitu pada shampo A sebesar 0,90% dan pada shampo B sebesar 0,88%. Dalam Peraturan Ka Badan POM No. HK.03.1.23.08.11.07517, kadar zinc pyrithione sebagai anti ketombe dibatasi 2% untuk produk dibilas dan 0,1% produk non bilas (BPOM RI, 2011).


(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penetapan kadar zinc pyrithione pada shampo dengan metode iodimetri, diketahui bahwa shampo A mengandung senyawa zinc pyrithione sebesar 0,90% dan shampo B sebesar 0,88%, dimana shampo yang diuji tersebut memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Peraturan Ka Badan POM No. HK.03.1.23.08.11.07517, yaitu kadar zinc pyrithione sebagai anti ketombe dibatasi 2% untuk produk dibilas.

5.2 Saran

Sebaiknya pengujian untuk shampo yang mengandung zinc pyrithione tidak hanya menggunakan metode titrasi iodimetri aja, akan tetapi menggunakan metode lainnya seperti Atomic Absorption Spectrometry (AAS).


(27)

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, A. (1994). Analisis Kuantitatif Beberapa Senyawa Farmasi. Universitas Sumatera Utara Press. Medan. Hal. 23-25.

BPOM RI. (2011). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.08.11.07517 tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika. Diakses tanggal 3 Mei 2015.

HK.03.1.23.08.11.07517

Maryanti, E., Elsi, F., Enny, L. (2014). Studi Efektivitas Antijamur Nanopartikel ZnO/ZnS Terhadap Pertumbuhan Jamur Pityrosporum ovale Penyebab Ketombe. Jurnal Gradien 10: 1014.

Mita, S.R., Rusmiati, D., Kusuma, F. (2009). Pengembangan ekstrak etanol kubis (Brassica oleracea Var. Capitata l.) asal kabupaten Bandung Barat dalam bentuk sampo antiketombe terhadap Jamur Malassezia furfur. Fakultas Farmasi UniversitasPadjajaran. Bandung. Hal. 8-9.

Mohanty, B.K., Shankar, S.G., Ranjith, M.S., Prabhamanju, M. (2010). Is synergy of antimicrobials the effective way of management of resistance among cosmetically significant skin microflora?. In Science and Technology against Microbial pathogens Research, Development and Evaluation. Edited: A. Mendez Vilas. World Scientific Publisher. pp. 164.

Polano, M.K. (1987). Terapi Kulit Topikal. Jakarta: EGC. Hal. 53

Schwartz, J. R., Shah, R., Krigbaum, H., Sacha, J., Vog,t A., Blume, P.U. (2011).

New insights on dandruff/seborrhoeic dermatitis: the role of the scalp follicular infundibulum in effective treatment strategies. Br J Dermatol. 2011. 165 (Suppl2): pp. 18-23.

Shih, Y., Jyh-Myng, Z., Annamalai, S.K., Pei-Yen, C. (2003). Flow injection analysis of zinc pyrithione in hair care products on a cobalt phthalocyanine modified screen-printed carbon electrode. Talanta 62: 912. Thayban. (2014). Modul Ajar Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik. Gorontalo: Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo.

The scientific committee on cosmetic products and non-food products intended for consumers (SCCNFP). (2002). Draft evolution and opinion on: zinc pyrithione(colioa no. P81). Diakses tanggal 21 April 2015.


(28)

Tranggono, R.I dan Fatma Latifah. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, Editor : Joshita Djajadisastra. Jakarta: Penerbit Pustaka Utama. Hal. 68-69.


(29)

Lampiran 1

Hasil Pengujian Penetapan Kadar Zinc Pyrithione pada Shampo dengan Metode Iodimetri

Data dan Perhitungan:

Data Sampel

− Nama sampel : Shampo anti ketombe A − No. Batch : −

− No Reg : POM NA.1813003646

− Komposisi : Water, Sodium Laureth Sulfate, Cocamidopropyl Betaine, Dimethiconol, Glycol Destiarate, Sodium Sulfate, Acrylates/Steareth-20 Methacrylate Copolymer, Hexylene Glycol, Zinc Pyrithione, Perfume, Sodium Benzoate, D-Panthenol (Provit B5), Panthenyl Ethyl Eter, Glycine, Guar

Hydroxypropyltrimonium Chloride, Polyquate rnium-10, TEA-Dodecylbenzenesulfonate, Citric Acid, Sodium Hydroxide, Piroctone Olamine, Panax Ginseng Extract, CI 42090, CI 47005, Methylcloroisothiazolinone, Methylisothiazoline. − Kadaluarsa : −


(30)

− Nama sampel : Shampo anti ketombe B − No. Batch : −

− No Reg : POM NA.1813003646

− Komposisi : Water, Sodium Laureth Sulfate, Cocamidopropyl Betaine, Dimethiconol, Glycol Destiarate, Sodium Sulfate, Acrylates/Steareth-20 Methacrylate Copolymer, Hexylene Glycol, Zinc Pyrithione, Perfume, Sodium Benzoate, D-Panthenol (Provit B5), Panthenyl Ethyl Eter, Glycine, Guar

Hydroxypropyltrimonium Chloride, Polyquate rnium-10, Sophora Angustifolia Extract, Citric Acid, Sodium Hydroxide, Piroctone Olamine, CI 42090, CI 47005, Methylcloroisothiazolinone, Methylisothiazoline.

− Kadaluarsa : −


(31)

Lampiran 1 (Lanjutan) Perhitungan:

K =

�Vt-Vb�x N x Berat setara

Bs x 0,05

x

100

1) Shampo A

K1 = (5,4 −0,1) x 0,055 x 7,94

5059,5 x 0,05 x 100 =

231,451

252,975 = 0,91 %

K2 = (5,3 −0,1) x 0,055 x 7,94

5067 ,6 x 0,05 x 100 =

227,084

253,380 = 0,89 %

Kadar rata – rata = K1+K2

2 =

0,91 % + 0,89 %

2

= 0,90 %

2) Shampo B

K1 = (5,2 −0,1) x 0,055 x 7,94

5003 ,2 x 0,05 x 100 =

222,717

250,160 = 0,89 %

K2 = (5,2−0,1) x 0,055 x 7,94

5109,6 x 0,05 x 100 =

222,717

255,480 = 0,87 %

Kadar rata – rata = K1+K2

2 =

0,89 % + 0,87 %


(32)

Lampiran 2


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, A. (1994). Analisis Kuantitatif Beberapa Senyawa Farmasi. Universitas Sumatera Utara Press. Medan. Hal. 23-25.

BPOM RI. (2011). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.08.11.07517 tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika. Diakses tanggal 3 Mei 2015.

HK.03.1.23.08.11.07517

Maryanti, E., Elsi, F., Enny, L. (2014). Studi Efektivitas Antijamur Nanopartikel ZnO/ZnS Terhadap Pertumbuhan Jamur Pityrosporum ovale Penyebab Ketombe. Jurnal Gradien 10: 1014.

Mita, S.R., Rusmiati, D., Kusuma, F. (2009). Pengembangan ekstrak etanol kubis (Brassica oleracea Var. Capitata l.) asal kabupaten Bandung Barat dalam bentuk sampo antiketombe terhadap Jamur Malassezia furfur. Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran. Bandung. Hal. 8-9.

Mohanty, B.K., Shankar, S.G., Ranjith, M.S., Prabhamanju, M. (2010). Is synergy of antimicrobials the effective way of management of resistance among cosmetically significant skin microflora?. In Science and Technology against Microbial pathogens Research, Development and Evaluation. Edited: A. Mendez Vilas. World Scientific Publisher. pp. 164.

Polano, M.K. (1987). Terapi Kulit Topikal. Jakarta: EGC. Hal. 53

Schwartz, J. R., Shah, R., Krigbaum, H., Sacha, J., Vog,t A., Blume, P.U. (2011). New insights on dandruff/seborrhoeic dermatitis: the role of the scalp follicular infundibulum in effective treatment strategies. Br J Dermatol. 2011. 165 (Suppl 2): pp. 18-23.

Shih, Y., Jyh-Myng, Z., Annamalai, S.K., Pei-Yen, C. (2003). Flow injection analysis of zinc pyrithione in hair care products on a cobalt phthalocyanine modified screen-printed carbon electrode. Talanta 62: 912. Thayban. (2014). Modul Ajar Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik. Gorontalo: Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo.

The scientific committee on cosmetic products and non-food products intended for consumers (SCCNFP). (2002). Draft evolution and opinion on: zinc pyrithione (colioa no. P81). Diakses tanggal 21 April 2015.


(2)

Tranggono, R.I dan Fatma Latifah. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, Editor : Joshita Djajadisastra. Jakarta: Penerbit Pustaka Utama. Hal. 68-69.


(3)

Lampiran 1

Hasil Pengujian Penetapan Kadar Zinc Pyrithione pada Shampo dengan

Metode Iodimetri

Data dan Perhitungan:

Data Sampel

− Nama sampel : Shampo anti ketombe A − No. Batch : −

− No Reg : POM NA.1813003646

− Komposisi : Water, Sodium Laureth Sulfate, Cocamidopropyl Betaine, Dimethiconol, Glycol Destiarate, Sodium Sulfate, Acrylates/Steareth-20 Methacrylate Copolymer, Hexylene Glycol, Zinc Pyrithione, Perfume, Sodium Benzoate, D-Panthenol (Provit B5), Panthenyl Ethyl Eter, Glycine, Guar

Hydroxypropyltrimonium Chloride, Polyquate rnium-10, TEA-Dodecylbenzenesulfonate, Citric Acid, Sodium Hydroxide, Piroctone Olamine, Panax Ginseng Extract, CI 42090, CI 47005, Methylcloroisothiazolinone, Methylisothiazoline. − Kadaluarsa : −


(4)

− Nama sampel : Shampo anti ketombe B − No. Batch : −

− No Reg : POM NA.1813003646

− Komposisi : Water, Sodium Laureth Sulfate, Cocamidopropyl Betaine, Dimethiconol, Glycol Destiarate, Sodium Sulfate, Acrylates/Steareth-20 Methacrylate Copolymer, Hexylene Glycol, Zinc Pyrithione, Perfume, Sodium Benzoate, D-Panthenol (Provit B5), Panthenyl Ethyl Eter, Glycine, Guar

Hydroxypropyltrimonium Chloride, Polyquate rnium-10, Sophora Angustifolia Extract, Citric Acid, Sodium Hydroxide, Piroctone Olamine, CI 42090, CI 47005, Methylcloroisothiazolinone, Methylisothiazoline.

− Kadaluarsa : −


(5)

Lampiran 1 (Lanjutan)

Perhitungan:

K =

�Vt-Vb�x N x Berat setara

Bs x 0,05

x

100

1) Shampo A

K1 = (5,4 −0,1) x 0,055 x 7,94

5059,5 x 0,05 x 100 =

231,451

252,975 = 0,91 %

K2 = (5,3 −0,1) x 0,055 x 7,94

5067 ,6 x 0,05 x 100 =

227,084

253,380 = 0,89 %

Kadar rata – rata = K1+K2

2 =

0,91 % + 0,89 %

2

= 0,90 %

2) Shampo B

K1 = (5,2 −0,1) x 0,055 x 7,94

5003 ,2 x 0,05 x 100 =

222,717

250,160 = 0,89 %

K2 = (5,2−0,1) x 0,055 x 7,94

5109,6 x 0,05 x 100 =

222,717

255,480 = 0,87 %

Kadar rata – rata = K1+K2

2 =

0,89 % + 0,87 %


(6)

Lampiran 2