Pasar Modal syariah di indonesia

.
Tingginya minat masyarakat terhadap obligasi juga di buktikan
dengan semakin meningkatnya pembelian Obligasi Pemerintah
(ORI 009), hal tersebut dipaparkan Direktur Ritel Banking PT ANZ
Indonesia Anthony Soewandi, dibuktikan dari penjualannya yang
mencapai 81% dalam tiga hari dari target transaksi pembelian oleh
PT Bank ANZ Indonesia. Dalam tiga hari sudah terjual Rp. 325
miliar dari target yang ditetapkan Menteri Keuangan sebesar
Rp. 397 miliar. Apabila dibandingkan dengan penjualan ORI 008
tahun lalu, ANZ berhasil menjulai ORI 008 sebesar Rp100 miliar
dalam waktu empat hari, sedangkan ORI 009 terjual Rp. 325 miliar
dalam waktu tiga hari. Dari data tersebut dapat dilihat animo
masyarakat sangat meningkat terhadap ORI di tengah-tengah
volatilitas pasar. Hal tersebut menunjukkan masyarakat cenderung
mencari investasi yang menguntungkan dan aman, sehingga
kerugian dapat diantisipasi apabila terjadi gejolak pasar. Selain itu,
edukasi tentang berinvestasi di obligasi juga semakin banyak
diketahui masyarakat, sehingga masyarakat memiliki banyak pilihan
untuk menginvestasikan uangnya, tidak hanya tabungan, deposito
dan saham (www.investor.co.id).
Fakta lain yang ikut membentuk persepsi masyarakat terhadap

obligasi adalah pemegang obligasi memiliki hak pertama atas aset
perusahaan jika perusahaan tersebut mengalami likuidasi. Hal
tersebut terjadi karena perusahaan telah ada kontrak perjanjian
untuk melunasi obligasi yang telah dibeli oleh pemegang obligasi
(Brigham dan Houston, 2009:379).
Meskipun obligasi dianggap sebagai investasi yang aman, namun
tetap obligasi juga memiliki risiko. Salah satu risiko adalah risiko
gagal bayar. Jika suatu emiten gagal bayar, investor akan
menerima pengembalian obligasi lebih sedikit dari yang
dijanjikan.Hal lain yang membentuk persepsi masyarakat terhadap
obligasi juga tergantung dari kondisi ekonomi makro, karena harga
obligasi sangat tergantung dari tingkat bunga yang berlaku
ataupun kebijakan inflasi yang ditentukan pemerintah, serta dalam
hal peringkat obligasi.

Investasi pada dasarnya adalah usaha penanaman modal yang diharapkan dapat
menghasilkan tambahan dana pada masa yang akan datang. Investasi dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu investasi dalam bentuk aset riil dan investasi
dalam
bentuk surat berharga/sekuritas. Investasi dalam bentuk sekuritas keuangan bisa

dilakukan dalam bentuk obligasi. Investasi dalam bentuk obligasi bertujuan
untuk memperoleh hasil pendapatan berupa bunga (Haugen, 1997). Obligasi
merupakan surat pengakuan utang yang diterbitkan oleh pemerintah maupun
perusahaan swasta kepada investor, di mana utang ini akan dibayarkan pada
masa yang ditentukan. Atas pinjaman tersebut investor diberi imbalan berupa
bunga. Tujuan utama seorang investor dalam menginvestasikan dananya pada
suatu sekuritas adalah memperoleh hasil (yield) dari investasi tersebut. Yuliati
dan Handoyo (1996) mengemukakan bahwa yield obligasi adalah tingkat bunga
yang menyamakan nilai sekarang dari seluruh penerimaan bunga dan nilai
nominal obligasi, dengan harga obligasi.

Investasi dalam bentuk obligasi bertujuan untuk memperoleh hasil pendapatan berupa
bunga. Obligasi merupakan surat pengakuan utang yang diterbitkan oleh pemerintah
maupun perusahaan swasta kepada investor, di mana utang ini akan dibayarkan pada
masa yang ditentukan. Atas pinjaman tersebut investor diberi imbalan berupa bunga.
Adik Putri Sarah .Jurnal Ekonomi Islam Republika 2014. faktor Yang Memengaruhi

Minat Investor Terhadap Sukuk Negara Ritel
Hasil penelitian menunjukkan bah wa di antara variabel risiko in veta si, penerapan prinsip syariah,
informasi produk, dan kepuasan in vestor faktor yang paling kuat meme ngaruhi minat investor

berinvestasi pada SR adalah kepuasan investor. Hal ini menunjukkan bahwa SR mam pu
memberikan kepuasan ke pada in vestor. Selain itu hasil penelitian juga menunjuk kan bahwa
variabel penerapan prinsip syariah tidak signifikan memengaruhi minat in vestor. Hal ini
dikarenakan responden yang merupakan bagian dari floating mass, yaitu masya rakat yang tidak
selalu berorientasi pada prinsip sya riah namun tidak pula
pada prinsip konvensional. Floating mass meng ambil keputusan sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan mereka, sehingga tak mengutamakan prinsip syariah. Wallahu a’lam. �

Teguh Akbar Nugraha Harahap dan Kasyful Mahalli ( jurnal yang berjudul “Pengaruh
Persepsi Masyarakat terhadap Obligasi di Indonesia (Studi Kasus Nasabah Pt. Bank
Mandiri Tbk Kota Medan)” Penilaian nasabah terhadap obligasi masih rendah hal ini
terlihat dari kurang berminatnya nasabah untuk berinvestasi pada instrumen obligasi
(walaupun obligasi instrumen pendapatan tetap dan jauh lebih berisiko rendah
dibandingakan saham), selain itu dikarenakan pengetahuan (wawasan) nasabah masih
minim (mereka hanya mengenal obligasi hanya sekedar alternatif lain investasi selain
dari produk tabungan dan deposito), serta sosialisasi dan promosi oleh Bank masih
perlu di tingkatkan.
Dalam penelitian ini, penulis bukanlah yang pertama membahas mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi minat. Beberapa penelitian, karya ilmiah yang lain maupun beberapa buku-buku
yang terkait dengan permasalahan peneliti, diantaranya yaitu :


Kesalahpahaman tersebut terjadi sebagai akibat dari kurang pahamnya mereka tentang
investasi di pasar modal. Selain itu, banyaknya pelaku pasar yang melakukan transaksi
tanpa perhitungan dan dasar analisa ,sehingga menambah kesalahpahaman masyarakat
tentang pasar modal. Sejak tahun 2000 pasar modal Indonesia telah memiliki suatu
model kegiatan investasi yang memenuhi prinsip-prinsip syariah atau sering disebut
dengan pasar modal Syariah. Sebagai tonggak dari kelahiran pasar modal Syariah di
Indonesia adalah diluncurkannya Jakarta Islamic Index (JII) pada 3 Juli 2000. Pada
awalnya, pasar modal Syariah masih identik dengan JII sehingga pilihan investasinya
sangat terbatas. Pada saat itu, pilihan investasi
Efek syariah hanya terdiri dari 30 saham syariah yang masuk JII. Meskipun saat ini Pasar
Modal Syariah di Indonesia sudah berkembang dan memiliki banyak pilihan Efek
syariah tetapi masih banyak masyarakat yang memahami bahwa Pasar Modal Syariah di
Indonesia adalah JII.

faktor-faktor yang memengaruhi minat berinvestasi pada efek syariah dapat dikelompokan
menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain meliputi
kehalalan investasi, diversifikasi investasi, imbal hasil (return) investasi, dan pengetahuan
investor; sedangkan faktor eksternal di antaranya meliputi regulasi, dan kondisi
ekonomi/sosial faktor ekonomi, yaitu anggapan akan ketahanan saham syariah melawan

krisis ekonomi serta adanya kesan positif terhadap saham-saham syariah terbukti menjadi
faktor paling dominan. Di lain pihak penghambat terbesar bagi investor memasuki pasar
modal syariah adalah kurangnya edukasi mengenai pasar modal syariah. Salah satu faktor
dari kurangnya edukasi adalah belum efektifnya program sosialisasi yang dipengaruhhi salah
satunya oleh belum efektifnya penentuan target program edukasi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi
Beberapa komponen yang mempengaruhi keuntungan yang diharapkan
dari investasi dapat digolongkan menjadi dua faktor, pertama faktor objektif
dan kedua faktor subjektif. Faktor objektif meliputi teknologi, harga relatif
faktor produksi, dan permintaan akan barang-barang pada masa akan datang,
sedangkan faktor subjektif adalah pengalaman yang dialami investor baik
positif maupun negatif karena bersikap paradoksial.
Ketidakpastian dunia telah menciptakan rel tentang aturan yang disebut
Rule of Thumb (aturan main yang berdasarkan pengalaman dan intuisi) 13
sering kali berguna sebagai pedoman, karena masa depan dapat diperoyeksi
sama dengan hari kemarin. Maka dari itu, investor tidak bisa selamanya
menggunakan aturan ini untuk memperoleh keuntungan dimasa yang akan
datang, sehingga penentuan objektivitas dan subjektivitas tidak dapat dinafikan.


03

 Pengertian Efek Beragun Aset (EBA)
Syariah
 Regulasi dan Fatwa EBA Syariah
 Pengertian Reksadana Penyertaan Terbatas
(RDPT) Syariah
 Regulasi dan Fatwa RDPT Syariah
 Konsep Dana Investasi Real Estate (DIRE)
Syariah

PRO

bentuk instrument di pasar modal disebut efek, yaitu surat berharga yang berupa:
(1) saham,
(2) obligasi, (3) bukti right
(4), dan (5) produk turunan
atau biasa disebut
derivative.
Saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan dimana pemiliknya disebut

juga sebagai pemegang saham (shareholder atau stockholder). Bukti bahwa seseorang
atau suatu pihak dapat dianggap sebagai pemegang saham adalah apabila mereka sudah
tercatat sebagai pemegang saham dalam buku yang disebut Daftar Pemegang Saham
(DPS).
Obligasi (bonds) adalah tanda bukti perusahan memiliki utang jangka panjang kepada
masyarakat yaitu diatas 3 tahun. Pihak yang membeli obligasi disebut pemegang
obligasi (bondholder) dan pemegang obligasi akan menerima kupon sebagaipendapatan
dari obligasi yang dibayarkan setiap 3 bulan atau 6 bulan sekali.
Bukti right adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam jangka waktu
tertentu. Hak membeli itu dimiliki oleh pemegang saham lama, harga tertentu di sini
berarti harganya sudah ditetapkan di muka dan biasa disebut harga pelaksanaan atau
harga tebusan (strike price atau exercise price).
Waran adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam jangka waktu
tertentu. Waran tidak saja dapat diberikan kepada pemegang saham lama, tetapi juga
sering diberikan kepada pemegang obligasi pada saat perusahaan menerbitkan obligasi.
Harga tertentu berarti harganya sudah 27 ditetapkan di muka sebesar di atas harga
pasar saat diterbitkan. Jangka waktu tertentu berarti setelah 6 bulan, atau dapat setelah
3 tahun, 5 tahun, atau 10 tahun http://eprints.undip.ac.id/35011/1/Skripsi_16.pdf

DUK INVESTASI LAINNYA

MODUL TRAINING OF TRAINER KEUANGAN SYARIAH