PASAR MODAL SYARIAH DI INDONESIA

PASAR MODAL SYARIAH DI INDONESIA
Esai Kritis

Nama

: Chita Arifa Hazna

NPM

: 1406536221

Indonesia mengenal Pasar Modal Syariah kurang lebih sudah dua dekade, namun
kenyataannya belum sepopuler lembaga keuangan lain. Hal ini kemudian menjadi
pertanyaan, mengapa perkembangan Pasar Modal Syariah begitu lambat dibandingkan
dengan yang konvensional.
Mungkin, jika kita tarik benang merah secara awam, maka permasalahnnya akan tampak
terletak pada kata “syariah” itu sendiri, di mana banyak yang menganggap hal ini merupakan
salah satu upaya Islamisasi yang kemudian dihindari. Namun, bukankah mayoritas penduduk
Indonesia beragama Islam? Bukankah justru sisten syariah harusnya menjadi kewajaran?
Jika kita kaji kembali, kita akan temukan beberapa permasalahan yang sebenarnya
fundamental, namun seringkali kurang diperhatikan. Permasalahan tersebut anatara lain:

sumber daya manusia, sosialisasi, dan regulasi. Di sini, saya tidak akan membahas semua hal
secara detil, namun akan memberikan penjelasan di permukaan dan menawarkan solusisolusi yang sekiranya dapat diperhatikan.
Sebelumnya, saya akan memberi penjelasan sedikit tentang apa itu Pasar Modal Syariah,
sebagai pengantar saja. Bahwa, yang dimaksud dengan Pasar Modal Syariah adalah kegiatan
yang bersangkutan dengan jual-beli surat berharga yang menganut prinsip-prinsip syariah.
Prinsip syariah yang dimaksud adalah prinsip yang tidak bertentangan dengan Al-Quran dan
Al-Hadits, karena sesungguhnya Allah swt memerbolehkan segala bentuk kegiatan yang
bersifat muamalah kecuali yang jelas-jelas dilarang, seperti gharar , maysir , dan riba .
Mengenai perbedaannya dengan Pasar Modal Konvensional, terdapat tiga hal utama yang
berhasil saya temukan, yaitu berkenaan dengan 1) Bunga, 2) Produk Usaha, dan 3) Short
1

Selling. Tentunya, Pasar Modal Syariah tidak mengenal sistem bunga, produk usahanya harus

halal, dan dilarang melakukan short selling. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam Pasar
Modal Syariah adalah kejelasan objek (halal, spesifik, bermanfaat), sistem bagi hasil,
menghindari maysir dengan melakukan transaksi dengan mata uang yang sama, akad yang
jelas, tidak boleh mengambil resiko melebihi kemampuan, dan tidak boleh mengganggu
mekanisme pasar baik dari segi demand maupun supply.
Permasalahan berkenaan dengan lambatnya pertumbuhan Pasar Modal Syariah

Sebagaimana telah saya singgung di depan, bahwa permasalahan yang dapat dikatakan
fundamental adalah tentang kurangnya sumber daya manusia (baik secara kualitas maupun
kuantitas), kurang gencarnya sosialisasi dan infiltrasi ke masyarakat, dan regulasi yang masih
minim.
Kurangnya sumber daya manusia dalam kancah Pasar Modal Syariah disebabkan oleh masih
belum gencarnya pendidikan baik profesi maupun teori Pasar Modal Syariah di perguruan
tinggi. Meski sudah ada, namun tampaknya tidak semua perguruan tinggi memasukkan
kurikulum Pasar Modal Syariah. Pendidikan profesi Pasar Modal Syariah bahkan baru
didapat ketika seseorang akan mendaftar atau ditempatkan untuk bekerja di bidang Pasar
Modal Syariah. Dan untuk mengatasi kurangnya kuantitas sumber daya manusia, biasanya
ditarik orang-orang yang sudah mengerti Pasar Modal terlebih dahulu, kemudian baru belajar
prinsip syariah dan/ atau orang-orang yang sudah mengerti prinsip syariah namun belum
paham tentang Pasar Modal. Karenanya, pada akhirnya sebelum benar-benar terjun di dunia
Pasar Modal Syariah, seseorang akan ditempa dulu secara singkat, atau bahkan belajar sambil
bekerja.
Mengenai kurangnya sumber daya manusia ini, saya berpendapat bahwa pendidikan Pasar
Modal Syariah harus tegas dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan, bahkan sejak
Sekolah Menengah Pertama (SMP/ sederajat), Sekolah Menengah Atas (SMA/ sederajat)
hingga perguruan tinggi (khususnya konsentrasi ekonomi, bisnis, manajemen, administrasi,
dan hukum).

Permasalahan berikutnya adalah tentang kurangnya sosialisasi dan infiltrasi ke masyarakat.
Bahwasanya masyarakat lebih mengenal konsep pasar modal konvensional adalah sebuah PR
bagi Pemerintah untuk terus membumikan prinsip syariah dalam segala bentuk transaksi yang
dilakukan oleh umat Muslim. Mungkin dapat diperkenalkan portal belajar gratis di internet,
2

perangkat lunak yang dapat diakses secara online maupun offline (aplikasi pada ponsel, dsb),
Galeri Pasar Modal Syariah Online, Galeri Pasar Modal Syariah di kampus-kampus, dsb.
sehingga semua lapisan masyarakat dapat mudah berinvestasi atau belajar berinvestasi di
Pasar Modal Syariah.
Tidak hanya ditujukan pada masyarakat, perusahaan yang menerbitkan efek pun juga harus
diperkenalkan lebih gencar. Pada saat ini masih segelintir perusahaan saja yang masuk dalam
indeks saham syariah seperti Jakarta Islamic Index (JII). Perusahaan-perusahaan masih
berpikiran bahwa sistem yang konvensional lebih menguntungkan, lagipula masih banyak
juga investor dan emiten yang belum tertarik. Padahal, tingkat resikonya cukup rendah
dibandingkan dengan pasar modal konvensional. Maka dari itu, saya berpendapat bahwa
harus diperbanyak indeks saham syariah semacam JII sehingga investor memiliki lebih
banyak pandangan mengenai emiten-emiten yang dapat dipercaya dan emiten juga akan turut
berlomba-lomba untuk tampil di jajaran teratas indeks saham syariah.
Produk-produk Pasar Modal Syariah juga harus lebih gencar disosialisasikan, baik bentuknya,

resikonya, keuntungannya, akadnya, dsb. Hal ini menjadi penting mengingat ada beberapa
perbedaan secara khusus berkenaan dengan produk, khususnya akad-akad yang meliputinya.
Akad dalam Pasar Modal Syariah merupakan salah satu perbincangan sendiri, karena berbeda
akad, berbeda perlakuannya. Selain itu, istilah-istilah yang berbahasa Arab juga belum terlalu
dikenal oleh masyarkat, sehingga mungkin perlu ada Guide Book berkenaan dengan istilahistilah seputar Pasar Modal Syariah, dan ini juga sedikit banyak menyangkut tentang regulasi
Pasar Modal Syariah di Indonesia.
Regulasi Pasar Modal Syariah di Indonesia bahkan belum dalam bentuk Undang-Undang.
Undang-undang yang ada, yaitu UU No. 8 tahun 1995 mengatur Pasar Modal secara umum,
sedangkan Pasar Modal Syariah terpecah dalam UU yang khusus berbicara tentang
produknya, yaitu UU No. 19 tahun 2008 tentang SBSN/ Sukuk, Fatwa DSN MUI yang
sifatnya tidak mengikat seperti UU, kemudian dikenal ada Peraturan BAPEPAM LK dan
Peraturan OJK yang fungsinya sebagai aturan pelaksana. Di sini saya berpendapat bahwa
akan lebih nijak jika pengaturan Pasar Modal Syariah dikodifikasikan ke dalam sebuah
Undang-Undang yang di dalamnya berisi tentang Pasar Modal Syariah secara umum, istilah,
akad, produk, mekanisme, dan yang terpenting harus ada deskripsi atau pasal yang berbicara
tentang apa yang membedakannya dengan pasar modal konvensional. Pembuatan UndangUndang penting dalam rangka menegakkan kedudukan Pasar Modal Syariah yang legal
3

berdiri di Indonesia. Demikian pula dengan lembaga keuangan syariah lainnya, yang arus ada
sandaran kuat secara hukum dalam beroperasi di Indonesia, sehingga dapat dipercaya oleh

publik dan memfasilitasi masyarakat beragama Islam khususnya dalam mencapai
kesejahteraan hidup dengan berkegiatan ekonomi yang tidak bertentangan dengan hukum
Islam.
Kesimpulan
Dengan diketahui apa yang menjadi permasalahan mengapa pertumbuhan Pasar Modal
Syariah di Indonesia kurang pesat, yang menurut saya berkutat pada masalah-masalah
mendasar, yaitu SDM, sosialisasi, dan regulasi, maka perlu ada break-down masalah-masalah
tadi yang kemudian harus segera dicarikan solusinya.
Sebagaimana telah saya baca Roadmap Pasar Modal Syariah 2015-2019 yang diterbitkan
oleh OJK, OJK telah memiliki beberapa upaya yang telah direncanakan dengan matang
dengan adanya timeline untuk mencapai target-target yang diinginkan. Namun demikian, saya
rasa perlu ada sinergi dengan banyak pihak juga untuk dapat menyukseskan roadmap OJK ini
dalam berbagai cara, baik berupa tulisan-tulisan ilmiah, kemauan berinvestasi di Pasar Modal
Syariah, Undang-Undang, dan institusi pendidikan.

***

Referensi
Direktorat Pasar Modal Syariah OJK. Roadmap Pasar Modal Syariah 2015 – 2019. Jakarta.
Karim, Iswahjudi A. 2015. Paper dengan judul: Aspek Hukum Pasar Modal Syariah. Jakarta.

Kuliah Hukum Ekonomi Islam tentang Pasar Modal Syariah pada tanggal 3 November 2011
oleh Ibu Wirdyaningsih.
Presentasi tentang OJK, Pasar Modal Syariah, dan IKNB Syariah dalam Kuliah Informal
Hukum Ekonomi Syariah (KIHES) 21 November 2015 oleh Bapak Arif Machfoed.

4