IMAJI JAN 2015 NARATAMA

“The Dream Factory”
Sebuah Kajian Program Studi Film dan Televisi
Naratama Rukmananda
naratamatv@gmail.com

Suatu hari seorang teman, dosen di sebuah perguruan swasta, mengirimkan pesan lewat Whatsapp,
“Bro, info donk. Bagaimanakah pendidikan ilm dan televisi di perguruan tinggi di Amerika? Apakah
studi ini menjadi bagian dari Departemen Komunikasi (Communication Department)? Atau Media
( Jurnalistik)? atau Departemen Seni (Arts)?”. Mendengar pertanyaan ini saya sempat terdiam. What’s
going on? Saya jawab, “Di Amerika, jurusan Film dan Televisi umumnya berada di bawah Arts
Department, not under Communication Department”, jawab saya singkat. Lalu saya terdiam. Bukankah
di Indonesia hanya ada satu kampus yang mempunyai Fakultas Film & Televisi? Yaitu FFTV, Institut
Kesenian Jakarta (IKJ). Lalu bagaimana dengan kampus-kampus lain? Apakah mereka mengajarkan
Film Studies? Atau hanya mengajarkan Film Production dan Video Production?
Saya jadi ingat, hampir setahun lalu saya sempat
berkunjung ke kampus New York Film Academy
(NYFA), Union Square, New York. Sekilas
kampus ini hampir serupa namun tak sama
dengan FFTV IKJ. Gedung yang terletak di
tengah kota, hanya beberapa blok dari toko buku
seni, Strand Book Store, tampak biasa-biasa saja

dari luar. Tapi ketika kita masuk, nuansa dan aura
Production sangat terasa. Tidak terlalu kotor tapi
tidak terlalu bersih. Ruangan kelas yang nonformal, gedung pertunjukan ilm yang kuno dan
artistik, serta kesibukan mahasiswa lalu-lalang
sambil membawa kamera video digital, DSLR
hingga Red Camera. Inilah dunia nuansa kreatif
yang dibangun dikampus NYFA, agar mahasiswa
terus bereksplorasi menciptakan karya seni ilm
dan video. Dengan motto “Hands-on Acting &
Film School”, NYFA mempunyai 16 program
studi untuk S1 dan S2 yang sesuai dengan minat
mahasiswa, mulai dari Film School, Photography
School, Acting School, Producing School, Musical
heatre School, Documentary
Film Making,
Cinematography School hingga ke Broadcast
Journalism School. Kalau kita kaji lagi, ada
hal yang sangat unik. NYFA sebagai Akademi
khusus Acting & Film, justru mempunyai jurusan
Broadcasting Journalism School yang biasanya

berada di ranah ilmu komunikasi (Communication
Science) bukan Film dan Cinematography.
Keunikan ini menjadikan pendidikan Journalism
ala NYFA menjadi khas dan cukup kuat karena
programnya didesain bukan dengan pendekatan
Edisi 6 No. 1 Juli 2013

ilmu Jurnalistik saja tetapi dengan pendekatan
Ilmu Film Dokumenter. Hal ini dituliskan oleh
NYFA dalam informasi tentang program: “As
journalism continues to evolve in the 21st century,
students enrolling in a short workshop or one-year
program study the changing role of investigative
journalists and digital reporters and learn how to
research, write, shoot, produce, edit, and appear
on camera in the creation of original reports and
segments”. And yes, inilah yang dibutuhkan
dunia saat ini. Lulusan jurnalistik bukan hanya
mempunyai skill untuk riset, menulis dan
menjadi reporter saja. Tapi harus mampu untuk

shoot, appear and edit! Hasilnya, mereka siap
untuk menjadi Video Journalist, sebuah profesi
jurnalistik independen yang sedang mewabah di
seluruh dunia.
Sementara itu, di kampus-kampus universitas
lain, khusus untuk Program Studi Televisi atau
Video Production, telah berkembang sebuah
jurusan baru yaitu Communication Media dan
Media Arts. Kedua jurusan ini berdiri sendiri
dan tidak berada di bawah Departemen Ilmu
Komunikasi yang membawahi Major Jurnalistik,
Public Relation, Advertising dan Komunikasi
politik. Di kampus Montgomery College (MC)
misalnya, sebuah akademi komunitas di kota
Rockville negara bagian Maryland, Program
Studi atau Jurusan Video Production berada di
bawah Departemen Media Arts & Technology

Jurnal IMAJI | 41


bukan di bawah Department of Communication
Studies. Mongomery College (MC) yang hanya
menyelenggarakan program Diploma D1 dan
D2 ini mempunyai kelas untuk animasi, web,
desain grais, fotograi dan broadcast media.
Lulusan dari MC dapat mentransfer kredit ke
universitas yang lebih besar di wilayah Maryland
seperti University of Maryland di College Parkdan
Townson University di kota kecil Townson dekat
pelabuhan Baltimore.
Selanjutnya kalau mahasiswa lulus dari MC
dan ingin melanjutkan ke jenjang S1 atau B.A
(Bachelor of Arts) / B.S (Bachelor of Science) di
Townson University, mereka mempunyai 2
pilihan program studi yaitu Communication
Studies dan Electronic Media & Film. Keduanya
mempunyai perbedaan baik dari sisi pengajaran
maupun output kelulusannya. Perbedaannya
adalah sebagai berikut:
• Communication Studies

Degree : B.A, B.S
Major : Communication Studies
Combined Major : Communication Studies
and Political Science
• Electronic Media and Film
Degree : B.A, B.S
Major : Electronic Media and Film
Concentration :
Film and Media Studies
Film/Video/Digital Media
Radio/Audio
Bagi para calon mahasiswa, pilihan Program
Studi ini memberikan kesempatan bagi mereka
untuk menentukan arah pendidikan, karir serta
profesi dibidang komunikasi, sehingga mereka
tidak terjebak memilih Program Studi yang tidak
sesuai dengan minatnya.
Dari perbandingan antara New York Film Academy,
Montgomery College dan Townson University di
atas, maka kita dapat melihat bahwa terminologi

“Program Studi” untuk Film dan Televisi tidaklah
baku, tidak kaku dan bersifat dinamis. Televisi
yang biasanya berdiri sendiri, telah berasimilasi
dan berubah menjadi Program Studi Media Arts
atau Digital Media atau Video Arts. Ini sesuai
dengan perkembangan industri digital dimana
penyiaran televisi bukan lagi menjadi monopoli
media sentral tapi menjadi milik publik dan
Edisi 6 No. 1 Juli 2013

personal. Sementara itu untuk Program Studi
Film, juga telah berkembang dengan begitu pesat,
menjadi Program Studi Film, Film Production
dan Digital Cinematography.

Salah satu universitas yang membedakan
Program Studi Film, Film Production dan Digital
Cinematography adalah Full Sail University di
kota Orlando, negara bagian Florida. Full Sail
adalah salah satu universitas di Amerika yang

mendesain Program Studi dengan beradaptasi
pada perkembangan media industri digital.
Kampus seni yang baru saja mengakuisisi LA
Film School di Los Angeles ini, dikenal sebagai
sekolah kreatif yang mempunyai Program Studi
sangat spesiik, khas dan tidak dipunyai oleh
kampus lain. Beberapa program studi yang
menarik selain Film, Film Production dan Digital
Cinematography adalah Event Production, Show
Production, Music Business, Music Production,
Recording Arts, Sport & Marketing Media,
Media Design dan Animation. Menurut Santita
Dwi Putri, MA., lulusan Program Studi New
Media Journalism dari Full Sail University,
“Kampus ini mendidik setiap mahasiswa untuk
mengeksplorasi dunia digital streaming, sehingga
mereka dapat lebih siap memasuki pasar kerja
di industri kreatif ”. Saat ini Santi merasakan
manfaat dari ilmu yang didapat di Full Sail
University dengan bekerja sebagai Multimedia

Specialist dengan spesialisasi di bidang video
production, social media, management dan web
content. Padahal Santi bukan seorang ilmmaker
atau videomaker dan mempunyai latar belakang
sarjana dalam bidang psikologi. Tapi kini justru
menjadi profesional di bidang media digital.

universitas-universitas yang lain? Di Amerika
ada banyak bentuk dan lembaga akreditasi untuk
pendidikan tinggi. Setiap lembaga mempunyai
kualiikasi dan aturan yang berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Bagi universitas yang
diakreditasi oleh lembaga tertentu, belum tentu
akreditasinya akan diterima oleh lembaga lain.
Artinya, setiap universitas mempunyai kebijakan
masing-masing untuk menerima atau menolak
mahasiswa yang mentransfer kredit dari berbagai
universitas. Montgomery College misalnya, adalah
State Owned University, atau universitas negeri
yang statusnya diakui oleh Federal Education

dan Maryland Higher Education Commission,
sebuah komisi pendidikan di negara bagian
Maryland. Mahasiswa dari kampus ini bisa saling
mentransfer kredit mata kuliah. Bahkan mereka
bisa mentransfer kredit ke seluruh State Owned di
seluruh Amerika. Namun hal ini berbeda dengan
New York Film Academy dan Full Sail University.
Kedua universitas ini adalah universitas swasta
yang akreditasinya seharusnya dilakukan oleh dua
lembaga yaitu Accrediting Commission of Career
Schools and Colleges (ACCSC - lembaga akreditasi
untuk pendidikan karir), dan U.S. Department of
Education (Departemen Pendidikan Pemerintah
Amerika). Namun hanya Full Sail University
yang terdaftar dan diakreditasi oleh ACCSC,
sedangkan New York Film Academy justru
diakreditasi oleh lembaga lain, yaitu National
Association of Schools of Art and Design (NASAD).
Dan bukan hanya New York Film Academy saja,
banyak sekali kampus-kampus lain dalam bidang

seni yang mengajarkan Film dan Televisi, juga
Radio, mendapatkan akreditasi dari lembaga
seni sesuai dengan bidangnya dan tidak harus
dari lembaga komisi nasional. Beberapa contoh
adalah LA Film School, California Institute of the
Arts, University of Southern California dan he
Arts Insititute yang diakreditasi oleh lembaga di
negara bagian masing-masing. Ini juga terjadi
pada kampus he Arts Insitute di beberapa kota
di Amerika. Akreditasi kampus ini disesuaikan
dengan lembaga dari negara bagian masingmasing, misalnya he Arts Institute di Houston,
Texas diakreditasi oleh Texas Higher Education
Coordinating Board, dan ini berbeda dengan he
Arts Institute di Washington DC yang mengikuti
aturan di Washington DC.

Lalu, apakah Full Sail ini mempunyai status
yang diakui oleh pemerintah Amerika? Lalu
bagaimana dengan status akreditasi dari


Lalu kembali ke Full Sail University, apakah
lulusan Full Sail bisa mentransfer kredit ke New
York Film School? Atau ke Townson University dan

Perbedaannya adalah
• Program Studi Film lebih fokus pada kajian
ilm dan penyutradaraan.
• Program Studi Film Production mempunyai
ruang pendidikan untuk membangun
kemampuan teknis atau skill di bidang
produksi seperti kamera, penulisan skenario
dan editing.
• Digital Cinematography, fokus kepada
pendidikan ilm digital yang self production dan
bisa menghasilkan karya-karya independen.

Jurnal IMAJI | 42

Edisi 6 No. 1 Juli 2013

Montgomery College? Bisa saja, karena seluruh
kebijakan menerima mahasiswa adalah otoritas
dari kampus masing-masing, bukan menjadi
urusan Departemen Pendidikan. Pada akhirnya,
kualitas lulusan sangat ditentukan oleh kualitas
pendidikan di kampus masing-masing, bukan
urusan pemerintah atau urusan akreditasi. Jadi,
siapapun, dari kampus manapun yang lulus di
Amerika bisa mendafar masuk ke universitas
lain asalkan bisa memenuhi persyaratan khusus
seperti Graduate Record Examination (GRE)
Test atau Port Folio Karya dan diterima oleh
universitas tersebut.
Kembali ke pertanyaan, apakah Program Studi
Film dan Televisi masuk di bawah Fakultas
Komunikasi? Dengan melihat studi perbandingan
di kampus-kampus Komunikasi, Film, Media
dan Arts di Amerika, maka kita bisa memahami
bahwa desain pendidikan Ilmu Komunikasi
sangat berbeda dengan desain pendidikan untuk
Film dan Televisi. Kalau Ilmu Komunikasi secara
akademis dapat dirumuskan sebagai ilmu yang
berhubungan dengan komunikasi antar manusia
(Human Communication) dalam memahami
bentuk-bentuk simbol yang disampaikan melalui
media, maka Film dan Televisi adalah Media yang
menyampaikan simbol-simbol tersebut. Media
ini terbagi dua yaitu Media Seni dan Media
Jurnalistik. Dalam kaidah Media Seni, maka
produksi ilm, sinetron, video musik, dokumenter,
variety show dan hiburan adalah bagian dari
eksplorasi kreatif seni yang terbentuk melalui
proses penciptaan. Dengan kata lain, untuk
menghasilkan karya seni ini perlu digunakan
nalar, imajinasi dan insting secara kreatif agar
penciptaan itu bisa disosialisasikan dan dipahami
oleh publik secara umum. Semuanya ini
termasuk dalam ranah Arts atau penataan Seni
yang mengagungkan nilai artistik sebagai wujud
dalam karya seni itu sendiri.
Penulis kritik ilm Fred Yager dan penulis skenario
Jan Yager dari New York, mengkategorikan dunia
pendidikan ilm sebagai “he Dream Factory
(Pabrik Impian)” dalam tulisannya di buku
“Career Opportunities in Film Industry”. Buku
yang menjadi pegangan bagi mahasiswa Film
dan Televisi ini memberikan pencerahan tentang
bagaimana mencari peluang untuk berkarir bagi
mahasiswa lulusan Film dan Televisi (Media).
Fred dan Jan, mengkaji bahwa lebih dari 75 Jenis
Profesi Karir dalam Film dan Televisi. Mulai dari
Jurnal IMAJI | 43

Produser, Asisten Produser, Sutradara, Editor,
Costume Designer, Property Master, Set Decorator,
Story Board Artists, Visual Efect Producer, Film
Organizer hingga ke Film Distributor. Seluruh
bidang ini memprioritaskan pada mahasiswa
lulusan Film, Video, Televisi, Graphic dan
Media, bukan dari ilmu Komunikasi. Mengapa?
Karena industri Film dan Televisi adalah industri
Impian (dream industry) yang membutuhkan para
kreator-kreator kreatif yang mampu menciptakan
sebuah karya visual, dengan creative skill yang
selalu dinamis dan melawan arus konservatiitas.
“So, if your dream is to work in the dream factory or
feature ilm industry, then now is as good a time as
any start to make your dream come true”, tulis Fred
dan Jan.
Sementara itu, Media Jurnalistik mempunyai
ilosoi yang berbeda di mana kaidah-kaidah
otensitas berita yang harus aktual dan faktual
menjadi unsur paling utama dalam membangun
kepercayaan publik pada komunikasi yang
dijalankan, bukan pada otensitas penciptaan
karya seni yang seringkali tidak aktual dan
faktual. Untuk itulah, Media jurnalistik secara
struktur lebih dekat dengan Ilmu Komunikasi
yang dapat bersentuhan bidang Kehumasan
(Public Relations) dan Periklanan (Advertising).
Ini sesuai dengan keunggulan dari Ilmu
Komunikasi dalam bidang hubungan antar
manusia tanpa harus terintervensi oleh pengaruh
dunia imajinatif dari karya Film dan Televisi.
Namun demikian, diantara struktur Media
Jurnalistik ini masih terdapat kelenturan aplikasi
ilmu secara dinamis di mana Media Seni dapat
berasimilasi secara artistik untuk membangun
unsur-unsur keindahan yang menghibur bagi
publik. Misalnya, kantor berita CNN (Cable
New Network), yang menyampaikan pesan-pesan
informasi aktual dan faktual dengan kreativitas
Media Arts. Mulai dari Station ID, Bumpers,
Moving Caption, Weather Reports, News Gimmick,
Trivia Quiz, Teasers dan sebagainya, di produksi
dengan 3D Animation, Graphic Design dan Multi
Layers Film Editing yang datang dari Media Arts,
bukan dari Media Jurnalistik. Artinya, CNN
harus menggunakan tenaga-tenaga ahli kreatif
dari produksi Film dan Televisi (Media) untuk
menyampaikan berita, agar CNN tetap diminati
oleh publik. Dan ini berlaku untuk seluruh
media digital channel yang jumlahnya puluhan
ribu diseluruh dunia. Lihat saja, ESPN, MTV,
VH1, BET, Discovery Channel, Cartoon Network
Edisi 6 No. 1 Juli 2013

hingga ke Book Channel dan Home Shopping
Channel semuanya memerlukan para kreator
lulusan produksi Film dan Televisi (Media).
Ini juga terjadi di industri Televisi Indonesia di
mana para pekerja stasiun televisi nasional, lokal,
kabel dan website merekrut lulusan bidang Film
atau Televisi sebagai creative people to deliver the
messages.
Atas dasar itulah, maka kampus-kampus di
Amerika Serikat yang mempunyai Program
Studi di bidang Media Seni yaitu Film, Televisi
dan Media Arts cenderung untuk berdiri sendiri
dan tidak berada di bawah Departemen Ilmu
Komunikasi. Program studi ini dapat berdiri
sendiri sebagai Departemen Film & Video Arts
atau Departemen Film & Digital Media, atau
menjadi jurusan dalam bentuk School of Digital
Arts atau School of Film & Video Production.
Mereka juga mempunyai kebebasan untuk
beradaptasi dengan kecepatan industri digital
yang terus berubah dalam hitungan detik. Konsep
pengajaran yang lebih aplikatif dengan dasardasar teori produksi ilm dan televisi yang selalu
sama di seluruh dunia, menghasilkan para lulusan
yang dapat beradaptasi bahkan berevolusi dengan
kemajuan jaman. Pilihan-pilihan pembagian
Program Studi semakin sempit dan fokus pada
profesi yang membutuhkan keahlian dan talenta
tertentu. Program-Program Studi seperti Event
Production, Game Arts, New Media Journalism,
Creative Writing dan Digital Cinematography
adalah beberapa contoh pengembangan yang bisa
dan harus dilakukan di Fakultas Film, Televisi dan
Media. Hal ini akan membantu para mahasiswa
untuk lebih mudah dalam menentukan profesi
dan karir di masa depan.

berubah menjadi pendidikan formal akademis
dengan genre ilmu Komunikasi dan jauh dari
penciptaan karya seni. Kalaupun itu terjadi,
maka dunia pendidikan Film dan Media Arts
Indonesia justru mengalami kemunduran pesat
dan menjadikan para lulusannya kehilangan arah.
Hasilnya? “he Dream Factory” akan berubah
menjadi “he X Factor”, yang penuh misteri dan
tanda tanya.

Naratama @tvjunkiest
Producer / International Broadcaster, Voice Of America
(VOA), Washington DC, Amerika Serikat. Pengajar
kuliah online untuk Digital Media and Entertainment.
(tulisan ini adalah pemikiran pribadi bukan mewakili
institusi)

References
• “Career Opportunities in he Film
Industry”, Fred Yager & Jan Yager,.
Checkmark
• Books. New York. 2003
• “Get on TV!”, Jacquie Jordan. Sourcebooks,
Inc. 2006
• “Menjadi Sutradara Televisi dengan
Single & Multi Camera”, Naratama.
GrasindoGramedia. Jakarta, 2013.
• New York FIlm Academy - http://www.
nyfa.edu/
• Montgomery
College
www.
montgomerycollege.edu/
• Full Sail University - www.fullsail.edu
• Townson University - www.towson.edu/
• LA Film School - www.lailm.edu/

Melihat perbandingan dari kajian pendek di
atas ini, sudah sewajarnya Program Studi atau
Fakultas untuk Film dan Televisi di Indonesia
harus terus dipertahankan. Bahkan program ini
bisa dikembangkan menjadi menjadi Film &
Media Televisi, atau Film & Media Seni (Media
Arts), atau Film & Digital Media. Semuanya
bebas bergerak, cepat dan dinamis sesuai dengan
kelenturan perkembangan industri media yang
semakin personal dan terus berubah dengan
tingkat ekploitasi teknologi digital yang sangat
maju. Tentunya dengan catatan, Program Studi
ini tidak berada di bawah ranah Departemen
Ilmu Komunikasi atau jurusan Ilmu Komunikasi
agar pendidikan Film dan Televisi (Media) tidak
Jurnal IMAJI | 44

Edisi 6 No. 1 Juli 2013

Jurnal IMAJI | 45