A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA | Bowo Sugiharto | Pendidikan Biolog

JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI
Volume 7,Nomor 2
Halaman 16-27

Mei 2015

STUDI KOMPARASI INSTAD DIPADU MIND MAP
DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS BIOLOGI
SISWA KELAS XI IPA SMAN 4 SURAKARTA

A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND MAP
VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER LEARNING
CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF THE
STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA

Yekti Nur Utami a, Riezky Maya P. b, Bowo Sugihartoc
a)

Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: [email protected]
b)

Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: [email protected]
c)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: [email protected]

ABSTRACT- This research is aimed to compare the two models; INSTAD supported by

mind map visualization and the conventional teachered center in term of their capabilities in
improving student’s analytical thinking.
Quasy experimental paradism of research is followed with Posttest Only with Nonequivalent Groups Design. The population in this research was all of the student at the XI
Science Class in SMA N 4 Surakarta, at the academic year of 2012/2013. The whole population
consist of 188 students that are dispersed within 6 classes. Samples are taken in a group of
student (cluster sampling method). The data are collected upon the samples taken using the
instrument sheet of examining the analytical thingking capability.
The result shows that the mean value of the analytical thingking in the experimental
group (74,00) is greater than in the comparison one (60,63). The learning in experimental group
using INSTAD supported by mind map could practice the student’s cognitive skill so that the
student’s analytical thinking competence could develop. It could not be found in the control
group which the learning use conventional method.
It can be concluded that INSTAD supported mind map visualization is better than
conventional teachered center learning.

Keywords: INSTAD, Mind Map, Biological Analytical Thinking Competency.

16

Yekti Nur Utami- A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND
MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER
LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF
THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
pengalaman

PENDAHULUAN
Sains
sistematis

merupakan

yang

diperoleh


belajar

untuk

memahami

pengetahuan

konsep dan proses sains. Dalam proses

dari

pembelajarannya,

suatu

Biologi

tidak


hanya

observasi, penelitian, dan uji coba yang

disampaikan secara teoritis melalui hafalan

mengarah pada penentuan sifat dasar atau

dan ingatan konsep saja, melainkan juga

prinsip sesuatu yang sedang diselidiki dan

melalui praktik langsung baik di lapangan

dipelajari (KBBI, 2007). Dalam dunia

maupun di laboratorium. Pembelajaran

pendidikan, sains atau IPA menjadi mata


yang demikian hendaknya dapat membantu

pelajaran wajib mulai dari tingkat sekolah

siswa

dasar hingga sekolah menengah. Hal ini

mereka sendiri dan tidak hanya sekedar

diharapkan

menerima informasi saja.

agar

sains

dapat


menjadi

dalam

membangun

pengetahuan

untuk

Umumnya, pembelajaran Biologi

mempelajari diri sendiri dan alam sekitar,

saat ini masih berorientasi pada produk,

serta dapat menerapkannya lebih lanjut

yaitu pengetahuan akan konsep saja dan


dalam kehidupan sehari-hari.

belum berorientasi pada proses. Guru

wahana

bagi

peserta

didik

Hakikat pembelajaran sains adalah

menerapkan

metode

pembelajaran


menekankan pembelajaran pada proses,

konvensional yaitu metode ceramah dan

produk, dan sikap. Sains berkaitan dengan

bersifat monoton. Ketika pembelajaran

cara mencari tahu (inquiry) tentang alam

berlangsung, siswa hanya menerima materi

secara sistematis, sehingga sains bukan

yang disampaikan guru. Pembelajaran yang

hanya

demikian


sebagai

penguasaan

kumpulan

kurang

mengembangkan

pengetahuan yang berupa fakta, konsep,

kemampuan berpikir siswa, salah satunya

atau prinsip saja, tetapi juga merupakan

yaitu

suatu proses penemuan (Permendiknas No.


Berpikir analitis sangat penting dalam

22, 2006). Pada proses pembelajarannya,

pembelajaran Biologi karena materi yang

sains tidak terlepas dari kegiatan hands on

terkandung dalam Biologi menuntut siswa

dan minds on, yaitu peserta didik dapat

untuk dapat memecahkan masalah yang

melakukan kegiatan yang menggunakan

ditemui dalam kehidupan. Pembelajaran

kemampuan berpikir


Biologi saat ini hanya menuntut siswa

dan keterampilan

berpikir

analitis.

dengan hafalan tentang konsep atau fakta

praktik.
Biologi sebagai salah satu bagian
dari

kemampuan

sains

menyediakan

berbagai

saja, tanpa memberi kesempatan siswa
untuk menemukan konsepnya sendiri. Hal
17

Yekti Nur Utami- A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND
MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER
LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF
THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
ini tidak sesuai dengan Permendiknas No.

menggunakan

22 tahun 2006 yang menyebutkan bahwa

pembelajaran

mata

model inkuiri terbimbing ini guru hanya

pelajaran

melalui

Biologi

kemampuan

dikembangkan

berpikir

analitis,

inkuiri

pada

sebelumnya.

memberikan

secara

proses
Penerapan

terbatas

isyarat

induktif dan deduktif untuk menyelesaikan

petunjuk atau pertanyaan pancingan agar

masalah yang berkaitan dengan peristiwa

siswa

alam sekitar.

permasalahan beserta pemecahannya. Di

dapat

menemukan

sendiri

samping

beberapa

dikembangkan melalui penerapan model

inkuiri

terbimbing

pembelajaran yang inovatif yang dapat

kelemahan. Pada kelas yang heterogen akan

mengoptimalkan seluruh potensi siswa.

tercipta suasana belajar

Salah satu model pembelajaran inovatif

kompetitif, sehingga dimungkinkan terjadi

yang dapat mengembangkan kemampuan

persaingan antara siswa yang lebih cepat

berpikir analitis adalah model pembelajaran

memahami materi dengan siswa yang

INSTAD

model

lambat memahami materi. Keadaan yang

pembelajaran aktif inkuiri yang dipadu

demikian akan membuat tidak meratanya

dengan model pembelajaran kooperatif tipe

pemahaman siswa di dalam kelas, sehingga

STAD.

siswa yang paham materi pelajaran akan

Kemampuan berpikir analitis dapat

yang

Model

merupakan

pembelajaran

inkuiri

kelebihan

tersebut,

juga

memiliki

yang bersifat

semakin paham begitu juga sebaliknya.

dirancang untuk mengajak siswa terlibat

STAD (Student Team-Achievement

secara langsung ke dalam proses ilmiah

Division) merupakan tipe pembelajaran

dalam waktu yang relatif singkat. Tahapan-

kooperatif yang dianggap sesuai untuk

tahapan

dipadukan

yang

dikerjakan

pada

model

dengan

inkuiri,

pembelajaran inkuiri menuntut siswa untuk

pembelajaran

mengembangkan kemampuan berpikirnya,

memberikan penilaian pada kinerja secara

salah satunya adalah kemampuan berpikir

kelompok dengan tetap dapat menunjukkan

analitis. Model inkuiri yang sesuai untuk

kontribusi

diaplikasikan

kelompok

dalam

model

gabungan

kooperatif

karena

setiap
(Slavin,

individu
2009).

tersebut

di

dalam
Dengan

tersebut adalah model inkuiri terbimbing.

demikian, penilaian kerja kelompok pada

Model ini termasuk jenis inkuiri yang

model ini dapat melengkapi kekurangan

sederhana

untuk

model inkuiri yang kurang maksimal jika

diterapkan pada kelas yang belum pernah

diterapkan pada kelas yang heterogen.

sehingga

mudah

18

Yekti Nur Utami- A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND
MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER
LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF
THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
Keunggulan

STAD

dengan

proses

INSTAD dapat dipadukan dengan

scaffolding di dalamnya dikombinasikan

mind map (peta pikiran) karena teknik ini

dengan model inkuiri

dapat membantu siswa dalam mencatat dan

dengan prinsip

konstruktivistiknya

merupakan

suatu

memahami materi pelajaran biologi yang

model

yang

dipercaya

dapat

banyak dan kompleks. Peta pikiran adalah

mengembangkan

kemampuan

berpikir

cara kreatif bagi peserta didik secara

analitis siswa pada pembelajaran biologi.
Gabungan model inkuiri dan STAD

individual untuk menghasilkan ide-ide,
mencatat pelajaran

atau merencanakan

mempunyai tahapan kegiatan pembelajaran

penelitian baru. Dengan membuat peta

yang dapat mengakomodasi terciptanya

pikiran, siswa akan menemukan kemudahan

kemandirian siswa dalam belajar untuk

untuk mengidentifikasi secara jelas dan

menemukan

kerja

kreatif apa yang telah mereka pelajari dan

kelompok. Pada model gabungan tersebut,

apa yang mereka rencanakan (Silberman,

siswa

akan

2009). Keuntungan dalam menggunakan

kemampuannya dapat dilengkapi oleh siswa

mind map adalah dapat melihat gambaran

dengan kemampuan tinggi melalui proses

secara menyeluruh dengan jelas, dapat

scaffolding. Proses scaffolding ini dapat

melihat detailnya tanpa kehilangan benang

dilakukan ketika siswa melakukan kerja

merah antar topik, memudahkan dalam

kelompok maupun diskusi kelas. Hasil dari

berkonsentrasi, mudah mengingat karena

diskusi

terdapat penanda visual (Warseno dan

konsep

yang

merasa

kelas

ini

digeneralisasikan
kesimpulan

melalui

yang

terbatas

selanjutnya
menjadi
komprehensif

akan
sebuah

Kumorojati, 2011).

terkait

Beberapa

penelitian

mengenai

dengan materi yang dipelajari. Generalisasi

INSTAD sudah pernah dilaksanakan terkait

atau induksi materi sangat diperlukan untuk

dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

materi Biologi yang kompleks, agar siswa

Namun, salah satu aspek dalam berpikir

dapat

secara

tingkat tinggi yaitu kemampuan berpikir

menyeluruh tentang materi yang sudah

analitis belum pernah diteliti secara lebih

dipelajari. Impelementasinya, ada beberapa

spesifik pada mata pelajaran Biologi.

cara untuk membuat generalisasi atau

Penelitian yang sudah dilaksanakan belum

induksi materi, salah satunya dengan

memadukan model INSTAD dengan teknik

menggunakan teknik pencatatan mind map

pencatatan sejenis mind map. Oleh karena

(peta pikiran).

itu, perlu dilaksanakan penelitian untuk

mempunyai

gambaran

19

Yekti Nur Utami- A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND
MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER
LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF
THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
mengetahui adanya perbedaan kemampuan

menggunakan desain penelitian Post-test

berpikir analitis biologi antara model

Only with Nonequivalent Groups di mana

INSTAD

mind

dipadu

map

dengan

setelah melakukan perlakuan pada salah
satu

pembelajaran konvensional.

kelompok

memilih

eksperimental,

satu

kelompok

peneliti

pembanding

kemudian dilakukan postes pada kelompok

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMA

eksperimental dan kelompok pembanding

Negeri 4 Surakarta pada semester genap

yang sudah dipilih sebelumnya (Creswell,

bulan

2010).

Maret-Mei

tahun

pelajaran

Perlakuan yang akan diberikan

kepada kedua kelompok tersebut adalah

2012/2013.
Subjek penelitian adalah siswa kelas

berupa model pembelajaran, yaitu model

XI IPA SMA Negeri 4 Surakarta berjumlah

pembelajaran

konvensional

188 siswa yang selanjutnya dianggap

INSTAD dipadu mind map.
Model

sebagai populasi penelitian. Pengambilan

dan

pembelajaran

model

INSTAD

sampel dilakukan dengan metode cluster

dipadu mind map diterapkan pada materi

sampling. Sampel yang diperoleh adalah

sistem koordinasi manusia. Materi sistem

kelas

koordinasi manusia meliputi sistem saraf,

XI

IPA

4

sebagai

kelompok

eksperimen yang berjumlah 32 siswa dan

sistem

kelas

Pelaksanaan

pembelajaran

pembanding berjumlah 30 siswa. Penelitian

selama

kali

menggunakan 2 variabel yaitu variabel

pengulangan sintaks INSTAD sebanyak 2

bebas dan variabel terikat. Variabel bebas

kali.

XI

IPA

5

sebagai

kelompok

endokrin,

4

dan

sistem

indera.

dilaksanakan

pertemuan

dengan

model

Teknik pengumpulan data yang

pembelajaran INSTAD dipadu mind map

digunakan dalam penelitian ini adalah

dan pembelajaran konvensional, sedangkan

teknik dokumentasi, teknik tes, teknik

variabel terikat adalah kemampuan berpikir

observasi, dan teknik kuesioner. Teknik

analitis

berpikir

dokumentasi digunakan untuk mendapatkan

analitis biologi meliputi kemampuan untuk

nilai ulangan harian siswa yang akan

membedakan,

digunakan

pada

penelitian

ini

biologi.

adalah

Keterampilan

mengatribusikan,

dan

Penelitian ini ini merupakan quasi
atau

dasar

pembuatan

kelompok STAD. Teknik tes digunakan

mengorganisasikan.

eksperimen

sebagai

eksperimen

semu

untuk

mengukur

kemampuan

berpikir

analitis biologi siswa. Tes yang digunakan
20

Yekti Nur Utami- A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND
MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER
LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF
THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
mind

map

dalam penelitian adalah berupa tes uraian

dipadu

yang terdiri dari soal kognitif dalam

pembanding

tingkatan C4 (analisis). Teknik observasi

konvensional, yaitu metode ceramah bervariasi

digunakan

dengan power point. Perbedaan kemampuan

untuk

keterlaksanaan

kontrol
sintaks

terhadap
INSTAD.

Sedangkan teknik angket digunakan untuk
mengetahui respon siswa terhadap model

pembelajaran

rata-rata nilai tes kemampuan berpikir analitis
biologi kelompok eksperimen lebih tinggi
daripada kelompok pembanding.
Pelaksanaan pembelajaran dikontrol

berupa

melalui

lembar

perangkat pembelajaran, lembar observasi,

sintaks.

Hasil

dan angket telah divalidasi oleh pakar/ahli

menunjukkan bahwa model INSTAD dipadu

baik

secara

mind map telah dilaksanakan dengan baik.

konten/isi. Validasi menggunakan teknik

Deskripsi dari masing-masing keterlaksanaan

judgment experts dengan menggunakan

tersebut adalah sebagai berikut:

secara

penelitian

menggunakan

kelompok

berpikir analitis biologi dapat diketahui dari

pembelajaran INSTAD dipadu mind map.
Instrumen

sedangkan

konstruk

maupun

observasi
rekap

keterlaksanaan

lembar

observasi

rumus dari Gregory (2007) dan dianalisis
dengan bantuan software AN SOFT 1.0

Pada tahap ini, terdapat dua aktivitas

(Kusumadani, 2012).

guru yaitu guru membentuk kelompok

Teknik analisis data yang digunakan
dalam

penelitian

1. Tahap I (Presentasi Guru)

adalah

uji-t.

Uji

t

diskusi

dan

memberikan

pertanyaan

sebagai petunjuk untuk siswa. Kelompok

digunakan untuk mengetahui ada atau

diskusi yang dibentuk terdiri dari 5-6

tidaknya perbedaan yang signifikan dari

anggota

dua variabel yang dikomparasikan. Uji

kemampuan akademik dan jenis kelamin.

prasyarat yang me-nyertai uji t adalah uji

Pada kelas eksperimen terdiri dari 32 siswa

homogenitas dan uji normalitas.

sehingga dapat dibentuk 6 kelompok. Pada

yang

heterogen

dilihat

dari

sub bahasan sistem saraf dan endokrin,
tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil uji t menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan kemampuan berpikir analitis
biologi antara kelompok eksperimen dengan
kelompok pembanding. Pembelajaran pada
kelompok eksperimen menggunakan INSTAD

ini

dilakukan

pada

pertemuan

pertama, sedangkan sub bahasan sistem
indera, tahap ini dilakukan pada pertemuan
ketiga.
Pada
memberikan

pertemuan

pertama,

apersepsi

guru
dengan

menayangkan video horror. Penayangan
video ini dilakukan dengan tujuan dapat
21

Yekti Nur Utami- A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND
MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER
LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF
THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
mengarahkan siswa menuju materi sistem

Pada

pertemuan

pertama,

guru

saraf dan sistem endokrin, karena rasa

membimbing siswa untuk merumuskan

takut yang muncul setelah mengamati

masalah mengenai konsep tentang struktur,

video adalah reaksi dari kerja sistem saraf

fungsi, proses, kelainan/penyakit pada

dan

guru

sistem saraf dan endokrin. sedangkan pada

memberikan pertanyaan sebagai petunjuk

pertemuan ketiga, guru membimbing siswa

siswa, misalnya apa yang kalian rasakan

untuk merumuskan masalah mengenai

setelah melihat video ini? Pertanyaan yang

konsep tentang struktur, fungsi, proses,

serupa juga diberikan hingga siswa paham

kelainan/penyakit

materi apa yang akan dipelajari pertemuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut,

itu.

siswa

endokrin.

Selanjutnya,

Langkah yang serupa juga dilakukan
pada

pertemuan

ketiga,

yaitu

menayangkan

video

proses

terdengarnya

bunyi

oleh

pada

merumuskan

sistem

hipotesis

indera.

yang

didasarkan pada pengetahuan siswa saat

guru

itu, tanpa melalui studi pustaka. Rumusan

kerja

hipotesis

telinga.

Penayangan video ini dilakukan dengan
tujuan dapat mengarahkan siswa menuju

kebenarannya

selanjutnya

dibuktikan

dengan

melakukan

eksperimen.
Guru

memfasilitasi

kegiatan

materi sistem indera. Tahap ini terlaksana

eksperimen siswa dengan menyiapkan

dengan

dengan

media pembelajaran berupa torso organ

antusiasme siswa yang ditunjukkan dengan

sistem koordinasi. Di dalam kelompoknya,

berbagai variasi jawaban siswa. Interaksi

siswa melakukan eksperimen

yang baik antara guru dengan murid ini

mengamati torso organ yang tersedia,

mendukung terlaksananya pembelajaran

menggambar, dan memberi keterangan

yang kondusif.

gambar. Melalui kegiatan pengamatan

baik,

dibuktikan

2. Tahap II (Kerja Kelompok)
Tahap

ini

adalah

torso organ ini, siswa dapat menemukan
tahap

kerja

sendiri konsep tentang struktur penyusun

kelompok meliputi merumuskan masalah,

sistem

merumuskan

pengamatan

eksperimen,

hipotesis,
melaksanakan

dengan

merancang

koordinasi
siswa

manusia.
ini

Hasil

selanjutnya

eksperimen,

dianalisis untuk dibuktikan kebenarannya

menganalisa data dan menguji hipotesis,

dengan melakukan kajian pustaka terhadap

serta

sumber belajar yang tersedia.

membuat

kesimpulan.

Setelah

memahami petunjuk yang diberikan guru,

Pada bagian akhir kerja kelompok ini,

selanjutnya siswa merumuskan masalah

siswa diminta untuk membuat kesimpulan

dengan bimbingan dari guru.

yang diwujudkan dalam bentuk peta
pikiran (mind map).

Peta pikiran hasil
22

Yekti Nur Utami- A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND
MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER
LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF
THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
buatan siswa terlihat sangat variatif. Siswa

tersebut. Dengan demikian, kelompok

mengerjakannya

karton

yang sudah paham akan materi dapat

yang

memberi penjelasan kepada kelompok

komunikatif, dan menggunakan warna

yang belum paham. Tahap ini dapat

yang beragam.

terlaksana dengan baik karena masing-

ukuran

A0,

dalam
dengan

kertas
gambar

Pada tahap kerja kelompok ini, siswa

masing siswa dalam kelompoknya dapat

mampu menerapkan proses scaffolding

menyampaikan

dalam diskusi kelompoknya. Hal ini dapat

dengan sangat maksimal menggunakan

terlihat ketika ada anggota kelompok yang

mind map yang variatif dan menarik.

belum mampu mengidentifikasi organ

hasil

kerja

kelompok

4. Tahap IV (Tes Individu)

penyusun sistem saraf, anggota kelompok

Pada tahap ini guru memberikan tes

yang sudah paham akan memberikan

individu sebagai evaluasi untuk mengukur

penjelasan. Dengan demikian, pemerataan

pemahaman siswa terhadap materi. Tes

konsep akan lebih terjamin dalam satu

individu yang disusun adalah berupa tes

kelompok.

kemampuan

3. Tahap III (Pengulangan)

berpikir

analitis

yang

dikerjakan secara individu.

Tahap pengulangan adalah tahap di

5. Tahap V (Penghargaan kelompok)

mana siswa diminta untuk menyampaikan

Penghargaan kelompok merupakan

hasil kerja kelompok mereka di depan

tahap

kelas. Salah satu point materi yang harus

INSTAD dipadu mind map. Pada tahap ini

disampaikan

guru memberikan penghargaan kepada

adalah

siswa

dapat

cara

kerja

sistem

memperagakan

terakhir

kelompok

dalam

terbaik.

pembelajaran

Kelompok

terbaik

koordinasi yang termasuk di dalamnya

adalah kelompok yang mempunyai skor

sistem saraf, sistem endokrin, dan sistem

tertinggi dalam setiap perkembangannya.

indera.

dilakukan

Penghargaan kelompok diberikan atas

dengan menggunakan torso yang telah

keberhasilan kelompok dalam kekompakan

disediakan. Presentasi dilakukan dengan

kerja kelompok untuk memberi motivasi.

Peragaan

tersebut

bantuan mind map yang sudah dikerjakan
sebelumnya.
Pada

Penerapan model ini terbukti dapat
memfasilitasi siswa dalam mengembangkan

tahap

ini

terlihat

proses

kemampuan berpikir analitis yang mendukung

scaffolding yang terjadi antar kelompok

dalam

saat diskusi kelas. Ketika satu kelompok

berpikir

presentasi,

membedakan,

kelompok

lain

dapat

mengajukan pertanyaan, dan kelompok

pembelajaran
analitis

biologi.

terdiri

dari

Kemampuan
kemampuan

mengorganisasi,

dan

mengatribusikan.

presentator dapat menjawab pertanyaan
23

Yekti Nur Utami- A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND
MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER
LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF
THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
Kemampuan membedakan merupakan

buatan siswa, dapat dilihat bahwa siswa mampu

proses memilah-milah bagian yang relevan dan

membuat

penting dari sebuah struktur. Membedakan

koheren antar konsep tersebut.

berbeda

dengan

memahami,

karena

hubungan

yang

Kemampuan

sistematis

dan

mengatribusikan

membedakan melibatkan proses menentukan

merupakan

bagian-bagian yang sesuai dengan struktur

menentukan sudut pandang, nilai, atau tujuan

keseluruhannya.

mengenai suatu masalah. Siswa berusaha untuk

berbeda

Selain

dengan

itu,

membedakan

membandingkan,

karena

memahami

kemampuan

siswa

permasalahan

yang

untuk

diberikan

membedakan digunakan dalam konteks yang

kemudian membuat kesimpulan tentang sudut

lebih luas untuk menentukan mana informasi

pandang di balik masalah tersebut. Kemampuan

yang relevan atau penting dan mana yang tidak.

mengatribusikan dapat terlihat ketika siswa

Kemampuan membedakan dapat terlihat dari

mampu

aktivitas siswa yang dapat menentukan struktur

kelainan/penyakit

pada

penyusun

manusia

petunjuk

sistem

koordinasi

melalui

pengamatan torso. Siswa mampu memilah-

mengenali

melalui

beberapa
sistem

macam
koordinasi

masalah

yang

diberikan guru.

milah organ apa saja yang termasuk dalam

Model pembelajaran INSTAD dipadu

struktur penyusun sistem saraf, endokrin, dan

mind map dapat memfasilitasi siswa dalam

indera. Siswa mampu menentukan bahwa otak

menemukan dan membangun konsep secara

dan

mandiri. Hal ini terlihat dari aktivitas siswa

sumsum tulang belakang merupakan

struktur

penyusun

sistem

saraf,

kelenjar

pada kegiatan pembelajaran, siswa menemukan

pankreas dan kelenjar timus merupakan bagian

sendiri

penyusun sistem endokrin, serta telinga, mata,

melalui pengamatan torso dan video. Kegiatan

hidung merupakan bagian penyusun sistem

dalam pembelajaran INSTAD dipadu mind map

indera.

dilaksanakan secara berkelompok, di mana
Kemampuan

merupakan

proses

mengorganisasi

tentang sistem koordinasi

siswa melakukan diskusi dalam kelompok

komponen

heterogen. Tujuan dari pengerjaan secara

informasi membentuk sebuah struktur yang

berkelompok ini adalah untuk menciptakan

koheren.

proses scaffolding dalam kelompoknya. Proses

Dalam

membangun
antarpotongan

mengenali

konsep

mengorganisasi,

hubungan
informasi.

yang

siswa

sistematis

berguna

untuk

menjamin

ini

pemerataan konsep sistem koordinasi manusia

terlihat dari aktivitas siswa dalam membuat

dalam satu kelompok. Anggota kelompok yang

berbentuk mind map. Peta

sudah paham akan materi dan konsep pelajaran

pikiran yang dibuat siswa memuat tentang

dapat memberikan tutor sebaya kepada anggota

struktur, fungsi, proses, kelainan/penyakit dari

kelompok lain yang belum paham. Hal ini

sistem koordinasi. Dalam peta pikiran hasil

sesuai dengan Teori Vygotsky (Trianto, 2011)

kesimpulan yang

Kemampuan

scaffolding

24

Yekti Nur Utami- A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND
MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER
LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF
THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
yang menekankan pembelajaran pada aspek

siswa tidak mampu membuat tabel struktur dan

sosial. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental

fungsi organ penyusun sistem koordinasi, dan

yang

siswa tidak mampu menggambar organ sistem

lebih

tinggi

akan

muncul

dalam

percakapan dan kerja sama antar-individu.
Penerapan

INSTAD

koordinasi dengan baik. Kemampuan siswa
dapat

dalam mengenali sudut pandang permasalahan

mengembangkan kemampuan berpikir analitis

juga tidak dapat dikembangkan, ditunjukkan

siswa,

dengan ketidaktepatan siswa dalam menentukan

sebagaimana

diungkapkan

oleh

Nuangchalerm (2009) yang menyatakan bahwa

jenis

inquiry-based

permasalahan yang diberikan guru.

learning

kemampuan

dapat

kognitif,

mendorong

penyakit/kelainan

dari

petunjuk

meningkatkan

Keadaan tersebut menunjukkan bahwa

kemampuan berpikir analitis, dan kepuasan

pembelajaran ceramah bervariasi dengan power

belajar. Hal ini tidak ditemui pada kelompok

point

pembanding

di

kemampuan berpikir analitis siswa. Hal ini

menggunakan

metode

mana

pembelajarannya

mampu

mengembangkan

bervariasi

didukung dengan perolehan skor setiap aspek

dengan power point. Ketika pembelajaran

kemampuan berpikir analitis biologi pada

berlangsung siswa terlihat pasif mendengarkan

kelompok pembanding lebih rendah daripada

penjelasan dari guru. Siswa sesekali menjawab

kelompok

pertanyaan yang diberikan oleh guru. Aktivitas

ketercapaian setiap aspek kemampuan berpikir

siswa dalam mencatat isi materi pelajaran tidak

analitis pada kelompok eksperimen maupun

terlihat, karena siswa dapat mengkopi file

kelompok pembanding dapat dilihat pada

presentasi dari guru. Hal ini tentunya semakin

Gambar 1.

menambah

ceramah

tidak

kepasifan

siswa

dalam

pembelajaran.

eksperimen.

Perbandingan

skor

Pada kelas eksperimen, di akhir
proses pembelajarannya, siswa diminta untuk

Pembelajaran yang demikian tidak

membuat kesimpulan materi dalam bentuk peta
map).

mampu memfasilitasi siswa dalam membangun

pikiran

dan

sistem

membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu

koordinasi. Siswa hanya dapat mengamati

ingatan yang mudah. Dengan demikian, mind

organ-organ

slide

map dapat dijadikan alternatif dalam teknik

presentasi guru, sehingga siswa tidak mampu

mencatat siswa dalam buku catatan mereka

membedakan organ apa saja yang termasuk

sehingga mereka mudah dalam memahami,

dalam sistem saraf, endokrin, maupun sistem

mengingat dan mengembangkan materi yang

indera. Siswa juga tidak dapat mengidentifikasi

sudah didapatkan. Hal ini sesuai dengan teori

hubungan antar konsep dalam sistem koordinasi

belajar meaningful learning dari Ausubel

sehingga

mengorganisasikan

(Trianto, 2011) yang menyatakan bahwa belajar

informasi yang diterima. Hal ini terlihat ketika

dikatakan bermakna (meaningful) jika informasi

menemukan

sendiri

sistem

tidak

konsep

koordinasi

dapat

dari

(mind

Peta

pikiran

dapat

25

Yekti Nur Utami- A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND
MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER
LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF
THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
yang akan dipelajari siswa disusun sesuai

Hal ini didukung dengan hasil pekerjaan siswa

dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa,

yang sangat variatif dan menarik, karena dibuat

sehingga siswa dapat mengaitkan informasi

dalam ukuran kertas yang besar, bergambar

barunya dengan struktur kognitif yang dimiliki.

yang komunikatif, dan menggunakan warna
yang beragam.
Pada

pelaksanaan

pembelajaran

INSTAD dipadu mind map, siswa memberikan
respon positif terhadap penerapan model ini.
Respon positif tersebut diketahui dari sikap
setuju yang ditunjukkan siswa terhadap semua
indikator pada angket. Siswa menyatakan setuju
jika INSTAD dapat diterapkan pada materimateri biologi yang lain. Hal ini mengandung
makna bahwa siswa merasa model INSTAD
sesuai

diterapkan

untuk

materi

sistem

koordinasi manusia, sehingga timbul keinginan
untuk menerapkannya pada materi biologi yang
lain.

Materi

sistem

koordinasi

manusia

merupakan materi yang sangat kompleks
sehingga memerlukan kemampuan berpikir
analitis

untuk

dapat

memahaminya.

Kemampuan berpikir analitis dapat dilatihkan
melalui kegiatan pembelajaran INSTAD. Hal
Gambar 1. Grafik Perbandingan Skor
Ketercapaian Aspek Kemampuan Berpikir Analitis
Biologi

ini

didukung

respon

siswa

yang

menyatakan setuju bahwa INSTAD dapat
melatihkan

kemampuan

berpikir

analitis

map

biologi. Siswa berpendapat bahwa model

membutuhkan struktur kognitif siswa yang

INSTAD dapat menyajikan kegiatan belajar

memuat

dipelajari,

yang bermakna. Sementara itu, siswa juga

selanjutnya konsep ini disusun dalam media

memberikan respon yang positif terhadap

gambar berwarna yaitu mind map. Keles (2012)

teknik pencatatan mind map. Siswa berpendapat

Proses

konsep

pembuatan

yang

mind

oleh

sudah

mapping

bahwa mind map dapat mempermudah dalam

meningkatkan keterampilan berpikir siswa dan

mencatat, memahami dan mengingat materi

mengungkapkan

sistem koordinasi manusia yang kompleks.

juga

menyatakan

bahwa

kreativitas

mind

siswa

dengan

menggunakan bentuk dan warna yang berbeda.
26

Yekti Nur Utami- A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND
MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER
LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF
THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
Permendiknas. (2006). Standar Isi untuk
Satuan
Pendidikan
Dasar
dan
Menengah. No. 22.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini

Silberman, Mel. (2009). Active Learning.
Yogyakarta: Pustaka Instan Madani.

dapat disimpulkan bahwa:
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir
analitis
INSTAD

biologi
dipadu

model
mind

Slavin, R. E. (2009). Cooperative Learning.
Bandung: Nusa Media.

pembelajaran
map

dengan

pembelajaran konvensional siswa kelas XI
IPA SMAN 4 Surakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Trianto.
(2011).
Mendesain
Model
Pembelajaran
Inovatif-Progresif.
Jakarta: Prenada Media Group.
Warseno, A. dan Kumorojati, R. (2011).
Super Learning. Yogyakarta: Diva
Press.

Creswell, John W. (2010). Research
Design. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gregory, R. J. (2007). Psychological
Testing. History, Principles, and
Applications. Fifth edition. USA:
Omegatype Typography, Inc.
KBBI. (2007). Kamus Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Keles,
O.
(2012).
Elementary
Teachers’Views on Mind Mapping.
International Journal of Education. Vol.
4, No.1.
Kusumadani, A. I. (2012). Pengembangan
Perangkat Lunak Analisis Butir Soal
Dan Angket. Surakarta: Skripsi tidak
diterbitkan.
Nuangchalerm, P. (2009). Cognitive
Development, Analytical Thinking and
Learning Statisfaction of Second Grade
Students Learned through InquiryBased Learning. Asian Social Science.
Vol. 5, No. 10, pages 82-87.
27

Dokumen yang terkait

A Case Study of English Teaching Methods to Young Learners at Budi Dharma Kindergarten Tebing Tinggi

0 79 91

A Study Of Hamlet’s Hatred Towards Some Of Characters Depicted In Shakespeare’s Play “Hamlet

0 39 46

Language Disorder In Schizophrenia Patient: A Case Study Of Five Schizophrenia Paranoid Patients In Simeulue District Hospital

1 32 102

LEARNING STRATEGIES USED BY A STUDENT OF Learning Strategies Used By A Student Of Muhammadiyah University Of Surakarta (A Case Study).

0 4 15

THE COMPARISON OF STUDENT LEARNING OUTCOMES OF FLUID USING CASE STUDY AND CONVENTIONAL METHOD OF CLASS XI SMA NEGERI 1 TEBING TINGGI ACADEMIC YEAR 2012/2013.

0 3 23

LEARNING STRATEGIES IN SPEAKING BY THE STUDENTS OF SMK SAHID SURAKARTA (A CASE STUDY) Learning Strategies In Speaking By The Students Of SMK Sahid Surakarta (A Case Study).

0 1 13

THE COMPARISON STUDY OF CRITICAL THINKING SKILL BETWEEN INSTAD LEARNING MODEL COMBAINED CONCEPT MAP AND CONVENTIONAL LEARNING IN STUDYING BIOLOGY | Bowo Sugiharto | Pendidikan Biologi 7384 15516 1 SM

0 0 9

THE DIFFERENCES OF ANALYTICAL THINKING SKILLS IN PROBLEM BASED LEARNING MODEL EQUIPPED BY MIND MAP WITH CONVENTIONAL CLASS TOWARDS SCIENCE FIRST GRADE STUDENTS OF SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA IN THE ACADEMIC YEAR 2013 2014 | Bowo Sugiharto | Pendidikan Biolog

0 0 12

THE STUDY COMPARISON OF METACOGNITIVE ABILITY BETWEEN INSTAD COMBINED CONCEPT MAP AND CONVENTIONAL LEARNING OF BIOLOGY LEARNING X GRADE STUDENTS AT SMA NEGERI 1 SUKOHARJO IN ACADEMIC YEAR 2012 2013 | Bowo Sugiharto | Pendidikan Biologi 7360 15470 1 SM

0 0 12

THE PORTRAYAL OF BLACK WOMEN IN THE COLOR PURPLE AND

0 0 136