A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA | Bowo Sugiharto | Pendidikan Biolog
JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI
Volume 7,Nomor 2
Halaman 16-27
Mei 2015
STUDI KOMPARASI INSTAD DIPADU MIND MAP
DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS BIOLOGI
SISWA KELAS XI IPA SMAN 4 SURAKARTA
A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND MAP
VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER LEARNING
CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF THE
STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
Yekti Nur Utami a, Riezky Maya P. b, Bowo Sugihartoc
a)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: [email protected]
b)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: [email protected]
c)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: [email protected]
ABSTRACT- This research is aimed to compare the two models; INSTAD supported by
mind map visualization and the conventional teachered center in term of their capabilities in
improving student’s analytical thinking.
Quasy experimental paradism of research is followed with Posttest Only with Nonequivalent Groups Design. The population in this research was all of the student at the XI
Science Class in SMA N 4 Surakarta, at the academic year of 2012/2013. The whole population
consist of 188 students that are dispersed within 6 classes. Samples are taken in a group of
student (cluster sampling method). The data are collected upon the samples taken using the
instrument sheet of examining the analytical thingking capability.
The result shows that the mean value of the analytical thingking in the experimental
group (74,00) is greater than in the comparison one (60,63). The learning in experimental group
using INSTAD supported by mind map could practice the student’s cognitive skill so that the
student’s analytical thinking competence could develop. It could not be found in the control
group which the learning use conventional method.
It can be concluded that INSTAD supported mind map visualization is better than
conventional teachered center learning.
Keywords: INSTAD, Mind Map, Biological Analytical Thinking Competency.
16
Yekti Nur Utami- A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND
MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER
LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF
THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
pengalaman
PENDAHULUAN
Sains
sistematis
merupakan
yang
diperoleh
belajar
untuk
memahami
pengetahuan
konsep dan proses sains. Dalam proses
dari
pembelajarannya,
suatu
Biologi
tidak
hanya
observasi, penelitian, dan uji coba yang
disampaikan secara teoritis melalui hafalan
mengarah pada penentuan sifat dasar atau
dan ingatan konsep saja, melainkan juga
prinsip sesuatu yang sedang diselidiki dan
melalui praktik langsung baik di lapangan
dipelajari (KBBI, 2007). Dalam dunia
maupun di laboratorium. Pembelajaran
pendidikan, sains atau IPA menjadi mata
yang demikian hendaknya dapat membantu
pelajaran wajib mulai dari tingkat sekolah
siswa
dasar hingga sekolah menengah. Hal ini
mereka sendiri dan tidak hanya sekedar
diharapkan
menerima informasi saja.
agar
sains
dapat
menjadi
dalam
membangun
pengetahuan
untuk
Umumnya, pembelajaran Biologi
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar,
saat ini masih berorientasi pada produk,
serta dapat menerapkannya lebih lanjut
yaitu pengetahuan akan konsep saja dan
dalam kehidupan sehari-hari.
belum berorientasi pada proses. Guru
wahana
bagi
peserta
didik
Hakikat pembelajaran sains adalah
menerapkan
metode
pembelajaran
menekankan pembelajaran pada proses,
konvensional yaitu metode ceramah dan
produk, dan sikap. Sains berkaitan dengan
bersifat monoton. Ketika pembelajaran
cara mencari tahu (inquiry) tentang alam
berlangsung, siswa hanya menerima materi
secara sistematis, sehingga sains bukan
yang disampaikan guru. Pembelajaran yang
hanya
demikian
sebagai
penguasaan
kumpulan
kurang
mengembangkan
pengetahuan yang berupa fakta, konsep,
kemampuan berpikir siswa, salah satunya
atau prinsip saja, tetapi juga merupakan
yaitu
suatu proses penemuan (Permendiknas No.
Berpikir analitis sangat penting dalam
22, 2006). Pada proses pembelajarannya,
pembelajaran Biologi karena materi yang
sains tidak terlepas dari kegiatan hands on
terkandung dalam Biologi menuntut siswa
dan minds on, yaitu peserta didik dapat
untuk dapat memecahkan masalah yang
melakukan kegiatan yang menggunakan
ditemui dalam kehidupan. Pembelajaran
kemampuan berpikir
Biologi saat ini hanya menuntut siswa
dan keterampilan
berpikir
analitis.
dengan hafalan tentang konsep atau fakta
praktik.
Biologi sebagai salah satu bagian
dari
kemampuan
sains
menyediakan
berbagai
saja, tanpa memberi kesempatan siswa
untuk menemukan konsepnya sendiri. Hal
17
Yekti Nur Utami- A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND
MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER
LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF
THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
ini tidak sesuai dengan Permendiknas No.
menggunakan
22 tahun 2006 yang menyebutkan bahwa
pembelajaran
mata
model inkuiri terbimbing ini guru hanya
pelajaran
melalui
Biologi
kemampuan
dikembangkan
berpikir
analitis,
inkuiri
pada
sebelumnya.
memberikan
secara
proses
Penerapan
terbatas
isyarat
induktif dan deduktif untuk menyelesaikan
petunjuk atau pertanyaan pancingan agar
masalah yang berkaitan dengan peristiwa
siswa
alam sekitar.
permasalahan beserta pemecahannya. Di
dapat
menemukan
sendiri
samping
beberapa
dikembangkan melalui penerapan model
inkuiri
terbimbing
pembelajaran yang inovatif yang dapat
kelemahan. Pada kelas yang heterogen akan
mengoptimalkan seluruh potensi siswa.
tercipta suasana belajar
Salah satu model pembelajaran inovatif
kompetitif, sehingga dimungkinkan terjadi
yang dapat mengembangkan kemampuan
persaingan antara siswa yang lebih cepat
berpikir analitis adalah model pembelajaran
memahami materi dengan siswa yang
INSTAD
model
lambat memahami materi. Keadaan yang
pembelajaran aktif inkuiri yang dipadu
demikian akan membuat tidak meratanya
dengan model pembelajaran kooperatif tipe
pemahaman siswa di dalam kelas, sehingga
STAD.
siswa yang paham materi pelajaran akan
Kemampuan berpikir analitis dapat
yang
Model
merupakan
pembelajaran
inkuiri
kelebihan
tersebut,
juga
memiliki
yang bersifat
semakin paham begitu juga sebaliknya.
dirancang untuk mengajak siswa terlibat
STAD (Student Team-Achievement
secara langsung ke dalam proses ilmiah
Division) merupakan tipe pembelajaran
dalam waktu yang relatif singkat. Tahapan-
kooperatif yang dianggap sesuai untuk
tahapan
dipadukan
yang
dikerjakan
pada
model
dengan
inkuiri,
pembelajaran inkuiri menuntut siswa untuk
pembelajaran
mengembangkan kemampuan berpikirnya,
memberikan penilaian pada kinerja secara
salah satunya adalah kemampuan berpikir
kelompok dengan tetap dapat menunjukkan
analitis. Model inkuiri yang sesuai untuk
kontribusi
diaplikasikan
kelompok
dalam
model
gabungan
kooperatif
karena
setiap
(Slavin,
individu
2009).
tersebut
di
dalam
Dengan
tersebut adalah model inkuiri terbimbing.
demikian, penilaian kerja kelompok pada
Model ini termasuk jenis inkuiri yang
model ini dapat melengkapi kekurangan
sederhana
untuk
model inkuiri yang kurang maksimal jika
diterapkan pada kelas yang belum pernah
diterapkan pada kelas yang heterogen.
sehingga
mudah
18
Yekti Nur Utami- A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND
MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER
LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF
THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
Keunggulan
STAD
dengan
proses
INSTAD dapat dipadukan dengan
scaffolding di dalamnya dikombinasikan
mind map (peta pikiran) karena teknik ini
dengan model inkuiri
dapat membantu siswa dalam mencatat dan
dengan prinsip
konstruktivistiknya
merupakan
suatu
memahami materi pelajaran biologi yang
model
yang
dipercaya
dapat
banyak dan kompleks. Peta pikiran adalah
mengembangkan
kemampuan
berpikir
cara kreatif bagi peserta didik secara
analitis siswa pada pembelajaran biologi.
Gabungan model inkuiri dan STAD
individual untuk menghasilkan ide-ide,
mencatat pelajaran
atau merencanakan
mempunyai tahapan kegiatan pembelajaran
penelitian baru. Dengan membuat peta
yang dapat mengakomodasi terciptanya
pikiran, siswa akan menemukan kemudahan
kemandirian siswa dalam belajar untuk
untuk mengidentifikasi secara jelas dan
menemukan
kerja
kreatif apa yang telah mereka pelajari dan
kelompok. Pada model gabungan tersebut,
apa yang mereka rencanakan (Silberman,
siswa
akan
2009). Keuntungan dalam menggunakan
kemampuannya dapat dilengkapi oleh siswa
mind map adalah dapat melihat gambaran
dengan kemampuan tinggi melalui proses
secara menyeluruh dengan jelas, dapat
scaffolding. Proses scaffolding ini dapat
melihat detailnya tanpa kehilangan benang
dilakukan ketika siswa melakukan kerja
merah antar topik, memudahkan dalam
kelompok maupun diskusi kelas. Hasil dari
berkonsentrasi, mudah mengingat karena
diskusi
terdapat penanda visual (Warseno dan
konsep
yang
merasa
kelas
ini
digeneralisasikan
kesimpulan
melalui
yang
terbatas
selanjutnya
menjadi
komprehensif
akan
sebuah
Kumorojati, 2011).
terkait
Beberapa
penelitian
mengenai
dengan materi yang dipelajari. Generalisasi
INSTAD sudah pernah dilaksanakan terkait
atau induksi materi sangat diperlukan untuk
dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
materi Biologi yang kompleks, agar siswa
Namun, salah satu aspek dalam berpikir
dapat
secara
tingkat tinggi yaitu kemampuan berpikir
menyeluruh tentang materi yang sudah
analitis belum pernah diteliti secara lebih
dipelajari. Impelementasinya, ada beberapa
spesifik pada mata pelajaran Biologi.
cara untuk membuat generalisasi atau
Penelitian yang sudah dilaksanakan belum
induksi materi, salah satunya dengan
memadukan model INSTAD dengan teknik
menggunakan teknik pencatatan mind map
pencatatan sejenis mind map. Oleh karena
(peta pikiran).
itu, perlu dilaksanakan penelitian untuk
mempunyai
gambaran
19
Yekti Nur Utami- A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND
MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER
LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF
THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
mengetahui adanya perbedaan kemampuan
menggunakan desain penelitian Post-test
berpikir analitis biologi antara model
Only with Nonequivalent Groups di mana
INSTAD
mind
dipadu
map
dengan
setelah melakukan perlakuan pada salah
satu
pembelajaran konvensional.
kelompok
memilih
eksperimental,
satu
kelompok
peneliti
pembanding
kemudian dilakukan postes pada kelompok
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMA
eksperimental dan kelompok pembanding
Negeri 4 Surakarta pada semester genap
yang sudah dipilih sebelumnya (Creswell,
bulan
2010).
Maret-Mei
tahun
pelajaran
Perlakuan yang akan diberikan
kepada kedua kelompok tersebut adalah
2012/2013.
Subjek penelitian adalah siswa kelas
berupa model pembelajaran, yaitu model
XI IPA SMA Negeri 4 Surakarta berjumlah
pembelajaran
konvensional
188 siswa yang selanjutnya dianggap
INSTAD dipadu mind map.
Model
sebagai populasi penelitian. Pengambilan
dan
pembelajaran
model
INSTAD
sampel dilakukan dengan metode cluster
dipadu mind map diterapkan pada materi
sampling. Sampel yang diperoleh adalah
sistem koordinasi manusia. Materi sistem
kelas
koordinasi manusia meliputi sistem saraf,
XI
IPA
4
sebagai
kelompok
eksperimen yang berjumlah 32 siswa dan
sistem
kelas
Pelaksanaan
pembelajaran
pembanding berjumlah 30 siswa. Penelitian
selama
kali
menggunakan 2 variabel yaitu variabel
pengulangan sintaks INSTAD sebanyak 2
bebas dan variabel terikat. Variabel bebas
kali.
XI
IPA
5
sebagai
kelompok
endokrin,
4
dan
sistem
indera.
dilaksanakan
pertemuan
dengan
model
Teknik pengumpulan data yang
pembelajaran INSTAD dipadu mind map
digunakan dalam penelitian ini adalah
dan pembelajaran konvensional, sedangkan
teknik dokumentasi, teknik tes, teknik
variabel terikat adalah kemampuan berpikir
observasi, dan teknik kuesioner. Teknik
analitis
berpikir
dokumentasi digunakan untuk mendapatkan
analitis biologi meliputi kemampuan untuk
nilai ulangan harian siswa yang akan
membedakan,
digunakan
pada
penelitian
ini
biologi.
adalah
Keterampilan
mengatribusikan,
dan
Penelitian ini ini merupakan quasi
atau
dasar
pembuatan
kelompok STAD. Teknik tes digunakan
mengorganisasikan.
eksperimen
sebagai
eksperimen
semu
untuk
mengukur
kemampuan
berpikir
analitis biologi siswa. Tes yang digunakan
20
Yekti Nur Utami- A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND
MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER
LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF
THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
mind
map
dalam penelitian adalah berupa tes uraian
dipadu
yang terdiri dari soal kognitif dalam
pembanding
tingkatan C4 (analisis). Teknik observasi
konvensional, yaitu metode ceramah bervariasi
digunakan
dengan power point. Perbedaan kemampuan
untuk
keterlaksanaan
kontrol
sintaks
terhadap
INSTAD.
Sedangkan teknik angket digunakan untuk
mengetahui respon siswa terhadap model
pembelajaran
rata-rata nilai tes kemampuan berpikir analitis
biologi kelompok eksperimen lebih tinggi
daripada kelompok pembanding.
Pelaksanaan pembelajaran dikontrol
berupa
melalui
lembar
perangkat pembelajaran, lembar observasi,
sintaks.
Hasil
dan angket telah divalidasi oleh pakar/ahli
menunjukkan bahwa model INSTAD dipadu
baik
secara
mind map telah dilaksanakan dengan baik.
konten/isi. Validasi menggunakan teknik
Deskripsi dari masing-masing keterlaksanaan
judgment experts dengan menggunakan
tersebut adalah sebagai berikut:
secara
penelitian
menggunakan
kelompok
berpikir analitis biologi dapat diketahui dari
pembelajaran INSTAD dipadu mind map.
Instrumen
sedangkan
konstruk
maupun
observasi
rekap
keterlaksanaan
lembar
observasi
rumus dari Gregory (2007) dan dianalisis
dengan bantuan software AN SOFT 1.0
Pada tahap ini, terdapat dua aktivitas
(Kusumadani, 2012).
guru yaitu guru membentuk kelompok
Teknik analisis data yang digunakan
dalam
penelitian
1. Tahap I (Presentasi Guru)
adalah
uji-t.
Uji
t
diskusi
dan
memberikan
pertanyaan
sebagai petunjuk untuk siswa. Kelompok
digunakan untuk mengetahui ada atau
diskusi yang dibentuk terdiri dari 5-6
tidaknya perbedaan yang signifikan dari
anggota
dua variabel yang dikomparasikan. Uji
kemampuan akademik dan jenis kelamin.
prasyarat yang me-nyertai uji t adalah uji
Pada kelas eksperimen terdiri dari 32 siswa
homogenitas dan uji normalitas.
sehingga dapat dibentuk 6 kelompok. Pada
yang
heterogen
dilihat
dari
sub bahasan sistem saraf dan endokrin,
tahap
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil uji t menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan kemampuan berpikir analitis
biologi antara kelompok eksperimen dengan
kelompok pembanding. Pembelajaran pada
kelompok eksperimen menggunakan INSTAD
ini
dilakukan
pada
pertemuan
pertama, sedangkan sub bahasan sistem
indera, tahap ini dilakukan pada pertemuan
ketiga.
Pada
memberikan
pertemuan
pertama,
apersepsi
guru
dengan
menayangkan video horror. Penayangan
video ini dilakukan dengan tujuan dapat
21
Yekti Nur Utami- A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND
MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER
LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF
THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
mengarahkan siswa menuju materi sistem
Pada
pertemuan
pertama,
guru
saraf dan sistem endokrin, karena rasa
membimbing siswa untuk merumuskan
takut yang muncul setelah mengamati
masalah mengenai konsep tentang struktur,
video adalah reaksi dari kerja sistem saraf
fungsi, proses, kelainan/penyakit pada
dan
guru
sistem saraf dan endokrin. sedangkan pada
memberikan pertanyaan sebagai petunjuk
pertemuan ketiga, guru membimbing siswa
siswa, misalnya apa yang kalian rasakan
untuk merumuskan masalah mengenai
setelah melihat video ini? Pertanyaan yang
konsep tentang struktur, fungsi, proses,
serupa juga diberikan hingga siswa paham
kelainan/penyakit
materi apa yang akan dipelajari pertemuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut,
itu.
siswa
endokrin.
Selanjutnya,
Langkah yang serupa juga dilakukan
pada
pertemuan
ketiga,
yaitu
menayangkan
video
proses
terdengarnya
bunyi
oleh
pada
merumuskan
sistem
hipotesis
indera.
yang
didasarkan pada pengetahuan siswa saat
guru
itu, tanpa melalui studi pustaka. Rumusan
kerja
hipotesis
telinga.
Penayangan video ini dilakukan dengan
tujuan dapat mengarahkan siswa menuju
kebenarannya
selanjutnya
dibuktikan
dengan
melakukan
eksperimen.
Guru
memfasilitasi
kegiatan
materi sistem indera. Tahap ini terlaksana
eksperimen siswa dengan menyiapkan
dengan
dengan
media pembelajaran berupa torso organ
antusiasme siswa yang ditunjukkan dengan
sistem koordinasi. Di dalam kelompoknya,
berbagai variasi jawaban siswa. Interaksi
siswa melakukan eksperimen
yang baik antara guru dengan murid ini
mengamati torso organ yang tersedia,
mendukung terlaksananya pembelajaran
menggambar, dan memberi keterangan
yang kondusif.
gambar. Melalui kegiatan pengamatan
baik,
dibuktikan
2. Tahap II (Kerja Kelompok)
Tahap
ini
adalah
torso organ ini, siswa dapat menemukan
tahap
kerja
sendiri konsep tentang struktur penyusun
kelompok meliputi merumuskan masalah,
sistem
merumuskan
pengamatan
eksperimen,
hipotesis,
melaksanakan
dengan
merancang
koordinasi
siswa
manusia.
ini
Hasil
selanjutnya
eksperimen,
dianalisis untuk dibuktikan kebenarannya
menganalisa data dan menguji hipotesis,
dengan melakukan kajian pustaka terhadap
serta
sumber belajar yang tersedia.
membuat
kesimpulan.
Setelah
memahami petunjuk yang diberikan guru,
Pada bagian akhir kerja kelompok ini,
selanjutnya siswa merumuskan masalah
siswa diminta untuk membuat kesimpulan
dengan bimbingan dari guru.
yang diwujudkan dalam bentuk peta
pikiran (mind map).
Peta pikiran hasil
22
Yekti Nur Utami- A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND
MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER
LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF
THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
buatan siswa terlihat sangat variatif. Siswa
tersebut. Dengan demikian, kelompok
mengerjakannya
karton
yang sudah paham akan materi dapat
yang
memberi penjelasan kepada kelompok
komunikatif, dan menggunakan warna
yang belum paham. Tahap ini dapat
yang beragam.
terlaksana dengan baik karena masing-
ukuran
A0,
dalam
dengan
kertas
gambar
Pada tahap kerja kelompok ini, siswa
masing siswa dalam kelompoknya dapat
mampu menerapkan proses scaffolding
menyampaikan
dalam diskusi kelompoknya. Hal ini dapat
dengan sangat maksimal menggunakan
terlihat ketika ada anggota kelompok yang
mind map yang variatif dan menarik.
belum mampu mengidentifikasi organ
hasil
kerja
kelompok
4. Tahap IV (Tes Individu)
penyusun sistem saraf, anggota kelompok
Pada tahap ini guru memberikan tes
yang sudah paham akan memberikan
individu sebagai evaluasi untuk mengukur
penjelasan. Dengan demikian, pemerataan
pemahaman siswa terhadap materi. Tes
konsep akan lebih terjamin dalam satu
individu yang disusun adalah berupa tes
kelompok.
kemampuan
3. Tahap III (Pengulangan)
berpikir
analitis
yang
dikerjakan secara individu.
Tahap pengulangan adalah tahap di
5. Tahap V (Penghargaan kelompok)
mana siswa diminta untuk menyampaikan
Penghargaan kelompok merupakan
hasil kerja kelompok mereka di depan
tahap
kelas. Salah satu point materi yang harus
INSTAD dipadu mind map. Pada tahap ini
disampaikan
guru memberikan penghargaan kepada
adalah
siswa
dapat
cara
kerja
sistem
memperagakan
terakhir
kelompok
dalam
terbaik.
pembelajaran
Kelompok
terbaik
koordinasi yang termasuk di dalamnya
adalah kelompok yang mempunyai skor
sistem saraf, sistem endokrin, dan sistem
tertinggi dalam setiap perkembangannya.
indera.
dilakukan
Penghargaan kelompok diberikan atas
dengan menggunakan torso yang telah
keberhasilan kelompok dalam kekompakan
disediakan. Presentasi dilakukan dengan
kerja kelompok untuk memberi motivasi.
Peragaan
tersebut
bantuan mind map yang sudah dikerjakan
sebelumnya.
Pada
Penerapan model ini terbukti dapat
memfasilitasi siswa dalam mengembangkan
tahap
ini
terlihat
proses
kemampuan berpikir analitis yang mendukung
scaffolding yang terjadi antar kelompok
dalam
saat diskusi kelas. Ketika satu kelompok
berpikir
presentasi,
membedakan,
kelompok
lain
dapat
mengajukan pertanyaan, dan kelompok
pembelajaran
analitis
biologi.
terdiri
dari
Kemampuan
kemampuan
mengorganisasi,
dan
mengatribusikan.
presentator dapat menjawab pertanyaan
23
Yekti Nur Utami- A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND
MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER
LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF
THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
Kemampuan membedakan merupakan
buatan siswa, dapat dilihat bahwa siswa mampu
proses memilah-milah bagian yang relevan dan
membuat
penting dari sebuah struktur. Membedakan
koheren antar konsep tersebut.
berbeda
dengan
memahami,
karena
hubungan
yang
Kemampuan
sistematis
dan
mengatribusikan
membedakan melibatkan proses menentukan
merupakan
bagian-bagian yang sesuai dengan struktur
menentukan sudut pandang, nilai, atau tujuan
keseluruhannya.
mengenai suatu masalah. Siswa berusaha untuk
berbeda
Selain
dengan
itu,
membedakan
membandingkan,
karena
memahami
kemampuan
siswa
permasalahan
yang
untuk
diberikan
membedakan digunakan dalam konteks yang
kemudian membuat kesimpulan tentang sudut
lebih luas untuk menentukan mana informasi
pandang di balik masalah tersebut. Kemampuan
yang relevan atau penting dan mana yang tidak.
mengatribusikan dapat terlihat ketika siswa
Kemampuan membedakan dapat terlihat dari
mampu
aktivitas siswa yang dapat menentukan struktur
kelainan/penyakit
pada
penyusun
manusia
petunjuk
sistem
koordinasi
melalui
pengamatan torso. Siswa mampu memilah-
mengenali
melalui
beberapa
sistem
macam
koordinasi
masalah
yang
diberikan guru.
milah organ apa saja yang termasuk dalam
Model pembelajaran INSTAD dipadu
struktur penyusun sistem saraf, endokrin, dan
mind map dapat memfasilitasi siswa dalam
indera. Siswa mampu menentukan bahwa otak
menemukan dan membangun konsep secara
dan
mandiri. Hal ini terlihat dari aktivitas siswa
sumsum tulang belakang merupakan
struktur
penyusun
sistem
saraf,
kelenjar
pada kegiatan pembelajaran, siswa menemukan
pankreas dan kelenjar timus merupakan bagian
sendiri
penyusun sistem endokrin, serta telinga, mata,
melalui pengamatan torso dan video. Kegiatan
hidung merupakan bagian penyusun sistem
dalam pembelajaran INSTAD dipadu mind map
indera.
dilaksanakan secara berkelompok, di mana
Kemampuan
merupakan
proses
mengorganisasi
tentang sistem koordinasi
siswa melakukan diskusi dalam kelompok
komponen
heterogen. Tujuan dari pengerjaan secara
informasi membentuk sebuah struktur yang
berkelompok ini adalah untuk menciptakan
koheren.
proses scaffolding dalam kelompoknya. Proses
Dalam
membangun
antarpotongan
mengenali
konsep
mengorganisasi,
hubungan
informasi.
yang
siswa
sistematis
berguna
untuk
menjamin
ini
pemerataan konsep sistem koordinasi manusia
terlihat dari aktivitas siswa dalam membuat
dalam satu kelompok. Anggota kelompok yang
berbentuk mind map. Peta
sudah paham akan materi dan konsep pelajaran
pikiran yang dibuat siswa memuat tentang
dapat memberikan tutor sebaya kepada anggota
struktur, fungsi, proses, kelainan/penyakit dari
kelompok lain yang belum paham. Hal ini
sistem koordinasi. Dalam peta pikiran hasil
sesuai dengan Teori Vygotsky (Trianto, 2011)
kesimpulan yang
Kemampuan
scaffolding
24
Yekti Nur Utami- A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND
MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER
LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF
THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
yang menekankan pembelajaran pada aspek
siswa tidak mampu membuat tabel struktur dan
sosial. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental
fungsi organ penyusun sistem koordinasi, dan
yang
siswa tidak mampu menggambar organ sistem
lebih
tinggi
akan
muncul
dalam
percakapan dan kerja sama antar-individu.
Penerapan
INSTAD
koordinasi dengan baik. Kemampuan siswa
dapat
dalam mengenali sudut pandang permasalahan
mengembangkan kemampuan berpikir analitis
juga tidak dapat dikembangkan, ditunjukkan
siswa,
dengan ketidaktepatan siswa dalam menentukan
sebagaimana
diungkapkan
oleh
Nuangchalerm (2009) yang menyatakan bahwa
jenis
inquiry-based
permasalahan yang diberikan guru.
learning
kemampuan
dapat
kognitif,
mendorong
penyakit/kelainan
dari
petunjuk
meningkatkan
Keadaan tersebut menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir analitis, dan kepuasan
pembelajaran ceramah bervariasi dengan power
belajar. Hal ini tidak ditemui pada kelompok
point
pembanding
di
kemampuan berpikir analitis siswa. Hal ini
menggunakan
metode
mana
pembelajarannya
mampu
mengembangkan
bervariasi
didukung dengan perolehan skor setiap aspek
dengan power point. Ketika pembelajaran
kemampuan berpikir analitis biologi pada
berlangsung siswa terlihat pasif mendengarkan
kelompok pembanding lebih rendah daripada
penjelasan dari guru. Siswa sesekali menjawab
kelompok
pertanyaan yang diberikan oleh guru. Aktivitas
ketercapaian setiap aspek kemampuan berpikir
siswa dalam mencatat isi materi pelajaran tidak
analitis pada kelompok eksperimen maupun
terlihat, karena siswa dapat mengkopi file
kelompok pembanding dapat dilihat pada
presentasi dari guru. Hal ini tentunya semakin
Gambar 1.
menambah
ceramah
tidak
kepasifan
siswa
dalam
pembelajaran.
eksperimen.
Perbandingan
skor
Pada kelas eksperimen, di akhir
proses pembelajarannya, siswa diminta untuk
Pembelajaran yang demikian tidak
membuat kesimpulan materi dalam bentuk peta
map).
mampu memfasilitasi siswa dalam membangun
pikiran
dan
sistem
membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu
koordinasi. Siswa hanya dapat mengamati
ingatan yang mudah. Dengan demikian, mind
organ-organ
slide
map dapat dijadikan alternatif dalam teknik
presentasi guru, sehingga siswa tidak mampu
mencatat siswa dalam buku catatan mereka
membedakan organ apa saja yang termasuk
sehingga mereka mudah dalam memahami,
dalam sistem saraf, endokrin, maupun sistem
mengingat dan mengembangkan materi yang
indera. Siswa juga tidak dapat mengidentifikasi
sudah didapatkan. Hal ini sesuai dengan teori
hubungan antar konsep dalam sistem koordinasi
belajar meaningful learning dari Ausubel
sehingga
mengorganisasikan
(Trianto, 2011) yang menyatakan bahwa belajar
informasi yang diterima. Hal ini terlihat ketika
dikatakan bermakna (meaningful) jika informasi
menemukan
sendiri
sistem
tidak
konsep
koordinasi
dapat
dari
(mind
Peta
pikiran
dapat
25
Yekti Nur Utami- A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND
MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER
LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF
THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
yang akan dipelajari siswa disusun sesuai
Hal ini didukung dengan hasil pekerjaan siswa
dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa,
yang sangat variatif dan menarik, karena dibuat
sehingga siswa dapat mengaitkan informasi
dalam ukuran kertas yang besar, bergambar
barunya dengan struktur kognitif yang dimiliki.
yang komunikatif, dan menggunakan warna
yang beragam.
Pada
pelaksanaan
pembelajaran
INSTAD dipadu mind map, siswa memberikan
respon positif terhadap penerapan model ini.
Respon positif tersebut diketahui dari sikap
setuju yang ditunjukkan siswa terhadap semua
indikator pada angket. Siswa menyatakan setuju
jika INSTAD dapat diterapkan pada materimateri biologi yang lain. Hal ini mengandung
makna bahwa siswa merasa model INSTAD
sesuai
diterapkan
untuk
materi
sistem
koordinasi manusia, sehingga timbul keinginan
untuk menerapkannya pada materi biologi yang
lain.
Materi
sistem
koordinasi
manusia
merupakan materi yang sangat kompleks
sehingga memerlukan kemampuan berpikir
analitis
untuk
dapat
memahaminya.
Kemampuan berpikir analitis dapat dilatihkan
melalui kegiatan pembelajaran INSTAD. Hal
Gambar 1. Grafik Perbandingan Skor
Ketercapaian Aspek Kemampuan Berpikir Analitis
Biologi
ini
didukung
respon
siswa
yang
menyatakan setuju bahwa INSTAD dapat
melatihkan
kemampuan
berpikir
analitis
map
biologi. Siswa berpendapat bahwa model
membutuhkan struktur kognitif siswa yang
INSTAD dapat menyajikan kegiatan belajar
memuat
dipelajari,
yang bermakna. Sementara itu, siswa juga
selanjutnya konsep ini disusun dalam media
memberikan respon yang positif terhadap
gambar berwarna yaitu mind map. Keles (2012)
teknik pencatatan mind map. Siswa berpendapat
Proses
konsep
pembuatan
yang
mind
oleh
sudah
mapping
bahwa mind map dapat mempermudah dalam
meningkatkan keterampilan berpikir siswa dan
mencatat, memahami dan mengingat materi
mengungkapkan
sistem koordinasi manusia yang kompleks.
juga
menyatakan
bahwa
kreativitas
mind
siswa
dengan
menggunakan bentuk dan warna yang berbeda.
26
Yekti Nur Utami- A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND
MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER
LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF
THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
Permendiknas. (2006). Standar Isi untuk
Satuan
Pendidikan
Dasar
dan
Menengah. No. 22.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini
Silberman, Mel. (2009). Active Learning.
Yogyakarta: Pustaka Instan Madani.
dapat disimpulkan bahwa:
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir
analitis
INSTAD
biologi
dipadu
model
mind
Slavin, R. E. (2009). Cooperative Learning.
Bandung: Nusa Media.
pembelajaran
map
dengan
pembelajaran konvensional siswa kelas XI
IPA SMAN 4 Surakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Trianto.
(2011).
Mendesain
Model
Pembelajaran
Inovatif-Progresif.
Jakarta: Prenada Media Group.
Warseno, A. dan Kumorojati, R. (2011).
Super Learning. Yogyakarta: Diva
Press.
Creswell, John W. (2010). Research
Design. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gregory, R. J. (2007). Psychological
Testing. History, Principles, and
Applications. Fifth edition. USA:
Omegatype Typography, Inc.
KBBI. (2007). Kamus Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Keles,
O.
(2012).
Elementary
Teachers’Views on Mind Mapping.
International Journal of Education. Vol.
4, No.1.
Kusumadani, A. I. (2012). Pengembangan
Perangkat Lunak Analisis Butir Soal
Dan Angket. Surakarta: Skripsi tidak
diterbitkan.
Nuangchalerm, P. (2009). Cognitive
Development, Analytical Thinking and
Learning Statisfaction of Second Grade
Students Learned through InquiryBased Learning. Asian Social Science.
Vol. 5, No. 10, pages 82-87.
27
Volume 7,Nomor 2
Halaman 16-27
Mei 2015
STUDI KOMPARASI INSTAD DIPADU MIND MAP
DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS BIOLOGI
SISWA KELAS XI IPA SMAN 4 SURAKARTA
A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND MAP
VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER LEARNING
CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF THE
STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
Yekti Nur Utami a, Riezky Maya P. b, Bowo Sugihartoc
a)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: [email protected]
b)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: [email protected]
c)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: [email protected]
ABSTRACT- This research is aimed to compare the two models; INSTAD supported by
mind map visualization and the conventional teachered center in term of their capabilities in
improving student’s analytical thinking.
Quasy experimental paradism of research is followed with Posttest Only with Nonequivalent Groups Design. The population in this research was all of the student at the XI
Science Class in SMA N 4 Surakarta, at the academic year of 2012/2013. The whole population
consist of 188 students that are dispersed within 6 classes. Samples are taken in a group of
student (cluster sampling method). The data are collected upon the samples taken using the
instrument sheet of examining the analytical thingking capability.
The result shows that the mean value of the analytical thingking in the experimental
group (74,00) is greater than in the comparison one (60,63). The learning in experimental group
using INSTAD supported by mind map could practice the student’s cognitive skill so that the
student’s analytical thinking competence could develop. It could not be found in the control
group which the learning use conventional method.
It can be concluded that INSTAD supported mind map visualization is better than
conventional teachered center learning.
Keywords: INSTAD, Mind Map, Biological Analytical Thinking Competency.
16
Yekti Nur Utami- A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND
MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER
LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF
THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
pengalaman
PENDAHULUAN
Sains
sistematis
merupakan
yang
diperoleh
belajar
untuk
memahami
pengetahuan
konsep dan proses sains. Dalam proses
dari
pembelajarannya,
suatu
Biologi
tidak
hanya
observasi, penelitian, dan uji coba yang
disampaikan secara teoritis melalui hafalan
mengarah pada penentuan sifat dasar atau
dan ingatan konsep saja, melainkan juga
prinsip sesuatu yang sedang diselidiki dan
melalui praktik langsung baik di lapangan
dipelajari (KBBI, 2007). Dalam dunia
maupun di laboratorium. Pembelajaran
pendidikan, sains atau IPA menjadi mata
yang demikian hendaknya dapat membantu
pelajaran wajib mulai dari tingkat sekolah
siswa
dasar hingga sekolah menengah. Hal ini
mereka sendiri dan tidak hanya sekedar
diharapkan
menerima informasi saja.
agar
sains
dapat
menjadi
dalam
membangun
pengetahuan
untuk
Umumnya, pembelajaran Biologi
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar,
saat ini masih berorientasi pada produk,
serta dapat menerapkannya lebih lanjut
yaitu pengetahuan akan konsep saja dan
dalam kehidupan sehari-hari.
belum berorientasi pada proses. Guru
wahana
bagi
peserta
didik
Hakikat pembelajaran sains adalah
menerapkan
metode
pembelajaran
menekankan pembelajaran pada proses,
konvensional yaitu metode ceramah dan
produk, dan sikap. Sains berkaitan dengan
bersifat monoton. Ketika pembelajaran
cara mencari tahu (inquiry) tentang alam
berlangsung, siswa hanya menerima materi
secara sistematis, sehingga sains bukan
yang disampaikan guru. Pembelajaran yang
hanya
demikian
sebagai
penguasaan
kumpulan
kurang
mengembangkan
pengetahuan yang berupa fakta, konsep,
kemampuan berpikir siswa, salah satunya
atau prinsip saja, tetapi juga merupakan
yaitu
suatu proses penemuan (Permendiknas No.
Berpikir analitis sangat penting dalam
22, 2006). Pada proses pembelajarannya,
pembelajaran Biologi karena materi yang
sains tidak terlepas dari kegiatan hands on
terkandung dalam Biologi menuntut siswa
dan minds on, yaitu peserta didik dapat
untuk dapat memecahkan masalah yang
melakukan kegiatan yang menggunakan
ditemui dalam kehidupan. Pembelajaran
kemampuan berpikir
Biologi saat ini hanya menuntut siswa
dan keterampilan
berpikir
analitis.
dengan hafalan tentang konsep atau fakta
praktik.
Biologi sebagai salah satu bagian
dari
kemampuan
sains
menyediakan
berbagai
saja, tanpa memberi kesempatan siswa
untuk menemukan konsepnya sendiri. Hal
17
Yekti Nur Utami- A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND
MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER
LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF
THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
ini tidak sesuai dengan Permendiknas No.
menggunakan
22 tahun 2006 yang menyebutkan bahwa
pembelajaran
mata
model inkuiri terbimbing ini guru hanya
pelajaran
melalui
Biologi
kemampuan
dikembangkan
berpikir
analitis,
inkuiri
pada
sebelumnya.
memberikan
secara
proses
Penerapan
terbatas
isyarat
induktif dan deduktif untuk menyelesaikan
petunjuk atau pertanyaan pancingan agar
masalah yang berkaitan dengan peristiwa
siswa
alam sekitar.
permasalahan beserta pemecahannya. Di
dapat
menemukan
sendiri
samping
beberapa
dikembangkan melalui penerapan model
inkuiri
terbimbing
pembelajaran yang inovatif yang dapat
kelemahan. Pada kelas yang heterogen akan
mengoptimalkan seluruh potensi siswa.
tercipta suasana belajar
Salah satu model pembelajaran inovatif
kompetitif, sehingga dimungkinkan terjadi
yang dapat mengembangkan kemampuan
persaingan antara siswa yang lebih cepat
berpikir analitis adalah model pembelajaran
memahami materi dengan siswa yang
INSTAD
model
lambat memahami materi. Keadaan yang
pembelajaran aktif inkuiri yang dipadu
demikian akan membuat tidak meratanya
dengan model pembelajaran kooperatif tipe
pemahaman siswa di dalam kelas, sehingga
STAD.
siswa yang paham materi pelajaran akan
Kemampuan berpikir analitis dapat
yang
Model
merupakan
pembelajaran
inkuiri
kelebihan
tersebut,
juga
memiliki
yang bersifat
semakin paham begitu juga sebaliknya.
dirancang untuk mengajak siswa terlibat
STAD (Student Team-Achievement
secara langsung ke dalam proses ilmiah
Division) merupakan tipe pembelajaran
dalam waktu yang relatif singkat. Tahapan-
kooperatif yang dianggap sesuai untuk
tahapan
dipadukan
yang
dikerjakan
pada
model
dengan
inkuiri,
pembelajaran inkuiri menuntut siswa untuk
pembelajaran
mengembangkan kemampuan berpikirnya,
memberikan penilaian pada kinerja secara
salah satunya adalah kemampuan berpikir
kelompok dengan tetap dapat menunjukkan
analitis. Model inkuiri yang sesuai untuk
kontribusi
diaplikasikan
kelompok
dalam
model
gabungan
kooperatif
karena
setiap
(Slavin,
individu
2009).
tersebut
di
dalam
Dengan
tersebut adalah model inkuiri terbimbing.
demikian, penilaian kerja kelompok pada
Model ini termasuk jenis inkuiri yang
model ini dapat melengkapi kekurangan
sederhana
untuk
model inkuiri yang kurang maksimal jika
diterapkan pada kelas yang belum pernah
diterapkan pada kelas yang heterogen.
sehingga
mudah
18
Yekti Nur Utami- A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND
MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER
LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF
THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
Keunggulan
STAD
dengan
proses
INSTAD dapat dipadukan dengan
scaffolding di dalamnya dikombinasikan
mind map (peta pikiran) karena teknik ini
dengan model inkuiri
dapat membantu siswa dalam mencatat dan
dengan prinsip
konstruktivistiknya
merupakan
suatu
memahami materi pelajaran biologi yang
model
yang
dipercaya
dapat
banyak dan kompleks. Peta pikiran adalah
mengembangkan
kemampuan
berpikir
cara kreatif bagi peserta didik secara
analitis siswa pada pembelajaran biologi.
Gabungan model inkuiri dan STAD
individual untuk menghasilkan ide-ide,
mencatat pelajaran
atau merencanakan
mempunyai tahapan kegiatan pembelajaran
penelitian baru. Dengan membuat peta
yang dapat mengakomodasi terciptanya
pikiran, siswa akan menemukan kemudahan
kemandirian siswa dalam belajar untuk
untuk mengidentifikasi secara jelas dan
menemukan
kerja
kreatif apa yang telah mereka pelajari dan
kelompok. Pada model gabungan tersebut,
apa yang mereka rencanakan (Silberman,
siswa
akan
2009). Keuntungan dalam menggunakan
kemampuannya dapat dilengkapi oleh siswa
mind map adalah dapat melihat gambaran
dengan kemampuan tinggi melalui proses
secara menyeluruh dengan jelas, dapat
scaffolding. Proses scaffolding ini dapat
melihat detailnya tanpa kehilangan benang
dilakukan ketika siswa melakukan kerja
merah antar topik, memudahkan dalam
kelompok maupun diskusi kelas. Hasil dari
berkonsentrasi, mudah mengingat karena
diskusi
terdapat penanda visual (Warseno dan
konsep
yang
merasa
kelas
ini
digeneralisasikan
kesimpulan
melalui
yang
terbatas
selanjutnya
menjadi
komprehensif
akan
sebuah
Kumorojati, 2011).
terkait
Beberapa
penelitian
mengenai
dengan materi yang dipelajari. Generalisasi
INSTAD sudah pernah dilaksanakan terkait
atau induksi materi sangat diperlukan untuk
dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
materi Biologi yang kompleks, agar siswa
Namun, salah satu aspek dalam berpikir
dapat
secara
tingkat tinggi yaitu kemampuan berpikir
menyeluruh tentang materi yang sudah
analitis belum pernah diteliti secara lebih
dipelajari. Impelementasinya, ada beberapa
spesifik pada mata pelajaran Biologi.
cara untuk membuat generalisasi atau
Penelitian yang sudah dilaksanakan belum
induksi materi, salah satunya dengan
memadukan model INSTAD dengan teknik
menggunakan teknik pencatatan mind map
pencatatan sejenis mind map. Oleh karena
(peta pikiran).
itu, perlu dilaksanakan penelitian untuk
mempunyai
gambaran
19
Yekti Nur Utami- A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND
MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER
LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF
THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
mengetahui adanya perbedaan kemampuan
menggunakan desain penelitian Post-test
berpikir analitis biologi antara model
Only with Nonequivalent Groups di mana
INSTAD
mind
dipadu
map
dengan
setelah melakukan perlakuan pada salah
satu
pembelajaran konvensional.
kelompok
memilih
eksperimental,
satu
kelompok
peneliti
pembanding
kemudian dilakukan postes pada kelompok
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMA
eksperimental dan kelompok pembanding
Negeri 4 Surakarta pada semester genap
yang sudah dipilih sebelumnya (Creswell,
bulan
2010).
Maret-Mei
tahun
pelajaran
Perlakuan yang akan diberikan
kepada kedua kelompok tersebut adalah
2012/2013.
Subjek penelitian adalah siswa kelas
berupa model pembelajaran, yaitu model
XI IPA SMA Negeri 4 Surakarta berjumlah
pembelajaran
konvensional
188 siswa yang selanjutnya dianggap
INSTAD dipadu mind map.
Model
sebagai populasi penelitian. Pengambilan
dan
pembelajaran
model
INSTAD
sampel dilakukan dengan metode cluster
dipadu mind map diterapkan pada materi
sampling. Sampel yang diperoleh adalah
sistem koordinasi manusia. Materi sistem
kelas
koordinasi manusia meliputi sistem saraf,
XI
IPA
4
sebagai
kelompok
eksperimen yang berjumlah 32 siswa dan
sistem
kelas
Pelaksanaan
pembelajaran
pembanding berjumlah 30 siswa. Penelitian
selama
kali
menggunakan 2 variabel yaitu variabel
pengulangan sintaks INSTAD sebanyak 2
bebas dan variabel terikat. Variabel bebas
kali.
XI
IPA
5
sebagai
kelompok
endokrin,
4
dan
sistem
indera.
dilaksanakan
pertemuan
dengan
model
Teknik pengumpulan data yang
pembelajaran INSTAD dipadu mind map
digunakan dalam penelitian ini adalah
dan pembelajaran konvensional, sedangkan
teknik dokumentasi, teknik tes, teknik
variabel terikat adalah kemampuan berpikir
observasi, dan teknik kuesioner. Teknik
analitis
berpikir
dokumentasi digunakan untuk mendapatkan
analitis biologi meliputi kemampuan untuk
nilai ulangan harian siswa yang akan
membedakan,
digunakan
pada
penelitian
ini
biologi.
adalah
Keterampilan
mengatribusikan,
dan
Penelitian ini ini merupakan quasi
atau
dasar
pembuatan
kelompok STAD. Teknik tes digunakan
mengorganisasikan.
eksperimen
sebagai
eksperimen
semu
untuk
mengukur
kemampuan
berpikir
analitis biologi siswa. Tes yang digunakan
20
Yekti Nur Utami- A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND
MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER
LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF
THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
mind
map
dalam penelitian adalah berupa tes uraian
dipadu
yang terdiri dari soal kognitif dalam
pembanding
tingkatan C4 (analisis). Teknik observasi
konvensional, yaitu metode ceramah bervariasi
digunakan
dengan power point. Perbedaan kemampuan
untuk
keterlaksanaan
kontrol
sintaks
terhadap
INSTAD.
Sedangkan teknik angket digunakan untuk
mengetahui respon siswa terhadap model
pembelajaran
rata-rata nilai tes kemampuan berpikir analitis
biologi kelompok eksperimen lebih tinggi
daripada kelompok pembanding.
Pelaksanaan pembelajaran dikontrol
berupa
melalui
lembar
perangkat pembelajaran, lembar observasi,
sintaks.
Hasil
dan angket telah divalidasi oleh pakar/ahli
menunjukkan bahwa model INSTAD dipadu
baik
secara
mind map telah dilaksanakan dengan baik.
konten/isi. Validasi menggunakan teknik
Deskripsi dari masing-masing keterlaksanaan
judgment experts dengan menggunakan
tersebut adalah sebagai berikut:
secara
penelitian
menggunakan
kelompok
berpikir analitis biologi dapat diketahui dari
pembelajaran INSTAD dipadu mind map.
Instrumen
sedangkan
konstruk
maupun
observasi
rekap
keterlaksanaan
lembar
observasi
rumus dari Gregory (2007) dan dianalisis
dengan bantuan software AN SOFT 1.0
Pada tahap ini, terdapat dua aktivitas
(Kusumadani, 2012).
guru yaitu guru membentuk kelompok
Teknik analisis data yang digunakan
dalam
penelitian
1. Tahap I (Presentasi Guru)
adalah
uji-t.
Uji
t
diskusi
dan
memberikan
pertanyaan
sebagai petunjuk untuk siswa. Kelompok
digunakan untuk mengetahui ada atau
diskusi yang dibentuk terdiri dari 5-6
tidaknya perbedaan yang signifikan dari
anggota
dua variabel yang dikomparasikan. Uji
kemampuan akademik dan jenis kelamin.
prasyarat yang me-nyertai uji t adalah uji
Pada kelas eksperimen terdiri dari 32 siswa
homogenitas dan uji normalitas.
sehingga dapat dibentuk 6 kelompok. Pada
yang
heterogen
dilihat
dari
sub bahasan sistem saraf dan endokrin,
tahap
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil uji t menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan kemampuan berpikir analitis
biologi antara kelompok eksperimen dengan
kelompok pembanding. Pembelajaran pada
kelompok eksperimen menggunakan INSTAD
ini
dilakukan
pada
pertemuan
pertama, sedangkan sub bahasan sistem
indera, tahap ini dilakukan pada pertemuan
ketiga.
Pada
memberikan
pertemuan
pertama,
apersepsi
guru
dengan
menayangkan video horror. Penayangan
video ini dilakukan dengan tujuan dapat
21
Yekti Nur Utami- A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND
MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER
LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF
THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
mengarahkan siswa menuju materi sistem
Pada
pertemuan
pertama,
guru
saraf dan sistem endokrin, karena rasa
membimbing siswa untuk merumuskan
takut yang muncul setelah mengamati
masalah mengenai konsep tentang struktur,
video adalah reaksi dari kerja sistem saraf
fungsi, proses, kelainan/penyakit pada
dan
guru
sistem saraf dan endokrin. sedangkan pada
memberikan pertanyaan sebagai petunjuk
pertemuan ketiga, guru membimbing siswa
siswa, misalnya apa yang kalian rasakan
untuk merumuskan masalah mengenai
setelah melihat video ini? Pertanyaan yang
konsep tentang struktur, fungsi, proses,
serupa juga diberikan hingga siswa paham
kelainan/penyakit
materi apa yang akan dipelajari pertemuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut,
itu.
siswa
endokrin.
Selanjutnya,
Langkah yang serupa juga dilakukan
pada
pertemuan
ketiga,
yaitu
menayangkan
video
proses
terdengarnya
bunyi
oleh
pada
merumuskan
sistem
hipotesis
indera.
yang
didasarkan pada pengetahuan siswa saat
guru
itu, tanpa melalui studi pustaka. Rumusan
kerja
hipotesis
telinga.
Penayangan video ini dilakukan dengan
tujuan dapat mengarahkan siswa menuju
kebenarannya
selanjutnya
dibuktikan
dengan
melakukan
eksperimen.
Guru
memfasilitasi
kegiatan
materi sistem indera. Tahap ini terlaksana
eksperimen siswa dengan menyiapkan
dengan
dengan
media pembelajaran berupa torso organ
antusiasme siswa yang ditunjukkan dengan
sistem koordinasi. Di dalam kelompoknya,
berbagai variasi jawaban siswa. Interaksi
siswa melakukan eksperimen
yang baik antara guru dengan murid ini
mengamati torso organ yang tersedia,
mendukung terlaksananya pembelajaran
menggambar, dan memberi keterangan
yang kondusif.
gambar. Melalui kegiatan pengamatan
baik,
dibuktikan
2. Tahap II (Kerja Kelompok)
Tahap
ini
adalah
torso organ ini, siswa dapat menemukan
tahap
kerja
sendiri konsep tentang struktur penyusun
kelompok meliputi merumuskan masalah,
sistem
merumuskan
pengamatan
eksperimen,
hipotesis,
melaksanakan
dengan
merancang
koordinasi
siswa
manusia.
ini
Hasil
selanjutnya
eksperimen,
dianalisis untuk dibuktikan kebenarannya
menganalisa data dan menguji hipotesis,
dengan melakukan kajian pustaka terhadap
serta
sumber belajar yang tersedia.
membuat
kesimpulan.
Setelah
memahami petunjuk yang diberikan guru,
Pada bagian akhir kerja kelompok ini,
selanjutnya siswa merumuskan masalah
siswa diminta untuk membuat kesimpulan
dengan bimbingan dari guru.
yang diwujudkan dalam bentuk peta
pikiran (mind map).
Peta pikiran hasil
22
Yekti Nur Utami- A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND
MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER
LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF
THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
buatan siswa terlihat sangat variatif. Siswa
tersebut. Dengan demikian, kelompok
mengerjakannya
karton
yang sudah paham akan materi dapat
yang
memberi penjelasan kepada kelompok
komunikatif, dan menggunakan warna
yang belum paham. Tahap ini dapat
yang beragam.
terlaksana dengan baik karena masing-
ukuran
A0,
dalam
dengan
kertas
gambar
Pada tahap kerja kelompok ini, siswa
masing siswa dalam kelompoknya dapat
mampu menerapkan proses scaffolding
menyampaikan
dalam diskusi kelompoknya. Hal ini dapat
dengan sangat maksimal menggunakan
terlihat ketika ada anggota kelompok yang
mind map yang variatif dan menarik.
belum mampu mengidentifikasi organ
hasil
kerja
kelompok
4. Tahap IV (Tes Individu)
penyusun sistem saraf, anggota kelompok
Pada tahap ini guru memberikan tes
yang sudah paham akan memberikan
individu sebagai evaluasi untuk mengukur
penjelasan. Dengan demikian, pemerataan
pemahaman siswa terhadap materi. Tes
konsep akan lebih terjamin dalam satu
individu yang disusun adalah berupa tes
kelompok.
kemampuan
3. Tahap III (Pengulangan)
berpikir
analitis
yang
dikerjakan secara individu.
Tahap pengulangan adalah tahap di
5. Tahap V (Penghargaan kelompok)
mana siswa diminta untuk menyampaikan
Penghargaan kelompok merupakan
hasil kerja kelompok mereka di depan
tahap
kelas. Salah satu point materi yang harus
INSTAD dipadu mind map. Pada tahap ini
disampaikan
guru memberikan penghargaan kepada
adalah
siswa
dapat
cara
kerja
sistem
memperagakan
terakhir
kelompok
dalam
terbaik.
pembelajaran
Kelompok
terbaik
koordinasi yang termasuk di dalamnya
adalah kelompok yang mempunyai skor
sistem saraf, sistem endokrin, dan sistem
tertinggi dalam setiap perkembangannya.
indera.
dilakukan
Penghargaan kelompok diberikan atas
dengan menggunakan torso yang telah
keberhasilan kelompok dalam kekompakan
disediakan. Presentasi dilakukan dengan
kerja kelompok untuk memberi motivasi.
Peragaan
tersebut
bantuan mind map yang sudah dikerjakan
sebelumnya.
Pada
Penerapan model ini terbukti dapat
memfasilitasi siswa dalam mengembangkan
tahap
ini
terlihat
proses
kemampuan berpikir analitis yang mendukung
scaffolding yang terjadi antar kelompok
dalam
saat diskusi kelas. Ketika satu kelompok
berpikir
presentasi,
membedakan,
kelompok
lain
dapat
mengajukan pertanyaan, dan kelompok
pembelajaran
analitis
biologi.
terdiri
dari
Kemampuan
kemampuan
mengorganisasi,
dan
mengatribusikan.
presentator dapat menjawab pertanyaan
23
Yekti Nur Utami- A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND
MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER
LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF
THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
Kemampuan membedakan merupakan
buatan siswa, dapat dilihat bahwa siswa mampu
proses memilah-milah bagian yang relevan dan
membuat
penting dari sebuah struktur. Membedakan
koheren antar konsep tersebut.
berbeda
dengan
memahami,
karena
hubungan
yang
Kemampuan
sistematis
dan
mengatribusikan
membedakan melibatkan proses menentukan
merupakan
bagian-bagian yang sesuai dengan struktur
menentukan sudut pandang, nilai, atau tujuan
keseluruhannya.
mengenai suatu masalah. Siswa berusaha untuk
berbeda
Selain
dengan
itu,
membedakan
membandingkan,
karena
memahami
kemampuan
siswa
permasalahan
yang
untuk
diberikan
membedakan digunakan dalam konteks yang
kemudian membuat kesimpulan tentang sudut
lebih luas untuk menentukan mana informasi
pandang di balik masalah tersebut. Kemampuan
yang relevan atau penting dan mana yang tidak.
mengatribusikan dapat terlihat ketika siswa
Kemampuan membedakan dapat terlihat dari
mampu
aktivitas siswa yang dapat menentukan struktur
kelainan/penyakit
pada
penyusun
manusia
petunjuk
sistem
koordinasi
melalui
pengamatan torso. Siswa mampu memilah-
mengenali
melalui
beberapa
sistem
macam
koordinasi
masalah
yang
diberikan guru.
milah organ apa saja yang termasuk dalam
Model pembelajaran INSTAD dipadu
struktur penyusun sistem saraf, endokrin, dan
mind map dapat memfasilitasi siswa dalam
indera. Siswa mampu menentukan bahwa otak
menemukan dan membangun konsep secara
dan
mandiri. Hal ini terlihat dari aktivitas siswa
sumsum tulang belakang merupakan
struktur
penyusun
sistem
saraf,
kelenjar
pada kegiatan pembelajaran, siswa menemukan
pankreas dan kelenjar timus merupakan bagian
sendiri
penyusun sistem endokrin, serta telinga, mata,
melalui pengamatan torso dan video. Kegiatan
hidung merupakan bagian penyusun sistem
dalam pembelajaran INSTAD dipadu mind map
indera.
dilaksanakan secara berkelompok, di mana
Kemampuan
merupakan
proses
mengorganisasi
tentang sistem koordinasi
siswa melakukan diskusi dalam kelompok
komponen
heterogen. Tujuan dari pengerjaan secara
informasi membentuk sebuah struktur yang
berkelompok ini adalah untuk menciptakan
koheren.
proses scaffolding dalam kelompoknya. Proses
Dalam
membangun
antarpotongan
mengenali
konsep
mengorganisasi,
hubungan
informasi.
yang
siswa
sistematis
berguna
untuk
menjamin
ini
pemerataan konsep sistem koordinasi manusia
terlihat dari aktivitas siswa dalam membuat
dalam satu kelompok. Anggota kelompok yang
berbentuk mind map. Peta
sudah paham akan materi dan konsep pelajaran
pikiran yang dibuat siswa memuat tentang
dapat memberikan tutor sebaya kepada anggota
struktur, fungsi, proses, kelainan/penyakit dari
kelompok lain yang belum paham. Hal ini
sistem koordinasi. Dalam peta pikiran hasil
sesuai dengan Teori Vygotsky (Trianto, 2011)
kesimpulan yang
Kemampuan
scaffolding
24
Yekti Nur Utami- A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND
MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER
LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF
THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
yang menekankan pembelajaran pada aspek
siswa tidak mampu membuat tabel struktur dan
sosial. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental
fungsi organ penyusun sistem koordinasi, dan
yang
siswa tidak mampu menggambar organ sistem
lebih
tinggi
akan
muncul
dalam
percakapan dan kerja sama antar-individu.
Penerapan
INSTAD
koordinasi dengan baik. Kemampuan siswa
dapat
dalam mengenali sudut pandang permasalahan
mengembangkan kemampuan berpikir analitis
juga tidak dapat dikembangkan, ditunjukkan
siswa,
dengan ketidaktepatan siswa dalam menentukan
sebagaimana
diungkapkan
oleh
Nuangchalerm (2009) yang menyatakan bahwa
jenis
inquiry-based
permasalahan yang diberikan guru.
learning
kemampuan
dapat
kognitif,
mendorong
penyakit/kelainan
dari
petunjuk
meningkatkan
Keadaan tersebut menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir analitis, dan kepuasan
pembelajaran ceramah bervariasi dengan power
belajar. Hal ini tidak ditemui pada kelompok
point
pembanding
di
kemampuan berpikir analitis siswa. Hal ini
menggunakan
metode
mana
pembelajarannya
mampu
mengembangkan
bervariasi
didukung dengan perolehan skor setiap aspek
dengan power point. Ketika pembelajaran
kemampuan berpikir analitis biologi pada
berlangsung siswa terlihat pasif mendengarkan
kelompok pembanding lebih rendah daripada
penjelasan dari guru. Siswa sesekali menjawab
kelompok
pertanyaan yang diberikan oleh guru. Aktivitas
ketercapaian setiap aspek kemampuan berpikir
siswa dalam mencatat isi materi pelajaran tidak
analitis pada kelompok eksperimen maupun
terlihat, karena siswa dapat mengkopi file
kelompok pembanding dapat dilihat pada
presentasi dari guru. Hal ini tentunya semakin
Gambar 1.
menambah
ceramah
tidak
kepasifan
siswa
dalam
pembelajaran.
eksperimen.
Perbandingan
skor
Pada kelas eksperimen, di akhir
proses pembelajarannya, siswa diminta untuk
Pembelajaran yang demikian tidak
membuat kesimpulan materi dalam bentuk peta
map).
mampu memfasilitasi siswa dalam membangun
pikiran
dan
sistem
membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu
koordinasi. Siswa hanya dapat mengamati
ingatan yang mudah. Dengan demikian, mind
organ-organ
slide
map dapat dijadikan alternatif dalam teknik
presentasi guru, sehingga siswa tidak mampu
mencatat siswa dalam buku catatan mereka
membedakan organ apa saja yang termasuk
sehingga mereka mudah dalam memahami,
dalam sistem saraf, endokrin, maupun sistem
mengingat dan mengembangkan materi yang
indera. Siswa juga tidak dapat mengidentifikasi
sudah didapatkan. Hal ini sesuai dengan teori
hubungan antar konsep dalam sistem koordinasi
belajar meaningful learning dari Ausubel
sehingga
mengorganisasikan
(Trianto, 2011) yang menyatakan bahwa belajar
informasi yang diterima. Hal ini terlihat ketika
dikatakan bermakna (meaningful) jika informasi
menemukan
sendiri
sistem
tidak
konsep
koordinasi
dapat
dari
(mind
Peta
pikiran
dapat
25
Yekti Nur Utami- A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND
MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER
LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF
THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
yang akan dipelajari siswa disusun sesuai
Hal ini didukung dengan hasil pekerjaan siswa
dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa,
yang sangat variatif dan menarik, karena dibuat
sehingga siswa dapat mengaitkan informasi
dalam ukuran kertas yang besar, bergambar
barunya dengan struktur kognitif yang dimiliki.
yang komunikatif, dan menggunakan warna
yang beragam.
Pada
pelaksanaan
pembelajaran
INSTAD dipadu mind map, siswa memberikan
respon positif terhadap penerapan model ini.
Respon positif tersebut diketahui dari sikap
setuju yang ditunjukkan siswa terhadap semua
indikator pada angket. Siswa menyatakan setuju
jika INSTAD dapat diterapkan pada materimateri biologi yang lain. Hal ini mengandung
makna bahwa siswa merasa model INSTAD
sesuai
diterapkan
untuk
materi
sistem
koordinasi manusia, sehingga timbul keinginan
untuk menerapkannya pada materi biologi yang
lain.
Materi
sistem
koordinasi
manusia
merupakan materi yang sangat kompleks
sehingga memerlukan kemampuan berpikir
analitis
untuk
dapat
memahaminya.
Kemampuan berpikir analitis dapat dilatihkan
melalui kegiatan pembelajaran INSTAD. Hal
Gambar 1. Grafik Perbandingan Skor
Ketercapaian Aspek Kemampuan Berpikir Analitis
Biologi
ini
didukung
respon
siswa
yang
menyatakan setuju bahwa INSTAD dapat
melatihkan
kemampuan
berpikir
analitis
map
biologi. Siswa berpendapat bahwa model
membutuhkan struktur kognitif siswa yang
INSTAD dapat menyajikan kegiatan belajar
memuat
dipelajari,
yang bermakna. Sementara itu, siswa juga
selanjutnya konsep ini disusun dalam media
memberikan respon yang positif terhadap
gambar berwarna yaitu mind map. Keles (2012)
teknik pencatatan mind map. Siswa berpendapat
Proses
konsep
pembuatan
yang
mind
oleh
sudah
mapping
bahwa mind map dapat mempermudah dalam
meningkatkan keterampilan berpikir siswa dan
mencatat, memahami dan mengingat materi
mengungkapkan
sistem koordinasi manusia yang kompleks.
juga
menyatakan
bahwa
kreativitas
mind
siswa
dengan
menggunakan bentuk dan warna yang berbeda.
26
Yekti Nur Utami- A COMPARATIVE STUDY OF INSTAD SUPPORTED BY MIND
MAP VISUALIZATION AND THE CONVENTIONAL TEACHERED CENTER
LEARNING CASE IN BIOLOGICAL ANALYTICAL THINKING COMPETENCY OF
THE STUDENT OF XI SCIENCE CLASS OF SMA N 4 SURAKARTA
Permendiknas. (2006). Standar Isi untuk
Satuan
Pendidikan
Dasar
dan
Menengah. No. 22.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini
Silberman, Mel. (2009). Active Learning.
Yogyakarta: Pustaka Instan Madani.
dapat disimpulkan bahwa:
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir
analitis
INSTAD
biologi
dipadu
model
mind
Slavin, R. E. (2009). Cooperative Learning.
Bandung: Nusa Media.
pembelajaran
map
dengan
pembelajaran konvensional siswa kelas XI
IPA SMAN 4 Surakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Trianto.
(2011).
Mendesain
Model
Pembelajaran
Inovatif-Progresif.
Jakarta: Prenada Media Group.
Warseno, A. dan Kumorojati, R. (2011).
Super Learning. Yogyakarta: Diva
Press.
Creswell, John W. (2010). Research
Design. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gregory, R. J. (2007). Psychological
Testing. History, Principles, and
Applications. Fifth edition. USA:
Omegatype Typography, Inc.
KBBI. (2007). Kamus Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Keles,
O.
(2012).
Elementary
Teachers’Views on Mind Mapping.
International Journal of Education. Vol.
4, No.1.
Kusumadani, A. I. (2012). Pengembangan
Perangkat Lunak Analisis Butir Soal
Dan Angket. Surakarta: Skripsi tidak
diterbitkan.
Nuangchalerm, P. (2009). Cognitive
Development, Analytical Thinking and
Learning Statisfaction of Second Grade
Students Learned through InquiryBased Learning. Asian Social Science.
Vol. 5, No. 10, pages 82-87.
27