THE STUDY COMPARISON OF METACOGNITIVE ABILITY BETWEEN INSTAD COMBINED CONCEPT MAP AND CONVENTIONAL LEARNING OF BIOLOGY LEARNING X GRADE STUDENTS AT SMA NEGERI 1 SUKOHARJO IN ACADEMIC YEAR 2012 2013 | Bowo Sugiharto | Pendidikan Biologi 7360 15470 1 SM
JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI
Volume 7 Nomor 1
Halaman 52-63
Februari 2015
STUDI KOMPARASI KEMAMPUAN METAKOGNITIF ANTARA INSTAD
DIPADU PETA KONSEP DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS X
SMA NEGERI 1 SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
THE STUDY COMPARISON OF METACOGNITIVE ABILITY BETWEEN
INSTAD COMBINED CONCEPT MAP AND CONVENTIONAL LEARNING
OF BIOLOGY LEARNING X GRADE STUDENTS
AT SMA NEGERI 1 SUKOHARJO
IN ACADEMIC YEAR 2012/2013
Ressa Erly Andana a, Riezky Maya Probosari b, Bowo Sugiharto c
a)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: [email protected]
b)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: [email protected]
c)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: [email protected]
Diterima… disetujui… 2013
ABSTRACT- The aim of this research was to ascertain metacognitive ability
differences between instad combined with concept map and conventional learning of
biology learning X grade students SMA Negeri 1 Sukoharjo in academic year
2012/2013.
This research was quasy experiment method. This research design was PostTest Only with Nonequivalent Control Group Design. The population of this research
was all of X grade students at SMA Negeri 1 Sukoharjo in academic year 2012/2013
with 255 students. Sampling techniques used cluster sampling. The sample of this
research was class X1 as experiment class with 32 students and class X2 as
comparison class with 31 students. The data collected using essay test, observations
and school document. The hypotheses was analyzed by t-test.
The result of this research showed that t-test of metacognitive ability was
significance < 0,05 is 0,015. The average value metacognitive ability of experiment
class was 80,85 and comparisan class was 75,94. The average value metacognitive
ability of experiment class was higher than the comparison class.
The research concluded that there was metacognitive ability differences
between INSTAD combined with concept map and conventional learning of biology
learning grade X student SMA Negeri 1 Sukoharjo in academic year 2012/2013.
Keyword: INSTAD, Concept map, Metacognitive ability.
52
Ressa Erly Andana- THE STUDY COMPARISON OF METACOGNITIVE ABILITY
BETWEEN INSTAD COMBINED CONCEPT MAP AND CONVENTIONAL
LEARNING OF BIOLOGY LEARNING X GRADE STUDENTS AT SMA NEGERI 1
SUKOHARJO IN ACADEMIC YEAR 2012/2013
Pembelajaran Biologi yang umum diterapkan
PENDAHULUAN
Pada dasarnya pembelajaran biologi
di sekolah adalah pembelajaran yang belum
sebagai sains meliputi tiga komponen yaitu
mengoptimalkan peran siswa dalam proses
produk, proses, dan sikap. Biologi terdiri dari
pembelajaran. Guru menjadi pusat informasi
fakta, hukum, prinsip serta teori yang telah
dan biasanya menggunakan metode ceramah
diterima kebenarannya, sehingga biologi
bervariasi yang diselingi dengan tanya jawab.
dapat dikatakan sebagai produk. Biologi
Metode tersebut berakibat pada kurangnya
sebagai proses, apabila di dalamnya terdapat
aktivitas siswa dalam proses penemuan, yaitu
suatu
tampak pada kegiatan siswa di dalam kelas
proses
maupun
metode
untuk
mendapatkan pengetahuan. Biologi sebagai
yang
cenderung
hanya
mendengarkan
sikap, apabila terdapat pengembangan sikap
penjelasan dari guru dan tidak terlihat adanya
ilmiah di dalamnya (Suciati, 2010).
kegiatan siswa dalam merancang suatu proses
Biologi ditinjau dari karakteristik
penemuan secara mandiri. Pembelajaran ini
keilmuannya mempunyai lingkup materi
masih menitikberatkan pada produk atau hasil
kajian
akhir
yang
luas,
sehingga
dalam
sehingga
mempelajarinya membutuhkan kemampuan
monoton
berpikir
kemampuan
logis,
analitis,
kombinatorial
kritis,
(Rustaman,
dan
2000).
Pembelajaran biologi hendaknya beorientasi
dan
pembelajaran
kurang
metakognitif
cenderung
memperhatikan
dalam
hal
merencanakan, memantau, dan mengevaluasi
proses pembelajaran siswa.
pada pemberian pengalaman yang melibatkan
Rendahnya kemampuan metakognitif
on),
mengakibatkan siswa menjadi tidak tepat
dan
dalam menggunakan strategi belajar yang
keterampilan sosial (hearts on) (Suciati,
sesuai, sehingga belajar hanya berorientasi
2010).
pada hafalan daripada bernalar atau berpikir.
keterampilan
keterampilan
kognitif
manual
(minds
(hands
on),
biologi
Kemampuan metakognitif yaitu kesadaran
berpusat pada siswa (student centered), di
tentang kognitif diri sendiri, bagaimana
mana peserta didik merupakan subjek belajar
kognitif
yang
untuk
mengaturnya. Pengembangan metakognisi
dirinya.
akan membuat siswa dapat mengetahui
Idealnya
memiliki
mengembangkan
pembelajaran
kemampuan
potensi
dalam
bekerja,
serta
bagaimana
53
Jurnal Pendidikan Biologi Vol…., No…, hal …
belajar secara sadar, mampu mengontrol dan
pancingan agar siswa dapat merumuskan
memonitor belajar anak sendiri (Miranda,
masalah
2010).
penyelesaiannya (Hamruni, 2011).
Pengoptimalan
kemampuan
metakognitif siswa, harus didukung dengan
sendiri
Model
serta
pembelajaran
mencari
yang
dapat
penerapan model pembelajaran yang tepat
menjadi
dan
adanya
optimalisasi penerapan model pembelajaran
pembaharuan dan perbaikan dalam proses
inkuiri adalah pembelajaran STAD (Student
pembelajaran.
Achievement Teams Divisions). Pembelajaran
sesuai,
sehingga
Salah
satu
perlu
strategi
yang
dapat
alternatif
kooperatif
tipe
dalam
mendukung
STAD
merupakan
kooperatif
yang
tipe
mengoptimalkan kemampuan metakognitif
pembelajaran
siswa adalah model pembelajaran Inkuiri-
sederhana dan paling mudah diterapkan di
STAD
kelas.
(INSTAD).
Model
pembelajaran
Model
pembelajaran
paling
STAD
INSTAD merupakan model pembelajaran
menitikberatkan pada kerja sama kelompok
inkuiri
dalam memecahkan masalah dan memahami
dipadu
dengan
pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Inkuiri tidak hanya
materi
mengembangkan
berlangsung. Model pembelajaran ini dapat
melainkan
termasuk
kemampuan
seluruh
di
potensi
dalamnya
intelektual
yang
ada,
pengembangan
di
kelas
ketika
pembelajaran
memberikan keuntungan bagi siswa yang
memiliki
kemampuan
akademik
rendah
emosional dan keterampilan. Pembelajaran
maupun tinggi karena di dalamnya terdapat
inkuiri
proses tutorial teman sebaya (scaffolding).
dapat
metakognitif
melatihkan
dalam
hal
kemampuan
perencanaan,
Pembelajaran
inkuiri
dan
model
pemantauan, dan evaluasi, serta dapat melatih
pembelajaran kooperatif STAD merupakan
kemampuan
kombinasi yang baik dan saling melengkapi
siswa
untuk
mengkonstruk
pengetahuan sendiri sehingga mendapatkan
karena
konsep-konsep biologi yang dapat diterapkan
kombinasi
dalam
Implementasi
mengoptimalkan kemampuan metakognitif
pembelajaran inkuiri kurang terlaksana dalam
siswa dengan sintaks yang dimiliki oleh
kelas yang jumlah siswanya banyak dan
model pembelajaran INSTAD. INSTAD
memerlukan waktu yang lama, karena guru
membuat
kehidupan.
dalam
ini
pembelajaran
Biologi
dipandang
dapat
pembelajaran
Biologi
lebih
harus memberikan petunjuk atau pertanyaan
54
Ressa Erly Andana- THE STUDY COMPARISON OF METACOGNITIVE ABILITY
BETWEEN INSTAD COMBINED CONCEPT MAP AND CONVENTIONAL
LEARNING OF BIOLOGY LEARNING X GRADE STUDENTS AT SMA NEGERI 1
SUKOHARJO IN ACADEMIC YEAR 2012/2013
Penelitian dilaksanakan di SMA
bermakna karena siswa bekerja inkuiri dalam
Negeri 1 Sukoharjo pada semester genap
kelompok kooperatif (Prayitno, 2011).
Model INSTAD akan lebih baik
hasilnya
jika
dipadu
dengan
strategi
tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini
termasuk
kuasi
eksperimen
dengan
visualisasi yaitu peta konsep. Peta konsep
pendekatan kuantitatif. Desain penelitian
akan
menghasilkan
adalah Posttest Only Nonequivalent Control
pembelajaran bermakna dalam kelas. Peta
Group Design dengan menggunakan kelas
konsep dapat menyediakan bantuan visual
eksperimen dan kelas perbandingan.
membantu
siswa
konkret untuk memfasilitasi siswa dalam
Populasi dalam penelitian ini adalah
mengorganisasikan konsep-konsep sebelum
seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1
konsep tersebut dipelajari (Trianto. 2010).
Sukoharjo dengan jumlah siswa sebanyak
untuk
255. Teknik pengambilan sampel dengan
mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
cluster sampling. Hasil pemilihan sampel
kemampuan
model
menetapkan kelas X1 dengan siswa sejumlah
pembelajaran INSTAD dipadu peta konsep
32 orang sebagai kelas eksperimen yang
dan model pembelajaran konvensional pada
diberi
pembelajaran biologi siswa kelas X SMA
INSTAD dipadu peta konsep. Kelas X2
Negeri
dengan siswa sebanyak 31 orang sebagai
Penelitian
1
ini
bertujuan
metakognitif
Sukoharjo
2012/2013.
antara
tahun
pelajaran
perlakuan
model
pembelajaran
kelas perbandingan yang diberi perlakuan
model pembelajaran konvensional.
METODE PENELITIAN
Variabel
bebasnya
berupa
model
INSTAD dipadu peta konsep sedangkan
variabel
terikatnya
adalah
kemampuan
metakognitif. Teknik pengumpulan data yang
digunakan
dalam
dokumentasi,
tes
penelitian
dan
ini
adalah
observasi.
Dokumentasi pada penelitian ini berupa
dokumen hasil belajar yang diolah selama
satu semester dengan nilai asli sebagai bahan
55
Jurnal Pendidikan Biologi Vol…., No…, hal …
acuannya yang digunakan untuk mengetahui
siswa kelas eksperimen yaitu 80,85 lebih
keseimbangan
siswa
tinggi dibandingkan dengan rata-rata nilai
berdasarkan nilai hasil belajar biologi pada
kelas perbandingan yaitu 75,94. Gambar
populasi penelitian. Metode tes digunakan
berikut ini adalah grafik perbandingan rata-
untuk
rata
kemampuan
mengambil
metakognitif.
awal
data
kemampuan
Metode observasi dalam
kemampuan
metakognitif
kelas
eksperimen dan kelas perbandingan.
penelitian ini digunakan untuk mengontrol
keterlaksanaan sintaks model pembelajaran.
Tes uji coba instrumen penelitian
dilakukan untuk mengetahui validitas diukur
dengan perhitungan rumus content validity.
Analisis
data
pada
menggunakan uji t.
penelitian
dengan
Sebelum dilakukan
analisis data, maka dilakukan uji normalitas
menggunakan uji Kolmogorov-smirnov dan
uji homogenitas dengan uji Levene’s yang
dibantu menggunakan program SPSS 16.
Gambar 1. Grafik Perbandingan RataRata Kemampuan Metakognitif Siswa
Kelas
Eksperimen
dan
Kelas
Perbandingan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penerapan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
INSTAD
dipadu
peta
terdapat perbedaan kemampuan metakognitif
konsep mampu mengoptimalkan kemampuan
antara kelas eksperimen yang menggunakan
metakognitif siswa, pernyataan ini terbukti
INSTAD dipadu peta konsep dan kelas
pada
perbandingan
yang
menggunakan
metakognitif kelas eksperimen yang terbilang
pembelajaran
konvensional
pada
materi
tinggi. Pembelajaran INSTAD dipadu peta
pencemaran lingkungan. Pernyataan tersebut
konsep, terdapat proses yang melibatkan
didasarkan pada hasil uji hipotesis di mana
kemampuan metakognitif siswa, hal ini
keputusan uji nilai sig < 0,05 dan didukung
terkait dengan sintaks yang dimiliki oleh
dari nilai rata-rata kemampuan metakognitif
INSTAD dipadu peta konsep yaitu adanya
hasil
rata-rata
nilai
kemampuan
56
Ressa Erly Andana- THE STUDY COMPARISON OF METACOGNITIVE ABILITY
BETWEEN INSTAD COMBINED CONCEPT MAP AND CONVENTIONAL
LEARNING OF BIOLOGY LEARNING X GRADE STUDENTS AT SMA NEGERI 1
SUKOHARJO IN ACADEMIC YEAR 2012/2013
untuk memahami materi, maka siswa akan
kegiatan merumuskan masalah, merumuskan
hipotesis, merancang percobaan, melakukan
mencari jalan keluar dengan bertanya kepada
percobaan, menganalisis data serta menguji
guru untuk mendapat penjelasan kembali
hipotesis dan menarik kesimpulan yang
maupun mencari sumber informasi dari buku
divisualisasikan dalam bentuk peta konsep.
referensi yang dimiliki dan dari internet.
Tahap
pertama
pembelajaran
Berdasarkan
hasil
pengamatan
terdapat
INSTAD dipadu peta konsep pada kelas X1
beberapa siswa yang bertanya mengenai
sebagai kelas eksperimen adalah presentasi
materi pencemaran lingkungan yang akan
guru, dalam proses pembelajaran siswa
dipelajari. Guru kemudian menjawab dan
dibagi menjadi 6 kelompok secara heterogen.
memberikan
Guru
siswa yang bertanya.
menyampaikan
apersepsi
dengan
penjelasan
kembali
kepada
menayangkan sebuah video yang berisi
Tahap kedua INSTAD dipadu peta
tentang terjadinya banjir akibat ulah manusia.
konsep adalah kerja kelompok, tahap ini
Selain
terdiri dari proses merumuskan masalah,
itu
guru
mencoba
menggali
pengetahuan awal siswa mengenai materi
merumuskan
pencemaran lingkungan dengan memberikan
percobaan, menganalisis data serta menguji
beberapa pertanyaan terkait materi yang akan
hipotesis,
dipelajari. Kemudian guru menyampaikan
membimbing
poin-poin penting materi sebagai gambaran
untuk
awal, sehingga siswa memiliki bekal untuk
masalah. Diskusi diawali dengan pengamatan
mengkonstruksi
pada
gambar pencemaran air, udara, tanah, dan
kegiatan selanjutnya. Siswa mendengarkan
suara. Siswa dalam kelompok kooperatifnya
dan menjawab pertanyaan yang disampaikan
mendiskusikan penyebab dan dampak yang
oleh guru. Kemampuan metakognitif terlihat
ditimbulkan dari keempat jenis pencemaran
ketika siswa melakukan monitoring terhadap
tersebut, kemudian siswa menyusun rumusan
kemampuan kognitifnya, apakah dirinya
masalah.
Siswa
selanjutnya
mampu atau tidak untuk memahami materi
hipotesis
guna
memberikan
yang akan dipelajari. Siswa yang menilai
sementara terhadap rumusan masalah yang
kemampuan kognitif dirinya tidak mampu
telah dibuat. Langkah berikutnya pada tahap
pengetahuannya
hipotesis,
dan
membuat
merancang
induksi.
masing-masing
berdiskusi
dalam
Guru
kelompok
merumuskan
menyusun
jawaban
57
Jurnal Pendidikan Biologi Vol…., No…, hal …
ini adalah siswa merancang sebuah percobaan
memikirkan
sesuai
yang
objek penelitiannya dan kapan dilakukan
siswa
pengukuran atau pengambilan data. Setelah
merancang percobaan yang bertujuan untuk
melakukan percobaan, siswa akan menguji
mengetahui pengaruh kegiatan manusia yang
hipotesis
menyebabkan
diperoleh bersama dengan kelompoknya.
dengan
diperoleh.
jenis
Guru
pencemaran
membimbing
pencemaran
lingkungan
bagaimana
dan
memperlakukan
menganalisis
data
yang
terhadap kelangsungan hidup organisme.
Siswa kemudian berdiskusi menjawab
Siswa menentukan judul, tujuan, alat serta
beberapa pertanyaan mengenai dampak dan
bahan yang akan digunakan dan menyusun
upaya
cara kerja. Siswa kemudian melakukan
lingkungan yang terdapat pada LKS. Pada
percobaan
saat diskusi kelompok, siswa mengalami
sesuai
dengan
rancangan
percobaan yang telah dibuat.
dalam
mengatasi
pencemaran
kendala seperti bingung dalam mengambil
Pada tahap kerja kelompok ini, siswa
keputusan karena banyaknya pendapat yang
mengembangkan aspek dari kemampuan
muncul. Siswa menggunakan kemampuan
metakognitif yaitu dalam hal perencanaan.
metakognitifnya
Perencanaan
terlihat
masalah
merencanakan,
menentukan
ketika
siswa
tersebut
menyelesaikan
dengan
merundingkan
dan
kembali dengan teman sekelompok untuk
alat serta bahan untuk
memutuskan pendapat mana yang lebih baik
persiapan percobaan yang akan dilakukan.
dan tepat. Pernyataan tersebut didukung oleh
Aspek kemampuan metakognitif lain seperti
Preisseissen,
menurutnya
manajemen informasi, juga terlihat pada saat
menggunakan
proses
siswa mengurutkan langkah-langkah kerja
memilih suatu keputusan yang terbaik dari
dari percobaan yang akan dilakukan. Selain
beberapa
itu siswa juga menggunakan kemampuan
pengumpulan
informasi,
metakognitifnya
pengetahuan
kebaikan
kekurangan
prosedural dan pengetahuan kondisional,
alternatif,
yang
mengambil
mengalokasikan
terlihat
yaitu
ketika
siswa
tujuan,
dalam
berdiskusi
pilihan
dan
siswa
akan
berpikirnya
untuk
yang
menganalisis
keputusan
ada
melalui
perbandingan
dari
setiap
informasi,
yang
dan
terbaik
memikirkan bagaimana melakukan percobaan
berdasarkan alasan yang rasional (Yamin,
yang
2012).
telah
membuktikan
dirancang
sehingga
hipotesisnya,
siswa
dapat
juga
58
Ressa Erly Andana- THE STUDY COMPARISON OF METACOGNITIVE ABILITY
BETWEEN INSTAD COMBINED CONCEPT MAP AND CONVENTIONAL
LEARNING OF BIOLOGY LEARNING X GRADE STUDENTS AT SMA NEGERI 1
SUKOHARJO IN ACADEMIC YEAR 2012/2013
konsep dapat memberdayakan kemampuan
Selanjutnya
siswa
menarik
kesimpulan,
pada
kesimpulan
ini,
tahap
penarikan
siswa
akan
menggeneralisasikan hasil temuannya yang
sebelumnya
didahului
dengan
kegiatan
peserta
didik
dalam
memantau
dan
mengontrol kemajuan kognitifnya.
Tahap ketiga INSTAD dipadu peta
konsep adalah pengulangan, guru memberi
analisis data bersama teman sekelompoknya.
kesempatan
Pada tahap ini, siswa akan menggunakan
mempresentasikan hasil diskusi kelompok
aspek kemampuan metakognitifnya yaitu
serta peta konsep yang telah dibuat ke depan
evaluasi. Aspek evaluasi terlihat ketika siswa
kelas. Setiap kelompok antusias
dengan
kelompoknya
menyampaikan hasil diskusi dan berusaha
perolehan
hasil
menyimpulkan
percobaan
yang
telah
menjadi
kepada
kelompok
membimbing
dilakukan.
Tahap kedua INSTAD dipadu peta
memberikan
jalannya
konfirmasi
siswa
terbaik.
diskusi
apabila
untuk
dalam
Guru
dan
terjadi
konsep juga dilakukan penyusunan peta
kesalahan agar tidak terjadi miskonsepsi.
konsep oleh siswa. Masing-masing kelompok
Tahap ketiga ini siswa mengembangkan
membuat
mengaitkan
aspek kemampuan metakognitif yaitu revisi,
informasi-informasi yang diperoleh dan yang
terlihat ketika siswa mengoreksi kesalahan
dipelajari
proses
hasil diskusi dan memperbaikinya. Siswa
materi
pencemaran
dengan kemampuan metakognisinya sadar
Kemudian
siswa
akan kelebihan dan keterbatasannya dalam
memvisualisasikannya ke dalam sebuah peta
belajar. Artinya saat siswa mengetahui
konsep. Pada peta konsep, siswa akan
kesalahannya, mereka sadar untuk mengakui
mengetahui
bahwa mereka salah, dan berusaha untuk
induksi
pembelajaran
lingkungan.
dengan
selama
mengikuti
pada
bagian
mana
yang
belum
dimengerti dan bagian mana yang sudah
memperbaikinya (Sastrawati, 2011).
dimengerti, hal tersebut secara tidak langsung
Tahap keempat INSTAD dipadu peta
akan membantu siswa dalam memberdayakan
konsep adalah tes individu, guru memberikan
kemampuan
dimiliki.
tes evaluasi untuk mengetahui pemahaman
Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat
siswa terhadap materi yang sudah dipelajari,
Jedge (1994), yang menyatakan bahwa peta
selain itu untuk mengetahui kemampuan
metakognitif
yang
59
Jurnal Pendidikan Biologi Vol…., No…, hal …
metakognitif
setiap
Evaluasi
kelompok yang memiliki skor nilai tertinggi.
dilakukan dengan memberikan soal essai
Tujuan diberikannya penghargaan kepada
yang harus dikerjakan oleh setiap individu.
kelompok yang terbaik adalah suatu bentuk
Siswa
apresiasi karena kelompok telah bekerjasama
yang
individu.
memiliki
kemampuan
metakognitif yang tinggi akan terlihat ketika
dengan
menjawab tes dengan kalimat sendiri, urutan
berkontribusi
paparan jawaban runtut dan sistematis, logis,
menghasilkan suatu hasil diskusi yang baik.
dengan gramatika (bahasa) benar, yang
dilengkapi
dengan
baik,
setiap
anggota
dalam
diskusi
mampu
dan
Pada INSTAD dipadu peta konsep di
alasan
dalamnya terdapat pembelajaran STAD, yaitu
(analisis/evaluasi/kreasi) dan jawaban itu
siswa bekerja dalam kelompok. Setiap siswa
benar
dalam kelompok memiliki kesempatan untuk
(Corebima,
2009).
Siswa
yang
memiliki kemampuan metakognitif yang
mengetahui
tinggi tentunya akan menjadi pembelajar
pendapat. Kegiatan diskusi dalam kelompok
yang sukses, hal tersebut sejalan dengan
akan menimbulkan kegiatan scaffolding atau
pendapat
dan
saling
menyampaikan
Livingston
(1997)
yaitu
tutorial teman sebaya. Proses Scafollding
berperan
penting
dalam
terlihat ketika siswa berdiskusi mengenai
keberhasilan belajar karena implementasi
materi pencemaran lingkungan, siswa yang
metakognisi
siswa
belum paham materi akan meminta bantuan
merencanakan runtutan maupun langkah
kepada siswa yang sudah paham materi untuk
kerja
masalah.
menjelaskan kembali. Pada saat menemui
Berdasarkan hasil tes, didapatkan hasil bahwa
suatu permasalahan, siswa akan memecahkan
siswa
kemampuan
masalah secara bersama dengan melakukan
metakognitif tinggi sejumlah 30 siswa, lebih
curah pendapat antar anggota kelompok,
banyak dibandingkan siswa yang memiliki
dalam
kemampuan metakognitif rendah yang hanya
kemampuan
2 siswa.
tersebut didukung oleh pendapat dari Muijs
metakognisi
dalam
yang
dapat
membantu
memecahkan
memiliki
Tahap terakhir adalah penghargaan
hal
kemampuan
atau reward
dikembangkan
kelompok terbaik.
Pemberian penghargaan ini didasarkan pada
siswa
memberdayakan
metakognitifnya.
Pernyataan
& Reynolds (2008) yang menyatakan bahwa
kelompok, guru memberikan penghargaan
kepada
ini
metakognitif
melalui
dapat
kegiatan-kegiatan
kerja kelompok, karena adanya scaffolding.
60
Ressa Erly Andana- THE STUDY COMPARISON OF METACOGNITIVE ABILITY
BETWEEN INSTAD COMBINED CONCEPT MAP AND CONVENTIONAL
LEARNING OF BIOLOGY LEARNING X GRADE STUDENTS AT SMA NEGERI 1
SUKOHARJO IN ACADEMIC YEAR 2012/2013
pembelajaran
konvensional
yaitu
Dunslosky dan Thiede berpendapat bahwa
metakognisi
membuat
yaitu
menggunakan metode ceramah bervariasi
belajar, menggunakan
yang diselingi tanya jawab. Pada pertemuan
dalam
rencana
pembelajaran
keterampilan dan strategi untuk memecahkan
pertama,
guru
menyampaikan
materi
masalah (Coutinho, 2007).
pembelajaran dengan menggunakan media
INSTAD dipadu peta konsep dapat
power point. Selama proses pembelajaran
memfasilitasi siswa dalam mengkonstruk
siswa cenderung hanya mendengarkan dan
pengetahuan sendiri (inkuiri) serta dapat
mencatat penjelasan yang disampaikan oleh
mengoptimalkan
guru.
kemampuan
Peran
guru
pembelajaran
metakognitifnya. Hasil penelitian ini sesuai
konvensional
dengan hasil penelitian Prayitno (2010)
dengan
menyatakan
pembelajaran
pembelajaran terpusat pada guru, sehingga
mampu
siswa tidak terlibat aktif dalam pembelajaran.
memberdayakan berpikir tinggi, metakognisi,
Namun, sesekali guru memancing respon
dan keterampilan proses
siswa dengan melontarkan pertanyaan kepada
INSTAD
dengan
bahwa
model
(Inkuiri-STAD)
pernyataan
penelitiannya,
sains.
tersebut
Handayani
Sejalan
dalam
(2009),
siswa,
ini
dalam
kata
sangat
lain
sehingga
mendominasi,
semua
terjadi
kegiatan
diskusi
kelas
meskipun yang bertanya dan berpendapat
menyatakan bahwa siswa yang difasilitasi
hanya siswa tertentu saja.
dengan
memiliki
yang hanya mendengarkan ceramah dari
tinggi
guru, berakibat pada adanya sebagian anak
dibanding siswa yang diberi pembelajaran
yang tidak fokus terhadap pembelajaran, ada
multistrategi. Dengan demikian pembelajaran
pula yang memanfaatkan kesempatan untuk
berbasis inkuiri dalam hal ini INSTAD
mengerjakan hal lain di luar pembahasan
dipadu peta konsep dapat mengoptimalkan
materi.
proses mengetahui proses berpikir diri sendiri
cenderung monoton dan membosankan bagi
yang
siswa, karena tidak ada inovasi baru sehingga
pembelajaran
kemampuan
inkuiri
metakognitif
dikenal
dengan
lebih
kemampuan
minat
metakognitif.
Pembelajaran di kelas X2 sebagai
kelas
perbandingan,
Suasana
siswa
Aktivitas siswa
pembelajaran
dalam
mengikuti
tersebut
proses
pembelajaran menjadi kurang.
menggunakan
61
Jurnal Pendidikan Biologi Vol…., No…, hal …
Perbedaan kelas eksperimen dan kelas
kontrol terlihat ketika proses pembelajaran
dan pelaksanaan praktikum, di mana siswa
dalam
kelas
eksperimen
pengetahuan
sendiri
mengkonstruk
dan
merancang
percobaan pencemaran lingkungan sendiri.
Sedangkan pada kelas perbandingan siswa
mendapatkan materi langsung dari guru dan
melakukan percobaan dengan menggunakan
modul yang sebelumnya sudah dibuat oleh
guru. Kegiatan tersebut menyebabkan siswa
kurang
memberdayakan
metakognitifnya
karena
kemampuan
siswa
tidak
melatihkan aspek-aspek yang terdapat pada
kemampuan metakognitif seperti perencanaan
dan manajemen informasi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
disimpulkan
bahwa
terdapat
kemampuan
metakognitif
perbedaan
antara
model
pembelajaran INSTAD dipadu peta konsep
dan
pembelajaran
konvensional
pada
pembelajaran biologi siswa kelas X SMA
Negeri 1 Sukoharjo.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, S. & Ahmadi, I.K. (2010). Proses
Pembelajaran Kreatif dan Inovatif
dalam Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Corebima,
A.D.
(2010).
Berdayakan
Kemampuan
Berpikir
Selama
Pembelajaran Sains Demi Masa Depan
Kita. Prosiding Seminar Nasional Sains
2010.
Coutinho. (2007). The Relationship Between
Goals, Metacognition, and Academic
Success. Research paper, 7(1), 39-47.
Northern Illinois University, United
States of America.
Eva, D.P. (2012). Pengaruh Model
Pembelajaran
Inkuiri
Terbimbing
dengan
Peta
Konsep
terhadap
Kemampuan Metakognitif dan Hasil
Belajar Biologi Siswa
SMA N 3
Sukoharjo.
Skripsi
Tidak
Dipublikasikan. Surakarta : FKIP
Universitas Sebelas Maret.
Handayani, F. E. (2009). Pengaruh
Penerapan Strategi Pembelajaran
Inkuiri
Terhadap
Keterampilan
Metakognitif
dan
Kemampuan
Kognitif Siswa Kelas X di SMAN 4
Malang Pada Kemampuan Akademik
Berbeda. Skripsi, Universitas Negeri
Malang, Malang.
Jedge. O. J. Alaiyemla, F. F., & Okebukola,
P. A. (1990). The Effect of Concept
Mapping on Students’ Anxiety and
Achievement in Biology. Journal of
Research in Science Teaching, 27
(10), 951-960.
Livingston, A.J. (1997). Metacognition: An
Overview. State University of New York
at
Buffalo.
http://www.gse.buffalo.edu/fas/shuell/c
ep564/Metacog.htm
Prayitno, B. A. (2011). Pengembangan
Perangkat Pembelajaran IPA Biologi
SMP Berbasis Inkuiri Terbimbing
62
Ressa Erly Andana- THE STUDY COMPARISON OF METACOGNITIVE ABILITY
BETWEEN INSTAD COMBINED CONCEPT MAP AND CONVENTIONAL
LEARNING OF BIOLOGY LEARNING X GRADE STUDENTS AT SMA NEGERI 1
SUKOHARJO IN ACADEMIC YEAR 2012/2013
dipadu
Kooperatif
STAD
serta
Pengaruhnya terhadap Kemampuan
Berpikir Tingkat Tinggi, Metakognisi,
dan Keterampilan Proses Sains pada
Siswa berkemampuan Akademik Atas
dan
Bawah.
Disertasi
tidak
dipublikasikan, Universitas Negeri
Malang, Malang.
Sastrawati, E., Rusdi, M., dan Syamsurizal.
(2011). Problem-Based Learning,
Strategi
Metakognisi,
Dan
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
Siswa. Tekno-Pedagogi 1(2), 1-14.
Trianto.
(2010).
Mendesain
Model
Pembelajaran
Inovatif-Progresif.
Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Yamin, M. (2012). Strategi Pembelajaran
Berbasis Kompetensi. Jakarta: GP Press
Group.
63
Volume 7 Nomor 1
Halaman 52-63
Februari 2015
STUDI KOMPARASI KEMAMPUAN METAKOGNITIF ANTARA INSTAD
DIPADU PETA KONSEP DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS X
SMA NEGERI 1 SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
THE STUDY COMPARISON OF METACOGNITIVE ABILITY BETWEEN
INSTAD COMBINED CONCEPT MAP AND CONVENTIONAL LEARNING
OF BIOLOGY LEARNING X GRADE STUDENTS
AT SMA NEGERI 1 SUKOHARJO
IN ACADEMIC YEAR 2012/2013
Ressa Erly Andana a, Riezky Maya Probosari b, Bowo Sugiharto c
a)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: [email protected]
b)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: [email protected]
c)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: [email protected]
Diterima… disetujui… 2013
ABSTRACT- The aim of this research was to ascertain metacognitive ability
differences between instad combined with concept map and conventional learning of
biology learning X grade students SMA Negeri 1 Sukoharjo in academic year
2012/2013.
This research was quasy experiment method. This research design was PostTest Only with Nonequivalent Control Group Design. The population of this research
was all of X grade students at SMA Negeri 1 Sukoharjo in academic year 2012/2013
with 255 students. Sampling techniques used cluster sampling. The sample of this
research was class X1 as experiment class with 32 students and class X2 as
comparison class with 31 students. The data collected using essay test, observations
and school document. The hypotheses was analyzed by t-test.
The result of this research showed that t-test of metacognitive ability was
significance < 0,05 is 0,015. The average value metacognitive ability of experiment
class was 80,85 and comparisan class was 75,94. The average value metacognitive
ability of experiment class was higher than the comparison class.
The research concluded that there was metacognitive ability differences
between INSTAD combined with concept map and conventional learning of biology
learning grade X student SMA Negeri 1 Sukoharjo in academic year 2012/2013.
Keyword: INSTAD, Concept map, Metacognitive ability.
52
Ressa Erly Andana- THE STUDY COMPARISON OF METACOGNITIVE ABILITY
BETWEEN INSTAD COMBINED CONCEPT MAP AND CONVENTIONAL
LEARNING OF BIOLOGY LEARNING X GRADE STUDENTS AT SMA NEGERI 1
SUKOHARJO IN ACADEMIC YEAR 2012/2013
Pembelajaran Biologi yang umum diterapkan
PENDAHULUAN
Pada dasarnya pembelajaran biologi
di sekolah adalah pembelajaran yang belum
sebagai sains meliputi tiga komponen yaitu
mengoptimalkan peran siswa dalam proses
produk, proses, dan sikap. Biologi terdiri dari
pembelajaran. Guru menjadi pusat informasi
fakta, hukum, prinsip serta teori yang telah
dan biasanya menggunakan metode ceramah
diterima kebenarannya, sehingga biologi
bervariasi yang diselingi dengan tanya jawab.
dapat dikatakan sebagai produk. Biologi
Metode tersebut berakibat pada kurangnya
sebagai proses, apabila di dalamnya terdapat
aktivitas siswa dalam proses penemuan, yaitu
suatu
tampak pada kegiatan siswa di dalam kelas
proses
maupun
metode
untuk
mendapatkan pengetahuan. Biologi sebagai
yang
cenderung
hanya
mendengarkan
sikap, apabila terdapat pengembangan sikap
penjelasan dari guru dan tidak terlihat adanya
ilmiah di dalamnya (Suciati, 2010).
kegiatan siswa dalam merancang suatu proses
Biologi ditinjau dari karakteristik
penemuan secara mandiri. Pembelajaran ini
keilmuannya mempunyai lingkup materi
masih menitikberatkan pada produk atau hasil
kajian
akhir
yang
luas,
sehingga
dalam
sehingga
mempelajarinya membutuhkan kemampuan
monoton
berpikir
kemampuan
logis,
analitis,
kombinatorial
kritis,
(Rustaman,
dan
2000).
Pembelajaran biologi hendaknya beorientasi
dan
pembelajaran
kurang
metakognitif
cenderung
memperhatikan
dalam
hal
merencanakan, memantau, dan mengevaluasi
proses pembelajaran siswa.
pada pemberian pengalaman yang melibatkan
Rendahnya kemampuan metakognitif
on),
mengakibatkan siswa menjadi tidak tepat
dan
dalam menggunakan strategi belajar yang
keterampilan sosial (hearts on) (Suciati,
sesuai, sehingga belajar hanya berorientasi
2010).
pada hafalan daripada bernalar atau berpikir.
keterampilan
keterampilan
kognitif
manual
(minds
(hands
on),
biologi
Kemampuan metakognitif yaitu kesadaran
berpusat pada siswa (student centered), di
tentang kognitif diri sendiri, bagaimana
mana peserta didik merupakan subjek belajar
kognitif
yang
untuk
mengaturnya. Pengembangan metakognisi
dirinya.
akan membuat siswa dapat mengetahui
Idealnya
memiliki
mengembangkan
pembelajaran
kemampuan
potensi
dalam
bekerja,
serta
bagaimana
53
Jurnal Pendidikan Biologi Vol…., No…, hal …
belajar secara sadar, mampu mengontrol dan
pancingan agar siswa dapat merumuskan
memonitor belajar anak sendiri (Miranda,
masalah
2010).
penyelesaiannya (Hamruni, 2011).
Pengoptimalan
kemampuan
metakognitif siswa, harus didukung dengan
sendiri
Model
serta
pembelajaran
mencari
yang
dapat
penerapan model pembelajaran yang tepat
menjadi
dan
adanya
optimalisasi penerapan model pembelajaran
pembaharuan dan perbaikan dalam proses
inkuiri adalah pembelajaran STAD (Student
pembelajaran.
Achievement Teams Divisions). Pembelajaran
sesuai,
sehingga
Salah
satu
perlu
strategi
yang
dapat
alternatif
kooperatif
tipe
dalam
mendukung
STAD
merupakan
kooperatif
yang
tipe
mengoptimalkan kemampuan metakognitif
pembelajaran
siswa adalah model pembelajaran Inkuiri-
sederhana dan paling mudah diterapkan di
STAD
kelas.
(INSTAD).
Model
pembelajaran
Model
pembelajaran
paling
STAD
INSTAD merupakan model pembelajaran
menitikberatkan pada kerja sama kelompok
inkuiri
dalam memecahkan masalah dan memahami
dipadu
dengan
pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Inkuiri tidak hanya
materi
mengembangkan
berlangsung. Model pembelajaran ini dapat
melainkan
termasuk
kemampuan
seluruh
di
potensi
dalamnya
intelektual
yang
ada,
pengembangan
di
kelas
ketika
pembelajaran
memberikan keuntungan bagi siswa yang
memiliki
kemampuan
akademik
rendah
emosional dan keterampilan. Pembelajaran
maupun tinggi karena di dalamnya terdapat
inkuiri
proses tutorial teman sebaya (scaffolding).
dapat
metakognitif
melatihkan
dalam
hal
kemampuan
perencanaan,
Pembelajaran
inkuiri
dan
model
pemantauan, dan evaluasi, serta dapat melatih
pembelajaran kooperatif STAD merupakan
kemampuan
kombinasi yang baik dan saling melengkapi
siswa
untuk
mengkonstruk
pengetahuan sendiri sehingga mendapatkan
karena
konsep-konsep biologi yang dapat diterapkan
kombinasi
dalam
Implementasi
mengoptimalkan kemampuan metakognitif
pembelajaran inkuiri kurang terlaksana dalam
siswa dengan sintaks yang dimiliki oleh
kelas yang jumlah siswanya banyak dan
model pembelajaran INSTAD. INSTAD
memerlukan waktu yang lama, karena guru
membuat
kehidupan.
dalam
ini
pembelajaran
Biologi
dipandang
dapat
pembelajaran
Biologi
lebih
harus memberikan petunjuk atau pertanyaan
54
Ressa Erly Andana- THE STUDY COMPARISON OF METACOGNITIVE ABILITY
BETWEEN INSTAD COMBINED CONCEPT MAP AND CONVENTIONAL
LEARNING OF BIOLOGY LEARNING X GRADE STUDENTS AT SMA NEGERI 1
SUKOHARJO IN ACADEMIC YEAR 2012/2013
Penelitian dilaksanakan di SMA
bermakna karena siswa bekerja inkuiri dalam
Negeri 1 Sukoharjo pada semester genap
kelompok kooperatif (Prayitno, 2011).
Model INSTAD akan lebih baik
hasilnya
jika
dipadu
dengan
strategi
tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini
termasuk
kuasi
eksperimen
dengan
visualisasi yaitu peta konsep. Peta konsep
pendekatan kuantitatif. Desain penelitian
akan
menghasilkan
adalah Posttest Only Nonequivalent Control
pembelajaran bermakna dalam kelas. Peta
Group Design dengan menggunakan kelas
konsep dapat menyediakan bantuan visual
eksperimen dan kelas perbandingan.
membantu
siswa
konkret untuk memfasilitasi siswa dalam
Populasi dalam penelitian ini adalah
mengorganisasikan konsep-konsep sebelum
seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1
konsep tersebut dipelajari (Trianto. 2010).
Sukoharjo dengan jumlah siswa sebanyak
untuk
255. Teknik pengambilan sampel dengan
mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
cluster sampling. Hasil pemilihan sampel
kemampuan
model
menetapkan kelas X1 dengan siswa sejumlah
pembelajaran INSTAD dipadu peta konsep
32 orang sebagai kelas eksperimen yang
dan model pembelajaran konvensional pada
diberi
pembelajaran biologi siswa kelas X SMA
INSTAD dipadu peta konsep. Kelas X2
Negeri
dengan siswa sebanyak 31 orang sebagai
Penelitian
1
ini
bertujuan
metakognitif
Sukoharjo
2012/2013.
antara
tahun
pelajaran
perlakuan
model
pembelajaran
kelas perbandingan yang diberi perlakuan
model pembelajaran konvensional.
METODE PENELITIAN
Variabel
bebasnya
berupa
model
INSTAD dipadu peta konsep sedangkan
variabel
terikatnya
adalah
kemampuan
metakognitif. Teknik pengumpulan data yang
digunakan
dalam
dokumentasi,
tes
penelitian
dan
ini
adalah
observasi.
Dokumentasi pada penelitian ini berupa
dokumen hasil belajar yang diolah selama
satu semester dengan nilai asli sebagai bahan
55
Jurnal Pendidikan Biologi Vol…., No…, hal …
acuannya yang digunakan untuk mengetahui
siswa kelas eksperimen yaitu 80,85 lebih
keseimbangan
siswa
tinggi dibandingkan dengan rata-rata nilai
berdasarkan nilai hasil belajar biologi pada
kelas perbandingan yaitu 75,94. Gambar
populasi penelitian. Metode tes digunakan
berikut ini adalah grafik perbandingan rata-
untuk
rata
kemampuan
mengambil
metakognitif.
awal
data
kemampuan
Metode observasi dalam
kemampuan
metakognitif
kelas
eksperimen dan kelas perbandingan.
penelitian ini digunakan untuk mengontrol
keterlaksanaan sintaks model pembelajaran.
Tes uji coba instrumen penelitian
dilakukan untuk mengetahui validitas diukur
dengan perhitungan rumus content validity.
Analisis
data
pada
menggunakan uji t.
penelitian
dengan
Sebelum dilakukan
analisis data, maka dilakukan uji normalitas
menggunakan uji Kolmogorov-smirnov dan
uji homogenitas dengan uji Levene’s yang
dibantu menggunakan program SPSS 16.
Gambar 1. Grafik Perbandingan RataRata Kemampuan Metakognitif Siswa
Kelas
Eksperimen
dan
Kelas
Perbandingan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penerapan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
INSTAD
dipadu
peta
terdapat perbedaan kemampuan metakognitif
konsep mampu mengoptimalkan kemampuan
antara kelas eksperimen yang menggunakan
metakognitif siswa, pernyataan ini terbukti
INSTAD dipadu peta konsep dan kelas
pada
perbandingan
yang
menggunakan
metakognitif kelas eksperimen yang terbilang
pembelajaran
konvensional
pada
materi
tinggi. Pembelajaran INSTAD dipadu peta
pencemaran lingkungan. Pernyataan tersebut
konsep, terdapat proses yang melibatkan
didasarkan pada hasil uji hipotesis di mana
kemampuan metakognitif siswa, hal ini
keputusan uji nilai sig < 0,05 dan didukung
terkait dengan sintaks yang dimiliki oleh
dari nilai rata-rata kemampuan metakognitif
INSTAD dipadu peta konsep yaitu adanya
hasil
rata-rata
nilai
kemampuan
56
Ressa Erly Andana- THE STUDY COMPARISON OF METACOGNITIVE ABILITY
BETWEEN INSTAD COMBINED CONCEPT MAP AND CONVENTIONAL
LEARNING OF BIOLOGY LEARNING X GRADE STUDENTS AT SMA NEGERI 1
SUKOHARJO IN ACADEMIC YEAR 2012/2013
untuk memahami materi, maka siswa akan
kegiatan merumuskan masalah, merumuskan
hipotesis, merancang percobaan, melakukan
mencari jalan keluar dengan bertanya kepada
percobaan, menganalisis data serta menguji
guru untuk mendapat penjelasan kembali
hipotesis dan menarik kesimpulan yang
maupun mencari sumber informasi dari buku
divisualisasikan dalam bentuk peta konsep.
referensi yang dimiliki dan dari internet.
Tahap
pertama
pembelajaran
Berdasarkan
hasil
pengamatan
terdapat
INSTAD dipadu peta konsep pada kelas X1
beberapa siswa yang bertanya mengenai
sebagai kelas eksperimen adalah presentasi
materi pencemaran lingkungan yang akan
guru, dalam proses pembelajaran siswa
dipelajari. Guru kemudian menjawab dan
dibagi menjadi 6 kelompok secara heterogen.
memberikan
Guru
siswa yang bertanya.
menyampaikan
apersepsi
dengan
penjelasan
kembali
kepada
menayangkan sebuah video yang berisi
Tahap kedua INSTAD dipadu peta
tentang terjadinya banjir akibat ulah manusia.
konsep adalah kerja kelompok, tahap ini
Selain
terdiri dari proses merumuskan masalah,
itu
guru
mencoba
menggali
pengetahuan awal siswa mengenai materi
merumuskan
pencemaran lingkungan dengan memberikan
percobaan, menganalisis data serta menguji
beberapa pertanyaan terkait materi yang akan
hipotesis,
dipelajari. Kemudian guru menyampaikan
membimbing
poin-poin penting materi sebagai gambaran
untuk
awal, sehingga siswa memiliki bekal untuk
masalah. Diskusi diawali dengan pengamatan
mengkonstruksi
pada
gambar pencemaran air, udara, tanah, dan
kegiatan selanjutnya. Siswa mendengarkan
suara. Siswa dalam kelompok kooperatifnya
dan menjawab pertanyaan yang disampaikan
mendiskusikan penyebab dan dampak yang
oleh guru. Kemampuan metakognitif terlihat
ditimbulkan dari keempat jenis pencemaran
ketika siswa melakukan monitoring terhadap
tersebut, kemudian siswa menyusun rumusan
kemampuan kognitifnya, apakah dirinya
masalah.
Siswa
selanjutnya
mampu atau tidak untuk memahami materi
hipotesis
guna
memberikan
yang akan dipelajari. Siswa yang menilai
sementara terhadap rumusan masalah yang
kemampuan kognitif dirinya tidak mampu
telah dibuat. Langkah berikutnya pada tahap
pengetahuannya
hipotesis,
dan
membuat
merancang
induksi.
masing-masing
berdiskusi
dalam
Guru
kelompok
merumuskan
menyusun
jawaban
57
Jurnal Pendidikan Biologi Vol…., No…, hal …
ini adalah siswa merancang sebuah percobaan
memikirkan
sesuai
yang
objek penelitiannya dan kapan dilakukan
siswa
pengukuran atau pengambilan data. Setelah
merancang percobaan yang bertujuan untuk
melakukan percobaan, siswa akan menguji
mengetahui pengaruh kegiatan manusia yang
hipotesis
menyebabkan
diperoleh bersama dengan kelompoknya.
dengan
diperoleh.
jenis
Guru
pencemaran
membimbing
pencemaran
lingkungan
bagaimana
dan
memperlakukan
menganalisis
data
yang
terhadap kelangsungan hidup organisme.
Siswa kemudian berdiskusi menjawab
Siswa menentukan judul, tujuan, alat serta
beberapa pertanyaan mengenai dampak dan
bahan yang akan digunakan dan menyusun
upaya
cara kerja. Siswa kemudian melakukan
lingkungan yang terdapat pada LKS. Pada
percobaan
saat diskusi kelompok, siswa mengalami
sesuai
dengan
rancangan
percobaan yang telah dibuat.
dalam
mengatasi
pencemaran
kendala seperti bingung dalam mengambil
Pada tahap kerja kelompok ini, siswa
keputusan karena banyaknya pendapat yang
mengembangkan aspek dari kemampuan
muncul. Siswa menggunakan kemampuan
metakognitif yaitu dalam hal perencanaan.
metakognitifnya
Perencanaan
terlihat
masalah
merencanakan,
menentukan
ketika
siswa
tersebut
menyelesaikan
dengan
merundingkan
dan
kembali dengan teman sekelompok untuk
alat serta bahan untuk
memutuskan pendapat mana yang lebih baik
persiapan percobaan yang akan dilakukan.
dan tepat. Pernyataan tersebut didukung oleh
Aspek kemampuan metakognitif lain seperti
Preisseissen,
menurutnya
manajemen informasi, juga terlihat pada saat
menggunakan
proses
siswa mengurutkan langkah-langkah kerja
memilih suatu keputusan yang terbaik dari
dari percobaan yang akan dilakukan. Selain
beberapa
itu siswa juga menggunakan kemampuan
pengumpulan
informasi,
metakognitifnya
pengetahuan
kebaikan
kekurangan
prosedural dan pengetahuan kondisional,
alternatif,
yang
mengambil
mengalokasikan
terlihat
yaitu
ketika
siswa
tujuan,
dalam
berdiskusi
pilihan
dan
siswa
akan
berpikirnya
untuk
yang
menganalisis
keputusan
ada
melalui
perbandingan
dari
setiap
informasi,
yang
dan
terbaik
memikirkan bagaimana melakukan percobaan
berdasarkan alasan yang rasional (Yamin,
yang
2012).
telah
membuktikan
dirancang
sehingga
hipotesisnya,
siswa
dapat
juga
58
Ressa Erly Andana- THE STUDY COMPARISON OF METACOGNITIVE ABILITY
BETWEEN INSTAD COMBINED CONCEPT MAP AND CONVENTIONAL
LEARNING OF BIOLOGY LEARNING X GRADE STUDENTS AT SMA NEGERI 1
SUKOHARJO IN ACADEMIC YEAR 2012/2013
konsep dapat memberdayakan kemampuan
Selanjutnya
siswa
menarik
kesimpulan,
pada
kesimpulan
ini,
tahap
penarikan
siswa
akan
menggeneralisasikan hasil temuannya yang
sebelumnya
didahului
dengan
kegiatan
peserta
didik
dalam
memantau
dan
mengontrol kemajuan kognitifnya.
Tahap ketiga INSTAD dipadu peta
konsep adalah pengulangan, guru memberi
analisis data bersama teman sekelompoknya.
kesempatan
Pada tahap ini, siswa akan menggunakan
mempresentasikan hasil diskusi kelompok
aspek kemampuan metakognitifnya yaitu
serta peta konsep yang telah dibuat ke depan
evaluasi. Aspek evaluasi terlihat ketika siswa
kelas. Setiap kelompok antusias
dengan
kelompoknya
menyampaikan hasil diskusi dan berusaha
perolehan
hasil
menyimpulkan
percobaan
yang
telah
menjadi
kepada
kelompok
membimbing
dilakukan.
Tahap kedua INSTAD dipadu peta
memberikan
jalannya
konfirmasi
siswa
terbaik.
diskusi
apabila
untuk
dalam
Guru
dan
terjadi
konsep juga dilakukan penyusunan peta
kesalahan agar tidak terjadi miskonsepsi.
konsep oleh siswa. Masing-masing kelompok
Tahap ketiga ini siswa mengembangkan
membuat
mengaitkan
aspek kemampuan metakognitif yaitu revisi,
informasi-informasi yang diperoleh dan yang
terlihat ketika siswa mengoreksi kesalahan
dipelajari
proses
hasil diskusi dan memperbaikinya. Siswa
materi
pencemaran
dengan kemampuan metakognisinya sadar
Kemudian
siswa
akan kelebihan dan keterbatasannya dalam
memvisualisasikannya ke dalam sebuah peta
belajar. Artinya saat siswa mengetahui
konsep. Pada peta konsep, siswa akan
kesalahannya, mereka sadar untuk mengakui
mengetahui
bahwa mereka salah, dan berusaha untuk
induksi
pembelajaran
lingkungan.
dengan
selama
mengikuti
pada
bagian
mana
yang
belum
dimengerti dan bagian mana yang sudah
memperbaikinya (Sastrawati, 2011).
dimengerti, hal tersebut secara tidak langsung
Tahap keempat INSTAD dipadu peta
akan membantu siswa dalam memberdayakan
konsep adalah tes individu, guru memberikan
kemampuan
dimiliki.
tes evaluasi untuk mengetahui pemahaman
Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat
siswa terhadap materi yang sudah dipelajari,
Jedge (1994), yang menyatakan bahwa peta
selain itu untuk mengetahui kemampuan
metakognitif
yang
59
Jurnal Pendidikan Biologi Vol…., No…, hal …
metakognitif
setiap
Evaluasi
kelompok yang memiliki skor nilai tertinggi.
dilakukan dengan memberikan soal essai
Tujuan diberikannya penghargaan kepada
yang harus dikerjakan oleh setiap individu.
kelompok yang terbaik adalah suatu bentuk
Siswa
apresiasi karena kelompok telah bekerjasama
yang
individu.
memiliki
kemampuan
metakognitif yang tinggi akan terlihat ketika
dengan
menjawab tes dengan kalimat sendiri, urutan
berkontribusi
paparan jawaban runtut dan sistematis, logis,
menghasilkan suatu hasil diskusi yang baik.
dengan gramatika (bahasa) benar, yang
dilengkapi
dengan
baik,
setiap
anggota
dalam
diskusi
mampu
dan
Pada INSTAD dipadu peta konsep di
alasan
dalamnya terdapat pembelajaran STAD, yaitu
(analisis/evaluasi/kreasi) dan jawaban itu
siswa bekerja dalam kelompok. Setiap siswa
benar
dalam kelompok memiliki kesempatan untuk
(Corebima,
2009).
Siswa
yang
memiliki kemampuan metakognitif yang
mengetahui
tinggi tentunya akan menjadi pembelajar
pendapat. Kegiatan diskusi dalam kelompok
yang sukses, hal tersebut sejalan dengan
akan menimbulkan kegiatan scaffolding atau
pendapat
dan
saling
menyampaikan
Livingston
(1997)
yaitu
tutorial teman sebaya. Proses Scafollding
berperan
penting
dalam
terlihat ketika siswa berdiskusi mengenai
keberhasilan belajar karena implementasi
materi pencemaran lingkungan, siswa yang
metakognisi
siswa
belum paham materi akan meminta bantuan
merencanakan runtutan maupun langkah
kepada siswa yang sudah paham materi untuk
kerja
masalah.
menjelaskan kembali. Pada saat menemui
Berdasarkan hasil tes, didapatkan hasil bahwa
suatu permasalahan, siswa akan memecahkan
siswa
kemampuan
masalah secara bersama dengan melakukan
metakognitif tinggi sejumlah 30 siswa, lebih
curah pendapat antar anggota kelompok,
banyak dibandingkan siswa yang memiliki
dalam
kemampuan metakognitif rendah yang hanya
kemampuan
2 siswa.
tersebut didukung oleh pendapat dari Muijs
metakognisi
dalam
yang
dapat
membantu
memecahkan
memiliki
Tahap terakhir adalah penghargaan
hal
kemampuan
atau reward
dikembangkan
kelompok terbaik.
Pemberian penghargaan ini didasarkan pada
siswa
memberdayakan
metakognitifnya.
Pernyataan
& Reynolds (2008) yang menyatakan bahwa
kelompok, guru memberikan penghargaan
kepada
ini
metakognitif
melalui
dapat
kegiatan-kegiatan
kerja kelompok, karena adanya scaffolding.
60
Ressa Erly Andana- THE STUDY COMPARISON OF METACOGNITIVE ABILITY
BETWEEN INSTAD COMBINED CONCEPT MAP AND CONVENTIONAL
LEARNING OF BIOLOGY LEARNING X GRADE STUDENTS AT SMA NEGERI 1
SUKOHARJO IN ACADEMIC YEAR 2012/2013
pembelajaran
konvensional
yaitu
Dunslosky dan Thiede berpendapat bahwa
metakognisi
membuat
yaitu
menggunakan metode ceramah bervariasi
belajar, menggunakan
yang diselingi tanya jawab. Pada pertemuan
dalam
rencana
pembelajaran
keterampilan dan strategi untuk memecahkan
pertama,
guru
menyampaikan
materi
masalah (Coutinho, 2007).
pembelajaran dengan menggunakan media
INSTAD dipadu peta konsep dapat
power point. Selama proses pembelajaran
memfasilitasi siswa dalam mengkonstruk
siswa cenderung hanya mendengarkan dan
pengetahuan sendiri (inkuiri) serta dapat
mencatat penjelasan yang disampaikan oleh
mengoptimalkan
guru.
kemampuan
Peran
guru
pembelajaran
metakognitifnya. Hasil penelitian ini sesuai
konvensional
dengan hasil penelitian Prayitno (2010)
dengan
menyatakan
pembelajaran
pembelajaran terpusat pada guru, sehingga
mampu
siswa tidak terlibat aktif dalam pembelajaran.
memberdayakan berpikir tinggi, metakognisi,
Namun, sesekali guru memancing respon
dan keterampilan proses
siswa dengan melontarkan pertanyaan kepada
INSTAD
dengan
bahwa
model
(Inkuiri-STAD)
pernyataan
penelitiannya,
sains.
tersebut
Handayani
Sejalan
dalam
(2009),
siswa,
ini
dalam
kata
sangat
lain
sehingga
mendominasi,
semua
terjadi
kegiatan
diskusi
kelas
meskipun yang bertanya dan berpendapat
menyatakan bahwa siswa yang difasilitasi
hanya siswa tertentu saja.
dengan
memiliki
yang hanya mendengarkan ceramah dari
tinggi
guru, berakibat pada adanya sebagian anak
dibanding siswa yang diberi pembelajaran
yang tidak fokus terhadap pembelajaran, ada
multistrategi. Dengan demikian pembelajaran
pula yang memanfaatkan kesempatan untuk
berbasis inkuiri dalam hal ini INSTAD
mengerjakan hal lain di luar pembahasan
dipadu peta konsep dapat mengoptimalkan
materi.
proses mengetahui proses berpikir diri sendiri
cenderung monoton dan membosankan bagi
yang
siswa, karena tidak ada inovasi baru sehingga
pembelajaran
kemampuan
inkuiri
metakognitif
dikenal
dengan
lebih
kemampuan
minat
metakognitif.
Pembelajaran di kelas X2 sebagai
kelas
perbandingan,
Suasana
siswa
Aktivitas siswa
pembelajaran
dalam
mengikuti
tersebut
proses
pembelajaran menjadi kurang.
menggunakan
61
Jurnal Pendidikan Biologi Vol…., No…, hal …
Perbedaan kelas eksperimen dan kelas
kontrol terlihat ketika proses pembelajaran
dan pelaksanaan praktikum, di mana siswa
dalam
kelas
eksperimen
pengetahuan
sendiri
mengkonstruk
dan
merancang
percobaan pencemaran lingkungan sendiri.
Sedangkan pada kelas perbandingan siswa
mendapatkan materi langsung dari guru dan
melakukan percobaan dengan menggunakan
modul yang sebelumnya sudah dibuat oleh
guru. Kegiatan tersebut menyebabkan siswa
kurang
memberdayakan
metakognitifnya
karena
kemampuan
siswa
tidak
melatihkan aspek-aspek yang terdapat pada
kemampuan metakognitif seperti perencanaan
dan manajemen informasi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
disimpulkan
bahwa
terdapat
kemampuan
metakognitif
perbedaan
antara
model
pembelajaran INSTAD dipadu peta konsep
dan
pembelajaran
konvensional
pada
pembelajaran biologi siswa kelas X SMA
Negeri 1 Sukoharjo.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, S. & Ahmadi, I.K. (2010). Proses
Pembelajaran Kreatif dan Inovatif
dalam Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Corebima,
A.D.
(2010).
Berdayakan
Kemampuan
Berpikir
Selama
Pembelajaran Sains Demi Masa Depan
Kita. Prosiding Seminar Nasional Sains
2010.
Coutinho. (2007). The Relationship Between
Goals, Metacognition, and Academic
Success. Research paper, 7(1), 39-47.
Northern Illinois University, United
States of America.
Eva, D.P. (2012). Pengaruh Model
Pembelajaran
Inkuiri
Terbimbing
dengan
Peta
Konsep
terhadap
Kemampuan Metakognitif dan Hasil
Belajar Biologi Siswa
SMA N 3
Sukoharjo.
Skripsi
Tidak
Dipublikasikan. Surakarta : FKIP
Universitas Sebelas Maret.
Handayani, F. E. (2009). Pengaruh
Penerapan Strategi Pembelajaran
Inkuiri
Terhadap
Keterampilan
Metakognitif
dan
Kemampuan
Kognitif Siswa Kelas X di SMAN 4
Malang Pada Kemampuan Akademik
Berbeda. Skripsi, Universitas Negeri
Malang, Malang.
Jedge. O. J. Alaiyemla, F. F., & Okebukola,
P. A. (1990). The Effect of Concept
Mapping on Students’ Anxiety and
Achievement in Biology. Journal of
Research in Science Teaching, 27
(10), 951-960.
Livingston, A.J. (1997). Metacognition: An
Overview. State University of New York
at
Buffalo.
http://www.gse.buffalo.edu/fas/shuell/c
ep564/Metacog.htm
Prayitno, B. A. (2011). Pengembangan
Perangkat Pembelajaran IPA Biologi
SMP Berbasis Inkuiri Terbimbing
62
Ressa Erly Andana- THE STUDY COMPARISON OF METACOGNITIVE ABILITY
BETWEEN INSTAD COMBINED CONCEPT MAP AND CONVENTIONAL
LEARNING OF BIOLOGY LEARNING X GRADE STUDENTS AT SMA NEGERI 1
SUKOHARJO IN ACADEMIC YEAR 2012/2013
dipadu
Kooperatif
STAD
serta
Pengaruhnya terhadap Kemampuan
Berpikir Tingkat Tinggi, Metakognisi,
dan Keterampilan Proses Sains pada
Siswa berkemampuan Akademik Atas
dan
Bawah.
Disertasi
tidak
dipublikasikan, Universitas Negeri
Malang, Malang.
Sastrawati, E., Rusdi, M., dan Syamsurizal.
(2011). Problem-Based Learning,
Strategi
Metakognisi,
Dan
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
Siswa. Tekno-Pedagogi 1(2), 1-14.
Trianto.
(2010).
Mendesain
Model
Pembelajaran
Inovatif-Progresif.
Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Yamin, M. (2012). Strategi Pembelajaran
Berbasis Kompetensi. Jakarta: GP Press
Group.
63