Hubungan Lesi Tuberkulosis Paru Terhadap Diabetes Mellitus Chapter III V
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan menggunakan rancangan analitik dengan pendekatan
case control.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di poliklinik rawat jalan dan rawat inap di bagian paru
RSUP H. Adam Malik Medan selama kurun waktu 6 bulan.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi penelitian adalah semua pasien penderita TB paru dengan DM yang
berobat jalan dan rawat inap di bagian paru RSUP H. Adam Malik Medan.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi penelitian yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi.
a. Kriteria Inklusi.
1) Penderita TB paru, yaitu :
a) TB paru dengan BTA positif.
b) TB paru dengan BTA negatif, kultur atau GeneXpert positif M.
Tuberculosis.
c) TB paru BTA negatif yang respon terhadap pengobatan Obat Anti
Tuberkulosis (OAT).
2) TB paru kasus baru
3) Umur > 17 tahun dan < 70 tahun
4) Bersedia ikut penelitian dan telah menandatangani inform consent.
5) Tidak disertai penyakit paru yang lain.
6) Penderita DM, yaitu : DM tipe 1 dan DM tipe 2.
36
Universitas Sumatera Utara
7) Penapisan TB DM
b. Kriteria Eksklusi
1) Penderita dengan menggunakan obat immunosupresi.
2) TB ekstraparu.
3) HIV-AIDS
4) Menderita penyakit-penyakit kronis lainnya
3.4. Besar Sampel
Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus :
{Z1-/2 2 P (1-P) + Z1-P1 (1-P1) + P2 (1-P2)}2
n = ---------------------------------------------------------(P1- P2)2
Keterangan:
P1
= proporsi TB pada kelompok dengan DM ( 30% )
P2
= proporsi TB pada kelompok tanpa DM ( 69% )
Z1-/2 = nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan tingkat
kemaknaan α (untuk
α = 0,05 adalah 1,96)
Z1-
= nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan kuasa (power)
sebesar
diinginkan (untuk
= 0,05 adalah 1,645)
dimana, P1 = 30%, P2 = 69% (disesuaikan dari Kuo M C dkk)56, maka besar
sampel untuk masing-masing sampel adalah : 40 orang. Dengan demikian dalam
penelitian ini dibutuhkan 40 orang kasus dan 40 orang kontrol.
37
Universitas Sumatera Utara
3.5. Kerangka Operasional
Penderita TB
paru dengan DM
Penderita TB
paru tanpa DM
Usia
Jenis kelamin
Pendidikan
Riwayat merokok
Kepositifan BTA
berdasarkan sputum
KepositifanBTA
berdasarkan GeneXpert
Kriteria Inklusi dan
Eksklusi
Foto Thoraks
Luas Lesi
Lesi
minimal
Jenis Lesi
Bayangan
berawan
Kavitas
Letak Lesi
Miliar
Lesi
sedang
Efusi
Pleura
Tipikal
Ada
Jumlah
Kavita
s
Ukuran
Kavitas
Atipikal
Tidak
Lesi
luas
Single
Multiple
>4
cm
≤4
cm
38
Universitas Sumatera Utara
3.6. Defenisi Operasional
N
O
1
2
3
Variabel
Usia
Jenis
kelamin
Pendidikan
Definisi Operasional
Cara Ukur
lamanya hidup
penderita sampai
dengan datang ke
bagian paru
RS.H.Adam Malik.
Anamnese
Jenis kelamin penderita
TB dengan DM yang
datang ke bagian paru
RS.H.Adam Malik
Anamnese
Pendidikan formal
yang telah ditempuh
oleh penderita
berdasarkan jenis
pendidikan formal
terakhir yang dijalani
penderita.
Anamnese
Alat Ukur
Hasil Ukur
Lembar status
pemeriksaan
Skala
Ukur
Ratio
Dikelompokkan
dalam:
a. 17-25 tahun
b. 26-35 tahun
c. 36-45 tahun
d. 46-55 tahun
e. 56-65 tahun
f. 65-69 tahun
Lembar status
pemeriksaan
Dikelompokkan
dalam:
Nominal
a. Pria
b. Wanita
Lembar status
pemeriksaan
Kategorinya adalah:
Ordinal
a. Rendah : jika
b.
pendidikan tidak
sekolah sampai
dengan SD
Sedang : jika
pendidikan SMPSMA
c. Tinggi : jika
4
Riwayat
merokok
Status merokok
penderita TB dangan
DM yang datang
berobat ke bagian paru
RS. H. Adam malik
berdasarkan indeks
Brinkman. Derajat
berat merokok dengan
Indeks Brinkman (IB),
yaitu perkalian jumlah
rata-rata batang rokok
dihisap sehari
dikalikan lama
merokok
dalam tahun.
Anamnese
pendidikan >
perguruan tinggi
Lembar status Kategorinya adalah:
pemeriksaan
a. Derajat ringan : 0200
b. Derajat
sedang:
200-600
c. Derajat berat : >
600
Ratio
39
Universitas Sumatera Utara
Hasil dari pemeriksaan
dahak (BTA), yang
didapat dari
pemeriksaan hapusan
langsung BTA dan
GenXpert
6
Kepositifan
BTA
sputum
berdasarkan
hapusan
langsung
dan
GenXpert
Jenis Lesi
7
Luas lesi
Tingkat keparahan
kelainan paru pada TB
paru dengan DM yang
dinilai dari foto thoraks
berdasarkan klasifikasi
dari American
Thoracic Society
8
Letak lesi
Lokasi kelainan paru
pada TB paru dengan
DM yang dinilai dari
foto thoraks, dibagi
menjadi tipikal dan
atipikal . Tipikal : lesi
berada pada lapangan
atas paru ; Atipikal :
Lesi yang melibatkan
lapangan bawah paru.
Yang dibagi dengan
kriteria : lapangan atas
paru berada diatas iga
ke 2 anterior, lapangan
tengah paru berada
diantara iga ke 2 dan
iga ke 4 anterior,
lapangan bawah paru
pada iga ke 4 anterior
hingga ke diafragma.
5
Gambaran radiologik
yang dinilai dari foto
thorak yang dicurigai
sebagai lesi TB aktif
Direct
smear dan
GenXpert
di
laboratoriu
m
mikrobiolo
gi
Menilai
luas lesi TB
paru pada
foto toraks
yang dinilai
oleh dokter
spesialis
paru
Menilai
luas lesi TB
paru pada
foto toraks
yang dinilai
oleh dokter
spesialis
paru
Hasil
Laboratorium
mikrobiologi
Menilai
luas lesi TB
paru pada
foto toraks
yang dinilai
oleh dokter
spesialis
paru
Kategorinya adalah:
a. - (GenXpert MTb
Pos Rif Sus)
b. +
Ordinal
c. + +
d. + + +
e.
Film foto
toraks
Kategorinya :
a. Bayangan berawan
/ nodular
b. Kaviti
c. Milier
d. Efusi Pleura
Nominal
Film foto
toraks
Klasifikasi luas lesi:
a. Lesi minimal
b. Lesi sedang
c. Lesi luas
Ordinal
Film foto
toraks
Klasifikasi letak lesi:
a. Tipikal
Ordinal
b. Atipikal
40
Universitas Sumatera Utara
9
Jumlah
kavitas
Keadaan banyaknya
kavitas seluruh
lapangan paru yang
dinilai dari foto thoraks
Menilai
luas lesi TB
paru pada
foto toraks
yang dinilai
oleh dokter
spesialis
paru
Film foto
toraks
Klasifikasi jumlah
kavitas :
a. Single
b. Multipel
Ordinal
10
Ukuran
kavitas
Ukuran kavitas terbesar
yang terdapat pada
lapangan paru, yang
dinilai dari foto toraks
Menilai
luas lesi TB
paru pada
foto toraks
yang dinilai
oleh dokter
spesialis
paru
Film foto
toraks
Klasifikasi jumlah
kavitas :
a. ≤ 4 cm
b. >4 cm
Interval
11
Luas efusi
pleura
Banyaknya akumulasi
cairan dalam rongga
toraks yang disebabkan
oleh TB paru, yang
dinilai berdasarkan foto
toraks. Dikatakan efusi
pleura minimal jika
cairan pleura kurang
dari sepertiga
hemitoraks. Efusi
pleura sedang jika
cairan pleura lebih dari
sepertiga hemitoraks
tetapi kurang dari
setengah hemitoraks.
Efusi pleura luas jika
cairan pleura lebih dari
setengah hemitoraks.
Efusi pleura masif jika
cairan pleura
memenuhi satu
hemitoraks.
Menilai ada
tidaknya
efusi pleura
pada foto
toraks yang
dinilai oleh
dokter
spesialis
paru
Film foto
toraks
Kategorinya adalah:
a. Ada
b. Tidak ada
Ordinal
3.7. VARIABEL PENELITIAN
3.7.1 Variabel terikat (dependen) :
a. TB dengan DM
41
Universitas Sumatera Utara
b. TB tanpa DM
3.7.2 Variabel bebas (independen) :
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Pendidikan
d. Riwayat merokok
e. Kepositifan BTA sputum berdasarkan hapusan langsung
f. Kepositifan BTA sputum berdasarkan GeneXpert
g. Jenis lesi
h. Luas lesi
i. Letak lesi
j. Jumlah kavitas
k. Ukuran kavitas
l. Luas efusi pleura
3.8. Cara Kerja
a. Penderita yang memenuhi kriteria inklusi, sebelum penelitian dimulai
diminta persetujuan dan kesediaan penderita untuk mengikuti penelitian.
b. Dicatat nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, riwayat merokok, riwayat
alkohol, riwayat narkoba, kepositifan BTA berdasarkan hapusan langsung
atau GeneXpert.
c. Dilakukan pemeriksaan radiologi toraks kemudian dilakukan penilaian
foto thorak pada kelompok TB dengan DM dan kelompok TB tanpa DM.
Penilaian foto toraks berdasarkan:
1) Jenis lesi yaitu bayangan berawan, kavitas, milier dan efusi pleura
2) Luas lesi, yaitu lesi minimal, sedang dan luas.
3) Letak lesi, yaitu tipikal dan atipikal
4) Jumlah kavitas, yaitu single atau multiple.
5) Ukuran kavitas, yaitu ≤ 4 cm, > 4 cm
6) Luas efusi pleura, yaitu ada atau tidak ada
42
Universitas Sumatera Utara
3.9. Analisa Data
Data akan dianalisa secara deskriptif untuk melihat distribusi frekuensi
subyek penelitian berdasarkan karakteristik. Untuk membuktikan hipotesis adanya
hubungan antara lesi dan kejadian Tb paru dengan DM maka dilakukan statistik
analitik yaitu uji chi square. Keseluruhan data akan ditampilkan dalam bentuk
tabulasi. Nilai signifikansi ditentukan dengan α 4cm adalah 9 orang (90%) dan pada penderita TB paru tanpa DM adalah
1 orang (10%). Proporsi penderita TB paru dengan DM yang mempunyai kavitas
multipel adalah 12 orang (85,71%) dan pada penderita TB paru tanpa DM adalah
2 orang (14,29%). Untuk efusi pleura, pada penderita TB paru dengan DM
didapati sebanyak 2 orang (50%) dan TB paru tanpa DM sebanyak 2 orang (50%).
Untuk luas lesi, penderita TB paru dengan DM memiliki proporsi lesi luas yaitu
27 orang (64,29%) sedangkan pada TB paru tanpa DM yaitu 15 orang (35,71%).
Lokasi lesi atipikal ditemukan lebih banyak pada TB paru dengan DM yaitu 30
orang (73,17%) dan TB paru tanpa DM sebanyak 11 orang (26,83%).
47
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2. Hasil interpretasi foto toraks pada penderita TB paru dengan dan
tanpa DM
TB dengan DM
TB tanpa DM
Total
n
%
n
%
n
%
Total sampel
43
100
41
100
84
100
Kavitas
Ada
tidak ada
16
27
57,14
48,21
12
29
42,86
51,79
28
56
100
100
27
48,21
29
51,79
56
100
7
9
38,89
90,00
11
1
61,11
10,00
18
10
100
100
27
48,21
29
51,79
56
100
4
12
28,57
85,71
10
2
71,43
14,29
14
14
100
100
Efusi
Ada
tidak ada
2
41
50,00
51,25
2
39
50,00
48,75
4
80
100
100
Luas Lesi
Minimal
sedang
Luas
7
9
27
50,00
32,14
64,29
7
19
15
50,00
67,86
35,71
14
28
42
100
100
100
Lokasi lesi
Tipikal
Atipikal
13
30
30,23
73,17
30
11
69,77
26,83
43
41
100
100
Ukuran kavitas
tidak ada
kavitas
≤4
>4
Jumlah kavitas
tidak ada
kavitas
Single
Multiple
4.1.1. Hubungan Diabetes Mellitus dengan gambaran foto toraks TB paru
Tabel 4.3. Hubungan antara DM dengan ada tidaknya kavitas.
Kavitas
Ya
Tidak
TB-DM
16
27
TB
12
29
p-value
OR
95%CI
0.323
1.43
0.63 - 3.92
48
Universitas Sumatera Utara
Pada tabel 4.3 memperlihatkan interpretasi hubungan antara DM dengan
ada tidaknya kavitas. Dengan metode Chi square, tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara DM dengan ada tidaknya kavitas (p>0.05).
Tabel 4.4 Hubungan antara DM dengan jumlah kavitas.
Kavitas
Multiple
Single
TB-DM
12
4
TB
2
10
p-value
OR
95%CI
0.002
15
2,52-133,26
Pada tabel 4.4 memperlihatkan hubungan antara DM dengan jumlah
kavitas. Dengan metode Chi square, terdapat hubungan yang bermakna antara DM
dengan jumlah kavitas dimana TB dengan DM memiliki resiko 15 kali untuk
memiliki multiple kavitas dibandingkan TB tanpa DM (p-value 0,002).
Tabel 4.5 Hubungan antara DM dengan ukuran kavitas.
Kavitas
>4
0.05).
Tabel 4.6. Hubungan antara DM dengan luas lesi.
DM
Tidak DM
P-value
OR
95% CI
Minimal
7
7
1
1
1
Sedang
9
19
0.34
1.8
0.53 - 6.11
Luas
27
15
0.01
3.8
1.37 - 10.47
49
Universitas Sumatera Utara
Pada tabel 4.6 memperlihatkan interpretasi ada hubungan antara status DM
dengan lesi luas dibandingkan dengan lesi minimal. Dengan metode regresi
logistik, terdapat hubungan yang bermakna antara status DM dengan luas lesi.
Penderita dengan lesi luas 3.8 kali berpeluang memiliki DM dibandingkan lesi
minimal (p-value 0,03).
Tabel 4.7. Hubungan DM dengan lokasi lesi.
Letak Lesi
Atipikal
Tipikal
TB-DM
30
13
TB
11
30
p-value
OR
95%CI
0.00
6.29
2.43-16.25
Pada tabel 4.7 memperlihatkan interpretasi hubungan DM dengan lokasi
lesi. Dengan metode Chi Square, terdapat hubungan yang bermakna antara DM
dengan lokasi lesi. TB dengan DM memiliki resiko 6,29 kali untuk memiliki lesi
atipikal dibandingkan TB tanpa DM (p-value 0,05).
4.2 Pembahasan
Penelitian ini dilakukan dirumah sakit umum Pusat Haji Adam Malik
Medan yang melibatkan 84 orang subjek penelitian. Dari 84 orang subjek
penelitian, 43 orang merupakan penderita TB dengan DM dan 41 orang
merupakan penderita TB tanpa DM. Dari seluruh sampel yang didapat, mayoritas
50
Universitas Sumatera Utara
berjenis kelamin laki-laki pada kedua kelompok sampel. Sampel berjenis kelamin
laki-laki pada kelompok TB dengan DM sebanyak 29 orang (50%), perempuan
sebanyak 14 orang (53,8%) dan kelompok TB tanpa DM laki-laki sebanyak 29
orang (50%), perempuan sebanyak 12 orang (46,15%). Beberapa penelitian
sejenis sebelumnya (Singla R et al,2006; Hossain M,2016), penelitian Singla R
dkk yang membandingkan TB dengan DM dan TB tanpa DM, dari total subjek
692
orang
mayoritas
berjenis
kelamin
laki-laki
sebanyak
447
0rang
(64,6%)(Singla R et al,2006). Hossain M dkk meneliti tentang perbandingan TB
dengan DM dan TB tanpa DM secara klinis, radiologis dan bakteriologis
mempunyai subjek penelitian mayoritas laki-laki yaitu 71.1% TB dengan DM dan
63.6% TB tanpa DM (Hossain M et al,2016).
Akan tetapi pada beberapa
penelitian lain tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan
perempuan. Penelitian cohort yang dilakukan Pealing L dkk dari total sampel
sebanyak 1.441.347 orang, pada kelompok TB-DM yang berjenis kelamin lakilaki sebanyak 55,0% dan perempuan sebanyak 45%, pada kelompok TB tanpa
DM yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 53,1% dan perempuan sebanyak
46,9% (Pealin L et al,2015). Penelitian oleh Kuo MC dkk menunjukkan laki-laki
dan perempuan penderita DM sama-sama memiliki resiko yang tinggi untuk
terkena TB dengan hazard ratio:1.31, 95% CI =1.23–1.39, p0.05).
3. Pada penderita TB paru dengan DM, proporsi kavitas >4cm adalah 9 orang
(90%) dan pada penderita TB paru tanpa DM adalah 1 orang (10%).
4. Proporsi penderita TB paru dengan DM yang mempunyai kavitas multipel
adalah 12 orang (85,71%), penderita TB paru tanpa DM adalah 2 orang
(14,29%).
5. Penderita TB paru dengan DM memiliki proporsi lesi luas lebih besar
yaitu 27 orang (64,29%), TB paru tanpa DM yaitu 15 orang (35,71%).
6. Lokasi lesi atipikal ditemukan lebih banyak pada TB paru dengan DM
yaitu 30 orang (73,17%), TB paru tanpa DM sebanyak 11 orang (26,83%).
7. Terdapat hubungan antara DM dengan jumlah kavitas, luas lesi dan lokasi
lesi (p-value
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan menggunakan rancangan analitik dengan pendekatan
case control.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di poliklinik rawat jalan dan rawat inap di bagian paru
RSUP H. Adam Malik Medan selama kurun waktu 6 bulan.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi penelitian adalah semua pasien penderita TB paru dengan DM yang
berobat jalan dan rawat inap di bagian paru RSUP H. Adam Malik Medan.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi penelitian yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi.
a. Kriteria Inklusi.
1) Penderita TB paru, yaitu :
a) TB paru dengan BTA positif.
b) TB paru dengan BTA negatif, kultur atau GeneXpert positif M.
Tuberculosis.
c) TB paru BTA negatif yang respon terhadap pengobatan Obat Anti
Tuberkulosis (OAT).
2) TB paru kasus baru
3) Umur > 17 tahun dan < 70 tahun
4) Bersedia ikut penelitian dan telah menandatangani inform consent.
5) Tidak disertai penyakit paru yang lain.
6) Penderita DM, yaitu : DM tipe 1 dan DM tipe 2.
36
Universitas Sumatera Utara
7) Penapisan TB DM
b. Kriteria Eksklusi
1) Penderita dengan menggunakan obat immunosupresi.
2) TB ekstraparu.
3) HIV-AIDS
4) Menderita penyakit-penyakit kronis lainnya
3.4. Besar Sampel
Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus :
{Z1-/2 2 P (1-P) + Z1-P1 (1-P1) + P2 (1-P2)}2
n = ---------------------------------------------------------(P1- P2)2
Keterangan:
P1
= proporsi TB pada kelompok dengan DM ( 30% )
P2
= proporsi TB pada kelompok tanpa DM ( 69% )
Z1-/2 = nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan tingkat
kemaknaan α (untuk
α = 0,05 adalah 1,96)
Z1-
= nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan kuasa (power)
sebesar
diinginkan (untuk
= 0,05 adalah 1,645)
dimana, P1 = 30%, P2 = 69% (disesuaikan dari Kuo M C dkk)56, maka besar
sampel untuk masing-masing sampel adalah : 40 orang. Dengan demikian dalam
penelitian ini dibutuhkan 40 orang kasus dan 40 orang kontrol.
37
Universitas Sumatera Utara
3.5. Kerangka Operasional
Penderita TB
paru dengan DM
Penderita TB
paru tanpa DM
Usia
Jenis kelamin
Pendidikan
Riwayat merokok
Kepositifan BTA
berdasarkan sputum
KepositifanBTA
berdasarkan GeneXpert
Kriteria Inklusi dan
Eksklusi
Foto Thoraks
Luas Lesi
Lesi
minimal
Jenis Lesi
Bayangan
berawan
Kavitas
Letak Lesi
Miliar
Lesi
sedang
Efusi
Pleura
Tipikal
Ada
Jumlah
Kavita
s
Ukuran
Kavitas
Atipikal
Tidak
Lesi
luas
Single
Multiple
>4
cm
≤4
cm
38
Universitas Sumatera Utara
3.6. Defenisi Operasional
N
O
1
2
3
Variabel
Usia
Jenis
kelamin
Pendidikan
Definisi Operasional
Cara Ukur
lamanya hidup
penderita sampai
dengan datang ke
bagian paru
RS.H.Adam Malik.
Anamnese
Jenis kelamin penderita
TB dengan DM yang
datang ke bagian paru
RS.H.Adam Malik
Anamnese
Pendidikan formal
yang telah ditempuh
oleh penderita
berdasarkan jenis
pendidikan formal
terakhir yang dijalani
penderita.
Anamnese
Alat Ukur
Hasil Ukur
Lembar status
pemeriksaan
Skala
Ukur
Ratio
Dikelompokkan
dalam:
a. 17-25 tahun
b. 26-35 tahun
c. 36-45 tahun
d. 46-55 tahun
e. 56-65 tahun
f. 65-69 tahun
Lembar status
pemeriksaan
Dikelompokkan
dalam:
Nominal
a. Pria
b. Wanita
Lembar status
pemeriksaan
Kategorinya adalah:
Ordinal
a. Rendah : jika
b.
pendidikan tidak
sekolah sampai
dengan SD
Sedang : jika
pendidikan SMPSMA
c. Tinggi : jika
4
Riwayat
merokok
Status merokok
penderita TB dangan
DM yang datang
berobat ke bagian paru
RS. H. Adam malik
berdasarkan indeks
Brinkman. Derajat
berat merokok dengan
Indeks Brinkman (IB),
yaitu perkalian jumlah
rata-rata batang rokok
dihisap sehari
dikalikan lama
merokok
dalam tahun.
Anamnese
pendidikan >
perguruan tinggi
Lembar status Kategorinya adalah:
pemeriksaan
a. Derajat ringan : 0200
b. Derajat
sedang:
200-600
c. Derajat berat : >
600
Ratio
39
Universitas Sumatera Utara
Hasil dari pemeriksaan
dahak (BTA), yang
didapat dari
pemeriksaan hapusan
langsung BTA dan
GenXpert
6
Kepositifan
BTA
sputum
berdasarkan
hapusan
langsung
dan
GenXpert
Jenis Lesi
7
Luas lesi
Tingkat keparahan
kelainan paru pada TB
paru dengan DM yang
dinilai dari foto thoraks
berdasarkan klasifikasi
dari American
Thoracic Society
8
Letak lesi
Lokasi kelainan paru
pada TB paru dengan
DM yang dinilai dari
foto thoraks, dibagi
menjadi tipikal dan
atipikal . Tipikal : lesi
berada pada lapangan
atas paru ; Atipikal :
Lesi yang melibatkan
lapangan bawah paru.
Yang dibagi dengan
kriteria : lapangan atas
paru berada diatas iga
ke 2 anterior, lapangan
tengah paru berada
diantara iga ke 2 dan
iga ke 4 anterior,
lapangan bawah paru
pada iga ke 4 anterior
hingga ke diafragma.
5
Gambaran radiologik
yang dinilai dari foto
thorak yang dicurigai
sebagai lesi TB aktif
Direct
smear dan
GenXpert
di
laboratoriu
m
mikrobiolo
gi
Menilai
luas lesi TB
paru pada
foto toraks
yang dinilai
oleh dokter
spesialis
paru
Menilai
luas lesi TB
paru pada
foto toraks
yang dinilai
oleh dokter
spesialis
paru
Hasil
Laboratorium
mikrobiologi
Menilai
luas lesi TB
paru pada
foto toraks
yang dinilai
oleh dokter
spesialis
paru
Kategorinya adalah:
a. - (GenXpert MTb
Pos Rif Sus)
b. +
Ordinal
c. + +
d. + + +
e.
Film foto
toraks
Kategorinya :
a. Bayangan berawan
/ nodular
b. Kaviti
c. Milier
d. Efusi Pleura
Nominal
Film foto
toraks
Klasifikasi luas lesi:
a. Lesi minimal
b. Lesi sedang
c. Lesi luas
Ordinal
Film foto
toraks
Klasifikasi letak lesi:
a. Tipikal
Ordinal
b. Atipikal
40
Universitas Sumatera Utara
9
Jumlah
kavitas
Keadaan banyaknya
kavitas seluruh
lapangan paru yang
dinilai dari foto thoraks
Menilai
luas lesi TB
paru pada
foto toraks
yang dinilai
oleh dokter
spesialis
paru
Film foto
toraks
Klasifikasi jumlah
kavitas :
a. Single
b. Multipel
Ordinal
10
Ukuran
kavitas
Ukuran kavitas terbesar
yang terdapat pada
lapangan paru, yang
dinilai dari foto toraks
Menilai
luas lesi TB
paru pada
foto toraks
yang dinilai
oleh dokter
spesialis
paru
Film foto
toraks
Klasifikasi jumlah
kavitas :
a. ≤ 4 cm
b. >4 cm
Interval
11
Luas efusi
pleura
Banyaknya akumulasi
cairan dalam rongga
toraks yang disebabkan
oleh TB paru, yang
dinilai berdasarkan foto
toraks. Dikatakan efusi
pleura minimal jika
cairan pleura kurang
dari sepertiga
hemitoraks. Efusi
pleura sedang jika
cairan pleura lebih dari
sepertiga hemitoraks
tetapi kurang dari
setengah hemitoraks.
Efusi pleura luas jika
cairan pleura lebih dari
setengah hemitoraks.
Efusi pleura masif jika
cairan pleura
memenuhi satu
hemitoraks.
Menilai ada
tidaknya
efusi pleura
pada foto
toraks yang
dinilai oleh
dokter
spesialis
paru
Film foto
toraks
Kategorinya adalah:
a. Ada
b. Tidak ada
Ordinal
3.7. VARIABEL PENELITIAN
3.7.1 Variabel terikat (dependen) :
a. TB dengan DM
41
Universitas Sumatera Utara
b. TB tanpa DM
3.7.2 Variabel bebas (independen) :
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Pendidikan
d. Riwayat merokok
e. Kepositifan BTA sputum berdasarkan hapusan langsung
f. Kepositifan BTA sputum berdasarkan GeneXpert
g. Jenis lesi
h. Luas lesi
i. Letak lesi
j. Jumlah kavitas
k. Ukuran kavitas
l. Luas efusi pleura
3.8. Cara Kerja
a. Penderita yang memenuhi kriteria inklusi, sebelum penelitian dimulai
diminta persetujuan dan kesediaan penderita untuk mengikuti penelitian.
b. Dicatat nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, riwayat merokok, riwayat
alkohol, riwayat narkoba, kepositifan BTA berdasarkan hapusan langsung
atau GeneXpert.
c. Dilakukan pemeriksaan radiologi toraks kemudian dilakukan penilaian
foto thorak pada kelompok TB dengan DM dan kelompok TB tanpa DM.
Penilaian foto toraks berdasarkan:
1) Jenis lesi yaitu bayangan berawan, kavitas, milier dan efusi pleura
2) Luas lesi, yaitu lesi minimal, sedang dan luas.
3) Letak lesi, yaitu tipikal dan atipikal
4) Jumlah kavitas, yaitu single atau multiple.
5) Ukuran kavitas, yaitu ≤ 4 cm, > 4 cm
6) Luas efusi pleura, yaitu ada atau tidak ada
42
Universitas Sumatera Utara
3.9. Analisa Data
Data akan dianalisa secara deskriptif untuk melihat distribusi frekuensi
subyek penelitian berdasarkan karakteristik. Untuk membuktikan hipotesis adanya
hubungan antara lesi dan kejadian Tb paru dengan DM maka dilakukan statistik
analitik yaitu uji chi square. Keseluruhan data akan ditampilkan dalam bentuk
tabulasi. Nilai signifikansi ditentukan dengan α 4cm adalah 9 orang (90%) dan pada penderita TB paru tanpa DM adalah
1 orang (10%). Proporsi penderita TB paru dengan DM yang mempunyai kavitas
multipel adalah 12 orang (85,71%) dan pada penderita TB paru tanpa DM adalah
2 orang (14,29%). Untuk efusi pleura, pada penderita TB paru dengan DM
didapati sebanyak 2 orang (50%) dan TB paru tanpa DM sebanyak 2 orang (50%).
Untuk luas lesi, penderita TB paru dengan DM memiliki proporsi lesi luas yaitu
27 orang (64,29%) sedangkan pada TB paru tanpa DM yaitu 15 orang (35,71%).
Lokasi lesi atipikal ditemukan lebih banyak pada TB paru dengan DM yaitu 30
orang (73,17%) dan TB paru tanpa DM sebanyak 11 orang (26,83%).
47
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2. Hasil interpretasi foto toraks pada penderita TB paru dengan dan
tanpa DM
TB dengan DM
TB tanpa DM
Total
n
%
n
%
n
%
Total sampel
43
100
41
100
84
100
Kavitas
Ada
tidak ada
16
27
57,14
48,21
12
29
42,86
51,79
28
56
100
100
27
48,21
29
51,79
56
100
7
9
38,89
90,00
11
1
61,11
10,00
18
10
100
100
27
48,21
29
51,79
56
100
4
12
28,57
85,71
10
2
71,43
14,29
14
14
100
100
Efusi
Ada
tidak ada
2
41
50,00
51,25
2
39
50,00
48,75
4
80
100
100
Luas Lesi
Minimal
sedang
Luas
7
9
27
50,00
32,14
64,29
7
19
15
50,00
67,86
35,71
14
28
42
100
100
100
Lokasi lesi
Tipikal
Atipikal
13
30
30,23
73,17
30
11
69,77
26,83
43
41
100
100
Ukuran kavitas
tidak ada
kavitas
≤4
>4
Jumlah kavitas
tidak ada
kavitas
Single
Multiple
4.1.1. Hubungan Diabetes Mellitus dengan gambaran foto toraks TB paru
Tabel 4.3. Hubungan antara DM dengan ada tidaknya kavitas.
Kavitas
Ya
Tidak
TB-DM
16
27
TB
12
29
p-value
OR
95%CI
0.323
1.43
0.63 - 3.92
48
Universitas Sumatera Utara
Pada tabel 4.3 memperlihatkan interpretasi hubungan antara DM dengan
ada tidaknya kavitas. Dengan metode Chi square, tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara DM dengan ada tidaknya kavitas (p>0.05).
Tabel 4.4 Hubungan antara DM dengan jumlah kavitas.
Kavitas
Multiple
Single
TB-DM
12
4
TB
2
10
p-value
OR
95%CI
0.002
15
2,52-133,26
Pada tabel 4.4 memperlihatkan hubungan antara DM dengan jumlah
kavitas. Dengan metode Chi square, terdapat hubungan yang bermakna antara DM
dengan jumlah kavitas dimana TB dengan DM memiliki resiko 15 kali untuk
memiliki multiple kavitas dibandingkan TB tanpa DM (p-value 0,002).
Tabel 4.5 Hubungan antara DM dengan ukuran kavitas.
Kavitas
>4
0.05).
Tabel 4.6. Hubungan antara DM dengan luas lesi.
DM
Tidak DM
P-value
OR
95% CI
Minimal
7
7
1
1
1
Sedang
9
19
0.34
1.8
0.53 - 6.11
Luas
27
15
0.01
3.8
1.37 - 10.47
49
Universitas Sumatera Utara
Pada tabel 4.6 memperlihatkan interpretasi ada hubungan antara status DM
dengan lesi luas dibandingkan dengan lesi minimal. Dengan metode regresi
logistik, terdapat hubungan yang bermakna antara status DM dengan luas lesi.
Penderita dengan lesi luas 3.8 kali berpeluang memiliki DM dibandingkan lesi
minimal (p-value 0,03).
Tabel 4.7. Hubungan DM dengan lokasi lesi.
Letak Lesi
Atipikal
Tipikal
TB-DM
30
13
TB
11
30
p-value
OR
95%CI
0.00
6.29
2.43-16.25
Pada tabel 4.7 memperlihatkan interpretasi hubungan DM dengan lokasi
lesi. Dengan metode Chi Square, terdapat hubungan yang bermakna antara DM
dengan lokasi lesi. TB dengan DM memiliki resiko 6,29 kali untuk memiliki lesi
atipikal dibandingkan TB tanpa DM (p-value 0,05).
4.2 Pembahasan
Penelitian ini dilakukan dirumah sakit umum Pusat Haji Adam Malik
Medan yang melibatkan 84 orang subjek penelitian. Dari 84 orang subjek
penelitian, 43 orang merupakan penderita TB dengan DM dan 41 orang
merupakan penderita TB tanpa DM. Dari seluruh sampel yang didapat, mayoritas
50
Universitas Sumatera Utara
berjenis kelamin laki-laki pada kedua kelompok sampel. Sampel berjenis kelamin
laki-laki pada kelompok TB dengan DM sebanyak 29 orang (50%), perempuan
sebanyak 14 orang (53,8%) dan kelompok TB tanpa DM laki-laki sebanyak 29
orang (50%), perempuan sebanyak 12 orang (46,15%). Beberapa penelitian
sejenis sebelumnya (Singla R et al,2006; Hossain M,2016), penelitian Singla R
dkk yang membandingkan TB dengan DM dan TB tanpa DM, dari total subjek
692
orang
mayoritas
berjenis
kelamin
laki-laki
sebanyak
447
0rang
(64,6%)(Singla R et al,2006). Hossain M dkk meneliti tentang perbandingan TB
dengan DM dan TB tanpa DM secara klinis, radiologis dan bakteriologis
mempunyai subjek penelitian mayoritas laki-laki yaitu 71.1% TB dengan DM dan
63.6% TB tanpa DM (Hossain M et al,2016).
Akan tetapi pada beberapa
penelitian lain tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan
perempuan. Penelitian cohort yang dilakukan Pealing L dkk dari total sampel
sebanyak 1.441.347 orang, pada kelompok TB-DM yang berjenis kelamin lakilaki sebanyak 55,0% dan perempuan sebanyak 45%, pada kelompok TB tanpa
DM yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 53,1% dan perempuan sebanyak
46,9% (Pealin L et al,2015). Penelitian oleh Kuo MC dkk menunjukkan laki-laki
dan perempuan penderita DM sama-sama memiliki resiko yang tinggi untuk
terkena TB dengan hazard ratio:1.31, 95% CI =1.23–1.39, p0.05).
3. Pada penderita TB paru dengan DM, proporsi kavitas >4cm adalah 9 orang
(90%) dan pada penderita TB paru tanpa DM adalah 1 orang (10%).
4. Proporsi penderita TB paru dengan DM yang mempunyai kavitas multipel
adalah 12 orang (85,71%), penderita TB paru tanpa DM adalah 2 orang
(14,29%).
5. Penderita TB paru dengan DM memiliki proporsi lesi luas lebih besar
yaitu 27 orang (64,29%), TB paru tanpa DM yaitu 15 orang (35,71%).
6. Lokasi lesi atipikal ditemukan lebih banyak pada TB paru dengan DM
yaitu 30 orang (73,17%), TB paru tanpa DM sebanyak 11 orang (26,83%).
7. Terdapat hubungan antara DM dengan jumlah kavitas, luas lesi dan lokasi
lesi (p-value