Hubungan Perubahan Tekanan Intraokular, Axial Length dan Anterior Chamber Depth Sebelum dan Setelah Pemberian Sikloplegik Pada Anak Miopia di RSUP Haji Adam Malik Medan Chapter III VI

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1.

Rancangan penelitian
Penelitian ini adalah analitik observasional dengan metode pengumpulan data

secara case control.

3.2.

Pemilihan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan poli mata divisi Pediatrik Oftalmologi di RSUP H. Adam

Malik Medan dalam kurun waktu 1 Juli 2016 sampai dengan 21 Desember 2016.

3.3.

Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah semua anak penderita miopia dan anak emetropia


sebagai kelompok kontrol yang datang ke poli mata RSUP Haji Adam Malik Medan.

Universitas Sumatera Utara

3.4.

Besar Sampel
Sampel penelitian ditentukan sesuai rumus untuk penelitian ini

n1 = n 2

(Z


(1−α / 2 )

2 P (1 − P ) + Z (1− β ) P1 (1 − P1 ) + P2 (1 − P2 )

(P1 − P2 )2


)

2

Dimana :
Z (1−α / 2 ) = deviat baku alpha. utk = 0,05 maka nilai baku normalnya 1,96
Z (1− β ) = deviat baku alpha. utk = 0,10 maka nilai baku normalnya 1,282

=

P1

proporsi penderita myopia = 0,083 (8,3 %) (Saxena R, Vashit P,

Mani K, 2015)
= perkiraan penderita myopia yang diteliti = 0,383 (3,83 %)

P2


P1 − P2 = beda proporsi yang bermakna ditetapkan sebesar = 0,30
Maka sampel minimal untuk masing-masing kelompok perlakuan sebanyak 40
orang.

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi :


Anak penderita miopia berumur 12 sampai 18 tahun yang datang ke
poli mata RSUP Haji Adam Malik Medan.



Anak dengan tajam penglihatan normal ( emetropia) berumur

12

sampai 18 tahun yang datang ke poli mata RSUP Haji Adam Malik
Medan.


Universitas Sumatera Utara

Kriteria Eksklusi :


Anak penderita miopia dengan riwayat glaukoma.



Anak penderita miopia dengan kekeruhan lensa.



Anak penderita miopia dengan kelainan segmen posterior.



Anak penderita miopia dengan kelainan segmen anterior mata.




Anak penderita miopia dan emetropia dengan riwayat hipertensi okuli.



Anak penderita miopia dan emetropia yang tidak kooperatif saat dilakukan
pemeriksaan.



Anak penderita miopia dan emetropia dengan sudut bilik mata depan sempit
yang di evaluasi sudut bilik mata dengan dengan tehnik pemeriksaan van
herick.

3.6.

Identifikasi Variabel
o

Variabel terikat adalah miopia dan emetropia


o

Variabel bebas adalah


Tajam Penglihatan (visus)



Tekanan intraokular



Axial length



Anterior chamber depth


Universitas Sumatera Utara

3.7.

Alat dan Bahan
o Pulpen
o Kertas folio
o Senter
o Slit lamp
o Snellen chart
o Direct ophthalmoscopy /Funduscopy
o Tropicamide 1% tetes mata
o Tonometer non kontak
o Biometri ( A Scan Ultrasound)
o Pantocain 0.5% (tetracain) tetes mata
o

3.8

Floxa (ofloxacin) tetes mata


Cara Kerja
o Dilakukan

pemeriksaan

tajam

penglihatan

pada

anak

(subjek

penelitian) kemudian dilakukan pengelompokan , yaitu kelompok anak
miopia dan kelompok anak emetropia (kelompok kontrol).
o Pemeriksaan segmen anterior dan sudut bilik mata depan ( metode
Van Herick) menggunakan slitlamp pada anak miopia dan anak

emetropia.
o Pemeriksaan segmen posterior menggunakan funduskopi pada anak
miopia dan anak emetropia.
o Pasien diberi waktu beristirahat 15 menit dalam posisi duduk sebelum
pemeriksaan dilanjutkan.

Universitas Sumatera Utara

o Pengukuran tekanan intraokular menggunakan tonometer non kontak
pada anak miopia dan anak emetropia sebelum pemberian sikloplegik.
o Pengukuran axial length dan anterior chamber depth dengan
menggunakan biometri (sebelumnya diberi pantocain 0,5%)

pada

anak miopia dan anak emetropia sebelum pemberian sikloplegik.
Setelah pengukuran diberi antibiotik tetes mata (ofloxacin)
o Pemberian sikloplegik (Tropikamid 1%) pada anak miopia dan anak
emetropia.
o Pengukuran tekanan intraokular menggunakan tonometer non kontak

45 menit setelah pemberian sikloplegik.
o Pengukuran axial length dan anterior chamber depth menggunakan
menggunakan biometri (sebelumnya diberi pantocain 0,5%) setelah 45
menit pemberian sikloplegik. Setelah pengukuran diberi antibiotik tetes
mata (ofloxacin).

3.9.

Analisa Data
Analisa data dilakukan secara deskripsi dan disajikan dalam bentuk tabulasi

data. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 15.
Data di uji dengan uji T independent, uji T berpasangan, uji Wilcoxon dan uji Mann
whitney.

Universitas Sumatera Utara

3.10. Pertimbangan Etika
Usulan penelitian ini terlebih terlebih dahulu disetujui oleh rapat bagian Ilmu
Kesehatan Mata FK-USU/RSUP H. Adam Malik Medan dan kemudian akan diajukan

ke Komite Etika Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran USU.

3.11. Personal Penelitian
Peneliti : dr. Deza Yumardika

3.12. Biaya Penelitian
Biaya penelitian ditanggung oleh peneliti.

3.13. Ethical Clearance dan Informed Consent
Ethical clearance diperoleh dari Komite Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Informed consent diminta secara tertulis dari subjek penelitian (orang tua
subjek penelitian) yang bersedia untuk ikut dalam penelitian setelah mendapat
penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini telah dilaksanakan mulai 1 Juli 2016 sampai dengan 21
Desember 2016 di SMF Mata sub divisi Pediatrik Oftalmologi RSUP Haji Adam Malik
Medan. Didapatkan 83 orang subjek, 43 orang adalah anak penderita miopia dan 40
anak emetropia yang telah memenuhi kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Dari
data-data subjek penelitian didapatkan gambaran karakteristik subjek penelitian
sebagai berikut:
4.1. Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian
Tabel 4.1. Distribusi karakteristik subjek penelitian
Karakteristik
Jenis kelamin

N

%

Laki-laki

36

43,4

Perempuan

47

56,6

Status Refraksi
Miopia

43

51,8

Emmetropia

40

48,2

Kelompok umur
12–13 tahun
14-15 tahun
16-17 tahun
18 tahun

6
76
1
-

7,2
91,6
1,2
-

Jumlah

83

100

Tabel 4.1. menunjukkan subjek penelitian terbanyak adalah perempuan
yaitu 47 orang (56,6 %). Penderita miopia sebanyak 43 orang (51,8%). Kelompok
umur yang terbanyak adalah umur 14 tahun yaitu sebanyak 76 orang (91,6%).

Universitas Sumatera Utara

4.2. Derajat Miopia Mata Kanan dan Mata Kiri
Tabel 4.2. Derajat miopia mata kanan dan mata kiri

Derajat

Ocular Dextra (OD)

Miopia

N

%

N

%

Miopia ringan

40

93,02

40

93,02

Miopia sedang

3

6,98

3

6,98

Miopia tinggi

-

-

-

-

43

100

43

100

Total

OS (Ocular Sinistra)

Pada tabel 4.2. derajat miopia yang terbanyak adalah miopia ringan pada
mata kanan dan kiri yaitu masing-masing sebanyak 93,02%.

Universitas Sumatera Utara

4.3. Distribusi Spherical Equivalent Miopia Subjek Penelitian
Tabe l 4.3. Distribusi spherical equivalent miopia subjek penelitian
OD
Spherical
equivalent

OS

N

%

N

%

-0,25 s/d -1,00

19

44,19

21

48,84

-1,25 s/d -2,00

18

41,87

16

37,22

-2,25 s/d -3,00

3

6,97

3

6,97

-3,25 s/d-4,00

3

6,97

3

6,97

Total

43

100

43

100

Pada tabel 4.3. Spherical equivalent pada mata kanan terbanyak adalah 0,25 s/d -1,00 Dioptri yaitu sebanyak 19 orang (44,19 %). Spherical equivalent pada
mata kiri terbanyak adalah -0,25 s/d -1,00 Dioptri yaitu sebanyak 21 orang
(48,84%).

Universitas Sumatera Utara

4.4. Karakteristik Tajam Penglihatan dan Nilai Biometrik Mata Kanan Miopia
dan

Emetropia Sebelum Sikloplegik

Tabel 4.4. Karakteristik tajam penglihatan dan nilai biometrik mata kanan miopia dan
emetropia sebelum pemberian sikloplegik.

N

Tajam penglihatana

Status refraksi
Miopia
Emetropia
x ± SD
x ± SD
N

p.

43

0,47 ± 0,24

40

0,00 ± 0,00

0,0001*

Spherical equivalenta 43

-1,41 ± 0,82

40

0,00 ± 0,00

0,0001*

Tekanan intraokularb

43

16,48 ± 1,90

40

15,29 ± 2,15

0,0009*

Axial lengthb

43

23,15 ± 0,58

40

22,62 ± 0,46

0,0001*

Anterior chamber
depthb

43

3,10 ± 0,27

40

3,07 ± 0,28

0,642

Keterangan : * Signifikan bermakna, a = uji mann whitney, b = uji t independent

Pada tabel 4.4. diatas, hasil uji tajam penglihatan, spherical equivalent,
tekanan intraokular dan axial length memiliki

p. 0,05 menunjukkan tidak ada perbedaan rata-rata yang bermakna
pada anterior chamber depth antara penderita miopia dengan emetropia sebelum
diberi sikloplegik.

Universitas Sumatera Utara

4.5. Karakteristik Tajam Penglihatan dan Nilai Biometrik Mata Kiri Miopia dan
Emetropia Sebelum Pemberian Sikloplegik
Tabel 4.5. Karakteristik tajam penglihatan dan nilai biometrik mata kiri miopia dan
emetropia sebelum pemberian sikloplegik
Miopia

Emetropia
p.

N

x ± SD

N

Tajam
penglihatan a

43

0,47 ± 0,25

40

0,00 ± 0,00

0,0001*

Spherical
equivalent a

43

-1,37 ± 0,85

40

0,00 ± 0,00

0,0001*

Tekanan
intraokularb

43

16,37 ± 1,80

40

14,88 ± 2,21

0,0009*

Axial lengthb

43

23,13 ± 0,61

40

22,64 ± 0,45

0,0001*

Anterior
chamber depthb

43

3,07 ± 0,26

40

3,07 ± 0,28

0,904

x ± SD

Keterangan : * Signifikan bermakna, a = uji mann whitney, b = uji t independent

Pada tabel 4.5 diatas, hasil uji tajam penglihatan, spherical equivalent,
tekanan intraokular dan axial length memiliki

p. 0,05 menunjukkan
tidak ada perbedaan rata-rata yang bermakna anterior chamber depth antara
penderita miopia dengan emetropia sebelum diberi sikloplegik.

Universitas Sumatera Utara

4.6. Perbedaan Tajam Penglihatan dan Nilai Biometrik Mata Kanan dan Mata
Kiri Pada Miopia dan Emetropia Sebelum Pemberian Sikloplegik
Tabel 4.6.1. Perbedaan tajam penglihatan dan nilai biometrik mata kanan dan mata
kiri pada miopia sebelum pemberian sikloplegik
Miopia
OD
N

x ± SD

Os

x ± SD

p.

Tajam penglihatana

43 0,47 ± 0,24

0,47 ± 0,25

0,965

Spherical equivalenta

43 -1,41 ± 0,82

-1,37 ± 0,85

0,847

Tekanan intraokularb

43 16,48 ± 1,90

16,37 ± 1,80

0,767

Axial lengthb

43 23,15 ± 0,58

23,13 ± 0,61

0,898

Anterior chamber depth b

43 3,10 ± 0,27

3,07 ± 0,26

0,637

Keterangan : * Signifikan bermakna, a = uji mann whitney, b = uji t independent

Pada tabel 4.6.1. diatas, hasil uji tajam penglihatan, spherical equivalent,
tekanan intraokular, axial length dan anterior chamber depth memiliki p. >0,05
menunjukkan tidak terdapat perbedaan rata-rata yang bermakna antara mata kanan
dan mata kiri penderita sebelum diberi sikloplegik.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.6.2. Perbedaan tajam penglihatan dan nilai biometrik mata kanan dan mata
kiri pada emetropia sebelum pemberian sikloplegik
Emetropia
OD

Os
p.

N

x ± SD

x ± SD

Tajam Penglihatan a

40

0,00 ± 0,00

0,00 ± 0,00

1,000

Spherical equivalent a

40

0,00 ± 0,00

0,00 ± 0,00

1,000

Tekanan intraokularb

40

15,30 ± 2,15

14,88 ± 2,21

0,395

Axial lengthb

40

22,62 ± 0,46

22,64 ± 0,45

0,864

Anterior chamber depthb

40

3,07 ± 0,28

3,07 ± 0,28

0,920

Keterangan : * Signifikan bermakna, a = uji mann whitney, b = uji t independent

Pada tabel 4.6.2. diatas, hasil uji tajam penglihatan, spherical equivalent,
tekanan intraokular, axial length dan anterior chamber depth memiliki

p. >0,05

menunjukkan perbedaan rata-rata yang tidak bermakna antara mata kanan dan
mata kiri emetropia sebelum diberi sikloplegik.

Universitas Sumatera Utara

4.7. Perubahan Karakteristik Tajam Penglihatan dan Nilai Biometrik Mata
Kanan Miopia dan Emetropia Setelah Pemberian Sikloplegik
Tabel 4.7.1. Perubahan karakteristik tajam penglihatan dan nilai biometrik mata
kanan miopia setelah pemberian sikloplegik

Miopia
Sebelum

Sesudah

N

x ± SD

x ± SD

p.

Tajam penglihatanc

43

0,47 ± 0,24

0,36 ± 0,23

0,0001*

Spherical equivalentd

43

-1,41 ± 0,82

-1,10 ± 0,73

0,0001*

Tekanan intraokulard

43

16,48 ± 1,90

17,96 ± 1,92

0,0001*

Axial lengthd

43

23,15 ± 0,58

23,17 ± 0,60

0,310

Anterior chamber
depth d

43

3,10 ± 0,27

3,30 ± 0,26

0,0001*

Keterangan: *= signifikan bermakna, c = uji Wilcoxon, d = Uji T berpasangan

Pada tabel 4.7.1. diatas, hasil uji tajam penglihatan, spherical equivalent,
tekanan intraokular dan anterior chamber depth memiliki p. 0,05 menunjukkan tidak ada perbedaan rata-rata yang
bermakna pada mata kanan sebelum diberi sikloplegik dan setelah diberi sikloplegik
pada penderita miopia.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.7.2. Perubahan karakteristik tajam penglihatan dan nilai Biometrik mata
kanan emetropia setelah pemberian sikloplegik
Emetropia
Sebelum

Sesudah

N

x ± SD

x ± SD

Tajam penglihatanc

40

1,00 ± 0,00

0,05 ± 0,05

0,0001*

Spherical equivalentd

40

0,00 ± 0,00

0,11 ± 0,13

0,0001*

Tekanan intraokulard

40 15,30 ± 2,15

16,51 ± 2,31

0,0001*

Axial lengthd

40 22,62 ± 0,46

22,65 ± 0,46

0,123

Anterior chamber
depthd

40

3,07 ± 0,28

3,26 ± 0,29

p.

0,0001*

Keterangan: *= signifikan bermakna, c = uji Wilcoxon, d = Uji T berpasangan

Pada tabel 4.7.2. diatas, hasil uji tajam penglihatan, spherical equivalent,
tekanan intraokular dan anterior chamber depth memiliki p. < 0,05 menunjukkan
terdapat perbedaan rata-rata yang bermakna pada mata kanan sebelum diberi
sikloplegik dan setelah diberi sikloplegik pada emetropia. Sementara hasil uji axial
length memiliki p. > 0,05 menunjukkan tidak ada perbedaan rata-rata yang
bermakna pada mata kanan sebelum diberi sikloplegik dan setelah diberi sikloplegik
pada kelompok emetropia ( Kelompok kontrol).

Universitas Sumatera Utara

4.8. Perubahan Karakteristik Tajam Penglihatan dan Nilai Biometrik Mata Kiri
Miopia dan Emetropia Setelah Pemberian Sikloplegik
Tabel 4.8.1. Perubahan karakteristik tajam penglihatan dan nilai biometrik mata kiri
miopia setelah pemberian sikloplegik
Miopia
Sebelum

Sesudah

N

x ± SD

x ± SD

Tajam penglihatanc

43

0,47 ± 0,25

0,35 ± 0,23

0,0001*

Spherical equivalentd

43

-1,37 ± 0,85

-1,06 ± 0,76

0,0001*

Tekanan intraokulard

43

16,37 ± 1,80

17,98 ± 2,20

0,0001*

Axial lengthd

43

23,13 ± 0,61

23,17 ± 0,60

0,148

Anterior chamber
depthd

43

3,10 ± 0,27

3,30 ± 0,26

0,0001*

p.

Keterangan: *= signifikan bermakna, c = uji Wilcoxon, d = Uji T berpasangan

Pada tabel 4.8.1. diatas, hasil uji tajam penglihatan, spherical equivalent,
tekanan intraokular dan anterior chamber depth memiliki p. < 0,05 menunjukkan
terdapat perbedaan rata-rata yang bermakna pada mata kiri kelompok miopia
sebelum diberi sikloplegik dan setelah diberi sikloplegik. Sementara hasil uji axial
length memiliki p. > 0,05 menunjukkan tidak ada perbedaan rata-rata yang
bermakna pada mata kiri kelompok miopia sebelum diberi sikloplegik dan setelah
diberi sikloplegik.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.8.2. Perubahan karakteristik tajam penglihatan dan nilai biometrik mata kiri
emetropia setelah pemberian sikloplegik
Emetropia
Sebelum

Sesudah
p.

N

x ± SD

x ± SD

Tajam penglihatanc

40

1,00 ± 0,00

0,92 ± 0,09

0,0001*

Tajam penglihatanc

40

0,00 ± 0,00

0,05 ± 0,05

0,0001*

40

0,00 ± 0,00

0,11 ± 0,13

0,0001*

Tekanan intraokulard

40 14,88 ± 2,21

16,32 ± 2,52

0,0001*

Axial lengthd

40 22,64 ± 0,45

22,69 ± 0,40

0,070

Anterior chamber
depthd

40

3,25 ± 0,29

0,0001*

Spherical equivalent

d

3,07 ± 0,28

Keterangan: *= signifikan bermakna, c = uji Wilcoxon, d = Uji T berpasangan

Pada tabel 4.8.2. diatas, hasil uji tajam penglihatan, spherical equivalent,
tekanan intraokular, dan anterior chamber depth memiliki p. 0,05 menunjukkan tidak ada perbedaan rata-rata yang bermakna
pada mata kiri kelompok emetropia sebelum diberi sikloplegik dan setelah diberi
sikloplegik.

Universitas Sumatera Utara

4.9. Perbedaan Karakteristik Tajam Penglihatan dan Nilai Biometrik Mata
Kanan Miopia dan Emetropia Setelah Pemberian Sikloplegik
Tabel 4.9. Karakteristik tajam penglihatan dan nilai biometrik mata kanan miopia dan
emetropia (kelompok kontrol) setelah sikloplegik
Status refraksi
Miopia
Emetropia
N

x ± SD

N

x ± SD

p.

Tajam penglihatana

43

0,36 ± 0,22

40 0,05 ± 0,05

0,0001*

Spherical
equivalenta

43 -1,10 ± 0,73

40 0,11 ± 0,13

0,0001*

Tekanan
intraokularb

43 17,96 ± 1,92

40 16,51 ± 2,31

0,0003*

Axial lengthb

43 23,18 ± 0,60

40 22,65 ± 0,45

0,0001*

Anterior chamber
depthb

43 3,30 ± 0,26

40 3,26 ± 0,29

0,469

Keterangan : * Signifikan bermakna, a = uji mann whitney, b = uji t independent

Pada tabel 4.9. diatas, hasil uji tajam penglihatan, spherical equivalent,
tekanan intraokular dan axial length memiliki

p. 0,05 menunjukkan tidak ada perbedaan rata-rata yang bermakna
pada anterior chamber depth antara penderita miopia dengan emetropia setelah
diberi sikloplegik.

Universitas Sumatera Utara

4.10. Karakteristik Tajam Penglihatan dan Nilai Biometrik Mata Kiri Miopia dan
Emetropia Setelah Pemberian Sikloplegik
Tabel 4.10. Karakteristik tajam penglihatan dan nilai biometrik mata kiri miopia dan
emetropia setelah sikloplegik
Status refraksi
Miopia
Emetropia
N

x ± SD

N

x ± SD

p.

Tajam Penglihatana

43

0,36 ± 0,23

40 0,05 ± 0,05

0,0001*

Spherical equivalent a

43 -1,06 ± 0,76

40 0,11 ± 0,13

0,0001*

Tekanan intraokularb

43

17,98 ± 2,20

40 16,32 ± 2,52

0,0002*

Axial lengthb

43

23,17 ± 0,63

40 22,69 ± 0,39

0,0001*

Anterior chamber
depthb

43

3,31 ± 0,25

40 3,25 ± 0,29

0,335

Keterangan : * Signifikan bermakna, a = uji mann whitney, b = uji t independent

Pada tabel 4.10. diatas, hasil uji tajam penglihatan, spherical equivalent,
tekanan intraokular dan axial length memiliki

p. 0,05 menunjukkan tidak ada perbedaan rata-rata yang bermakna pada
anterior chamber depth antara penderita miopia dengan emetropia setelah diberi
sikloplegik.

Universitas Sumatera Utara

4.11. Perbedaan Tajam Penglihatan dan Nilai Biometrik Mata Kanan dan Mata
Kiri Pada Miopia dan Emetropia Setelah Pemberian Sikloplegik
Tabel 4.11.1. Perbedaan tajam penglihatan dan nilai biometrik mata kanan dan mata
kiri pada miopia setelah sikloplegik
Miopia

OD
N

Os

x ± SD

p.

x ± SD

Tajam penglihatana

43 0,36 ± 0,23

0,36 ± 0,23

0,962

Spherical
equivalenta

43 -1,10 ± 0,73

-1,06 ± 0,76

0,800

Tekanan intraokularb

43 17,96 ± 1,92

17,98 ± 2,20

0,958

Axial lengthb

43 23,18 ± 0,60

23,17 ± 0,63

0,969

Anterior chamber
depthb

43 3,30 ± 0,26

3,31 ± 0,25

0,889

Keterangan : * Signifikan bermakna, a = uji mann whitney, b = uji t independent

Pada tabel 4.11.1. diatas, hasil uji tajam penglihatan, spherical equivalent,
tekanan intraokular, axial length dan anterior chamber depth memiliki p. >0,05
menunjukkan tidak terdapat perbedaan rata-rata yang bermakna antara mata kanan
dan mata kiri penderita setelah diberi sikloplegik.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.11.2. Perbedaan tajam penglihatan dan nilai biometrik mata kanan dan mata
kiri pada emetropia (kelompok kontrol) setelah sikloplegik
Emetropia

OD
N

x ± SD

Os

x ± SD

p.

Tajam penglihatana

40 0,05 ± 0,05

0,04 ± 0,05

1,000

Spherical equivalenta

40 0,11 ± 0,13

0,11 ± 0,13

1,000

Tekanan intraokular b

40 16,51 ± 2,31

16,32 ± 2,52

0,716

Axial lengthb

40 22,65 ± 0,46

22,69 ± 0,39

0,684

Anterior chamber depthb

40 3,26 ± 0,29

3,25 ± 0,29

0,923

Keterangan : * Signifikan bermakna, a = uji mann whitney, b = uji t independent

Pada tabel 4.11.2. diatas, hasil uji tajam penglihatan, spherical equivalent,
tekanan intraokular, axial length dan anterior chamber depth memiliki p. >0,05
menunjukkan tidak terdapat perbedaan rata-rata yang bermakna antara mata kanan
dan mata kiri kelompok emetropia setelah diberi sikloplegik.

Universitas Sumatera Utara

4.12. Hubungan Perubahan Tekanan Intraokular, Axial Length dan Anterior
Chamber Depth Pada Kelompok Miopia
Tabel 4.12. Hubungan perubahan tekanan intraokular, axial length dan anterior
chamber depth pada kelompok miopia
Hubungan variabel
biometrik
Kelompok miopia

N

r

p.

TIO-ALe

86

0,121

0,268

TIO-ACDe

86

-0,099

0,363

AL-ACDe

86

0,201

0,063

Keterangan : * Signifikan bermakna, e = uji spearman, TIO= Tekanan intraokular, Al= Axial Length, ACD=
Anterior chamber depth

Pada tabel 4.12. diatas terlihat pada kelompok miopia, tidak ada hubungan
perubahan bermakna antara tekanan intraokular dengan axial length, tekanan
intraokular dengan anterior chamber depth dan antara axial length dengan anterior
chamber depth ( p. > 0,05). Namun didapat hubungan perubahan yang berlawanan
antara tekanan intraokular dengan anterior chamber depth, yaitu semakin rendah
nilai anterior chamber depth maka semakin tinggi tekanan intraokular (-0,099).

Universitas Sumatera Utara

4.13. Hubungan Perubahan Tekanan Intraokuli, Axial length dan Anterior
Chamber Depth Pada Kelompok Emetropia
Tabel 4.13. Hubungan perubahan Tekanan intraokular, axial length dan anterior
chamber depth pada kelompok emetropia
Hubungan variabel
biometrik
Kelompok emetropia

N

r

p.

TIO-ALe

80

-0,148

0,192

TIO-ACDe

80

0,015

0,308

AL-ACDf

80

0,207

0,066

Keterangan : * Signifikan bermakna, e = uji spearman, f= uji pearson, TIO= Tekanan intraokular, Al= Axial
Length, ACD= Anterior chamber depth

Pada tabel

4.13. diatas terlihat pada kelompok emetropia, tidak ada

hubungan perubahan bermakna antara tekanan intraokular dengan axial length,
tekanan intraokular dengan anterior chamber depth dan antara axial length dengan
anterior chamber depth ( p. >0,05). Namun didapat hubungan perubahan yang
berlawanan antara tekanan intraokular dengan axial length, yaitu semakin rendah
nilai axial length maka semakin tinggi tekanan intraokular (-0,148).

Universitas Sumatera Utara

BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian ini memiliki subjek sebanyak 83 orang yang terdiri dari penderita
miopia dan emetropia sebagai kelompok kontrol, dimana subjek terbanyak adalah
penderita miopia sebanyak 43 orang ( 51,8%). Subjek jenis kelamin perempuan
lebih banyak yaitu 47 orang ( 56,6%). Dan kelompok umur terbanyak adalah 13-14
tahun yaitu sebanyak 76 orang (91,6%).
Pada tabel 4.4. dan tabel 4.5. antara mata kelompok miopia dan kelompok
emetropia memiliki perbedaan bermakna yaitu tajam penglihatan, spherical
equivalent, tekanan intraokular dan axial length ( p. 0,05
menunjukkan tidak terdapat perbedaan rata-rata yang bermakna antara mata kanan
dan mata kiri penderita miopia sebelum diberi sikloplegik.

Pada

tabel 4.6.2

didapatkan hasil uji tajam penglihatan, spherical equivalent, tekanan intraokular,
axial length dan anterior chamber depth memiliki p. >0,05 juga menunjukkan tidak
terdapat perbedaan rata-rata yang bermakna antara mata kanan dan mata kiri pada
kelompok emetropia sebelum diberi sikloplegik. Hal ini sesuai dengan penelitian A.J
Lee dkk yang menyebutkan tekanan intraokular, axial length dan anterior chamber
depth memiliki hasil yang sama antara mata kanan dan mata kiri pada miopia. (Lee,
A.J. et al. 2004)
Pada tabel 4.7.1 (kelompok miopia) dan tabel 4.7.2. (kelompok emetropia)
pada mata kanan setelah pemberian sikloplegik didapatkan perubahan bermakna
dari uji tajam penglihatan, spherical equivalent, tekanan intraokular dan anterior
chamber depth ( p. 0,05). Begitu juga pada tabel 4.8.1. (kelompok miopia) dan
tabel 4.8.2. (kelompok emetropia) pada mata kiri setelah pemberian sikloplegik
didapatkan perubahan bermakna dari uji tajam penglihatan, spherical equivalent,
tekanan intraokular dan anterior chamber depth ( p. 0,05). Hasil ini sesuai dengan
Penelitian I Lun Tsai dkk yang menyebutkan terdapat peningkatan tekanan
intraokular setelah pemberian sikloplegik (tropicamide 1%) pada miopia dan
emetropia, akan tetapi peningkatan tekanan intraokular pada miopia lebih tinggi dari
pada emetropia. Terjadi perubahan bermakna spherical equivalent setelah

Universitas Sumatera Utara

pemberian sikloplegik pada miopia. Menurut ying yuan pada tahun 2015 terjadi
penurunan spherical equivalent berkaitan dengan berkurangnya power lensa,
kurvatura permukaan lensa, posisi lensa dan ketebalan lensa. (Tsai I.L., 2012;
Yuan,2015)

Pada penelitian ini didapatkan peningkatan dari anterior chamber depth
setelah pemberian sikloplegik sesuai dengan penelitian Ying Yuan dkk yang
menyebutkan setelah pemberian sikloplegik terdapat peningkatan anterior chamber
depth karena berkurangnya ketebalan lensa dan lensa tertarik ke belakang akibat
dari lumpuhnya otot siliaris. Pada penelitian ini Axial length tidak mengalami
perubahan setelah pemberian sikloplegik pada kelompok miopia maupun kelompok
emetropia. Hal ini sejalan dengan penelitian Tsai dkk yang menyebutkan tidak
adanya perubahan bermakna dari axial length setelah pemberian sikloplegik
(tropikamid 1%) pada anak miopia dan anak emetropia.(Tsai I.L.,2012; Yuan
Y.,2015)
Pada tabel 4.9 dan tabel 4.10. diatas, hasil uji tajam penglihatan, spherical
equivalent, tekanan intraokular dan axial length memiliki p. 0,05
menunjukkan tidak ada perbedaan rata-rata yang bermakna pada anterior chamber
depth antara kedua kelompok setelah diberi sikloplegik.
Pada tabel 4.11.1. hasil uji tajam penglihatan, spherical equivalent, tekanan
intraokular, axial length dan anterior chamber depth memiliki p. >0,05 menunjukkan

Universitas Sumatera Utara

tidak terdapat perbedaan rata-rata yang bermakna antara mata kanan dan mata kiri
penderita miopia setelah diberi sikloplegik. Pada tabel 4.11.2. pada kelompok
emetropia juga mendapatkan hasil uji tajam penglihatan, spherical equivalent,
tekanan intraokular, axial length dan anterior chamber depth memiliki p. >0,05
menunjukkan tidak terdapat perbedaan rata-rata yang bermakna antara mata kanan
dan mata kiri setelah diberi sikloplegik.
Pada tabel 4.12. (kelompok miopia) dan tabel 4.13. (kelompok emetropia),
tidak ada hubungan perubahan bermakna antara perubahan tekanan intraokular
dengan perubahan axial length, perubahan tekanan intraokular dengan perubahan
anterior chamber depth dan antara perubahan axial length dengan perubahan
anterior chamber depth ( p. > 0,05). Namun pada kelompok miopia didapat hubungan
perubahan yang berlawanan antara tekanan intraokular dengan anterior chamber
depth, yaitu semakin rendah nilai anterior chamber depth maka semakin tinggi
tekanan intraokular. Pada kelompok kontrol didapat hubungan perubahan yang
berlawanan antara tekanan intraokular dengan axial length, yaitu semakin rendah
nilai axial length maka semakin tinggi tekanan intraokular (-0,148).Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian I Lun Tsai yang menyebutkan tidak adanya perubahan
signifikan dari nilai biometrik ( axial length dan anterior chamber depth) terhadap
perubahan tekanan intraokular setelah pemberian sikloplegik. (Tsai I.L.,2012)

Universitas Sumatera Utara

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Terdapat perbedaan rata-rata yang bermakna dari tekanan intraokular, axial
length antara anak miopia dengan anak emetropia. Tidak ada perbedaan
bermakna dari anterior chamber depth antara anak miopia dengan anak
emetropia (kelompok kontrol).
2. Tidak ada perbedaan bermakna dari tekanan intraokular, axial length dan
anterior chamber depth antara mata kanan dan kiri anak miopia.
3. Tidak ada perbedaan bermakna dari tekanan intraokular, axial length dan
anterior chamber depth antara mata kanan dan kiri anak emetropia (kelompok
kontrol).
4. Terdapat Perubahan bermakna dari tekanan intraokular dan anterior chamber
depth setelah pemberian sikloplegik pada anak miopia. Tidak ada perubahan
bermakna dari axial length setelah pemberian siklpolegik pada anak miopia
dan anak emetropia (kelompok kontrol).
5. Terdapat Perubahan bermakna dari tekanan intraokular dan anterior chamber
depth setelah pemberian sikloplegik pada anak emetropia (kelompok Kontrol).
6. Perubahan tekanan intraokular setelah pemberian sikloplegik pada anak
miopia lebih tinggi dibandingkan anak emetropia.
7. Perubahan axial length tidak berhubungan bermakna terhadap perubahan
tekanan intraokular setelah pemberian sikloplegik pada anak miopia dan anak
emetropia (kelompok kontrol).

Universitas Sumatera Utara

8. Perubahan anterior chamber depth tidak berhubungan bermakna terhadap
perubahan tekanan intraokular setelah pemberian sikloplegik pada anak
miopia dan anak emetropia (kelompok kontrol).
9. Perubahan axial length tidak berhubungan bermakna terhadap perubahan
anterior chamber depth setelah pemberian sikloplegik pada anak miopia dan
anak emetropia (kelompok kontrol).
10. Adanya perubahan Spherical equivalent menjadi lebih rendah setelah
pemberian sikloplegik pada anak miopia.

6.2 Saran
1. Rata-rata tekanan intraokular anak miopia yang lebih tinggi dari anak
emetropia, sehingga sebaiknya dilakukan pengukuran tekanan intraokular
secara berkala oleh karena miopia memiliki faktor resiko menjadi penderita
glaukoma.
2. Perlu dilakukan kerja sama lintas departemen, khususnya Departemen ilmu
Kesehatan anak untuk melakukan pemantauan tekanan bola mata pada
anak-anak yang memiliki kelainan refraksi.
3. Perlu dilakukan penyuluhan kepada masyarakat melalui Puskesmas dan
Sekolah-sekolah untuk menginformasikan pentingnya pemeriksaan tekanan
bola mata secara berkala untuk penderita kelainan refraksi khususnya
penderita miopia.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Hubungan Peningkatan Indeks Massa Tubuh Dengan Axial Length Dan Anterior Chamber Depth Pada Pasien Dengan Kelainan Refraksi Di Rsup H Adam Malik Medan

0 1 14

Hubungan Peningkatan Indeks Massa Tubuh Dengan Axial Length Dan Anterior Chamber Depth Pada Pasien Dengan Kelainan Refraksi Di Rsup H Adam Malik Medan

0 0 2

Hubungan Peningkatan Indeks Massa Tubuh Dengan Axial Length Dan Anterior Chamber Depth Pada Pasien Dengan Kelainan Refraksi Di Rsup H Adam Malik Medan

0 1 6

Hubungan Peningkatan Indeks Massa Tubuh Dengan Axial Length Dan Anterior Chamber Depth Pada Pasien Dengan Kelainan Refraksi Di Rsup H Adam Malik Medan

0 0 9

Hubungan Perubahan Tekanan Intraokular, Axial Length dan Anterior Chamber Depth Sebelum dan Setelah Pemberian Sikloplegik Pada Anak Miopia di RSUP Haji Adam Malik Medan

1 3 19

Hubungan Perubahan Tekanan Intraokular, Axial Length dan Anterior Chamber Depth Sebelum dan Setelah Pemberian Sikloplegik Pada Anak Miopia di RSUP Haji Adam Malik Medan

0 0 2

Hubungan Perubahan Tekanan Intraokular, Axial Length dan Anterior Chamber Depth Sebelum dan Setelah Pemberian Sikloplegik Pada Anak Miopia di RSUP Haji Adam Malik Medan

0 0 5

Hubungan Perubahan Tekanan Intraokular, Axial Length dan Anterior Chamber Depth Sebelum dan Setelah Pemberian Sikloplegik Pada Anak Miopia di RSUP Haji Adam Malik Medan

1 3 24

Hubungan Perubahan Tekanan Intraokular, Axial Length dan Anterior Chamber Depth Sebelum dan Setelah Pemberian Sikloplegik Pada Anak Miopia di RSUP Haji Adam Malik Medan

0 0 6

Hubungan Perubahan Tekanan Intraokular, Axial Length dan Anterior Chamber Depth Sebelum dan Setelah Pemberian Sikloplegik Pada Anak Miopia di RSUP Haji Adam Malik Medan

0 0 13