Strategi Perawatan Mesin Kapal Terhadap Efektivitas Operasional MT. Citra Bintang (Studi Kasus: PT. Citra Bintang Samudra Line, Medan)

RINGKASAN EKSEKUTIF
Strategi perawatan yang sesuai dengan kebutuhan komponen mesin dapat
mengurangi besar losses dan meningkatkan produktivitas proses produksi. Mesin
Induk kapal MT. Citra Bintang merupakan salah satu peralatan terpenting di atas
kapal bagi perusahaan pelayaran yang akan dievaluasi efektivitasnya,
dikarenakan memiliki nilai downtime yang besar.
Selama periode tahun 2009 s/d 2014 terjadinya kecenderungan tidak
maksimalnya kegiatan perawatan berkala dalam periode 5 (lima) tahun terakhir
yang disebabkan tidak optimalnya penggunaan biaya perawatan yang
dialokasikan oleh perusahaan, dimana terjadi penurunan sejak periode tahun
2009 - 2010 dengan nilai keterserapan biaya perawatan sebesar 93%, menurun
menjadi 58% di periode tahun 2013 – 2014.
Metode Pengukuran efektivitas mesin induk yang digunakan adalah
metode TPM dengan jenis Penelitian Deskriptif dilakukan dengan perhitungan
Overall Equipment Effectiveness (OEE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rata-rata nilai OEE yang didapatkan dari perkalian rasio availability,
performance dan quality selama tahun 2014 adalah 82,24% dan berada di bawah
standar JIPM (Japan Institute of Plant Maintenance) sebesar 85%. Sehingga nilai
tersebut harus ditingkatkan agar mencapai minimal 85%.
Adapun losses yang paling berpengaruh adalah disebabkan oleh
Breakdown losses sebesar 43,01 % , peringkat kedua disebabkan Quality defect

and required losses sebesar 29,91%, dan peringkat ketiga disebabkan Speed
Losses sebesar 27,08%.
Berdasarkan hasil penelitian, dengan menggunakan pengukuran OEE,
menetapkan bahwa kegagalan sistem pemeliharaan sehingga rendahnya nilainilai efektifitas mesin pada tahun 2014 yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
menyebabkan kehilangan waktu dari mesin-mesin utama saat produksi
disebabkan oleh Turbocharge ME rusak sebesar 29%, Gasket/Packing
Cylinderhead bocor sebesar 19%, Valve in-out Cylinder Head bocor sebesar
sebesar 15%, Exhaust Cylinder head bocor sebesar 12%, Mesin Over heat
sebesar 8%, Pompa air laut untuk Mesin Induk & Mesin Bantu rusak sebesar 7%,
Seating vale intake & Exhaust bocor sebesar 5%, Fress Water Pump untuk mesin
induk rusak sebesar 4%, dan Kopling Pompa Cargo Selip tidak bisa melakukan
bongkar muatan sebesar 1% dari keseluruhan Penyebab Mesin Induk Berhenti
Pada Saat Produksi Tahun 2014.
Kata Kunci : Six Big Losses, Strategi Perawatan

Universitas Sumatera Utara