Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Menggunakan Biosolar di Kota Medan Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive atau secara
sengaja yaitu di Kota Medan yang merupakan daerah dengan jumlah penduduk
terbanyak di Provinsi Sumatera Utara, dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Daftar Jumlah Penduduk Pada Kota Yang Ada di Provinsi
Sumatera Utara
Luas
Jumlah
Kepadatan
Wilayah
Penduduk
Penduduk
No
Nama Kota
2
(km )
(Jiwa)
(Jiwa/km2)

1 Sibolga
41,31
86.519
2.094
2 Tanjung Balai
107,83
167.012
1.549
3 Pematang Siantar
55,66
247.411
4.445
4 Tebing Tinggi
31,00
156.815
5.059
5 Medan
265,00
2.210.624
8.342

6 Binjai
59,19
264.687
4.472
7 Padang Sidempuan
114,66
209.796
1.830
8 Gunungsitoli
280,78
135.995
484
Sumber : BPS Kota Medan dalam angka, 2016.
Melihat hal tersebut, peneliti memilih Kota Medan sebagai daerah penelitian dan
di sebabkan juga karena tidak adanya data mengenai jumlah pengguna biosolar di
Provinsi Sumatera Utara yang menggunakan biosolar sebagai bahan bakar
kendaraan bermesin diesel.
3.2. Metode Penentuan Sampel
Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Cluster Sampling dengan pengelompokan berdasarkan perwilayah Kota Medan

terbagi atas 5 kelompok wilayah yaitu Medan bagian barat, timur, utara, selatan
dan pusat kota Medan. Dari masing masing wilayah dipilih 1 SPBU dgn rata-rata

21

Universitas Sumatera Utara

22

penjualan terbanyak setiap hari, yaitu:
1. Medan Bagian Utara

: 11.201.101 Jl KL. Yos Sudarso

2. Medan Bagian Selatan

: 14.201.1121 Jl Ringroad, Tanjung Sari

3. Medan Bagian Barat


: 14.201.105 Jl Pinang Baris

4. Medan Bagian Timur

: 14.202.126 Jl. Sisingamangaraja, Teladan B

5. Pusat Kota Medan

: 11.201.103 Jl. Bridjen Katamso

Selanjutnya di setiap SPBU diambil 12 sampel pengguna biosolar. Dengan
demikian total besar sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 sampel
konsumen biosolar.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara langsung dengan
konsumen melalui beberapa SBPU yang tersedia di Kota Medan yang
menyediakan varian bahan bakar kendaraan bermesin diesel yaitu Biosolar,
Dexlite dan Pertamina DEX yang dijadikan sampel dengan menggunakan
pedoman daftar pertanyaan (kuesioner) yang dipersiapkan sebelumnya. Data

primer diperoleh dari. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang
diperoleh dari instansi atau lembaga terkait serta literatur yang berhubungan
dengan penelitian.
3.4. Metode Analisis Data
Untuk membahas identifikasi masalah 1 (satu), dianalisis dengan analisis
deskriptif. Menurut Nazir (1998), tujuannya adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat, mengenai fakta-fakta

Universitas Sumatera Utara

23

serta hubungan dari fenomena yang diteliti. Analisis deskriptif digunakan untuk
mengkaji bagaimana perkembangan volume distribusi konsumsi biosolar di Kota
Medan.
Untuk membahas identifikasi masalah 2 (dua), dianalisis dengan menggunakan
metode analisis regresi logistik biner. Data yang telah dikumpulkan melalui
kuesioner, akan ditabulasikan kemudian dianalisis. Data tersebut akan diuji
dengan metode regresi logistik. Menurut Gujarati (2012), model logistik adalah
prosedur permodelan yang diterapkan untuk memodelkan variabel respon (Y)

yang bersifat kategori berdasarkan satu atau lebih variabel prekdiktor (X), baik itu
yang bersifat kategori maupun kontiniu.
Adapun rumus dari metode logit ini adalah:
= β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4 X4 + β5 X5 + β6 X6

ln
Dimana :
Pi

= Peluang konsumen menggunakan biosolar (Y=1)

1-Pi

= Peluang konsumen tidak menggunakan biosolar (Y=0)

Y

= Keputusan konsumen

�1


= Umur (tahun)

�3

= Pendapatan (Rp/bln)

�5

= Pengalaman membeli (tahun)

�2

= Tingkat pendidikan (tahun)

�4

= Jumlah pengeluaran (Rp/bln)

�6


= Jenis kendaraan (k. pribadi, a. barang, a. penumpang)

�0, �1, �2, �3, �4, �5, �6 adalah Parameter.

Universitas Sumatera Utara

24

Kriteria Uji
a. Uji Hosmer and Lemeshow
H0 :

(1-B) = 0, B (distribusi frekuensi estimasi/observasi) = 1. Artinya tidak
ada perbedaan antara distribusi observasi dengan distribusi frekuensi
estimasi, sehingga model dinyatakan layak digunakan.

H1 :

ada perbedaan antara distribusi observasi dengan distribusi frekuensi

estimasi.

Sig. > 0,05 ; tolak H1, terima H0
Sig. ≤ 0,05 ; terima H1, tolak H0
b. Uji seluruh model (uji G)
H0 :

�1 = �2 = �3 = �4 = �5 = �6 = 0, dimana tidak ada satupun variabel
bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikat.

H1 :

�1 = �2 = �3 = �4 = �5 = �6 ≠ 0, sekurang -kurangnya terdapat satu

variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikat.
Sig. > 0,05 ; tolak H1, terima H0
Sig. ≤ 0,05 ; terima H1, tolak H0
c. Uji Wald
Uji ini untuk menguji signafikansi setiap variabel bebas.
H0 :


βj = 0 untuk suatu j tertentu; j = 1, 2, 3, 4, 5, 6..p maka tidak ada pengaruh
antara variabel bebas dengan variabel terikat.

H1 :

βj ≠ 0 maka ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Wj ≤ χ2�,1 atau Sig. > 0,05; terima H0, tolak H1

Universitas Sumatera Utara

25

Wj > χ2�,1 atau Sig. < 0,05; terima H1, tolak H0
d. Efek Marginal
Efek marginal dapat melihat rata-rata perubahan dengan cara menghitung suatu
variabel bebas yang mempengaruhi sementara variabel lain dianggap konstan.
Untuk model logit, tingkat perubahan probabilitas dari keterjadian sebuah
peristiwa adalah sebagai berikut :

Efek Marjinal = βi. Pi. (1 - Pi)
Dimana :
P = probabilitas konsumen menggunakan biosolar
β = koefisien dari variabel independen
3.5. Defenisi Dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan atas pengertian dalam
penelitian ini, maka diberikan beberapa defenisi dan batasan operasional.
3.5.1. Defenisi
1. Solar adalah bahan bakar minyak yang berasal dari fosil yang berada dalam
bumi yang sudah ada ribuan tahun dan diolah menjadi bahan bakar mesin
kendaraan ataupun kegiatan transportasi.
2. Biosolar ialah bahan bakar campuran untuk kendaraan bermesin diesel yang
terdiri dari minyak hayati non fosil sebesar 15% yang telah dibentuk menjadi
fatty acid methyl ester (FAME) dan 85% solar murni bersubsidi.
3. Sampel adalah responden yang menggunakan/tidak menggunakan biosolar.
4. Keputusan Konsumen yang dimaksud adalah suatu pilihan konsumen dalam

Universitas Sumatera Utara

26

membeli biosolar. Keputusan pembelian ini merupakan tahap dimana
konsumen benar-benar membeli produk ataupun tidak yang dihitung dengan
metode regresi logistik biner.
5. Umur adalah usia masyarakat sampel dari mulai lahir hingga pada saat
penelitian dilaksanakan dinyatakan dalam tahun.
6. Tingkat pendidikan masyarakat sampel adalah jumlah tahun pendidikan
formal yang pernah ditempuh oleh sampel, yang dinyatakan dalam satuan
tahun.
7. Pendapatan adalah jumlah penghasilan t o t a l dari seluruh anggota keluarga
yang diperoleh dari hasil kinerja seseorang dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawab oleh sebuah perusahaan atau tempat seorang bekerja yang
menghasilkan upah atau gaji dari hasil bekerja yang dinyatakan dalam satuan
rupiah/bulan.
8. Jumlah pengeluaran adalah jumlah uang atau biaya yang dikeluarkan oleh
sampel dalam memenuhi kebutuhan hidup yang dinyatakan dalam satuan
rupiah/bulan.
9. Pengalaman membeli adalah lamanya seorang konsumen dalam menggunakan
atau mengkonsumsi biosolar dan menjadi pembelajaran yang didapat secara
tidak langsung dari kegiatan sehari-hari yang dinyatakan dalam satuan tahun.
10. Jenis kendaraan adalah perbedaan ukuran dan bentuk dari kendaraan yang
digunakan konsumen dalam menggunakan biosolar yang dinyatakan dalam
kategori kendaraan pribadi, angkutan barang dan angkutan penumpang yang
menggunakan biosolar.

Universitas Sumatera Utara

27

3.5.2. Batasan Operasional
1. Sampel penelitian adalah masyarakat konsumen biosolar di Kota Medan.
2. Waktu penelitian adalah tahun 2017.
3. Untuk penelitian ini, dibahas tentang faktor-faktor keputusan konsumen di
Kota Medan mengenai penggunaan biosolar sebagai bahan bakar kendaraan
bermesin diesel.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1. Geografis
Penelitian dilakukan di Kota Medan yang merupakan ibukota dari Provinsi
Sumatera Utara. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang
Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 37,5 meter di atas permukaan laut. Secara administratif, batas wilayah Kota
Medan berbatasan langsung dengan Kabupaten Deliserdang di sebelah utara,
selatan, barat dan timur.
Kota Medan merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara
dengan luas daerah sekitar 265,10 km2, yang secara administrasi dibagi atas 21
kecamatan yang mencakup 151 kelurahan. Sebagian besar wilayah Kota Medan
merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting
yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.
Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun
Sampali berkisar 23,30C- 24,40C dan suhu maksimum berkisar antara 30,90C33,60C. Hari hujan di Kota Medan menurut Stasiun Sampali rata- rata perbulan 19
hari dengan rata- rata curah hujan per bulannya 171,2 mm.
Selain itu, dari 160 SPBU yang tersedia di Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan
merupakan kota yang memiliki SPBU sebagai tempat distribusi terbanyak dalam
menyediakan biosolar yaitu sebanyak 88 unit.

28

Universitas Sumatera Utara

29

4.1.2. Perkembangan Biosolar di Medan
Pertama kali Biosolar diperkenalkan PT. Pertamina ke pasar pada periode Juni
2010, dalam masa perkenalan ini pihak PT. Pertamina melakukan sosialisasi
kepada pemilik SPBU seputar kelebihan dari Biosolar dan alasan kenapa Biosolar
ditunjuk mengantikan Solar, dengan harapan agar pihak SPBU dapat memberikan
informasi kepada pihak konsumen tentang kelebihan dari Biosolar. Untuk
penyaluran Biosolar pihak pemilik SPBU tidak perlu merubah atau membeli
mesin baru , karena mesin masih dapat dipergunakan untuk menyalurkan biosolar
karena sifatnya yang sama dengan Solar.
UPMS atau sering disebut dengan Marketing Operasional Region - 1 (MOR-1)
Sumbagut adalah suatu Kantor Cabang yang di buka oleh PT. Pertamina sebagai
kantor pemasaran bisnis frenchise di Sumatera bagian utara sebagai wadah bagi
konsumen yang ingin berbisnis SPBU maupun wadah bagi konsumen dalam
melakukan pelaporan masalah maupun perolehan informasi sekitar tentang
pemasaran bahan bakar biosolar dan lainnya oleh pihak Pertamina yang
beroperasi di Provinsi Sumatera Utara dalam menggunakan produk yang
dikeluarkan oleh pihak Pertamina.
Harga yang dipatokkan untuk produk Biosolar sama halnya dengan harga Solar
yang dijual di SPBU sebelumnya karena Biosolar memang dipersiapkan untuk
menganti peran Solar di lapangan, yang nantinya secara perlahan akan ditarik dari
pasaran dikarenakan persediaan Solar yang terbatas.
Pada awal pemasarannya tahun 2006, banyak konsumen yang bertanya-tanya
tentang produk tanggapan konsumen terhadap biosolar saat pertama kali

Universitas Sumatera Utara

30

dipasarkan beraneka ragam ada yang langsung memakainya ada yang masih raguragu karena produk Biosolar ini belum pernah dicoba, namun setelah dijelaskan
oleh pihak SPBU mengenai semakin terbatasnya persediaan Solar maka
konsumen beralih ke Biosolar (Sinurat, 2014).
Maka dari itu sekarang semua Solar yang ada di pasaran akan berganti dengan
Biosolar sebagai bentuk implementasi dari kebijakan pemerintah yaitu Peraturan
Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang perluasan pemasaran Biosolar di SPBU yang
mewajibkan semua SPBU di Kota Medan yang berjumlah 88 unit wajib
mendistribusikan Biosolar sebagai pengganti Solar di lapangan.
4.1.3 Penduduk
Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Tabel 4.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin
Kelompok
Laki- Laki
Perempuan
Jumlah
Jiwa
%
Jiwa
%
(Jiwa)
Umur (Tahun)
0-4
101.988
51,52
95.778
48.48
197.553
5-9
101.465
51,61
94.953
48,39
196.222
10-14
103.651
51,17
98.904
48,83
202.555
15-19
117.631
49,32
120.873
50,68
238.504
20-24
111.668
46,92
126.338
53,08
238.006
25-29
99.908
47,82
109.029
52,18
208.937
30-34
87.795
49,53
89.473
50,47
177.268
35-39
72.206
49,66
73.186
50,34
145.392
40-44
62.618
50,86
60.490
49,14
123.108
45-49
47.771
51,52
44.961
48,48
92.732
50-54
32.519
50,97
31.285
49,03
63.804
55-59
25.591
49,94
25.652
50,06
51.243
60-64
20.563
49,81
20.716
50,19
41.279
65-69
27.075
45,44
32.507
54,56
59.582
70-74
10.765
44,53
13.714
45,08
24.479
75+
7.498
40,21
12.364
44,32
19.862
Jumlah
1.091.937
49,70 1.118.687
50,30
2.036.185
Sumber : BPS, Medan dalam Angka 2016

Universitas Sumatera Utara

31

Jumlah penduduk di Kota Medan adalah 2.210.624 jiwa dengan rincian laki-laki
1.091.937 (49,70 %) dan perempuan 1.118.687 (50,30%) menunjukkan bahwa di
Kota Medan jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan
jumlah penduduk laki-laki.
Tabel 4.1. menunjukkan jumlah penduduk yang paling tinggi adalah kelompok
umur 15 - 19 tahun sebanyak 238.504 jiwa (11,71%) dan jumlah penduduk yang
paling rendah adalah kelompok umur 60 - 64 tahun sebanyak 41.279 jiwa
(2,03%).
Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Komposisi penduduk Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Kota Medan menurut Jenis Pekerjaan
No Jenis Pekerjaan
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1
Pegawai Negeri
18.670
4,88
2
Pegawai Swasta
14.570
3,81
3
TNI/ POLRI
3.562
0,93
4
Tenaga Pengajar
43.551
11,38
5
Tenaga Kesehatan
2.399
0,63
6
Lain – lain
300.000
78,37
Sumber : BPS, Medan dalam Angka 2016
Tabel 4.2. menunjukkan penduduk Kota Medan yang memiliki pekerjaan dengan
jumlah terbesar adalah sebagai tenaga pengajar yaitu sebesar 43.551 jiwa
(11,38%), pegawai negeri sebesar 18.670 jiwa (4,88%), dan pegawai swasta
sebesar 14.570 jiwa (3,81%). Dan lain-lainnya sebesar 300.000 (78,37%) yang
tidak diketahui apa yang menjadi pekerjaannya.
Sedangkan penduduk Kota Medan yang memiliki pekerjaan dengan jumlah
terendah adalah sebagai Tenaga Kerja bagian Kesehatan yaitu sebesar 2.399 jiwa
(0,63%). Hal tersebut menyatakan sedikitnya peminat masyarakat di Kota Medan

Universitas Sumatera Utara

32

yang bekerja di bagian kesehatan.
Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Komposisi penduduk Kota Medan berdasrka tingkat pendidikan terdiri dart tamat
SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi. Untuk mrngetahui lebih jelas dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1 SD
412.893
21,51
2 SLTP
626.617
32,65
3 SLTA
6705.97
39,94
4 Perguruan Tinggi
209.246
10,90
Jumlah
1.919.353
100
Sumber : BPS, Medan dalam Angka 2016
Tabel 4.3. menunjukkan tingkat pendidikan Kota Medan berada pada tingkat
pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebesar 670.597 orang
(39,94%), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebesar 626.617 orang
(32,65%), Sekolah Dasar berjumlah 412.893 orang (21,51%) dan Perguruan
Tinggi sebanyak 209.246 orang (10,90%).
Jumlah penduduk Kota Medan menurut tingkat pendidikan paling terbanyak
adalah pada tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebesar
670.597 orang (39,94). Dan jumlah penduduk Kota Medan menurut tingkat
pendidikan yang paling rendah adalah pada tingkat pendidikan Perguruan Tinggi
sebesar 209.246 orang (10,90). Hasil tersebut menunjukkan masih minimumnya
tingkat pendidikan sarjana di Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

33

4.1.4. Keadaan SPBU
a. Komposisi SPBU Menurut lama berusaha dan jenis Badan Usaha
Pada data yang terdapat dilapangan komposisi SPBU terdiri dari beberapa
klasifikasi menurut lama berusaha dan jenis badan usaha. Untuk melihat lebih
jelas jumlah SPBU di Kota Medan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 4.4. Komposisi SPBU Kota Medan menurut jenis badan usaha.
No
Jenis Badan
Jumlah SPBU
Usaha
(Unit)
1
Swasta
82
2
Koperasi PT. Pertamina
6
Jumlah
88
Sumber: PT. Pertamina Persero, 2017
Tabel 4.4. menunjukkan usaha SPBU di Kota Medan berjumlah 88 SPBU yang
didominan oleh SPBU yang status kepemilikannya di usahakan oleh swasta dalam
hal ini bukan merupakan milik dari koperasi karyawan PT. Pertamina.
Hal tersebut terjadi karena pembagian saham oleh PT. Pertamina sebagian besar
di dimiliki oleh perusahaan asing, sehingga untuk mengurangi biaya operasional
pihak Pertamina melakukan sistem pemasaran pada setiap SPBU adalah sistem
perorangan, atau milik pribadi/franchise.
b. Komposisi SPBU menurut jumlah Biosolar yang terjual
Tabel 4.5. Komposisi SPBU di Kota Medan menurut tingkat penjualan
Biosolar
No
Jumlah Biosolar yang terjual
Jumlah SPBU
(Liter)
(Unit)
1
12.000-13.000
12
2
14.000-16.000
76
Jumlah
88
Sumber : PT. Pertamina Persero 2017.

Universitas Sumatera Utara

34

Tabel 4.5. menunjukkan SPBU yang menjual Biosolar paling sedikit berkisar antara
12.000 – 13.000 liter sebanyak 12 unit sedangkan SPBU yang menjual Biosolar
14.000 – 16.000 liter sebanyak 76 unit.

SPBU
Medan
Ut
SPBU
Medan
B t
SPBU
Pusat
K t

SPBU
Medan
Ti

SPBU
Medan
S l t

Gambar 4.1. Peta Lokasi SPBU yang menyediakan Biosolar di Kota Medan
Gambar 4.1. menunjukkan bahwa terdapat beberapa SPBU yang tersebar di Kota
Medan yang menyediakan Biosolar pada setiap unitnya. Terdapat 21 SPBU yang
menyediakan Biosolar dan Dexlite, Biosolar dan Pertamina Dex maupun Biosolar,
Dexlite dan Pertamina Dex.

4.1.5. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan
masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju
pembangunan. Sarana dan prasaran di Kota Medan saat ini sangat baik, hal ini
dapat kita lihat dari kesehatan, trasnsportasi dan pasar yang sudah cukup

Universitas Sumatera Utara

35

memadai. Sarana transportasi di Kota Medan sangat lengkap baik di dalam kota,
ke luar kota maupun ke luar negeri. Transportasi yang tersedia yaitu darat (Bus,
Angkutan Kota, Kereta Api), laut (Kapal) serta udara (pesawat). Untuk
transportasi di dalam kota, sebagian besar memanfaatkan jasa angkutan kota
(angkot) dengan trayek yang bermacam- macam. Untuk transportasi laut,
pelabuhan yang terkenal di Kota Medan adalah Pelabuhan Belawan. Untuk
transportasi udara, di Kota Medan terdapat Bandara Polonia Medan dan Bandara
Internasional Kuala Namu Medan.
Untuk mengetahui lebih jelas sarana dan prasarana di Kota Medan dapat dilihat
pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Sarana dan Prasarana Kota Medan
No
Sarana dan Prasarana
1 Sekolah
a. SD
b. SLTP
c. SLTA
d. Perguruan Tinggi
2 Kesehatan
a. Puskesmas
b. Pustu
c. BPU
d. Rumah Bersalin
e. Rumah Sakit
3 Transportasi
a. Jalan Baik
b. Jalan Sedang
c. Jalan Rusak
4 Pasar
a. Pasar Tradisional
b. Pasar Swalayan
Sumber : BPS, Medan dalam Angka 2016

Satuan

Jumlah

Unit
Unit
Unit
Unit

797
335
322
28

Unit
Unit
Unit
Unit

39
41
375
270
68

Km
Km
Km

1.869,60
446,15
128,37

Unit
Unit

56
30

Tabel 4.6. menunjukkan sarana pendidikan di kota Medan sangat lengkap mulai
dari yang terendah hingga tertinggi sehingga status skolah pun beragam mulai

Universitas Sumatera Utara

36

dari negeri, swasta, maupun sekolah luar negeri yang tersebar di setiap sudut dan
pelosok kota Medan.
Sarana kesehatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar

seperti Kota

Medan yang berpenduduk besar. Sarana Kesehatan yang ada yaitu BPU 375 unit,
rumah bersalin 270 unit, rumah sakit 68 unit dan puskesmas 39 unit yang tersebar
di seluruh kecamatan Kota Medan.
Sarana tempat ibadah di Kota Medan sangat memadai. Tempat- tempat ibadah
berdiri megah di setiap sudut kota sesuai dengan agama yang dianut
masing- masing masyarakat. Adapun tempat ibadah yang ada di Kota Medan
adalah Mesjid rumah ibadah untuk agama Islam, Gereja sebagai rumah ibadah
agama kristen, Wihara sebagai rumah ibadah agama Budha dan Kuil sebagai
rumah ibadah agama Hindu.
Pasar- pasar atau pusat perbelanjaan di kota Medan juga sangat banyak dan sangat
cukup memadai. Pasar- pasar yang ada di kota Medan dapat digolongkan menjadi
pasar tradisional dan pasar swalayan. Pasar tradisional identik dengan bangunanbangunan yang biasa saja, atau tidak terlalu megah. Sedangkan pasar swalayan
identik dengan bangunan- bangunan yang besar dan megah.
4.2. Karakteristik Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen pengguna kendaraan berbahan
bakar solar yang membeli biosolar maupun tidak membeli biosolar di SPBU
tempat penelitian. Karakteristik sampel yang dimaksud adalah umur, tingkat
pendidikan, pendapatan, jumlah pengeluaran, pengalaman membeli, dan jenis
kendaraan.

Universitas Sumatera Utara

37

4.2.1. Umur
Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli semasa hidupnya. Umur
berhubungan dengan selera akan makanan, pakaian, perabot dan rekreasi.
Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang
mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya. Tingkat pembelian
konsumen sangat dipengaruhi oleh usianya. Keadaan umur sampel di daerah
penelitian dapat dilihat pada tabel di berikut.
Tabel 4.7. Komposisi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur
No
Kelompok Umur (Tahun)
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1
2
3

25-35
36-46
47-57

Jumlah
Sumber : Data diolah dari Lampiran 1

26
23
11
60

43,33
38,33
18,34
100

Tabel 4.7. menunjukkan jumlah sampel yang paling tinggi adalah sampel
kelompok umur 25-45 tahun sebanyak

26 orang (43,33%), dan yang paling

rendah adalah sampel kelompok umur 47-57 tahun sebanyak 11 orang (18,34%).
Hal tersebut menunjukkan penduduk Kota Medan paling dominan sebagai
konsumen pengguna biosolar adalah di kisaran umur 25-35 tahun dimana umur
tersebut adalah umur penduduk yang termasuk sudah rata-rata bisa dibilang sudah
memiliki dapat mengendarai kendaraan yang menggunakan biosolar serta sudah
memiliki pekerjaan dan pendapatan.
4.2.2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pilihannya. Apabila pendidikan
responden tinggi maka akan lebih memilih barang yang berkualitas baik, tingkat

Universitas Sumatera Utara

38

pendidikan dapat dilihat dari pendidikan terakhir responden. Tingkat pendidikan
masyarakat sampel dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.8. Komposisi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No
Tingkat Pendidikan
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1
2
3
4
5
6

SD
SMP
SMA
Diploma
S-1
S-2

Jumlah
Sumber : Data diolah dari lampiran 1

0
7
12
11
25
5
60

0
11,67
20
18,33
41,67
8,33
100

Tabel 4.8. menunjukkan jumlah tingkat pendidikan sampel yang paling tinggi
adalah S-1 sebanyak 25 orang (41,67%) dan yang paling rendah adalah SMP
sebanyak 7 orang (11,67%).
Pendidikan responden sangat erat hubungannya dengan pengetahuan terhadap
suatu produk baik dari segi kualitas maupun manfaatnya. Sehingga sangat penting
pendidikan di tingkatkan dalam kehidupan sosial maupun ekonomi masyarakat
kota Medan.
4.2.3. Pendapatan
Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi atau
rendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas
permintaan akan suatu produk. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara
total hanya ada uang yang sedikit untuk dibelanjakan sehingga masyarakat akan
membelanjakan lebih sedikit uang untuk beberapa produk dan mungkin pula
terhadap biosolar. Pendapatan masyarakat sampel dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.

Universitas Sumatera Utara

39

Tabel 4.9. Komposisi Sampel Berdasarkan Pendapatan
No
Pendapatan (Rp)
Jumlah (Jiwa)
1
2.000.000 ≤ X < 4.000.000
16
2
4.000.000 ≤ X < 6.000.000
14
3
6.000.000 ≤ X < 8.000.000
18
4
> 8.000.000
12
Jumlah
60
Sumber : Data diolah dari lampiran 1

Persentase (%)
26,67
23,33
30
20
100

Tabel 4.9. menunjukkan jumlah pendapatan yang paling tinggi adalah
Rp. 6.000.000 - Rp 8.000.000 sebanyak 18 orang (30%) dan paling rendah adalah
> Rp. 8.000.000 sebanyak 12 orang (33,33%).
Pendapatan penduduk di Kota Medan banyak diperoleh dari pekerjaan utama
maupun pekerjaan sampingan. Dan termasuk kota yang penduduknya memiliki
pendapatan yang relatif besar dibandingkan daerah lain yang ada di provinsi
Sumatera Utara.
4.2.4. Jumlah Pengeluaran
Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah nilai belanja yang dilakukan oleh
rumah tangga untuk membeli berbagai jenis kebutuhanya. Tinggi atau rendahnya
pendapatan masyarakat akan mempengaruhi pengeluaran konsumsi mereka
(Sukirno, 1994). Pengeluaran masyarakat sampel dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 4.10. Komposisi Sampel Berdasarkan Jumlah Pengeluaran
No
Pengeluaran (Rp)
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1
1.000.000 ≤ X < 3.000.000
18
30
2
3.000.001 ≤ X < 5.000.000
33
55
3
> 5.000.000
9
15
Jumlah
60
100
Sumber : Data diolah dari Lampiran 1
Tabel 4.10. menunjukkan jumlah pengeluaran yang paling tinggi adalah

Universitas Sumatera Utara

40

Rp. 3.000.000 - Rp 5.000.000 sebanyak 33 orang (55%) dan paling rendah adalah
> Rp. 5.000.000 sebanyak 9 orang (15%).
4.2.5. Pengalaman Membeli Biosolar
Hubungan lama menggunakan Biosolar (pengalaman) responden dengan sikapnya
terhadap solar sebagai energi alternatif adalah salah satu karakteristik sosial
ekonomi yang perlu diperhatikan dalam penentuan sikap responden terhadap solar
sebagai energi alternatif. Solar sudah dipasarkan di Stasiun Pengisian Bahan
Bakar Umum (SPBU) pada awal Juli 2006 di Kota Medan. Lama menggunakan
solar (pengalaman) responden dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 4.11. Komposisi Sampel Berdasarkan Lamanya Menggunakan Solar
No Lama Menggunakan Biosolar (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1
1
0
0
2
2
4
6,67
3
3
5
8,33
4
4
13
21,67
5
5
12
20
6
6
25
41,67
Total
60
100
Sumber : Data diolah dari Lampiran 1
Tabel 4.11. menunjukkan jumlah sampel yang paling banyak adalah sampel yang
menggunakan solar selama 6 tahun yaitu sebanyak 25 orang (41,67%) dan yang
paling sedikit yaitu sampel yang menggunakan solar selama 2 tahun sebanyak 4
orang (6,67%).
Hal tersebut menunjukkan bahwa penduduk di Kota Medan memiliki pengalaman
yang lama dalam membeli Biosolar yaitu rata-rata 6 tahun bahkan lebih mulai dari
diberlakukannya penyediaan Biosolar tahun 2006 pada seluruh SPBU yang
tersedia di Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

41

4.2.6. Jenis Kendaraan
Jenis kendaraan merupakan perbedaan bentuk, ukuran, dan fungsi dari suatu
kendaraan yang digunakan oleh sampel pada setiap harinya dalam beraktivitas
maupun bekerja yang menggunakan solar sebagai bahan bakar kendaraan yang
digunakan tersebut. Jenis kendaraan sampel dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.12. Komposisi Sampel Berdasarkan Jenis Kendaraan yang
digunakan
No
Jenis Kendaraan (Rp)
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1
Angkutan Barang
6
10
2
Angkutan Penumpang
16
26,67
3
Kendaraan Pribadi
38
63,33
Jumlah
60
100
Sumber : Data diolah dari Lampiran 1
Tabel 4.12. menunjukkan jenis kendaraan yang paling banyak menggunakan
Biosolar adalah kendaraan pribadi sebanyak 38 orang (63,33%) dan yang paling
sedikit menggunakan Biosolar adalah jenis kendaraan angkutan barang sebanyak
6 orang (10%).
Hal tersebut menunjukkan bahwa penduduk di Kota Medan yang memiliki
kendaraan yang paling banyak menggukan Biosolar adalah kendaraan pribadi
karena jumlah kendaraan terbanyak yang beredar di Kota Medan adalah
kendaraan pribadi dibandingkan angkutan barang maupun angkutan penumpang.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Perkembangan Volume Distribusi Konsumsi Biosolar di Kota Medan
Perkembangan penjualan ataupun pemasaran biosolar oleh pihak PT. Pertamina
melalui setiap SPBU yang tersedia di kota Medan dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Gambar 5.1. Volume Distribusi Konsumsi Biosolar di Kota Medan

Sumber: PT Pertamina Persero, 2017.
Gambar 5.1. memperlihatkan grafik volume distribusi konsumsi Biosolar di kota
Medan yang disalurkan oleh PT. Pertamina mengalami fluktuasi jumlah yang
disalurkan setiap bulannya, hanya pada bulan tertentu saja terjadi peningkatan
penjualan yang terlihat tinggi maupun rendah.
Adapun jumlah volume distribusi konsumsi biosolar terbanyak di kota Medan
terjadi pada bulan September 18.975.000 liter dikarenakan menjelang pada musim
akhir tahun banyak kendaraan pribadi maupun perusahaan melakukan ekspedisi
baik itu kendaraan angkutan pengiriman barang maupun kendaraan angkutan
penumpang yang menggunakan Biosolar. Namun pada waktu penelitian dilakukan
yang menjadi sampel kebanyakan yang dijumpai adalah kendaraan pribadi

42

Universitas Sumatera Utara

43

dikarenakan jumlah kendaraan yang paling banyak di Kota Medan adalah
kendaraan pribadi dan dikarenakan adanya peraturan tata Kota Medan yang tidak
memperbolehkan kendaraan angkutan barang maupun angkutan penumpang
memasuki daerah Kota kecuali adanya surat izin dari pemerintah Kota Medan.
Adapun jumlah volume distribusi konsumsi biosolar terendah di kota Medan
terjadi pada bulan Maret 2016 yaitu sebanyak 14.120.000 liter. dikarenakan pada
musim memasuki awal tahun tidak banyak kendaraan pribadi maupun perusahaan
yang melakukan ekspedisi yang baik itu kendaraan angkutan pengiriman barang
maupun kendaraan angkutan penumpang yang melakukan perjalanan padat yang
menggunakan Biosolar.
Namun setelah diberlakukannya penetapan kuota pada bulan Juni 2011 terhadap
Biosolar maka setiap SPBU hanya diperbolehkan memesan tidak lebih dari 18.000
liter per hari per SPBU hal ini menurut hasil wawancara terhadap pihak pemilik
SPBU dikarenakan pihak PT. Pertamina menggolongkan Biosolar dalam golongan
BBM bersubsidi, sehingga jumlah penyalurannya harus diawasi dan dibatasi yaitu
tidak boleh lebih dari 18.000 liter per hari hal ini diberlakukan kepada semua
SPBU yang menyalurkan Biosolar agar tidak terjadinya kesenjangan (Permadi,
2012).
5.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen dalam
Menggunakan Biosolar di Kota Medan
5.2.1. Distribusi Keputusan Konsumen dalam Menggunakan Biosolar di Kota
Medan
Distribusi keputusan konsumen dalam menggunakan biosolar di kota Medan dapat
dilihat dari Tabel 5.1.

Universitas Sumatera Utara

44

Tabel 5.1. Distribusi Keputusan Konsumen dalam Menggunakan Biosolar
Keputusan
Keputusan untuk Menggunakan Biosolar
Total (orang)
Persentase (%)
Ya
41
68,33
Tidak
19
31,67
Total
60
100
Sumber: Data diolah dari Lampiran 1
Tabel 5.1. memperlihatkan jumlah persentase keputusan konsumen di daerah
penelitian dalam memilih bahan bakar solar, yaitu sebanyak 41 sampel atau
sebesar 68,33%, konsumen di Kota Medan memilih biosolar sebagai bahan bakar
kendaraannya. Sedangkan sisanya yaitu sebanyak 19 sampel atau sebesar 31,67%,
konsumen di kota Medan memilih untuk tidak menggunakan biosolar sebagai
bahan bakar kendaraannya adapun jenis bahan bakar yang digunakan adalah
Dexlite dan Pertamina Dex. Adapun kuesioner yang disebarkan adalah sebanyak
60 kuesioner.
5.2.2. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Konsumen dalam Menggunakan
.Biosolar di Kota Medan
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam menggunakan
biosolar dengan menggunakan regresi model logistik biner. Analisis ini
bertujuan untuk melihat peluang variabel bebas yaitu Umur, Tingkat Pendidikan,
Pendapatan, Jumlah Pengeluaran, Pengalaman Membeli, dan Jenis Kendaraan
apakah memiliki pengaruh atau tidak terhadap variabel terikat yaitu keputusan
konsumen dalam menggunakan biosolar (1) dan keputusan konsumen untuk tidak
menggunakan biosolar (0). Melalui uji yang dianalisis dengan software SPSS
17.0 maka didapatkan hasil pada Tabel 5.2.

Universitas Sumatera Utara

45

Tabel 5.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsumen dalam
Menggunakan Biosolar di Kota Medan
Variabel
B
Exp (B)
Signifikansi
Constant
-12,686
0,000
0,226
Umur
0,449
1,567
0,078
Tingkat Pendidikan
0,244
1,276
0,733
Pendapatan
0,000
1,000
0,042
Jumlah Pengeluaran
0,000
1,000
0,546
Pengalaman Membeli
2,520
12,426
0,046
Jenis Kendaraan
2,944
18,998
0,198
Sumber: Data diolah dari Lampiran 2
Negelkerke R-square = 0,922

G = 64,264 (sig = 0,000)

Chi-square = 1,154 (sig = 0,997)
Persamaan Logit :
Adapun rumus dari metode logit ini adalah:
ln

= -12,686 + 0,449X1 + 0,244X2 + 0,000X3 + 0,000X4 + 2,520X5

+ 2,944X6
Dimana :
Pi

= Peluang konsumen menggunakan biosolar (Y=1)

1-Pi

= Peluang konsumen tidak menggunakan biosolar (Y=0)

Y

= Keputusan konsumen

�1

= Umur (tahun)

�3

= Pendapatan (Rp/bln)

�5

= Pengalaman membeli (tahun)

�2

= Tingkat pendidikan (tahun)

�4

= Jumlah pengeluaran (Rp/bln)

�6

= Jenis kendaraan (a. barang, a. penumpang, k. pribadi)

Universitas Sumatera Utara

46

a. Uji Hosmer and Lemeshow
Sebelum melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu diuji kelayakan dari
model regresi logistik biner yang digunakan. Analisis ini didasarkan pada uji
Hosmer Lemeshow Test. Hasil uji Hosmer Lemeshow Test dapat ditunjukkan pada
Tabel berikut:
Tabel 5.3. Hosmer and Lemeshow Test
Step
Chi-square
1
1.154
Sumber: Data diolah dari Lampiran 2

df

Sig.

8

0.997

Dari hasil perhitungan pada Tabel 5.3. dapat dilihat bahwa nilai Chi-square
yang diperoleh adalah sebesar 1,154 dengan tingkat signifikansi sebesar
0,997. Tingkat signifikansi yang diperoleh > 0,05, sehingga tolak H1, terima H0
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan
antara distribusi observasi dengan distribusi frekuensi estimasi. Sehingga dapat
disimpulkan model logit sesuai untuk digunakan.
b. Uji Seluruh Variabel (uji G)
Hasil uji seluruh variabel dapat ditunjukkan pada Tabel berikut:
Tabel 5.4. Uji Seluruh Variabel (uji G)
Step 1
Chi-square
Model
64.264
Sumber: Data diolah dari Lampiran 2

df

Sig.

6

.000

Pada hasil perhitungan yang ditampilkan pada Tabel 5.4. dapat dilihat bahwa nilai
G yang diperoleh adalah sebesar 64,264 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000.
Tingkat signifikansi yang diperoleh 0,000 < 0,05. Berdasarkan kriteria
pengambilan keputusan yang telah dibuat maka terima H1 dan tolak H0. Sehingga

Universitas Sumatera Utara

47

dapat disimpulkan bahwa sekurang-kurangnya terdapat satu variabel bebas yang
berpengaruh terhadap variabel terikat.
c. Uji Wald
Pada hasil perhitungan yang ditampilkan pada Tabel 5.4., dapat dilihat nilai
Wald dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.
Nilai Wald antara variabel umur terhadap keputusan yaitu sebesar 0,449 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,078. Dari tingkat signifikansi yang diperoleh yakni
0,078 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel umur tidak berpengaruh terhadap
keputusan konsumen.
Nilai Wald antara variabel tingkat pendidikan terhadap keputusan yaitu sebesar
0,244 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,733. Dari tingkat signifikansi
yang diperoleh yakni 0,733 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat
pendidikan tidak berpengaruh terhadap keputusan konsumen.
Nilai Wald antara variabel pendapatan terhadap keputusan yaitu sebesar 0,000
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,042. Dari tingkat signifikansi yang diperoleh
yakni 0,042 < 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel pendapatan berpengaruh
terhadap keputusan konsumen.
Nilai Wald antara variabel jumlah pengeluaran terhadap keputusan yaitu sebesar
0,0000 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,546. Dari tingkat signifikansi yang
diperoleh yakni 0,546 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah
pengeluaran tidak berpengaruh terhadap keputusan konsumen.
Nilai Wald antara variabel pengalaman membeli terhadap keputusan yaitu sebesar

Universitas Sumatera Utara

48

2,520 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,046. Dari tingkat signifikansi
diperoleh yakni 0,046 < 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel pengalaman
membeli berpengaruh terhadap keputusan konsumen.
Nilai Wald antara variabel jenis kendaraan terhadap keputusan yaitu sebesar
2,944 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,198. Dari tingkat signifikansi yang
diperoleh yakni 0,198 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel jenis kendaraan
tidak berpengaruh terhadap keputusan konsumen.
Dari hasil uji regresi logistik kita bisa menarik kesimpulan bahwa variabel tingkat
pendapatan dan pengalaman membeli ditingkat konsumen mempengaruhi
keputusan konsumen dalam menggunakan biosolar sebagai bahan bakar kendaraan
yang digunakan.
Adapun variabel umur tidak berpengaruh nyata terhadap pengambilan keputusan
konsumen untuk menggunakan biosolar sebagai bahan bakar kendaraan yang
digunakan. Perbedaan umur konsumen akan mengakibatkan perbedaan selera dan
kesukaan terhadap suatu merek produk. Namun dari sisi pemasaran, semua
penduduk yang ada diwilayah pemasaran, berapapun umurnya tetap merupakan
konsumen. (Ildrakasih, 2013).
Tabel 5.5. Persentase konsumen menurut Umur yang menggunakan Biosolar
No Umur (tahun) Biosolar
%
Dexlite/Pertamina
%
Persentase
Dex
(%)
1
25-35
17
65,38
9
34,62
100
2
36-46
14
60,87
9
38,13
100
3
47-57
10
90,91
1
9,09
100
Total
41
68,33
19
31,67
100
Sumber : Data diperoleh dari kuesioner.

Tabel 5.5. menunjukkan rentang persentase konsumen menurut umur konsumen

Universitas Sumatera Utara

49

lebih banyak memakai biosolar dibandingkan produk solar lainnya. Berapapun
umur konsumen lebih memilih menggunakan biosolar sebagai bahan bakar
kendaraannya. dan dari hasil wawancara yang dilakukan pada saat penelitian,
alasan dari keputusan konsumen memilih biosolar adalah bagian dukungan dalam
program pemerintah yang menggunakan bahan bakar nabati (BBN) bagi
kendaraannya dan penggunaan produk ramah lingkungan

bukan disebabkan

karena selera ataupun kesukaan.
Adapun variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan
konsumen untuk menggunakan biosolar sebagai bahan bakar kendaraan yang
digunakan. Hal ini disebabkan karena dalam pendidikan formal yang diperoleh
konsumen tidak mempelajari tentang bagaimana memilih bahan bakar kendaraan
yang baik bagi pengguna kendaraan berbahan bakar solar melainkan diperoleh
dari pendidikan non-formal seperti media cetak maupun media elektronik. Hal
ini tidak sesuai dengan teori yang diutarakan oleh Muhibbin (2002) yaitu bahwa
tingkat pendidikan individu merupakan salah satu aspek yang terlibat dalam suatu
pengambilan keputusan.
Adapun variabel jumlah pengeluaran tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan
konsumen untuk menggunakan biosolar sebagai bahan bakar kendaraan yang
digunakan. Hal itu dikarenakan pada saat penelitian, konsumen tidak mengetahui
jumlah pengeluaran yang dikeluarkan untuk menggunakan biosolar setiap
bulannya, melainkan hanya mengetahui jumlah pengeluaran total dalam
memenuhi kebutuhan hidup setiap bulannya. Sehingga berbeda dengan hipotesis
yang telah ditentukan sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

50

Adapun variabel jenis kendaraan tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan
konsumen untuk menggunakan biosolar sebagai bahan bakar kendaraan yang
digunakan.
Tabel 5.6. Persentase Jumlah Jenis Kendaraan yang menggunakan Biosolar
Jenis
Biosolar
%
Dexlite/Pertamina
%
Kendaraan
Dex
(Unit)
Kendaraan Sendiri
15
60
Sendiri
13
81,25
Pribadi
Kantor
10
40
Kantor
3
18,75
Total
25
100
16
100
(61%)
(39%)
Angkutan
Sendiri
2
20
Sendiri
1
33,33
Penumpang Kantor
8
80
Kantor
2
66,67
Total
10
100
3
100
(77%)
(23%)
Angkutan
Sendiri
2
33,33 Sendiri
0
0
Barang
Kantor
4
66,67 Kantor
0
0
Total
6
100
0
0
(100%)
(0%)
Sumber : Data diperoleh dari kuesioner.

Tabel 5.6. menunjukkan rentang persentase jenis kendaraan yang digunakan oleh
konsumen lebih banyak memakai biosolar dibandingkan produk solar lainnya.
Apapun jenis kendaraannya baik angkutan barang, angkutan penumpang, maupun
kendaraan pribadi yang dimiliki pribadi ataupun milik perusahaan kebanyakan
lebih memilih memakai Biosolar dibandingkan produk lainnya seperti Dexlite
maupun Pertamina Dex. Sehingga jenis kendaraan tidak mempengaruhi keputusan
konsumen dalam menggunakan biosolar.
d. Efek Marginal
Adapun nilai marginal efek dari variabel pendapatan adalah sebesar 0,001 artinya
setiap peningkatan satu rupiah/bulan, maka akan meningkatkan probabilitas
pengambilan keputusan konsumen untuk menggunakan biosolar sebagai bahan

Universitas Sumatera Utara

51

bakar kendaraan yang digunakan sebesar 0,09%. Hasil analisis ini juga sesuai
dengan teori yang disampaikan Sahidu (1998) bahwa pendapatan konsumen
merupakan sumber motivasi bagi konsumen dan merupakan faktor kuat yang
mendorong timbulnya kemauan, kemampuan serta terwujudnya kinerja partisipasi
konsumen. Semakin tinggi pendapatan, maka semakin tinggi tingkat daya beli
konsumen terhadap suatu produk barang atau jasa.
Adapun nilai marginal efek dari variabel pengalaman membeli adalah 2,520
artinya setiap peningkatan satu tahun pengalaman, maka akan meningkatkan
probabilitas pengambilan keputusan konsumen untuk menggunakan biosolar
sebagai bahan bakar kendaraannya sebesar 71,6%. Hasil penelitian sesuai dengan
hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang nyata pengalaman membeli
konsumen terhadap keputusan konsumen untuk menggunakan biosolar sebagai
bahan bakar kendaraan yang digunakan. Berdasarkan hasil wawancara di
lapangan, konsumen yang selalu menggunakan biosolar sebagai bahan bakar
kendaraannya enggan mengganti dengan produk solar lainnya dikarenakan
harganya yang terjangkau sebab biosolar adalah pemberian subsidi oleh
pemerintah. Dan pemakaian biosolar dapat mengurahi pencemaran lingkungan
yang menyebabkan polusi udara, dengan itu secara tidak langsung ikut
mendukung program pemerintah yaitu penggunaan bahan bakar nabati (BBN).
Hal ini sesuai dengan pendapat Gilaraso (1989) bahwa pengalaman membeli
juga memegang peranan penting dalam mengambil keputusan jangka panjang dan
jangka pendek dalam suatu industri.
Adapun faktor umur, tingkat pendidikan, jumlah pengeluaran, dan jenis kendaraan
tidak

berpengaruh

dalam

mempengaruhi

keputusan

konsumen

untuk

Universitas Sumatera Utara

52

menggunakan biosolar sebagai bahan bakar kendaraan yang digunakan. Faktor
tersebut menjadi tidak berpengaruh disebabkan karena tidak adanya perbedaan
yang signifikan dari konsumen yang menjadi sampel penelitian, sehingga tidak
sesuai dengan hipotesis variabel yang menyatakan bahwa umur, tingkat
pendidikan, jumlah pengeluaran dan jenis kendaraan mempengaruhi keputusan
konsumen dalam menggunakan biosolar sebagai bahan bakar kendaraan yang
digunakan.

Universitas Sumatera Utara

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan antara lain:
1. Pada grafik volume distribusi konsumsi Biosolar yang disalurkan oleh PT.
Pertamina terjadi fluktuasi jumlah yang disalurkan dan adapun jumlah
permintaan terbanyak terjadi pada bulan September 18.975.000 liter
dikarenakan menjelang pada musim akhir tahun banyak perusahaan melakukan
ekspedisi menggunakan kendaraan angkutan pengiriman barang maupun
kendaraan angkutan penumpang yang menggunakan Biosolar.
2. Dari hasil uji regresi logistik, variabel tingkat pendapatan dan pengalaman
membeli ditingkat konsumen mempengaruhi keputusan konsumen dalam
menggunakan biosolar sebagai bahan bakar kendaraan yang dimiliki. Adapun
faktor umur, tingkat pendidikan, jumlah pengeluaran, dan jenis kendaraan tidak
berpengaruh dalam mempengaruhi keputusan konsumen untuk menggunakan
biosolar sebagai bahan bakar kendaraan yang digunakan.
6.2 Saran
1. Kepada Masyarakat/Konsumen Energi/Biodiesel
Diharapkan

kepada

responden

untuk

memperhatikan

inovasi

atau

teknologi baru yang disediakan oleh pemerintah seperti biosolar yang merupakan
campuran dari tanaman yaitu tanaman kelapa sawit sebagai bahan bakar
kendaraan yang ramah lingkungan agar memiliki wawasan yang lebih luas.

53

Universitas Sumatera Utara

54

2. Kepada Pemerintah
Sebaiknya pemerintah lebih berperan aktif serta mendukung dalam pengembangan
inovasi yang mengedepankan ekonomi dan teknologi yang berbasis ramah
lingkungan untuk sumber energi alternatif seperti biosolar.
Pemerintah hendaknya rutin memberikan pengetahuan dengan melakukan
sosialisasi tentang penggunaan bahan bakar nabati seperti biosolar kepada
masyarakat tentang penggunaan energi alternatif dan inovasi-inovasi baru melalui
bidang terkait seperti Pertamina sebagai BUMN yang dikelola oleh pemerintah
sehingga bisa membuat pengetahuan masyarakat semakin meningkat dan
kehidupannya bisa lebih sejahtera, serta mengurangi pemakaian bahan bakar
minyak bumi.
Serta pemerintah harus tepat dalam mengambil kebijakan yang tepat dalam
mengambil suatu keputusan, serta melihat apa yang akan muncul akibat dari suatu
kebijakan tersebut, seperti setiap dalam menentukan persentase campuran
kandungan biosolar.
3. Kepada Peneliti Selanjutnya
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk mengadakan penelitian lanjutan
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam
menggunakan biosolar sebagai bahan bakar kendaraan yang digunakan dengan isu
atau masalah yang berbeda, karena dilihat dari hasil Negelkerke R-square yaitu
0,922 yang artinya variabel yang telah ditentukan sudah mewakili sebesar 92,2%.
Sehingga untuk memilih variabel lain hanya memiliki peluang yang baik dalam
penggunaan hanya 7,8%.

Universitas Sumatera Utara