Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan Penyerapan Anggaran Belanja pada SKPD di Pemerintah Kota Medan Chapter III VI

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep
Penelitian ini menggunakan 4 variabel independen, yaitu sumber daya
manusia, pengadaan barang dan jasa, surat permintaan pembayaran langsung, dan
sistem pengendalian intern pemerintah.
Hubungan antar variabel dapat dilihat pada model kerangka konsep yang
digambarkan sebagai berikut:
Variabel Independen

Variabel Dependen

Sumber Daya
Manusia
(X1)

Pengadaan Barang
dan Jasa
(X2)
Keterlambatan

Penyerapan Anggaran
(Y)
Surat Permintaan
Pembayaran
Langsung
(X3)

Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah
(X4)

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual

29
Universitas Sumatera Utara

30

Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka dapat dijelaskan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan penyerapan anggaran adalah

sumber daya manusia, pengadaan barang dan jasa, surat permintaan pembayaran
langsung, dan sistem pengendalian intern pemerintah.

3.1.1. Pengaruh sumber daya manusia terhadap keterlambatan penyerapan
anggaran
Sumber daya manusia merupakan pelaku utama dalam pelaksanaan
program dan kegiatan pemerintah yang berhubungan dengan pengelolaan
keuangan dan anggaran. Kualitas sumber daya manusia yang
pengetahuan,

keterampilan,

dan

perilaku

menjadi

tolok


meliputi

ukur

dalam

melaksanakan tugas secara profesional, efektif, dan efisien, sehingga dalam
pelaksanaan pemerintahan, kompetensi sumber daya merupakan salah satu
faktor yang berperan penting dalam penyerapan anggaran.
Hasil

penelitian

Herriyanto

(2012)

tentang

faktor-faktor


yang

mempengaruhi keterlambatan penyerapan anggaran belanja pada satuan kerja
Kementerian/Lembaga di wilayah Jakarta menyimpulkan bahwa faktor sumber
daya manusia mampu menjelaskan variasi seluruh item sebesar 7,80%.
Kesimpulan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Fitriany (2014)
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penumpukan penyerapan anggaran
di akhir tahun (studi di Kota Pekalongan tahun 2013) yang menyimpulkan
bahwa faktor sumber daya manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penyerapan anggaran akhir tahun. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diduga
bahwa keterlambatan penyerapan anggaran belanja dipengaruhi oleh sumber
daya manusia.

Universitas Sumatera Utara

31

3.1.2. Pengaruh pengadaan barang dan jasa terhadap keterlamabatan
penyerapan anggaran

Pengadaan barang dan jasa merupakan proses utama dalam penyerapan
anggaran belanja barang dan jasa dan belanja modal. Pelaksanaan pengadaan
barang dan jasa diatur dalam Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 sebgaimana
telah diubah dengan Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 yang menyebutkan
bahwa proses pengadaan barang dan jasa dimulai dari perencanaan kebutuhan
sampai diselesaikannya seluruh kegiatan.
Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa memerlukan proses yang panjang
dan lama. Ketepatan waktu setiap proses yang meliputi dokumen pengadaan
juga menjadi faktor yang sangat penting agar program dan kegiatan dapat
dilaksanakan dan anggaran belanja dapat diserap sesuai dengan rencana kerja
pemerintah.
Hasil penelitian Sukadi (2012) mengenai analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi penumpukan penyerapan anggaran belanja pada akhir tahun
menyimpulkan bahwa pengadaan barang dan jasa berpengaruh signifikan
terhadap penumpukan penyerapan anggaran belanja pada akhir tahun. Penelitian
yang dilakukan oleh Kuswoyo (2011) mengenai analisis atas faktor-faktor yang
menyebabkan terkonsentrasinya penyerapan anggaran belanja di akhir tahun
anggaran (studi pada satuan kerja di wilayah KPPN Kediri) menyimpulkan
bahwa


pengadaan

barang/jasa

berpengaruh

terhadap

terkonsentrasinya

penyerapan anggaran pada akhir tahun. Berdasarkan hasil penelitiaan tersebut,
diduga bahwa keterlambatan penyerapan anggaran belanja dipengaruhi oleh
pengadaan barang dan jasa.

Universitas Sumatera Utara

32

3.1.3. Pengaruh surat permintaan pembayaran
keterlambatan penyerapan anggaran


langsung

terhadap

Surat permintaan pembayaran langsung merupakan dokumen yang
diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan pembayaran kepada
pihak ketiga atas dasar perjanjian kontrak kerja atau surat perintah kerja yang
berhubungan dengan belanja barang/jasa dan belanja modal. Kelengkapan
dokumen surat permintaan pembayaran langsung merupakan faktor yang sangat
penting dan sangat berpengaruh dalam pencairan dana yang dibutuhkan dan
memerlukan waktu yang cukup lama sehingga berpengaruh pada ketepatan
waktu dalam penyerapan anggaran belanja.
Penelitian Miliasih (2012) tentang analisis keterlambatan penyerapan
anggaran belanja satuan kerja kementerian negara/lembaga Tahun Anggaran
2010 di wilayah pembayaran KPPN Pekanbaru menyimpulkan bahwa penerbitan
penyusunan kelengkapan dokumen pendukung surat permintaan pembayaran
berpengaruh terhadap keterlambatan penyerapan anggaran belanja satuan kerja
kementerian negara/lembaga Tahun Anggaran 2010 di wilayah pembayaran
KPPN Pekanbaru. Dengan demikian, diduga bahwa keterlambatan penyerapan

anggaran dipengaruhi oleh surat permintaan pembayaran langsung yang
merupakan salah satu bagian dari surat permintaan pembayaran.

3.1.4. Pengaruh sistem pengendalian intern
keterlambatan penyerapan anggaran

pemerintah

terhadap

Pengelolaan keuangan daerah yang lebih akuntabel dan transparan dapat
tercapai jika pemerintahan daerah menerapkan sistem pengendalian intern
pemerintah yang baik. Pemerintahan daerah melakukan pengendalian untuk
memantau pelaksanaan kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Universitas Sumatera Utara

33

Adapun tujuan sistem pengendalian intern pemerintah pada pemerintahan

daerah dapat tercapai dengan diimplementasikannya unsur-unsur sistem
pengendalian intern pemerintah yang meliputi lingkungan pengendalian,
penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, dan
pemantauan sistem pengendalian intern. Implementasi unsur-unsur sistem
pengendalian intern pemerintah tersebut akan mempengaruhi kinerja pengelola
keuangan dalam rangka penyerapan anggaran belanja.
Hasil penelitian Kaharuddin (2012), mengenai analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi penyerapan belanja daerah di Kabupaten Sumbawa (Studi
kasus:Belanja Dana Alokasi Khusus di bidang Pendidikan tahun 2010)
menyimpulkan bahwa lemahnya pengawasan oleh aparatur pengawas internal
pemerintah menghambat penyerapan belanja Dana Alokasi Khusus bidang
pendidikan.. Dengan demikian, diduga bahwa keterlambatan penyerapan
anggaran dipengaruhi oleh sistem pengendalian intern pemerintah.

3.2. Hipotesis
Hipotesis merupakan keterangan sementara dari fenomena-fenomena yang
kompleks sehingga hipotesis dapat dikatakan sebagai jawaban sementara
terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris.
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, hipotesis penelitian ini
adalah:

H1 : sumber daya manusia, pengadaan barang dan jasa, surat permintaan
pembayaran langsung, dan sistem pengendalian intern pemerintah
berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap keterlambatan
penyerapan anggaran belanja pada SKPD di Pemerintah Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kausal. Penelitian kausal yaitu
penelitian yang mengidentifikasikan hubungan sebab akibat antara berbagai
variabel sehingga dengan melakukan penelitian ini dapat diketahui bagaimana
hubungan antara sumber daya manusia, pengadaan barang dan jasa, surat
permintaan pembayaran langsung, dan sistem pengendalian intern pemerintah
terhadap keterlambatan penyerarapan anggaran belanja pada SKPD di
Pemerintah Kota Medan.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada SKPD di Pemerintah Kota Medan.
Penelitian ini dibatasi hanya pada dinas dan badan dengan alasan bahwa SKPD
yang memberikan kontribusi terbesar dalam penyerapan anggaran belanja
dibandingkan dengan SKPD lainnya adalah dinas dan badan. Hal ini dipengaruhi
oleh besarnya anggaran belanja (belanja modal dan belanja barang dan jasa)
dinas dan badan jika dibandingkan dengan SKPD lainnya non dinas dan badan.
Pembahasan penelitian mengenai penyerapan anggaran belanja dimulai sejak
diterbitkannya DPA setiap SKPD. Kinerja SKPD dalam pelaksanaan penyerapan
anggaran belanja menjadi fokus penelitian yang diharapkan dapat memberikan
gambaran mengenai kondisi dan masalah yang terdapat di SKPD guna
mengurangi tingkat keterlambatan penyerapan anggaran belanja SKPD di
Pemerintah Kota Medan.
34
Universitas Sumatera Utara

35

Penelitian ini dimulai sejak bulan Desember 2015 sampai dengan Juni 2016.
Jadwal penelitian tercantum pada Lampiran 2.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Ada beberapa pengertian populasi menurut para ahli :
Sugiyono (2014:148) dalam buku “Metode Penelitian Manajemen”
menyatakan bahwa: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari
objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik suatu kesimpulan.
Suharsimi (2002:108) dalam bukunya “Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek” mengatakan bahwa “Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam
wilayah penelitian, penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau
penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus.”
Populasi penelitian ini adalah pegawai yang mempunyai tugas dan
tanggung jawab langsung dalam proses penyerapan anggaran belanja yang
berjumlah 6 (enam) orang per SKPD dengan rincian jabatan sebagai pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran, pejabat pembuat komitmen, pejabat
pengadaan, pejabat pelaksana teknis kegiatan, pejabat penatausaha keuangan,
dan bendahara pengeluaran yang ada pada SKPD di Pemerintah Kota Medan.
Jumlah SKPD penelitian ini adalah sebanyak 30, sehingga jumlah populasi
penelitian adalah 180 orang. Penelitian ini menggunakan metode sensus,
sehingga peneliti menggunakan seluruh elemen populasi menjadi data penelitian
(Lubis, 2012:122). Populasi dan sampel dalam penelitian dapat dilihat pada
Tabel 4.2. sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

36

Tabel 4.1. Populasi dan Sampel Penelitian
No.

Jumlah
Responden

Nama SKPD

1

Dinas Bina Marga Kota Medan

2

Dinas Kebersihan Kota Medan

6 orang
6 orang

3

Dinas Kesehatan Kota Medan

6 orang

4

Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan

6 orang

5

Dinas Pertamanan Kota Medan

6 orang

6

Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan

6 orang

7

Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan

6 orang

8

Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran Kota Medan

6 orang

9

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan

6 orang

10

Dinas Pendidikan Kota Medan

6 orang

11

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan

6 orang

12

Dinas Perhubungan Kota Medan

6 orang

13

Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Medan

6 orang

14

Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

6 orang

15

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan

6 orang

16

Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan

6 orang

17

Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Medan

6 orang

18

Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan

6 orang

19

Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan

6 orang

20

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Medan

6 orang

21

6 orang

23

Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan
Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat
Kota Medan
Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Medan

24

Badan Penanaman Modal Kota Medan

6 orang

25

6 orang

27

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Medan
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota
Medan
Badan Lingkungan Hidup Kota Medan

28

Badan Pelayanan dan Perijinan Terpadu Kota Medan

6 orang

29

Badan PengelolaKeuangan Daerah Kota Medan

6 orang

30

Badan Ketahanan Pangan Kota Medan

6 orang

22

26

Jumlah Populasi dan Sampel

6 orang
6 orang

6 orang
6 orang

180 orang

Universitas Sumatera Utara

37

4.4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang penting dalam penelitian
karena data yang dikumpulkan akan digunakan untuk memecahkan masalah
yang diteliti, yaitu dengan menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Metode
pengumpulan data dalam penelitian pada umumnya dilakukan dengan cara
wawancara, kuesioner, dan observasi.
Pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab. Butir pertanyaan kuesioner yang digunakan
merupakan adaptasi dari Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Penyerapan Anggaran
Pemerintah Daerah Semester I Tahun 2014 (yang disusun oleh Direktorat
Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah III) dan penelitian
terdahulu, yang dilakukan oleh Herriyanto (2012) yang selanjutnya disesuaikan
dengan kebutuhan penelitian ini. Kuesioner yang telah disusun terlebih dahulu
akan diuji reliabilitas dan validitasnya. Kuesioner yang telah valid dan reliabel
akan diberikan langsung kepada Pegawai Negeri Sipil yang menjadi responden
yang telah

ditentukan oleh peneliti, sehingga diperoleh data yang relevan

dengan penelitian.
Kuesioner terdiri dari pertanyaan tertutup berupa suatu daftar pertanyaan
yang diberikan atau disebarkan kepada responden untuk diisi berdasarkan
persepsi masing-masing responden dari SKPD dengan menggunakan skala
interval. Dalam penelitian ini, jawaban terdiri dari lima pilihan yaitu:
Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Kurang Setuju (KS), Setuju (S),
dan Sangat Setuju (SS). Pemberian nilai untuk jawaban adalah:

Universitas Sumatera Utara

38

Sangat Tidak Setuju (STS)

=1

Tidak Setuju (TS)

=2

Kurang Setuju (KS)

=3

Setuju (S)

=4

Sangat Setuju (SS)

=5

4.5. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel merupakan definisi dari setiap variabel yang
memberikan gambaran yang jelas dari setiap variabel penelitian sehingga
terhindar dari kesalahpahaman. Definisi operasional akan digunakan sebagai
dasar menentukan indikator, instrumen, dan skala setiap variabel. Penelitian ini
terdiri dari 1 variabel dependen dan 4 variabel independen yaitu
1.

Variabel dependen
Keterlambatan penyerapan anggaran (Y) yaitu keterlambatan waktu dalam
menindaklanjuti rencana anggaran sesuai dengan alokasi dana yang telah
tertuang dalam APBD dengan indikator anggaran tidak dapat terserap secara
maksimal setiap triwulannya. Pengukuran variabel ini menggunakan
instrumen kuesioner yang terdiri dari 7 butir pertanyaan dengan
menggunakan skala interval (1-5).

2.

Variabel independen
1) Sumber daya manusia (X1), yaitu kemampuan dan ketersediaan jumlah
PNS yang memiliki kapabilitas dalam melaksanakan tugas yang
berhubungan dengan pengelolaan keuangan khususnya pengadaan barang
dan jasa dalam rangka penyerapan anggaran. Indikator variabel ini adalah
tersedianya PNS yang berkompeten dalam pengelolaan keuangan
khususnya pengadaan barang dan jasa. Pengukuran variabel ini

Universitas Sumatera Utara

39

menggunakan instrumen kuesioner yang terdiri dari 9 butir pertanyaan
dengan menggunakan skala interval (1-5);
2) Pengadaan barang dan jasa (X2), yaitu kegiatan untuk memperoleh barang
dan jasa melalui proses pelelangan pada SKPD yang prosesnya dimulai
dari perencanaan kebutuhan sampai selesainya seluruh kegiatan untuk
memperoleh barang dan jasa. Indikator variabel ini terdiri dari
perencanaan pengadaan dan pelaksanaan pengadaan. Pengukuran variabel
menggunakan instrumen kuesioner yang terdiri dari 11 butir pertanyaan
dengan menggunakan skala interval (1-5);
3) Surat permintaan pembayaran langsung (X3), yaitu dokumen yang
diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan pembayaran
kepada pihak ketiga atas dasar perjanjian kontrak kerja atau surat perintah
kerja lainnya. Indikator variabel ini terdiri dari kelengkapan pendukung
lelang dan proses pengajuan surat permintaan pembayaran langsung.
Pengukuran variabel menggunakan instrumen kuesioner yang terdiri dari
12 butir pertanyaan dengan menggunakan skala interval (1-5); dan
4) Sistem pengendalian intern pemerintah (X4), yaitu sistem pengendalian
intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah
pusat dan pemerintah daerah. Indikator variabel ini terdiri dari lingkungan
pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan
komunikasi, dan pemantauan pengendalian intern. Pengukuran variabel
menggunakan instrumen

kuesioner yang terdiri dari butir pertanyaan

dengan menggunakan skala interval (1-5).

Universitas Sumatera Utara

40

Definisi operasional variabel secara singkat dapat dilihat pada Tabel 4.2. di
bawah ini.
Tabel 4.2. Definisi Operasional Variabel

A
1.

B

Variabel
Definisi Operasional
Penelitian
Dependen (Variabel Terikat)
Keterlambatan
Penyerapan
Anggaran (Y)

Keterlambatan
waktu
dalam menindaklanjuti
rencana anggaran sesuai
dengan alokasi dana
yang
telah
tertuang
dalam APBD.

Indikator

Instrumen

Skala

Anggaran tidak
dapat
terserap
secara maksimal
setiap
triwulannya.

Kuesioner

Interval

Independen (Variabel Bebas)

1.

Sumber Daya
Manusia (X1)

Kemampuan
dan
ketersediaan jumlah PNS
yang memiliki kapabilitas
dalam
melaksanakan
tugas yang beerhubungan
dengan
pengelolaan
keuangan
khususnya
pengadaan barang dan
jasa
dalam
rangka
penyerapan anggaran.

Tersedianya
PNS
yang
berkompeten
dalam
pengelolaan
keuangan
khususnya
pengadaan
barang dan jasa

Kuesioner

Interval

2.

Pengadaaan
Barang
dan
Jasa (X2)

Kegiatan
untuk
memperoleh barang dan
jasa
melalui
proses
pelelangan pada SKPD
yang prosesnya dimulai
dari
perencanaan
kebutuhan
sampai
diselesaikannya seluruh
kegiatan
untuk
memperoleh barang dan
jasa

1. Perencanaan
pengadaan
2. Pelaksanaan
pengadaan

Kuesioner

Interval

3.

Surat
Permintaan
Pembayaran
Langsung (X3)

Dokumen yang diajukan
oleh
bendahara
pengeluaran
untuk
permintaan pembayaran
kepada pihak ketiga atas
dasar Perjanjian Kontrak
Kerja atau Surat Perintah
Kerja lainnya.

1. Kelengkapan
pendukung
lelang
2. Proses
pengajuan
surat
permintaan
pemabayaran
langsung

Kuesioner

Interval

Universitas Sumatera Utara

41

4.

Sistem
Pengendalian
Intern
Pemerintah
(X4)

Sistem
pengendalian
intern
yang
diselenggarakan
secara
menyeluruh di lingkungan
pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.

1. Lingkungan
pengendalian
2. Penilaian
risiko
3. Kegiatan
pengendalian
4. Informasi dan
komunikasi
5. Pemantauan
pengendalian
intern

Kuesioner

Interval

4.6. Metode Analisis Data
Metode analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk mengolah
hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Analisis data bertujuan untuk
mendapatkan informasi relevan yang terkandung dalam data dan menggunakan
hasilnya untuk memecahkan suatu masalah. Metode analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda yang bertujuan untuk
menguji hubungan variabel dependen dengan variabel independen. Data penelitian
diolah dengan menggunakan program Statistical Package for Social Sciencse
(SPSS).
4.6.1. Uji validitas dan reliabilitas
Data yang digunakan dalam suatu penelitian merupakan penggambaran
variabel yang diteliti yang berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Kebenaran
suatu data menentukan mutu suatu penelitian yang tergantung pada pengujian
instrumen yang dilakukan dengan cara uji validitas dan reabilitas. Oleh karena itu,
untuk menguji mutu kuesioner yang digunakan, peneliti akan menyebarkan
kuesioner kepada pihak-pihak yang berkompeten dalam pengelolaan keuangan
pemerintah di luar responden penelitian, yaitu mahasiswa Program Beasiswa
STAR-BPKP Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara dengan jumlah 30 orang.

Universitas Sumatera Utara

42

4.6.1.1. Uji validitas
Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana
alat ukur yang digunakan dalam mengukur apa yang diukur. Ghozali (2013:52)
menyatakan bahwa uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid
tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut. Suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi jika tes
tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat
dan akurat sesuai dengan maksud dilakukannya tes tersebut.
Suatu tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan
diadakannya pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah.
Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan, biasanya
dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05, artinya
suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total.
Kevalidan masing-masing butir pertanyaan dapat dilihat dari nilai Corrected
Item-Total Correlation masing-masing butir pertanyaan > dari r-tabel (Ghozali,
2013:53).
4.6.1.2. Uji reliabilitas
Ghozali (2013:47) menyatakan bahwa reliabilitas adalah alat untuk
mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari peubah atau konstruk.
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas suatu test
merujuk pada derajat stabilitas, konsistensi, daya prediksi, dan akurasi.

Universitas Sumatera Utara

43

Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi adalah pengukuran yang dapat
menghasilkan data yang reliabel.
Tinggi rendahnya reliabilitas secara empirik ditunjukkan oleh suatu angka
yang disebut nilai koefisien reliabilitas. Reliabilitas yang tinggi ditunjukan dengan
nilai rxx mendekati angka 1. Kesepakatan secara umum reliabilitas yang dianggap
sudah cukup memuaskan jika > 0.700.
4.6.2. Uji asumsi klasik
Pengujian

asumsi

klasik

yang

meliputi

pengujian

normalitas,

mulikolinearitas dan hetoroskedastisitas perlu dilakukan sebelum pengujian
hipótesis dengan menggunakan análisis linear berganda.
4.6.2.1. Uji normalitas
Ghozali (2013:160) menyatakan bahwa uji normalitas dilakukan untuk
mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal. Dalam uji statistic t dan F diasumsikan bahwa
residual mengikuti distribusi normal. Untuk mengetahui bahwa residual
terdistribusi secara normal atau tidak digunakan analisis grafik dan uji statistik.
1.

Analisis grafik, dasar pengambilan keputusan menurut Ghozali (2013:163)
yaitu:
a.

Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas; dan

b.

Jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal,
model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Universitas Sumatera Utara

44

2.

Analisis statistik, dilakukan dengan Uji Kolmogrov–Smirnov. Dasar
pengambilan keputusan menurut Ghozali (2013:163) yaitu:
a. Jika nilai signifikan atau probabilitas < 0,05, distribusi data adalah tidak
normal; dan
b. Jika nilai signifikan atau probabilitas > 0,05, distribusi data adalah normal.

4.6.2.2. Uji multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji model regresi memiliki
korelasi antar variabel independen atau tidak. Model regresi yang baik
seharusnya memiliki korelasi diantara variabel independen.
Ghozali (2013:105) menyatakan bahwa jika variabel independen saling
berkorelasi, variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel
independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan
nol. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolonieritas

dalam model regresi

dapat dapat dilihat dari :
1.

Menganalisis matrik korelasi variabel -variabel independen, umumnya di atas
0,90;

2.

Jika nilai Tolerance < 0,1 atau VIF > 10, terjadi multikolinieritas; dan
Jika nilai Tolerance >0,1 atau VIF < 10, tidak terjadi multikolonieritas.

4.6.2.3. Uji heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2013:139), uji heteroskedastisitas bertujuan menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain tetap, disebut homoskedastisitas. Model regresi yang baik
adalah yang homoskesdastisitas atau tidak mengalami gejala heteroskedastisitas.

Universitas Sumatera Utara

45

Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
di antaranya adalah:
a.

Melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen.
Dasar analisis:
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang

teratur

(bergelombang,

melebar

kemudian

menyempit),

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang
jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y,
tidak terjadi heteroskedastisitas.
b.

Uji glejser yaitu dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel
independen.

Jika

variabel

independen

signifikan

secara

statistik

mempengaruhi variabel dependen, ada indikasi terjadi heteroskedastisitas.
4.6.3. Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan model analisis
regresi linear berganda bertujuan untuk mengetahui pengaruh sumber daya
manusia (X1), pengadaan barang dan jasa (X2), surat permintaan pembayaran
langsung (X3), dan sistem pengendalian intern pemerintah (X4) secara parsial dan
simultan terhadap keterlambatan penyerapan anggaran (Y).
Persamaan regresinya adalah:
1.

Persamaan model estimasi
Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +e
Keterangan :
Y
= keterlambatan penyerapan anggaran
a
= konstanta

Universitas Sumatera Utara

46

2.

b 1,..,b4

= koefisien regresi

X1

= sumber daya manusia

X2

= pengadaan barang dan jasa

X3

= surat permintaan pembayaran langsung

X4

= sistem pengendalian intern pemerintah

e

= error

persamaan hipotesis model statistik:
a. H0 : β = 0
b. H1 : β ≠ 0

3.

persamaan hipotesis dalam urutan kalimat :
a. H0: X1, X2, X3 dan X4 secara parsial dan simultan berpengaruh tidak
signifikan terhadap Y
b. H1: X1, X2, X3 dan X4 secara parsial dan simultan berpengaruh
signifikan terhadap Y

4.6.3.1. Uji parsial (Uji statistik t)
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian yang digunakan
adalah:
1.

Jika probability value (p value) < 0,05, H1 diterima dan H0 ditolak;
Artinya variabel independen (X) secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen (Y).

2.

Jika p value > 0,05, H1 ditolak dan Ho diterima;
Artinya variabel independen (X) secara parsial berpengaruh tidak signifikan
terhadap variabel dependen (Y).
Uji t dapat juga dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel

yang dilakukan dengan ketentuan yaitu:

Universitas Sumatera Utara

47

1.

Apabila t hitung > t tabel (α 0,05), H1 diterima dan H0 ditolak; dan

2.

Apabila t hitung < t tabel (α 0,05), H0 diterima dan H1 ditolak

4.6.3.2. Uji simultan ( Uji statistik F)
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
simultan variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria
pengujian yang digunakan adalah:
1.

Jika probability value (p value) < 0,05, H1 diterima dan H0 ditolak;
Artinya variabel independen (X) secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen (Y).

2.

Jika probability value (p value) > 0,05, H1 ditolak dan H0 diterima;
Artinya variabel independen (X) secara simultan berpengaruh tidak signifikan
terhadap variabel dependen (Y).
Uji F dapat pula dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dan

F tabel, dengan ketentuan:
1.

Jika F hitung > F tabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak;

2.

Jika F hitung < F tabel, maka H1 ditolak dan H0 diterima.

4.6.3.3. Koefisien determinasi
Uji R2 atau uji determinasi merupakan suatu ukuran yang penting dalam
regresi karena dapat menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang
terestimasi, atau dengan kata lain, angka tersebut dapat mengukur seberapa
dekat garis regresi yang terestimasi dengan data sesungguhnya. Nilai koefisien
determinasi (R2) ini mencerminkan seberapa besar variasi dari variabel terikat Y
dapat diterangkan oleh variabel bebas X. Bila nilai koefisien determinasi sama

Universitas Sumatera Utara

48
dengan 0 (R2 = 0), artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama
sekali. Sementara bila R2 = 1, artinya variasi dari Y secara keseluruhan dapat
diterangkan oleh X. Dengan kata lain, bila R2 = 1, maka semua titik pengamatan
berada tepat pada garis regresi. Dengan demikian baik atau buruknya suatu
persamaan regresi ditentukan oleh R2 nya yang mempunyai nilai antara nol dan
satu.
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias
terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap
tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak perduli
apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen atau tidak. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk
menggunakan nilai adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi
terbaik. Tidak seperti R2, nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu
variabel independen ditambahkan ke dalam model (Ghozali, 2013:97).

Universitas Sumatera Utara

BAB V
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Data Penelitian
Jumlah kuesioner yang disebar kepada responden adalah sebanyak 180
kuesioner dan dilakukan dalam beberapa tahap. Kuesioner disebar pada 30
SKPD di Pemerintah Kota Medan yang terdiri dari 18 dinas dan 12 badan.
Setiap SKPD diberikan 6 kuesioner. Sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan, kuesioner yang disebar dikutip kembali. Dari 180 kuesioner yang
disebar, jumlah yang dikembalikan adalah 122 kuesioner dan sisanya sebanyak
58 kuesioner tidak dikembalikan. Untuk rinciannya dapat dilihat pada Tabel 5.1.
di bawah ini:
Tabel 5.1. Distribusi Kuesioner
No

Uraian

Instansi

Sebar

1

Dinas

18

2

Badan
Jumlah

Kembali

Tidak

Baik

Rusak

kembali

108

76

-

32

12

72

46

-

26

30

180

122

58

Sumber : hasil penelitian, 2016 (data diolah)
5.1.1. Deskripsi lokasi
Lokasi penelitian ini adalah SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Medan.
Kota Medan ditetapkan secara resmi oleh Dewan Perwakilan Rakyar Daerah
Tk.II Medan pada tanggal 1 Juli 1590 dengan luas wilayah 265,10 km2. Secara
geografis sebelah utara Kota Medan berbatasan dengan Selat Malaka, sedangkan
selatan, timur dan barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

49
Universitas Sumatera Utara

50

5.1.2. Karakteristik responden
Berdasarkan data penelitian yang telah dikumpulkan, diperoleh data
demografi responden penelitian yang terdiri dari: (1) tingkat pendidikan, (2)
bidang pendidikan, (3) jabatan, (4) diklat yang diikuti. Tabel 5.1. sampai dengan
Tabel 5.5. menyajikan ringkasan demografi responden.
Tabel 5.2. Tingkat Pendidikan Responden

No.

Tingkat
Pendidikan

Frekuensi

Persentase

1

SLTA

13

10,66 %

2

D3

6

4,92%

3

S1

77

63,11%

4

S2

22

18,03%

5

S3

1

0,82%

6

Tidak Mengisi

3

2,46%

122

100 %

Total

Sumber : hasil penelitian, 2016 (data diolah)
Tabel 5.2. menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden didominasi
oleh S1. Jumlah responden yang memiliki pendidikan di bawah S1 hanya ada 19
orang (15,57%) sedangkan yang memiliki tingkat pendidikan S1 ada sebanyak
77 (63,11%), S2 sebanyak 22 orang (18,03%), dan S3 sebanyak 1 orang
(0,82%).
Tabel 5.3. Bidang Pendidikan Responden
No.
1
2
3

Bidang Pendidikan

Frekuensi

Akuntansi
2
Non akuntansi
62
Tidak mengisi
58
Total
122
Sumber : hasil penelitian, 2016 (data diolah)

Persentase
1,64%
50,82%
47,54%
100%

Universitas Sumatera Utara

51

Tabel 5.3. menunjukkan bahwa bidang pendidikan responden yang
berlatar belakang pendidikan akuntansi hanya sebanyak 2 orang (1,64%). Hal ini
menggambarkan rendahnya jumlah pegawai yang berlatar belakang pendidikan
akuntansi, sedangkan jumlah responden yang berlatar belakang pendidikan nonakuntansi jauh lebih tinggi, yaitu 62 orang (50,82%), sisanya sebanyak 58 orang
(47,54%) responden tidak mengisi bidang pendidikan. Tingginya jumlah
responden yang tidak mengisi bidang pendidikan karena adanya keengganan
atau ketidaksediaan responden untuk mengisi.
Tabel 5.4. Jabatan Responden
No.
1

Jabatan
Pengguna anggaran/ kuasa pengguna
anggaran

Frekuensi

Persentase

5

4,10 %

2

Pejabat pembuat komitmen

1

0,82 %

3

Pejabat penatausaha keuangan

26

21,31%

4

Pejabat pelaksana teknis kegiatan

39

31,97%

5

Pejabat pengadaan

24

19,67%

6

Bendahara pengeluaran

27

22,13%

122

100 %

Total
Sumber : hasil penelitian, 2016 (data diolah)

Tabel 5.4. menunjukan bahwa responden dengan jabatan pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran dan pejabat pembuat komitmen sedikit
karena hampir di semua SKPD, jabatan pengguna anggaran merangkap sebagai
pejabat pembuat komitmen. Kondisi di lokasi penelitian menunjukkan bahwa
pengguna anggaran selaku kepala SKPD memiliki jadwal yang sangat padat dan
tidak memiliki waktu untuk mengisi kuesioner sehingga rata-rata SKPD mengisi

Universitas Sumatera Utara

52

jabatan kuesioner dengan jabatan pejabat pelaksana teknis kegiatan lebih dari 1
dengan maksud mengganti jabatan pengguna anggaran. Hal ini dapat dilihat dari
jumlah pejabat pelaksana teknis kegiatan yang lebih banyak dibandingkan
dengan jabatan lain, yaitu sebanyak 39 orang (31,97%).
Tabel 5.5. Kursus/Diklat/Bimtek di Bidang Akuntansi, Keuangan,
dan Penyusunan Anggaran
Kursus/Diklat/Bimtek
No.

Akuntansi, Keuangan dan

Frekuensi

Persentase

Penyusunan Anggaran
1

Tidak Pernah

17

13,93%

2

Pernah

76

62,30%

3

Jarang

15

12,30%

4

Sering

14

11,48%

5

Sangat Sering
Total

122

100%

Sumber : hasil penelitian, 2016 (data diolah)
Tabel 5.5. menunjukkan hasil penelitian terhadap kursus/diklat/bimtek di
bidang akuntansi, keuangan dan penyusunan anggaran yang telah diikuti oleh
responden. Dapat dilihat bahwa sebagian besar responden pernah mengikuti
kursus/diklat/bimtek di bidang akuntansi, keuangan, dan penyusunan anggaran
yaitu sebanyak 105 orang (86,07%) dan hanya 17 orang (13,93%) yang tidak
pernah.
5.2. Statistik Deskriptif
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, statistik deskriptif yang
diperoleh adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

53

Tabel 5.6. Statistik Deskriptif
N

Mean

Std.
Deviation

4,29

3,3427

0,56209

4,33

3,5400

0,61227

3,91

3,3959

0,46318

3,75

3,0684

0,39968

3,91

3,1688

0,52918

Minimum Maximum

Keterlambatan
122
2,00
Penyerapan Anggaran
Sumber Daya Manusia 122
2,11
Pengadaan Barang dan
122
2,27
Jasa
Surat
Permintaan
122
2,33
Pembayaran Langsung
Sistem Pengendalian
122
2,27
Intern Pemerintah
Valid N (listwise)
122
Sumber : hasil penelitian, 2016 (data diolah)

Tabel 5.1. di atas menunjukkan bahwa nilai standar deviasi dari masingmasing variabel penelitian bervariasi. Nilai minimum variabel keterlambatan
penyerapan anggaran adalah 2,00 sedangkan nilai maksimum adalah 4,29
sehingga nilai rata-rata variabel keterlambatan penyerapan anggaran sebesar
3,3427. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keterlambatan penyerapan anggaran
pada SKPD di Pemerintah Kota Medan cukup tinggi. Keterlambatan penyerapan
anggaran dipersepsikan tinggi jika mempunyai nilai rata-rata 4.
Nilai minimum variabel sumber daya manusia adalah 2,11 sedangkan nilai
maksimum adalah 4,33 sehingga nilai rata-rata sumber daya manusia sebesar
3,5400. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia terkait dalam
penyerapan anggaran tinggi.
Nilai minimum variabel pengadaan barang dan jasa adalah 2,27 sedangkan
nilai maksimum adalah 3,91 sehingga nilai rata-rata variabel pengadaan barang
dan jasa sebesar 3,3959. Hal ini menunjukkan bahwa proses pengadaan barang
dan jasa dalam rangka penyerapan anggaran cukup tinggi.

Universitas Sumatera Utara

54

Nilai minimum variabel surat permintaan pembayaran langsung adalah
2,33 sedangkan nilai maksimum adalah 3,75 sehingga nilai rata-rata variabel
permintaan pembayaran langsung sebesar 3,0684. Hal ini menunjukkan bahwa
proses penerbitan surat permintaan pembayaran langsung dalam rangka
penyerapan anggaran cukup tinggi.
Nilai minimum variabel sistem pengendalian intern pemerintah adalah
2,27 sedangkan nilai maksimum adalah 3,91 sehingga nilai rata-rata variabel
sistem pengendalian intern pemerintah sebesar 3,1688. Hal ini menunjukkan
bahwa peranan sistem pengendalian intern pemerintah dalam rangka penyerapan
anggaran cukup tinggi.
5.3. Uji Kualitas Data
Jenis data penelitian adalah data primer. Karena itu sebelum melakukan
pengujian data, baik untuk deskripsi data penelitian maupun untuk pengujian
asumsi klasik dan pengujian hipotesis, perlu dilakukan uji validitas dan uji
reabilitas data.
5.3.1. Uji validitas
Uji validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan software SPSS.
Hasil pengujian nilai validitas dari setiap instrumen yang dapat dilihat pada
kolom Corrected Item-Total Correlation. Ghozali (2013:53) menyatakan bahwa
jika nilai korelasi yang diperoleh lebih besar dari pada nilai kritis (r hitung > r
tabel), instrumen tersebut dikatakan valid. Jumlah responden yang digunakan
untuk uji validitas adalah sebanyak 30 orang, dengan nilai df (degree of
freedom) = n-2, n merupakan jumlah responden uji validitas dengan taraf

Universitas Sumatera Utara

55

signifikansi 5% sehingga diperoleh nilai r tabel, yaitu sebesar 0,36. Berdasarkan
hasil uji validitas yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa semua item
pertanyaan pada variabel independen dan variabel dependen adalah valid seperti
terlihat pada Tabel 5.7. di bawah ini.
Tabel 5.7. Uji Validitas Variabel

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Butir
Instrumen
KPA 1
KPA 2
KPA 3
KPA 4
KPA 5
KPA 6
KPA 7

r
hitung
0,753
0,467
0,555
0,735
0,551
0,470
0,526

R
tabel
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

SDM 1
SDM 2
SDM 3
SDM 4
SDM 5
SDM 6
SDM 7
SDM 8
SDM 9

0,371
0,442
0,421
0,680
0,722
0,679
0,746
0,530
0,584

0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

1. PBJ 1
2. PBJ 2
3. PBJ 3
4. PBJ 4
5. PBJ 5
6. PBJ 6
7. PBJ 7
8. PBJ 8
9. PBJ 9
10. PBJ 10
11. PBJ 11

0,543
0,631
0,513
0,620
0,530
0,626
0,782
0,722
0,479
0,725
0,486

0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Variabel
Keterlambatan
penyerapan
anggaran (Y)

Sumber
manusia (X1)

daya

Pengadaan barang
dan jasa (X2)

Ket

Universitas Sumatera Utara

56

Surat
permintaan
pembayaran
langsung (X3)

Sistem pengendalian
intern
pemerintah
(X4)

1. SPP 1
2. SPP 2
3. SPP 3
4. SPP 4
5. SPP 5
6. SPP 6
7. SPP 7
8. SPP 8
9. SPP 9
10. SPP 10
11. SPP 11
12. SPP 12

1. SPIP 1
2. SPIP 2
3. SPIP 3
4. SPIP 4
5. SPIP 5
6. SPIP 6
7. SPIP 7
8. SPIP 8
9. SPIP 9
10. SPIP 10
11. SPIP 11
Sumber : hasil penelitian, 2016 (data diolah)

0,691
0,710
0,728
0,709
0,844
0,907
0,699
0,730
0,871
0,719
0,769
0,617

0, 361
0, 361
0, 361
0, 361
0, 361
0, 361
0, 361
0, 361
0, 361
0, 361
0, 361
0, 361

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

0,716
0,810
0,564
0,854
0,722
0,695
0,744
0,511
0,642
0,451
0,768

0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

5.3.2. Uji reliabilitas
Setelah dilakukan uji validitas, tahap selanjutnya adalah melakukan uji
reliabilitas data yaitu untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat
dipercaya. Uji reliabilitas dapat diketahui dengan melihat nilai cronbach’s alpha.
Ghozali (2013:48) menyatakan apabila nilai cronbach’s alpha lebih besar dari
0,7 maka kuesioner penelitian tersebut dinyatakan reliable. Hasil pengujian
seperti yang terlihat pada Tabel 5.8. menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alpha
untuk semua variabel lebih besar dari 0,7. Hal ini menunjukkan bahwa kuesioner
penelitian ini reliabel.

Universitas Sumatera Utara

57

Tabel 5.8 Uji Reliabilitas Variabel
Cronbach
Alpha

Variabel

Batas
Reliabilitas

Ket

0,7

Reliabel

0,7

Reliabel

0,7

Reliabel

0,7

Reliabel

0,7

Reliabel

Keterlambatan
penyerapan
0,833
anggaran (Y)
Sumber daya manusia (X1)
0,851
Pengadaan barang dan jasa
0,889
(X2)
Surat permintaan pembayaran
0,946
langsung (X3)
Sistem pengendalian intern
0,919
pemerintah (X4)
Sumber : hasil penelitian, 2016 (data diolah)
5.4. Uji Asumsi Klasik

Pengujian data penelitian dilakukan dengan model regresi linear berganda.
Perlu dilakukan uji asumsi klasik untuk mengetahui apakah model regresi dapat
diterima secara ekonometrik atau tidak. Uji asumsi klasik yang dilakukan dalam
penelitian

ini

adalah

uji

normalitas,

uji

multikolonieritas,

dan

uji

heteroskedastisitas sedangkan uji autokorelasi tidak perlu dilakukan karena data
yang digunakan dalam penelitian adalah cross-section.
5.4.1. Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak
sehingga dapat dilihat normal tidaknya data yang akan dianalisis. Uji normalitas
dalam penelitian ini dilakukan dengan 2 cara, yaitu analisis statistik dengan
menggunakan uji non parametrik Kolmogorov-Smirnov dan analisis grafik
dengan melihat grafik histogram dan grafik normal plot.
1.

Uji Analisis analisis statistik dengan menggunakan uji non-parametrik
Kolmogorov-Smirnov

Universitas Sumatera Utara

58

Ghozali (165:2013), menyatakan bahwa jika nilai probabilitas asymp.sig (2tailed) pada uji Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0,05 maka dapat dinyatakan
bahwa data berdistribusi normal. Sebaliknya jika probabilitas asymp.sig (2-tailed)
lebih kecil dari 0,05, dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi tidak normal.
Tabel 5.9 menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov adalah sebesar 0,069
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,200. Karena nilai asymp.sig (2-tailed) lebih
besar dari 0,05, dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal.
Tabel 5.9 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual

Uraian
N

122

Normal Parameters

a,b

Mean
Std.
Deviation

Most

0.0000000
.22527071

Extreme Absolute

0.069

Positive

0.069

Negative

-0.049

Differences

Test Statistic
Asymp. Sig. (2-tailed)

0.069
0.200c,d

a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : hasil penelitian, 2016 (data diolah)
2.

Analisis grafik dengan melihat grafik histogram dan grafik normal plot
Ghozali (2013:160) menyatakan bahwa salah satu cara untuk melihat

normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan
antara dua observasi dengan distribusi normal dan dengan melihat normal
probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.

Universitas Sumatera Utara

59

Hasil analis grafik penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.1. dan Gambar 5.2. di
bawah ini.

Gambar 5.1. Grafik Histogram
Sumber : hasil penelitian, 2016 (data diolah)

Gambar 5.2. Grafik Normal P- Plot
Sumber : hasil penelitian, 2016 (data diolah)

Universitas Sumatera Utara

60

Tampilan grafik histogram pada Gambar 5.1. menunjukkan bahwa grafik
histogram pola distribusi tidak menceng ke kiri atau ke kanan dan normal.
Sedangkan Gambar 5.3. menunjukkan bahwa titik-titik pada grafik normal plot
menyebar di sekitar garis normal, serta penyebarannya tidak menjauh dari garis
diagonal. Kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi tidak menyalahi
asumsi normalitas.
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov
Smirnov dan dengan melihat uji grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa data
mempunyai distribusi normal.
5.4.2. Uji multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan ada tidaknya korelasi antar variabel independen. Untuk mendeteksi ada
atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi penelitian ini digunakan 2
cara yaitu dengan menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independen dan
dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).
1.

Analisis matriks korelasi variabel-variabel independen
Tabel 5.10. Korelasi Koefisien
Model
SDM PBJ
SPP-LS SPIP
Correlations Sumber Daya Manusia
1.000 -0.081
0.229 0.096
(SDM)
Pengadaan Barang dan
-0.081 1.000
-0.074 -0.823
Jasa (PBJ)
Surat
Permintaan
Pembayaran Langsung 0.229 -0.074
1.000 -0.078
(SPP-LS)
Sistem Pengendalian
Intern
Pemerintah 0.096 -0.823
-0.078 1.000
(SPIP)
Sumber : hasil penelitian, 2016 (data diolah)

Universitas Sumatera Utara

61

Tabel 5.10. menunjukkan bahwa koefisien korelasi setiap variabel
independen lebih kecil dari 0,9. Hal ini berarti bahwa tidak ada korelasi antar
variabel independen dengan kata lain tidak ada multikolonieritas.
2.

Nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).
Tabel 5.11. Uji Multikolonieritas
Unstandardize Standardized
Collinearity
d Coefficients Coefficients
Statistics
t
Sig.
Std.
B
Error
Beta
Tolerance VIF
0.261
-2.523 0.013
0.658

Model
1 (Constant)
Sumber
Manusia

Daya

0.676

0.062

0.737 10.878 0.000

0.299 3.342

Pengadaan
Barang dan Jasa 0.198

0.082

0.163 2.424 0.017

0.302 3.308

Surat
Permintaan
Pembayaran
Langsung

0.195

0.056

0.138 3.502 0.001

0.878 1.139

Sistem
Pengendalian
Intern
Pemerintah

0.106

0.041

0.100 2.596 0.011

0.931 1.074

a. Dependent Variable: Keterlambatan Penyerapan Agggaran
Sumber : hasil penelitian, 2016 (data diolah)
Pada Tabel 5.11. terlihat bahwa variabel independen memiliki nilai VIF di
bawah 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1. Hal ini berarti bahwa tidak ada
korelasi antar variabel independen yang artinya tidak ada multikolonieritas.
Berdasarkan 2 cara pendeteksi ada tidaknya multikolonieritas di dalam
model regresi di atas, dapat disimpulkan bahwa antar variabel sumber daya
manusia, pengadaan barang dan jasa, surat permintaan pembayaran langsung, dan
sistem pengendalian intern pemerintah tidak terjadi masalah multikolonieritas.

Universitas Sumatera Utara

62

5.4.3. Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Peneliti ini menggunakan uji glejser yaitu dengan meregres
nilai absolut residual terhadap variabel independen untuk melihat apakah
terdapat gejala heteroskedastisitas atau tidak.
Tabel 5.12. Uji Heteroskedastisitas

Model

1

Unstandardized Standardized
Coefficients
Coefficients

t

Sig.

0.840

0.402

B

Std.
Error

0.140

0.166

Sumber Daya
-0.031
Manusia

0.040

-0.131

-0.787

0.433

Pengadaan
Barang
dan -0.001
Jasa

0.052

-0.002

-0.011

0.991

Surat
Permintaan
Pembayaran
Langsung

0.018

0.035

0.050

0.516

0.607

0.028

0.026

0.101

1.069

0.287

(Constant)

Sistem
Pengendalian
Intern
Pemerintah

Beta

Sumber : hasil penelitian, 2016 (data diolah)
Tabel 5.12. menunjukkan bahwa nilai sig untuk semua variabel independen
lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi
tidak terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang artinya tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

Universitas Sumatera Utara

63

5.5. Pengujian Hipotesis
Hasil uji asumsi klasik menentukan apakah model dapat digunakan atau
tidak. Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik diperoleh kesimpulan bahwa
model sudah dapat digunakan untuk melakukan pengujian analisis regresi linear
berganda. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis, yaitu
sumber daya manusia, pengadaan barang dan jasa, surat permintaan pembayaran
langsung, dan sistem pengendalian intern pemerintah berpengaruh secara parsial
dan simultan terhadap keterlambatan penyerapan anggaran. Pengaruh secara
parsial dilakukan dengan menggunakan uji statistik t sedangkan untuk melihat
pengaruh secara simultan dilakukan dengan menggunakan uji statistik F.
5.5.1. Uji parsial (Uji statistik t)
Uji statistik t dilakukan dengan cara membandingkan probabilitas signifikan
lebih kecil dari α = 0 ,0 5, dan nilai t hitung lebih besar dari t tabel. Jumlah
responden adalah 122 orang, dengan nilai signifikansi t pada taraf nyata 5% dan
derajat bebas pengujian adalah n-k (122-5) = 117, diperoleh nilai t tabel yaitu
sebesar 1,980. Hasil uji statistik t pada sumber daya manusia, pengadaan barang
dan jasa, surat permintaan pembayaran langsung, dan sistem pengendalian intern
pemerintah terhadap keterlambatan penyerapan anggaran dapat dilihat pada Tabel
5.13.
Hasil pengujian pada Tabel 5.13. menunjukkan bahwa secara parsial
pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen
diuraikan di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara

64

Tabel 5.13. Uji Statistik t
Model

Unstandardized
Coefficients
Std.
B
Error
-0.658
0.261

Standardized
Coefficients

t

Sig.

Beta

1 (Constant)
-2.523
Sumber Daya
0.676
0.062
0.737
10.878
Manusia
Pengadaan
0.082
0.163
2.424
Barang dan Jasa 0.198
Surat
Permintaan
0.195
0.056
0.138
3.502
Pembayaran
Langsung
Sistem
Pengendalian
0.106
0.041
0.100
2.596
Intern
Pemerintah
a. Dependent Variable: Keterlambatan Penyerapan Agggaran
Sumber : hasil penelitian, 2016 (data diolah)

0.013
0.000
0.017

0.001

0.011

Variabel sumber daya manusia memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000
lebih kecil dari α = 0,05, dan nilai t hitung 10,878 lebih besar dari t tabel 1,980.
Koefisien regresi bernilai positif sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
sumber daya manusia berpengaruh positif signifikan terhadap variabel
keterlambatan penyerapan anggaran.
Variabel pengadaan barang dan jasa memiliki tingkat signifikansi sebesar
0,017 lebih kecil dari α = 0,05, dan nilai t hitung 2,424 lebih besar dari t tabel
1,980. Koefisien regresi bernilai positif sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel pengadaan barang dan jasa berpengaruh positif signifikan terhadap
variabel keterlambatan penyerapan anggaran.
Variabel

surat

permintaan

pembayaran

langsung

memiliki

tingkat

signifikansi sebesar 0,001 lebih kecil dari α = 0,05, dan nilai t hitung 3,502 lebih
besar dari t tabel 1,980. Koefisien regresi bernilai positif sehingga dapat

Universitas Sumatera Utara

65

disimpulkan bahwa variabel surat permintaan pembayaran langsung berpeng