Peranan Beberapa Jenis dan Populasi Cacing Tanah sebagai Vektor Aspergillus niger ke Potongan Batang Kelapa Sawit
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Potongan batang kelapa sawit hasil replanting tersebar di lahan
perkebunan, hal ini menyebabkan proses dekomposisi batang kelapa sawit tidak
dapat tersentralisasi. Maka dari itu, dibutuhkan vektor penyebar mikroorganisme
dekomposer, seperti mikroorganisme yang mampu mendegradasi selulosa.
Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi dengan lahan perkebunan
kelapa
Ada
sawit
4.343
terbesar
ha
di
tanaman
Indonesia
tua
yang
yaitu
akan
sebesar
417.838
diremajakan
ha.
(replanting
(Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, 2014).
Batang kelapa sawit memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi
(32,55%) (Nuraini et al.. 2015). Keadaan ini sering menjadi penyebab lamanya
batang
kelapa
sawit
terdekomposisi.
Lamanya
waktu
dekomposisi
ini
menyebabkan batang kelapa sawit yang ditumbangkan pada saat penanaman ulang
(replanting) akan menjadi salah satu permasalahan dalam budidaya kelapa sawit.
Jumlah dan volumenya yang besar menyebabkan batang kelapa sawit
mengganggu proses penanaman ulang. Pada akhirnya batang kelapa sawit dapat
menjadi inang atas hama maupun penyakit, salah satunya adalah menjadi sarang
hama kumbang badak (Oryctes rhinoceros L.).
Mikroorganisme di alam terkhusus mikroorganisme yang memiliki spora
seperti jamur dan actinomycetes, dapat tersebar di permukaan tanah dengan
adanya spora yang menyebar apabila angin atau hujan mengganggu agregat tanah,
atau di dalam tanah dapat terjadi apabila sporanya melekat pada hewan
invertebrata tanah seperti arthropoda atau ketika spora terikut masuk ke dalam
Universitas Sumatera Utara
2
pencernaan
hewan
invertebrata
seperti
cacing
tanah
dan
kaki
seribu
(Responen et al. 1998).
Hasil penelitian Jayasinghe dan Parkinson (2009) menunjukkan cacing
tanah mampu menjadi vektor mikroorganisme seperti actinomycetes melalui
kotoran cacing tanah dan spora yang melekat pada tubuh cacing tanah yang telah
menyebabkan penyebaran populasi actinomycetes yang signifikan dibanding
dengan tanpa cacing tanah
Mikroorganisme
selulotik
adalah
mikroorganisme
yang
dapat
menghasilkan enzim selulase. Enzim selulase adalah enzim yang dapat
mendegradasi selulosa Produksi enzim selulase diketahui dapat dilakukan oleh
banyak jenis bakteri dan jamur. Namun, enzim selulase yang diproduksi jamur
lebih dipilih untuk produksi enzim selulase komersial, karena level enzim yang
dihasilkan dengan cara memakai jamur lebih tinggi dibanding dengan
menggunakan bakteri dan ragi. Jamur Aspergillus niger mampu
mensintesa
enzim selulase, oleh karena itu jamur ini punya potensi yang besar untuk industri
enzim selulase (Mrudula dan Murugamal, 2011).
Berdasarkan fakta di atas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
kemampuan cacing tanah sebagai vektor penyebaran mikroorganisme selulotik
dalam hal ini A. niger untuk mendukung penyebaran mikroorganisme selulotik
yang diharapkan mampu menjadi solusi alternatif untuk mengatasi masalah batang
kelapa sawit yang ditumbangkan pada saat penanaman ulang (replanting).
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan jenis dan populasi
cacing tanah sebagai vektor A. niger ke potongan batang kelapa sawit dari satu
Universitas Sumatera Utara
3
compartment ke compartment lainnya.
Hipotesis Penelitian
Jenis cacing tanah endogeic dengan populasi terbanyak efektif
memindahkan A. niger ke potongan batang kelapa sawit dari satu compartment ke
compartment lainnya.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai sumber informasi dalam melakukan pengembangan peranan
cacing tanah sebagai vektor pembawa mikroorganisme selulotik.
2. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Potongan batang kelapa sawit hasil replanting tersebar di lahan
perkebunan, hal ini menyebabkan proses dekomposisi batang kelapa sawit tidak
dapat tersentralisasi. Maka dari itu, dibutuhkan vektor penyebar mikroorganisme
dekomposer, seperti mikroorganisme yang mampu mendegradasi selulosa.
Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi dengan lahan perkebunan
kelapa
Ada
sawit
4.343
terbesar
ha
di
tanaman
Indonesia
tua
yang
yaitu
akan
sebesar
417.838
diremajakan
ha.
(replanting
(Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, 2014).
Batang kelapa sawit memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi
(32,55%) (Nuraini et al.. 2015). Keadaan ini sering menjadi penyebab lamanya
batang
kelapa
sawit
terdekomposisi.
Lamanya
waktu
dekomposisi
ini
menyebabkan batang kelapa sawit yang ditumbangkan pada saat penanaman ulang
(replanting) akan menjadi salah satu permasalahan dalam budidaya kelapa sawit.
Jumlah dan volumenya yang besar menyebabkan batang kelapa sawit
mengganggu proses penanaman ulang. Pada akhirnya batang kelapa sawit dapat
menjadi inang atas hama maupun penyakit, salah satunya adalah menjadi sarang
hama kumbang badak (Oryctes rhinoceros L.).
Mikroorganisme di alam terkhusus mikroorganisme yang memiliki spora
seperti jamur dan actinomycetes, dapat tersebar di permukaan tanah dengan
adanya spora yang menyebar apabila angin atau hujan mengganggu agregat tanah,
atau di dalam tanah dapat terjadi apabila sporanya melekat pada hewan
invertebrata tanah seperti arthropoda atau ketika spora terikut masuk ke dalam
Universitas Sumatera Utara
2
pencernaan
hewan
invertebrata
seperti
cacing
tanah
dan
kaki
seribu
(Responen et al. 1998).
Hasil penelitian Jayasinghe dan Parkinson (2009) menunjukkan cacing
tanah mampu menjadi vektor mikroorganisme seperti actinomycetes melalui
kotoran cacing tanah dan spora yang melekat pada tubuh cacing tanah yang telah
menyebabkan penyebaran populasi actinomycetes yang signifikan dibanding
dengan tanpa cacing tanah
Mikroorganisme
selulotik
adalah
mikroorganisme
yang
dapat
menghasilkan enzim selulase. Enzim selulase adalah enzim yang dapat
mendegradasi selulosa Produksi enzim selulase diketahui dapat dilakukan oleh
banyak jenis bakteri dan jamur. Namun, enzim selulase yang diproduksi jamur
lebih dipilih untuk produksi enzim selulase komersial, karena level enzim yang
dihasilkan dengan cara memakai jamur lebih tinggi dibanding dengan
menggunakan bakteri dan ragi. Jamur Aspergillus niger mampu
mensintesa
enzim selulase, oleh karena itu jamur ini punya potensi yang besar untuk industri
enzim selulase (Mrudula dan Murugamal, 2011).
Berdasarkan fakta di atas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
kemampuan cacing tanah sebagai vektor penyebaran mikroorganisme selulotik
dalam hal ini A. niger untuk mendukung penyebaran mikroorganisme selulotik
yang diharapkan mampu menjadi solusi alternatif untuk mengatasi masalah batang
kelapa sawit yang ditumbangkan pada saat penanaman ulang (replanting).
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan jenis dan populasi
cacing tanah sebagai vektor A. niger ke potongan batang kelapa sawit dari satu
Universitas Sumatera Utara
3
compartment ke compartment lainnya.
Hipotesis Penelitian
Jenis cacing tanah endogeic dengan populasi terbanyak efektif
memindahkan A. niger ke potongan batang kelapa sawit dari satu compartment ke
compartment lainnya.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai sumber informasi dalam melakukan pengembangan peranan
cacing tanah sebagai vektor pembawa mikroorganisme selulotik.
2. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Universitas Sumatera Utara