Gambaran Motivasi Menjadi Relawan Di Kalangan Mahasiswa

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. MOTIVASI
1. DEFINISI MOTIVASI
Robbins dan Judge (2008) mendefinisikan motivasi sebagai proses yang
menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan seorang individu untuk
mencapai tujuannya. Munandar (2001) juga memandang bahwa motivasi
sebagai suatu proses dimana kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang
untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah pada tercapainya
tujuan tertentu. Menurut Santrock (2011) motivasi adalah proses yang
memberi semangat, arah dan kegigihan perilaku. Sehingga, perilaku yang
termotivasi adalah perilaku yang berenergi, terarah dan bertahan dalam
waktu yang lama.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi
adalah suatu proses yang mengarahkan perilaku individu, memberi
semangat, dan mendorong individu untuk melakukan serangkaian kegiatan
demi tercapainya suatu tujuan tertentu.
2. MOTIVASI FUNGSIONAL

Terdapat banyak teori yang menjelaskan mengenai motivasi yang
mendasari perilaku manusia. Khusus dalam penelitian ini akan dibahas
dengan pendekatan fungsional. Teori motivasi fungsional berasal dari teori
8
Universitas Sumatera Utara

9

tentang sikap dan persuasi. Inti teori motivasi fungsional adalah dua prinsip:
individu terlibat dalam kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi tujuan
tertentu dan individu dapat melakukan aktivitas yang sama untuk melayani
fungsi psikologis yang berbeda (Clary, dkk., 1998). Dengan kata lain,
relawan yang berbeda dapat terlibat dalam pelayanan sukarela untuk
memenuhi fungsi psikologis yang berbeda atau relawan yang sama dapat
terlibat dalam pelayanan sukarela untuk memenuhi fungsi psikologis yang
berbeda pada waktu yang berbeda dalam kehidupan mereka. Namun, semua
relawan terlibat dalam kesukarelaan karena memenuhi fungsi psikologis
tertentu. Pendekatan fungsional berusaha untuk menentukan alasan dan
tujuan yang memotivasi relawan, sehingga mengkonseptualisasikan
keputusan relawan dalam hal motivasi pribadi (Snyder, 1993).

Menurut teori motivasi fungsional, tindakan kesukarelaan yang sama
dapat mewakili motif yang berbeda. Motif ini, pada gilirannya,
melambangkan fungsi psikologis yang berbeda. Teori tersebut menyiratkan
bahwa individu akan memulai dan melanjutkan menjadi relawan selama
aktivitas tersebut sesuai dan memenuhi motivasi individu (Clary & Snyder,
1999). Atas dasar analisis fungsi yang dilayani oleh relawan, dan temuan
dari

penyelidikan

empiris

beragam

relawan,

Clary

dkk


telah

mengidentifikasi dan mengoperasionalkan enam fungsi pribadi dan sosial
yang dilayani oleh relawan (Clary, dkk., 1998).

9
Universitas Sumatera Utara

10

3. FUNGSI KERELAWANAN
Clary dan Snyder (1998), mengidentifikasi enam fungsi kerelawanan
bagi individu, yaitu:
a. Values, fungsi yang ada karena keterlibatan di dalam suatu lembaga
relawan sebagai peluang memberikan wadah bagi individu untuk
mengekspresikan nilai-nilai yang berhubungan dengan altruistik dan
keprihatinan terhadap orang lain.
b. Understanding, fungsi kedua ini melibatkan kesempatan bagi relawan
untuk mempelajari pengalaman baru dan melatih ilmu, kemampuan
serta keterampilan. Berhubungan dengan ilmu dan fungsi objek

penilaian dalam teori perilaku dan persuasi lain, fungsi understanding
ini diibaratkan sebagai nilai yang besar dari relawan dalam intuisi
kesehatan fisik dan mental Gidron (1978) yang diharapkan menerima
keuntungan berupa self-development, pembelajaran, dan berbagai hal
dalam hidup melalui pelayanan sebagai relawan.
c. Social, fungsi ketiga ini menggambarkan motivasi untuk memiliki
hubungan kepedulian dengan orang lain. Menjadi relawan dapat
memberikan kesempatan untuk bersama dengan teman atau untuk
menyatukan aktivitas yang dapat terlihat baik oleh orang lain. Fungsi
sosial ini sangat berhubungan dengan fungsi penyesuaian diri sosial
Smith, dkk (1956).

10
Universitas Sumatera Utara

11

d. Career, fungsi keempat adalah kepedulian dengan keuntungan yang
berhubungan dengan karier yang dapat diperoleh dari partisipasi
dalam pekerjaan sebagai relawan.

e. Protective, fungsi kelima ini yaitu kepedulian tradisional dengan
motivasi yang melibatkan banyak proses yang berhubungan dengan
fungsi ego. Berhubungan dengan pertahanan ego (Katz, 1960) dan
kepedulian eksternalisasi (Smith, dkk., 1956), motivasi terpusat untuk
melindungi ego dari bagian diri yang negatif dan pada kasus relawan,
dilakukan untuk mengurangi rasa bersalah karena lebih beruntung dari
orang lain (yang dibantu) dan untuk mengatasi masalah pribadi
relawan. Fungsi protektif ini menawarkan interpretasi dari temuan
Frisch & Gerard (1981) yang menyatakan bahwa relawan Red Cross
dikabarkan menjadi relawan karena mereka ingin keluar dari perasaan
negatif.
f. Enhancement, fungsi keenam berasal dari indikasi bahwa ada lebih
banyak pengaruh terhadap ego, khususnya hubungan ego, daripada
proses protektif. Pertama, penelitian terakhir mengenai suasana hati
menemukan bahwa pengaruh negatif dan pengaruh positif lebih
merupakan dua dimensi yang terpisah daripada skala bipolar yang
memiliki dua titik akhir (Watson, Clark, Mclntyre, & Hamaker, 1992;
Watson, Clark, & Tellegen, 1988). Kedua, penelitian mengenai
suasana hati dan membantu menunjukkan dua mekanisme yang
berbeda dengan suasana hati positif dan negatif yang mempengaruhi

11
Universitas Sumatera Utara

12

perilaku membantu (Carlson, Charlin, & Miller, 1988; Carlson &
Miller, 1987; Cunningham, Steinberg, & Grev, 1980); dalam kasus
suasana

hati

yang

positif,

seseorang

membantu

untuk


mempertahankan atau meningkatkan dampak positif. Akhirnya,
penelitian mengenai relawan menemukan bukti usaha positif, seperti
ketika beberapa responden mengaku bahwa mereka menjadi relawan
karena alasan pengembangan pribadi (Anderson & Moore, 1978) atau
untuk mendapatkan kepuasan yang berkaitan dengan personal growth
dan self-esteem (Jenner, 1982). Hal ini berbeda dengan fungsi
protektif yang peduli terhadap penghilangan aspek negatif di sekitar
ego, fungsi penambahan ini melibatkan proses motivasi yang berpusat
pada pertumbuhan dan perkembangan ego dan melibatkan hubungan
positif dari ego.

B. RELAWAN
1. DEFINISI RELAWAN
Kata relawan mengandung makna suatu perbuatan mulia yang dilakukan
secara sukarela, tulus dan ikhlas, menyiratkan sebuah kemuliaan hati para
pelakunya. Relawan keberadaannya selalu ada di tengah-tengah situasi dan
keadaan sulit yang sedang terjadi seperti musibah bencana alam, ketika di
mana banyak orang sangat membutuhkan bantuan dan pertolongan yang
bersifat segera.


12
Universitas Sumatera Utara

13

Definisi relawan menurut Schroeder (1998) adalah individu yang rela
menyumbangkan tenaga atau jasa, kemampuan dan waktunya tanpa
mendapatkan upah secara finansial atau tanpa mengharapkan keuntungan
materi dari organisasi pelayanan yang mengorganisasi suatu kegiatan
tertentu secara formal. Selain itu kegiatan yang dilakukan relawan bersifat
sukarela untuk menolong orang lain tanpa adanya harapan akan imbalan
eksternal.
Wilson (2000) juga mengemukakan volunteering (kerelawanan) adalah
aktivitas memberikan waktu secara cuma-cuma untuk memberikan bantuan
kepada orang lain, kelompok, atau suatu organisasi. Definisi oleh Wilson ini
tidak membatasi bahwa volunteering dapat saja memberi keuntungan atau
manfaat bagi relawan yang menjalankannya. Relawan memiliki koneksi
dengan suatu organisasi. Organisasi tersebut memiliki pengaturan tugas,
aturan, jadwal, perekrutan, pelatihan, dan keanggotaan para relawan.

Berdasarkan pemaparan di atas, pengertian relawan yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu, orang-orang yang tidak memiliki kewajiban
menolong suatu pihak tetapi memiliki dorongan untuk berkontribusi nyata
dalam suatu kegiatan dan berkomitmen untuk terlibat dalam kegiatan yang
membutuhkan kerelaan untuk mengorbankan apa-apa yang dia miliki, baik
berupa waktu, tenaga, pikiran, serta materi untuk diberikan kepada orang
lain.

13
Universitas Sumatera Utara

14

2. CIRI-CIRI RELAWAN
Ciri-ciri relawan menurut Omoto & Snyder (dalam Misgiyanti, 1997),
antara lain:
a.

Selalu mencari kesempatan untuk membantu


b.

Komitmen diberikan dalam waktu yang relatif lama

c.

Memerlukan personal cost yang tinggi (waktu, tenaga, dsb)

d.

Mereka tidak mengenal orang yang mereka bantu, sehingga orang
yang mereka bantu diatur oleh organisasi dimana mereka aktif di
dalamnya

e.

Tingkah laku menolong yang dilakukannya bukanlah suatu
keharusan.

Dari ciri-ciri tersebut dapat disimpulkan pengertian menurut Omoto &

Snyder (dalam Misgiyanti, 1997) adalah orang-orang yang tidak memiliki
kewajiban menolong suatu pihak tetapi selalu mencari kesempatan untuk
bisa membantu orang lain melalui suatu organisasi tertentu dalam jangka
waktu yang relatif lama, memiliki keterlibatan yang cukup tinggi serta
mengorbankan berbagai personal cost (misalnya uang, waktu, pikiran) yang
dimilikinya.

14
Universitas Sumatera Utara

15

C. GAMBARAN MOTIVASI MENJADI RELAWAN DI KALANGAN
MAHASISWA
Aktivitas kerelawanan telah menjadi tren di Indonesia dalam beberapa
tahun belakangan ini pasca terjadinya bencana tsunami Aceh pada bulan
desember tahun 2004 lalu, yang kemudian membuat masyarakat menjadi
semakin sadar akan pentingnya kegiatan kerelawanan. Relawan di Indonesia
sudah mencapai 39,226 relawan yang tersebar di seluruh nusantara
(Indorelawan, 2017).
Relawan sendiri adalah orang yang tanpa dibayar menyediakan waktunya
untuk mencapai tujuan organisasi, dengan tanggungjawab yang besar atau
terbatas, tanpa atau dengan sedikit latihan khusus, tetapi dapat pula dengan
latihan yang sangat intensif dalam bidang tertentu, untuk bekerja sukarela
membantu tenaga profesional (Slamet, 2009). Relawan menyumbangkan waktu
mereka untuk berbagai kegiatan masyarakat, seperti olahraga, rekreasi, layanan
darurat, kesehatan, pendidikan, seni, hobi, kesejahteraan, pemuda, agama,
pelayanan masyarakat, budaya, warisan, lingkungan, profesional, bisnis dan
serikat organisasi (Noble 1991; Brosnan & Cuskelly, 2001). Relawan juga
berkontribusi dalam melakukan pendampingan kepada warga dan anak-anak.
Relawan biasanya mengajarkan anak-anak dan orang dewasa yang buta huruf,
menemani untuk tinggal di rumah, melakukan konseling kepada yang
bermasalah, dan perawatan kesehatan untuk orang yang sakit (Clary & Snyder,
1998).

15
Universitas Sumatera Utara

16

Relawan harus mencari kesempatan untuk memberi bantuan, menyediakan
bantuan dari waktu ke waktu, dan keputusan relawan untuk membantu
dipengaruhi oleh kegiatan yang dilakukan tersebut sesuai dengan kebutuhan
dan tujuan relawan atau tidak. Berbagai kegiatan yang dilakukan para
sukarelawan di Indonesia tidak hanya didominasi oleh kalangan profesional
dan relawan usia dewasa madya saja, tetapi relawan yang berusia remaja
hingga usia dewasa muda saat ini mulai ikut aktif terlibat dalam berbagai
kegiatan sukarelawan untuk memenuhi fungsi kerelawanan, khususnya dari
kalangan mahasiswa. Pada umumnya para mahasiswa aktif sebagai
sukarelawan

dalam

berbagai

kegiatan

pelayanan

masyarakat,

seperti

penyuluhan kesehatan, pendidikan, sampai pada kegiatan penanggulangan
bencana. Pada saat bencana Gunung Merapi tahun 2010 lalu hampir 50% dari
jumlah total relawan adalah para mahasiswa (Sapto, 2012).
Di dalam proses menjalankan studinya, mahasiswa memiliki jadwal kuliah
yang padat dan juga tugas-tugas perkuliahan. Djamarah (2002) mengatakan
bahwa selama menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal baik pelajar
maupun mahasiswa, tidak terlepas dari keharusan mengerjakan tugas-tugas
studi. Tetapi padatnya jadwal perkuliahan dan kewajiban mahasiswa dalam
mengerjakan tugas-tugasnya tidak membuat mereka berhenti melakukan
kegiatan kerelawanan padahal kegiatan kerelawanan yang mereka lakukan
akan menghabiskan waktu mereka, membuat mereka harus terlibat interaksi
dengan orang-orang asing dan bahkan kegiatan tersebut tidak menghasilkan
uang untuk mereka.

16
Universitas Sumatera Utara

17

Berdasarkan fenomena ini peneliti tertarik ingin mengetahui apa
sebenarnya motivasi yang melatarbelakangi mahasiswa melakukan kegiatan
kerelawanan sampai mereka rela melakukannya di tengah padatnya jadwal
perkuliahan serta tugas-tugas, harus terlibat interaksi dengan orang-orang asing
dan bahkan tanpa adanya bayaran.
Terdapat banyak teori yang menjelaskan mengenai motivasi yang
mendasari perilaku manusia. Khusus mengenai motivasi kerelawanan akan
dibahas dengan pendekatan fungsional Clary dan Snyder (1998), pendekatan
fungsional ini untuk memahami motivasi yang mendorong individu menjadi
relawan dan yang mempertahankan usaha mereka dari waktu ke waktu.
Dengan arah luas yang disediakan oleh teori fungsionalis, Clary dkk berusaha
untuk menentukan motivasi tepat yang dapat dipenuhi melalui partisipasi
dalam pelayanan sukarela (Clary & Snyder, 1998). Atas dasar analisis fungsi
yang dilayani oleh relawan, dan temuan dari penyelidikan empiris beragam
relawan, Clary dkk telah mengidentifikasi dan mengoperasionalkan enam
fungsi pribadi dan sosial yang dilayani oleh relawan (Clary, dkk., 1998).
Fungsi nilai (values) untuk mengekspresikan nilai-nilai yang dimiliki oleh
individu

seperti

altruisme

dan

kemanusiaan.

Fungsi

pemahaman

(understanding) melibatkan keinginan untuk belajar keterampilan baru dan
untuk memanfaatkan pengetahuan atau kemampuan yang ada. Fungsi karier
yaitu keinginan untuk mendapatkan karir yang berkaitan dengan pengalaman
dan untuk meningkatkan prospek kerja. Fungsi sosial untuk meningkatkan
interaksi sosial, memperkuat hubungan yang ada, dan untuk mendapatkan

17
Universitas Sumatera Utara

18

persetujuan orang lain. Fungsi pelindung (protective) berfungsi untuk
mengurangi pengaruh negatif seperti rasa bersalah karena lebih beruntung
daripada orang lain dan untuk mengatasi masalah pribadi. Fungsi peningkatan
(enhancement), meningkatkan efek positif dengan menyediakan sarana untuk
pengembangan diri dan pertumbuhan pribadi.

18
Universitas Sumatera Utara