Hubungan Peran Ayah dengan Penanganan Konflik Remaja Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Chapter III VI

BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Penelitian
3.1.1. Kerangka Konsep
Ayah sangat penting bagi remaja dalam memberikan perhatian dan kasih
sayang karena sangat dibutuhkan untuk menjaga suatu hubungan dalam
perkembangannya yang rentan dengan benturan-benturan di lingkungan remaja
yang dapat memunculkan konflik (Setiono, 2011). Peranan ayah pada remaja
yaitu; 1. Sebagai pemberi nafkah (economic provider), dimana ayah memenuhi
kebutuhan finansial anak untuk biaya sekolah, membeli peralatan belajar, dan
perlengkapannya. 2. Sebagai teman (friend and playmate), yaitu melalui
permainan, ayah dapat bergurau/humor yang sehat sehingga masalah, kesulitan
dan stress dapat dikeluarkan. 3. Sebagai Pengawas (monitor and disciplimanian),
yaitu ayah mengawasi perilaku anak, begitu ada tanda-tanda awal penyimpangan
bisa segera di deteksi. 4. Pemberi perlindungan (protector), yaitu ayah mengontrol
dan mengorganisasikan lingkungan anak. 5. Penasehat (advocate), dimana ayah
siap membantu, mendampingi dan membela anak jika ada konflik/masalah. 6.
Pendidik dan sebagai teladan yaitu ayah bertanggung jawab mengajarkan sopan
santun dan bagaimana harus bersikap. 7. Pemberi perhatian (caregiver), yaitu
ayah dapat memberikan stimulasi afeksi dalam berbagai bentuk sehingga
membuat anak merasa nyaman dan penuh kehangatan. 8. Pembimbing (problem

solver), yaitu ayah membantu anak-anaknya memecahkan atau menangani
masalah/konflik yang dialami remaja.
22
Universitas Sumatera Utara

Penanganan konflik pada remaja dapat dilakukan dengan cara destruktif
yaitu penanganan dengan menggunakan ancaman, paksaan, atau kekerasan dan
cenderung menyalahkan. Cara konstruktif yaitu penangananan konflik yang
cenderung melakukan negosiasi yang menguntungkan dan tetap mempertahankan
interaksi sosialnya.

Peran ayah pada remaja:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.


Pemberi nafkah
Sebagai teman
Sebagai pengawas/pendisiplin
Pemberi perlindungan
Penasehat
Pendidik dan sebagai teladan
Pemberi perhatian
Sebagai pembimbing

Penanganan konflik remaja:
1. Destruktif
2. Konstruktif

3.2 Defenisi Operasional
No.
Variabel
Defenisi
1.
Peran ayah Peran ayah pada remaja

pada
adalah
suatu
aspek
remaja
dinamis
kedudukan
(status) ayah remaja di
Kelurahan Padang bulan
Kecamatan Medan baru
dalam melaksanakan hak
dan kewajibannya sesuai
dengan
kedudukannya
yaitu sebagai pemberi
nafkah, sebagai teman,
pengawas,
pemberi
perlindungan, penasehat,
pendidik dan teladan,

pemberi perhatian dan
pembimbing.

Alat Ukur Hasil Ukur
Kuesioner Baik skor
sebanyak
72-96,
24
cukup
pertanyaan 48-71, dan
, masingkurang
masing 3
24-47.
pertanyaan
pada 8
dimensi
peran ayah
pada
remaja.
Jawaban

responden
dinilai
dengan
mengguna

Skala
Ordinal

Universitas Sumatera Utara

2.

Penanganan
konflik
remaja

Penanganan
konflik
remaja adalah cara atau
proses

remaja
di
Kelurahan Padang bulan
Kecamatan Medan baru
mengelola konfliknya.
Penanganan
konflik
secara destruktif yaitu
remaja
menangani
konflik dengan menggunakan ancaman, paksaan,
kekerasan dan cenderung
menyalahkan. Secara konstruktif yaitu remaja
menangani konfliknya
dalam bentuk negosiasi
sehingga terjadi tawar
menawar yang mengunttetap
ungkan
serta
mempertahankan interaksi sosialnya dan dapat

dikatakan remaja sudah
dapat berpikir secara
logis dalam menangani
konflik.

kan skala
Likert
(4.Sangat
setuju,
3.Setuju,
2.Tidak
setuju,
1.Sangat
tidak
setuju.
Kuesioner
sebanyak
10
pertanyaan
meliputi: 5

pertanyaan
penangana
n konflik
secara
destruktif,
dan 5
pertanyaan
penangana
n konflik
secara
konstruktif
Jawaban
responden
dinilai
dengan
mengguna
kan skala
Likert.
Untuk
pernyataan

negatif
skor;
1.Sangat
setuju,
2.Setuju,
3.Tidak
setuju,
4.Sangat
tidak
setuju.
Sedangkan

Buruk skor
11-20,
cukup
21-30, baik
31-40.

Ordinal


Universitas Sumatera Utara

untuk butir
likert yang
dinyatakan
secara
positif
untuk
pernyataan
sangat
setuju
bernilai
(4), setuju
(3), tidak
setuju (2),
sangat
tidak
setuju (1).

3.3 Hipotesa Penelitian

Terdapat hubungan antara peran ayah dengan penanganan konflik remaja.
Hipotesa penelitian ditarik berdasarkan hipotesa alternatif (Ha) yang menyatakan
ada hubungan antara variabel (Arikunto, 2010).

Universitas Sumatera Utara

BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi yang dimaksudkan
untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih
tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel. Desain dalam penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan peran ayah dengan penanganan konflik
remaja.
4.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
4.2.1 Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja di Kelurahan Padang
bulan Kecamatan Medan baru yang berusia 12-21 tahun. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Kelurahan Padang bulan Medan baru terdapat 649 orang remaja.
4.2.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi ( Sugiyono, 2010). Untuk menentukan jumlah sampel penelitian, maka
pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin yaitu:
n=
n=



1+���2 �
649

1+649 �0,12 �

25
Universitas Sumatera Utara

n=86,6
n=87 orang remaja
Keterangan:
n : Jumlah sampel
N : Besarnya populasi
d : Tingkat kepercayaan yang diinginkan, yaitu 10 % (0,1)
4.2.3 Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling purposive
yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan karakteristik tertentu yang
dibuat oleh peneliti berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya. Adapun karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah :
a.

Tinggal bersama orangtua/ayah

b.

Bersedia menjadi responden

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Kelurahan Padang bulan Kecamatan
Medan Baru. Lokasi ini dipilih karena di wilayah ini banyak area remaja dan
lokasi ini belum pernah dilakukan penelitian tentang masalah yang sama
sebelumnya. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2017.

4.4 Pertimbangan Etik

Universitas Sumatera Utara

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengajukan surat
permohonan kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara untuk mendapatkan persetujuan melaksanakan
penelitian.
Setelah

mendapatkan

persetujuan

untuk

melaksanakan

penelitian,

selanjutnya peneliti mencari responden sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan. Selanjutnya peneliti menjelaskan tentang informasi dari penelitian
mengenai tujuan dalam penelitian serta hak-hak responden. Jika responden
bersedia untuk diteliti maka calon responden terlebih dahulu menandatangani
lembar persetujuan (informed consent) yang telah disediakan oleh peneliti. Bila
responden tidak bersedia atau menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan
memaksa dan tetap menghormati hak responden. Kerahasiaan dari responden akan
tetap dijaga oleh peneliti dengan tidak mencantumkan nama (anonymity)
responden pada lembar kuisioner yang diisi oleh responden.
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Kuesioner hubungan peran ayah pada remaja dan kuesioner penanganan konflik
remaja dikembangkan sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka. Adapun
kuesioner ini dibagi dalam tiga bagian yaitu:
a. Bagian pertama tentang karakteristik reponden meliputi: kode responden, usia,
jenis kelamin, agama, pendidikan terakhir, suku, pekerjaan ayah, penghasilan
keluarga/bulan.

Universitas Sumatera Utara

b. Bagian kedua kuesioner tentang peran ayah pada remaja yang terdiri dari 24
pertanyaan. Adapun pilihan jawaban yang diberikan adalah sangat tidak setuju
diberi skor 1, tidak setuju diberi skor 2, setuju diberi skor 3, sangat setuju
diberi skor 4. Berdasarkan rumus statistika p=rentang / banyak kelas, menurut
Sudjana (2005) dimana p merupakan panjang kelas, rentang merupakan
pengurangan nilai tertinggi dengan nilai terendah. Untuk kuesioner peran ayah
pada remaja terdiri dari 8 peran masing-masing diberi 3 pertanyaan (total 24
pertanyaan). Nilai terendah yang mungkin diperoleh oleh setiap responden 24
dan nilai tertinggi 96. Rentang kelas sebesar 72 (96-24) dan banyak kelas yang
diinginkan adalah 3 yaitu: Peran ayah baik (72-96), peran ayah cukup (48-71),
peran ayah kurang (25-47). Kuesioner penanganan konflik remaja yaitu secara
destruktif dan konstruktif diberikan 10 pertanyaan. Pilihan jawaban yang
diberikan adalah sangat tidak setuju diberi skor 1, tidak setuju diberi skor 2,
setuju diberi skor 3, sangat setuju diberi skor 4 dan pada pernyataan negatif
sangat tidak setuju diberi skor 4,tidak setuju diberikan skor 3, setuju diberi skor
2, sangat setuju skor 1. Nilai terendah yang mungkin diperoleh oleh setiap
responden 10 dan nilai tertinggi 40. Rentang kelas sebesar 30 (40-10) dan
banyak kelas yang diinginkan adalah 3 yaitu: baik (31-40), cukup (21-30),
buruk (11-20).

4.6 Validitas dan Reliabilitas
Validitas instrument telah di uji oleh dosen yang ahli dalam penelitian ini.
Sedangkan uji reliabilitas adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui

Universitas Sumatera Utara

konsistensi dari instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian dalam
ruang lingkup yang sama.
Uji reliabilitas ini dilakukan sebelum pengumpulan data dengan jumlah
anggota sampel yang digunakan sekitar 30 orang yang memenuhi kriteria inklusi.
Uji tes ini dilakukan dengan hasil 0,756 dan 0,906 menggunakan aplikasi
komputer untuk analisis cronbach alpa pada item berskala (Arikunto, 1999).
Maka dapat dinyatakan bahwa instrument telah reliable (reliabilitas >0.70 (Polit &
Hungler).
4.7 Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1.

Mengajukan permohonan ijin kepada pelaksana penelitian pada institusi
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2.

Setelah mendapat surat ijin kemudian peneliti mengajukan surat penelitian
Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan (BALITBANG).

3.

Kemudian mengajukan surat ijin penelitian yang diperoleh dari
BALITBANG ke Badan Kesatuan Bangsa, Politi dan Perlindungan
Masyarakat (BAKESBANG).

4.

Memberikan surat ijin penelitian yang telah diperoleh kepada Lurah
Padang Bulan Kecamatan Medan baru

5.

Setelah mendapat ijin dari Lurah Padang bulan Medan baru, maka peneliti
akan melakukan pengumpulan data penelitian.

Universitas Sumatera Utara

6.

Menjelaskan kepada calon responden tentang prosedur, tujuan penelitian,
manfaat penelitian dan cara pengisian kuesioner.

7.

Peneliti meminta kesediaan responden mengikuti penelitian.

8.

Setelah memperoleh persetujuan dari responden maka pengumpulan data
dapat dilakukan.

9.

Peneliti menganalisa data.

4.7 Analisa Data
Bila semua data telah terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data
melalui beberapa tahap. Pertama, memeriksa kelengkapan identitas dan data
karakteristik responden dan memastikan bahwa semua jawaban telah diisi. Setelah
itu peneliti mengidentifikasi data dengan mentabulasikan data yang telah
dikumpul dan dilakukan pengelolaan data dengan menggunakan komputerisasi.
Pengelolaan data dilakukan dengan cara univariat dan bivariat, dimana
data univariat untuk menampilkan data demografi yaitu usia responden, jenis
kelamin, agama, pendidikan terakhir, suku, pekerjaan ayah, penghasilan keluarga
per bulan, dan peran ayah pada remaja dan penanganan konflik remaja dalam
bentuk

tabel

distribusi

frekuensi

dan

persentase.

Uji

bivariat

untuk

mengidentifikasi hubungan peran ayah ayah dengan penanganan koflik pada
responden.
Data yang dikumpulkan akan diolah dan dianalisa berdasarkan statistik
koefisien uji korelasi spearman rank. Nilai r berkisar antara -1 sampai +1 untuk
menunjukkan derajat hubungan antara kedua variabel tersebut, dan untuk
menentukan apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel

Universitas Sumatera Utara

maka dilakukan pengamatan terhadap nilai signifikan (p) pada hasil analisa data
yaitu pRp 3.500.000 per
bulan berjumlah 52 keluarga (59,77%). Hasil penelitian tentang karakteristik
responden dapat dilihat pada tabel berikut:

32

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.1.1. Distribusi frekuensi & persentase karakteristik responden(n=87)
Karakteristik Responden
Usia (tahun)
12-15
16-18
19-21
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Agama
Islam
Kristen protestan
Katolik
Hindu
Budha
Pendidikan Terakhir
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Suku
Batak
Jawa
Lain-lain
Pekerjaan Ayah
Wiraswasta
Wirausaha
PNS
Karyawan Swasta
Tidak Bekerja
Lain-lain
Penghasilan Keluarga
Rp 3.500.000

Frekuensi

Persentase (%)

41
31
15

47,1
35,6
17,3

18
69

20,7
79,3

22
53
10
1
1

25,3
60,9
11,5
1,1
1,1

31
27
25
4

35,6
31
28,7
4,6

66
16
5

75,9
18,4
5,7

48
2
17
10
1
10

55,2
2,3
19,5
11,5
1,1
10,3

9
13
13
52

10,35
14,94
14,94
59,77

Universitas Sumatera Utara

5.1.2 Peran Ayah Pada Remaja
Pernyataan peran ayah pada remaja yang diberikan kepada responden
dalam 24 pernyataan menyatakan, 83,9% semua kebutuhan remaja dipenuhi oleh
ayah, 88,5% remaja meminta uang kepada ayah untuk membeli keperluannya,
87,4% ketika remaja memerlukan uang, ayah akan memberikannya, 70,1% ayah
meluangkan waktu bersama remaja, 88,5% ayah lebih suka jika remaja berkata
jujur saat mempunyai masalah, 98,8% ayah meluangkan waktu bersama remaja,
90,8% ayah membuat beberapa aturan pada remaja, 95,4% ayah akan bertanya
saat remaja telat pulang ke rumah, 83,9% ayah mengawasi perilaku remaja saat
mempunyai masalah, 95,4% ayah memberikan rasa nyaman pada remaja, 89,6%
ayah mendampingi remaja dalam menyelesaikan persoalan, 94% ayah membuat
lingkungan terbebas dari resiko bahaya.
Berdasarkan pernyataan yang disajikan kepada responden, 98,9% ayah
menegur remaja jika bersalah, 96,3% ayah menasehati remaja jika aturan yang
dibuat dilanggar, 80,4% ayah menghukum remaja jika kesalahannya fatal, 97,4%
remaja belajar hal-hal baik dari ayah, 96,5% ayah adalah teladan bagi remaja,
90,80% ayah mendidik remaja tentang cara mengatasi konflik pada hal apapun,
53,8% ayah terlibat dalam pemilihan teman remaja, 70,1% ayah tahu dengan siapa
saja remaja berteman, 66,7% ayah bertanya kepada remaja tentang konflik yang
terjadi pada remaja dan temannya, 85% ayah membantu remaja dalam
memecahkan masalah, 82,8% ayah mendampingi remaja dalam membuat suatu
keputusan, 87,4% ayah membimbing dalam menyelesaikan konflik yang terjadi
pada remaja.Hal ini dapat dilihat pada uraian tabel berikut

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.1.2.Distribusi frekuensi & persentase peran ayah pada remaja(n=87)

No.
1
2

3

4

5

6

7
8
9

10

11

12

13
14

15
16

Pernyataan

Sangat
setuju
n
%
saya 31
35,6

n
42

%
48,3

Tidak
Setuju
n
%
14
16,1

25

28,7

52

59,8

10

11,5

0

0

22

25,3

54

62,1

9

10,3

2

2,3

20

23

41

47,1

23

26,4

3

3,4

44,8

38

43,7

10

11,5

0

0

30

59

68,8

8

1

1,1

24

27,6

55

63,2

8

9,2

0

0

35

40,2

48

55,2

4

4,6

0

0

28

32,2

45

51,7

12

13,8

2

2,3

34

39,1

49

56,3

3

3,4

1

1,1

29

33,3

49

56,3

8

9,2

1

1,1

36

41,1

46

52,9

4

4,6

1

1,1

44

50,6

42

48,3

1

1,1

0

0

36

41,1

48

55,2

3

3,4

0

0

25

28,7

45

51,7

17

19,5

0

0

36

41,1

49

56,3

2

2,3

0

0

Semua kebutuhan
dipenuhi oleh ayah
Saya meminta uang kepada
ayah
untuk
membeli
keperluan saya.
Ketika saya memerlukan
uang,
ayah
akan
memberikannya
Ayah meluangkan waktu
untuk
mendiskusikan
berbagai hal bersama saya
Ayah lebih suka jika saya
berkata jujur dan terbuka
tentang konflik saya
Ayah meluangkan waktu
ketika membagi masalah
saya
Ayah membuat beberapa
aturan pada saya
Ketika saya telat pulang ke
rumah ayah menanyai saya
Ayah mengawasi perilaku
saya
saat
mempunyai
masalah
Ayah saya memberikan rasa
nyaman saat ayah bersama
saya
Ayah mendampingi saya
dalam
menyelesaikan
persoalan saya
Ayah membuat lingkungan
saya terbebas dari resiko
bahaya
Ayah menegur saya jika
salah
Ayah menasehati saya jika
aturan yang dibuat saya
langgar
Ayah menghukum saya jika
kesalahan saya fatal
Saya belajar hal-hal baik

39

20

Setuju

7

Sangat Tidak
Setuju
n
%
0
0

Universitas Sumatera Utara

17
18

19
20
21

22
23

24

dari ayah saya
Ayah saya adalah teladan
bagi saya
Ayah mendidik saya tentang
cara mengatasi konflik pada
hal apapun
Ayah terlibat dalam seleksi
teman saya
Ayah saya tahu dengan
siapa saja saya berteman
Ayah bertanya kepada saya
tentang konflik yang terjadi
pada saya dengan teman
saya
Ayah membantu saya dalam
memecahkan masalah saya
Ayah mendampingi saya
dalam
membuat
suatu
keputusan
Ayah membimbing dalam
menyelesaikan konflik yang
terjadi pada saya

39

44,8

45

51,7

1

1,1

2

2,3

29

33,3

50

57,5

7

8,0

1

1,1

15

17,2

31

36,6

36

41,4

5

5,7

14

14,9

48

55,2

24

27,6

2

2,3

18

20,7

31

2

2,3

17

19,5

57

65,5

12

13,8

1

1,1

18

20,7

54

62,1

14

16,1

1

1,1

18

20,7

58

66,7

9

10,3

2

2,3

40

46

27

Tabel 5.1.3 berikut ini menunjukkan bahwa peran ayah pada remaja di
Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru kategori baik 67,8%, cukup
31,0% dan 1,1% responden menyatakan peran ayah pada remaja kurang.
Tabel 5.1.3 Distribusi frekuensi peran ayah pada remaja (n=87)
Tingkat peran ayah pada remaja

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Baik (skor 72-96)

59

67,8

Cukup (skor 48-71)

27

31,0

Kurang (skor 25-47)

1

1,1

Total

87

100,0

Universitas Sumatera Utara

5.1.3 Penanganan Konflik Remaja
Selanjutnya untuk penanganan konflik remaja yang menjawab tidak
sungkan bersikap kasar saat seseorang berkonflik dengan remaja adalah
39%,10,3% remaja akan marah jika ayah tidak memberikan uang kepada remaja,
35,6% remaja akan menentang jika tidak setuju pada peraturan yang dibuat oleh
ayah, 25,3% remaja akan membantah jika salah, 20,7% remaja cenderung
mengejek jika temannya bersalah, 79,3% remaja menerima kritikan saat teman
mengomentari penampilannya, 86,2% remaja lebih suka memberikan saran yang
membangun saat menangani konfliknya, 87,4% remaja cenderung menyelesaikan
konflik dengan temannya bersama-sama, 71,2% remaja lebih suka berdiskusi
dengan orangtua yaitu ayah saat remaja mempunyai konflik, 89,7% remaja
menangani masalahnya dengan baik tanpa merugikan siapapun.
Tabel 5.1.4. Distribusi frekuensi dan persentase penanganan konflik
remaja(n=87)
Sangat
Setuju
Tidak
Sangat tidak
No.
Pernyataan
setuju
setuju
setuju
n
%
n
%
n
%
n
%
1

Saya tidak sungkan bersikap kasar
saat seseorang berkonflik dengan
saya

78

8,0

27

31,0

37

42,4

16

18,4

2

Jika ayah tidak memberikan uang
kepada saya, saya langsung marah

4

4,6

5

5,7

38

43,7

40

46,0

3

Saya akan menentang jika tidak
setuju pada peraturan yang dibuat
oleh ayah

3

3,4

28

32,2

40

46,0

16

18,4

4

Jika saya
membantah

akan

6

6,9

16

18,4

43

49,4

22

25,3

5

Saya cenderung mengejek jika
teman saya bersalah

2

2,3

16

18,4

49

56,3

20

23,0

6

Saya menerima
teman
saya

20

23,0

49

56,3

16

18,4

2

2,3

salah

saya

kritikan saat
mengomentari

Universitas Sumatera Utara

penampilan saya
7

Saya lebih suka memberikan
saran yang membangun saat
menangani konflik saya

8

Saat saya berkonflik dengan
teman saya, saya cenderung 24
menyelesaikannya bersama-sama

9

Saat saya berkonflik, saya suka
berdiskusi dengan orangtua saya
yaitu ayah

10

Saya menangani konflik yang
saya hadapi dengan baik dan tidak
merugikan siapapun

20

23,0

55

63,2

10

11,5

2

2,3

27,6

52

59,8

9

10,3

2

2,3

17

19,5

45

51,7

25

28,7

0

0

28

32,2

50

57,5

9

10,3

0

0

Tabel 5.1.5 berikut ini menunjukkan bahwa penanganan konflik remaja di
Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru dalam kategori cukup (60,9%),
baik (39,1%) dan tidak ada responden yang menangani konfliknya dengan tingkat
yang buruk.
Tabel 5.1.5 Ditribusi frekuensi penanganan konflik remaja
Tingkat penanganan konflik
remaja

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Baik (skor 31-40)

34

39,1

Cukup (skor 21-30)

53

60,9

Buruk (skor 11-20)

0

0

Total

87

100

Universitas Sumatera Utara

5.1.4 Hubungan Peran Ayah dengan Penanganan Konflik Remaja
Analisa data hubungan peran ayah dengan penanganan konflik remaja
dengan uji Spearman menunjukkan nilai p pada kolom sig 2-tailed sebesar 0.003
lebih kecil dari level of significance (ɑ) yaitu 0,05 yang berarti terdapat hubungan
antara peran ayah dengan penanganan konflik remaja dengan nilai koefisien
korelasi 0,314 yang berarti arah korelasi positif dengan interpretasi lemah menurut
Sugiyono, 2011 (r berada di antara 0,20-0,399).
Tabel 5.1.6 Korelasi peran ayah dengan penanganan konflik remaja (n=87)

Peran Ayah pada

Correlation

remaja

coefficient
Sig. (2-tailed)
N

Penanganan Konflik

Correlation

Remaja

coefficient
Sig. (2-tailed)
N

Peran Ayah Pada

Penanganan

Remaja

Konflik Remaja

1.000

.320**

.

.003
87

87
.320**

1.000

0.003

.

87

87

Universitas Sumatera Utara

5.2 PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka pembahasan yang dilakukan
untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang hubungan peran ayah dengan
penanganan konflik remaja adalah sebagai berikut:
5.2.1 Peran Ayah Pada Remaja
Hasil penelitian diperoleh peran ayah pada remaja/responden dalam
kategori baik 67,8%, kategori cukup 31% dan kurang 1,1%. Hal ini mungkin
dikarenakan ayah masih tetap menjunjung tinggi perannya sebagai pemimpin
moral dalam keluarga. Penelitian ini juga di dukung oleh pernyataan Astuti dan
Puspitasari (2013) yang menyatakan bahwa ayah merupakan peletak dasar
kemampuan intelektual, kemampuan memecahkan masalah dan hal-hal yang
berkaitan dengan kognitif anak.
Pernyataan yang diberikan kepada 87 remaja tentang peran ayah pada
remaja, peran yang paling sering dilakukan oleh ayah adalah peran sebagai
pendidik dan teladan yaitu dengan remaja belajar hal-hal baik dari ayah, ayah
mampu menjadi teladan bagi remaja dan ayah mendidik remaja tentang cara
mengatasi konflik pada hal apapun. Yang kedua yaitu mampu melaksanakan
peran sebagai pemberi perlindungan yaitu dengan cara memberikan rasa nyaman
pada bersama remaja, mendampingi dalam menyelesaikan persoalan remaja dan
membuat lingkungan remaja aman. Ketiga, ayah melaksanakan perannya sebagai
pengawas yaitu membuat dengan cara membuat beberapa aturan pada
remaja,bertanya saat anak telat pulang ke rumah dan mengawasi anak saat
mempunyai masalah. Keempat, ayah dapat melaksanakan perannya sebagai

Universitas Sumatera Utara

pengawas yaitu dengan cara membuat beberapa peraturan, bertanya pada saat
remaja telat pulang ke rumah dan mengawasi anak saat mempunyai masalah.
Kelima, ayah mampu membimbing remaja yaitu dengan membantu remaja dalam
memecahkan masalahnya, membimbing serta mendampingi remaja dalam
membuat suatu keputusan. Keenam, ayah melakukan peran sebagai teman dengan
cara meluangkan waktu untuk mendiskusikan berbagai hal pada remaja dan
meluangkan waktu pada remaja untuk menceritakan kesulitan atau masalah yang
dihadapi anak. Peneliti berasumsi, ayah remaja tetap menjaga keharmonisannya
dengan remaja yaitu dengan cara berkomunikasi di sela waktu luang ayah yang
dominan (55,2%) bekerja sebagai wiraswasta.
Ayah mampu melaksanakan peran sebagai pemberi nafkah yang
dibuktikan dengan pernyataan remaja yang menyatakan bahwa kebutuhannya
dipenuhi oleh ayah, remaja meminta uang untuk membeli keperluannya dan saat
remaja memerlukan uang, ayah akan memberikanya. Data ini juga didukung oleh
data demografi yaitu penghasilan keluarga yang dominan (59,77%) lebih besar
dari Rp 3.500.000 yang menurut BPS (2008) dalam kategori sangat tinggi.
Peneliti berasumsi, hal ini merupakan faktor yang sangat mendukung ayah dalam
melaksanakan fungsinya sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga. Hal ini
sejalan dengan hasil survey yang dilakukan oleh Astuti dan Puspitasari (2013)
yang menyatakan bahwa ayah sebagai pencari nafkah utama.
Kedelapan, ayah melaksanakan fungsinya sebagai pemberi perhatian
(caregiver) yaitu dengan terlibat dalam seleksi teman remaja, ayah mengetahui
dengan siapa saja remaja berteman serta bertanya pada remaja saat anak

Universitas Sumatera Utara

berkonflik dengan temannya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Harmaini, dkk (2014) yang menyatakan bahwa ayah memberikan perhatian,
membahagiakan, memberikan rasa aman, memberikan yang terbaik dan
memberikan perhatian pada anak saat tidak dalam keadaan baik atau sakit. Data
ini menunjukkan bahwa ayah dapat melaksanakan peran dan fungsi keayahannya
dengan baik. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian Andayani & Koencoro
yang dikutip oleh Muna,dkk (2016) yang menyatakan bahwa dalam proses
pengasuhan peran ayah cenderung rendah, ayah menjaga jarak dari anak-anaknya.
Hal ini menunjukkan bahwa ayah hanya sedikit menghabiskan waktu untuk
mendampingi proses perkembangan anak.
Secara kultural, peran ayah dipersepsikan sebagai tulang punggung dan
pencari nafkah keluarga, namun sesungguhnya ayah memiliki peran yang besar
bagi perkembangan remaja di samping sebagai penopang ekonomi keluarga.
Fungsi seorang ayah adalah hidup dan bekerja pada perbatasan antara keluarga
dan masyarakat, antara dalam dan luar. Sejalan dengan pernyataan dalam
penelitian Astuti dan Puspitasari (2013) yang menyatakan bahwa ayah
memperkenalkan dan membimbing anak-anaknya untuk mengarungi dunia luar
atau kehidupan bermasyarakat

dan penelitian Hidayati, dkk (2011) yang

menyatakan bahwa peran pengasuhan anak adalah tanggung jawab bersama
dengan ibu.
Ayah sangat penting bagi remaja dalam memberikan perhatian dan kasih
sayang karena sangat dibutuhkan untuk menjaga suatu hubungan dalam
perkembangannya yang rentan dengan benturan-benturan di lingkungan remaja

Universitas Sumatera Utara

yang dapat memunculkan konflik (Setiono, 2011). Lamb dalam penelitian Muna,
dkk (2016) juga menyatakan bahwa peran ayah sama pentingnya dengan peran ibu
dalam pengaruh perkembangan anak walau pada umumnya menghabiskan waktu
relatif lebih sedikit dengan anak dibandingkan dengan ibu dan apabila keduanya
berdampingan dalam membimbing dan berperan serta maka perkembangan anak
akan lebih optimal.
5.2.2 Penanganan Konflik Remaja
Penanganan konflik dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penanganan
secara destruktif yaitu penanganan yang cenderung menimbulkan kerugian bagi
individu di dalamnya. Kedua, dengan cara konstruktif yang merupakan kebalikan
dari destruktif, dimana individu akan diuntungkan.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan penanganan konflik yang
dilakukan remaja dalam kategori cukup (60,9%). Angka ini diasumsikan peneliti
karena perkembangan psikosial remaja rentan dengan konflik. Hal ini dibuktikan
dari data demografi responden yang berusia 12-15 tahun sebanyak 47,1% yang
mana menurut Monks dalam penelitian Nasution (2007) usia ini masuk dalam
kategori remaja awal yaitu remaja mengalami pertumbuhan jasmani yang sangat
pesat dan perkembangan intelektualnya yang sangat intensif, sehingga minat anak
pada dunia luar sangat besar dan pada tahap ini remaja tidak mau dianggap anakanak lagi namun belum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya serta pada
masa ini remaja belum tahu apa yang diinginkannya, remaja sering merasa sunyi,
ragu-ragu, tidak stabil dan merasa kecewa. Beberapa hal lain yang mungkin
mempengaruhi angka

ini adalah

faktor

lingkungan dibuktikan dengan

Universitas Sumatera Utara

karakteristik responden yang heterogen membuat remaja harus mengantisipasi
lebih karena

mereka harus menghadapi lingkungan kota yang beragam dan

dengan latar budaya, kelas sosial yang berbeda. Hal ini sejalan dengan Conger
dalam penelitian Widjanarko (2009) yang menyatakan bahwa pada diri remaja,
pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku cukup kuat. Remaja kerap
bingung dengan peran, dan tuntutan harapan masyarakat di dekatnya. Dalam
perkembangannya remaja juga akan cenderung menjauhi orangtua sebagai
keinginan kebebasan emosional akan dirinya (Hurlock, 2001). Hal ini sejalan
dengan pernyataan Ramadhani (2016) yang menyatakan bahwa kondisi remaja
sebagai proses peralihan perkembangan seringkali membuat mereka rentan
dengan konflik, namun dengan kecakapan yang positif yang terus di asah tidak
menutup kemungkinan remaja menjadi lebih baik dalam menangani konfliknya.
Hasil penelitian menunjukkan 82,76% remaja menangani konflik dengan
cara konstruktif. Hal ini mungkin remaja mulai mencapai perilaku sosial yang
bertanggung jawab. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ramadhani
(2016) yang menyatakan bahwa tidak selamanya konflik itu destruktif tetapi juga
bisa menjadi konstruktif pada remaja dan Ningsih (2012) menyatakan bahwa saat
remaja dan orangtua berkonflik penanganan konflik yang cenderung dilakukan
adalah cara konstruktif. Penanganan konflik dengan cara konstruktif dapat
berdampak positif antara lain sebagai persemaian yang subur bagi terjadinya
perubahan sosial yang baru, konstruktif memfasilitasi tercapainya kesepakatan
yang integratif sebagai rekonsiliasi berbagai kepentingan, dan yang terpenting
mampu menjadi penguat, pemersatu pihak yang berkonflik.

Universitas Sumatera Utara

5.2.3 Hubungan Peran Ayah dengan Penanganan Konflik Remaja
Penggunaan uji Spearman untuk menguji hubungan peran ayah pada
remaja menunjukkan nilai p pada tabel sig-2 tailed sebesar 0,003 lebih kecil dari
nilai level of significance (ɑ) yaitu 0,01 yang berarti terdapat hubungan yang
bermakna antara peran ayah dengan penanganan konflik remaja. Dengan
demikian hipotesa alternative (Ha) pada penelitian ini diterima yaitu terdapat
terdapat hubungan peran ayah dengan penanganan konflik remaja. Didapatkan
koefisien korelasi 0,314 dengan arah korelasi positif dan interpretasi hubungan
lemah, yang berarti bahwa penanganan konflik remaja tidak hanya dipengaruhi
oleh peran ayah saja namun ada faktor lain yang memiliki kontribusi lebih besar
dibandingkan dengan peran ayah pada remaja dalam penanganan konfliknya .
Menurut Sarwono (Damayanti, 2014) beberapa faktor lain yaitu faktor berkurang
atau menghilangnya pranata-pranata masyarakat, tekanan yang besar dalam
masyarakat, salah pergaulan dan labeling.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Damayanti (2014) pada
remaja laki-laki yang menyatakan bahwa ada hubungan antara peran ayah dengan
salah satu konflik remaja yaitu kenakalan remaja namun sumbangan efektif
terbesar tidak hanya ditentukan ayah saja namun ada faktor lain yang
mempengaruhi yang tidak disebutkan oleh peneliti.
Aspek peran ayah yang memberikan kontribusi lebih besar terhadap
penanganan konflik remaja adalah peran ayah sebagai pendidik dan teladan. Hal
ini sejalan dengan penelitian Wilda (Silvanora, 2014) yang menyatakan jika ayah
mendidik dan memberikan contoh yang baik pada anak maka anak akan memiliki

Universitas Sumatera Utara

perilaku yang baik juga. Selain itu, menurut Videon yang dikutip oleh Susanto
dalam penelitian Muna, dkk (2016) menyatakan keterlibatan ayah mendampingi
remaja dalam proses perkembangannya akan mempengaruhi remaja dalam
hubungannya baik dengan adaptasi lingkungan, teman sebaya dan prestasi
disekolah. Remaja yang mendapatkan dukungan dan adanya komunikasi intensif
dengan ayahnya memiliki kebebasan lebih besar untuk berusaha berekplorasi
untuk menjadi dirinya sendiri, menemukan jati dirinya, mencoba kemampuan
dirinya, memperkuat penilaiannya sendiri terhadap pilihan-pilihan yang dibuat
dan

mempertimbangkan

kemungkinan

menghadapi

oranglain

dalam

merencanakan masa depannya.

Universitas Sumatera Utara

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dibuat kesimpulan dan saran sesuai dengan hasil
penelitian sebagai berikut:
6.1.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa peran Ayah pada remaja di
Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru dalam kategori baik. Peran ayah
yang paling utama bukan hanya sebagai pemberi nafkah bagi remaja namun ada
beberapa peran lain yang dapat dilaksanakan ayah dalam waktu bersamaan yaitu
mendidik dan menjadi teladan bagi remaja, memberi perlindungan dan menjadi
penasehat bagi remaja serta beberapa peran lain yang dibutuhkan remaja pada
masa peralihannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja di Kelurahan
Padang Bulan Kecamatan Medan Baru dapat menangani konflik dalam kategori
cukup. Hipotesa alternatif (Ha) pada penelitian ini dapat diterima yaitu terdapat
hubungan bermakna antara peran ayah dengan penanganan konflik remaja. Nilai
koefisien korelasi dengan interpretasi hubungan lemah dan arah hubungan positif
yang berarti bahwa penanganan konflik remaja tidak hanya dipengaruhi oleh
peran ayah namun ada faktor lain yang tidak ditentukan oleh peneliti yang
berpengaruh terhadap penanganan konflik pada remaja.

47
Universitas Sumatera Utara

6.2 Saran
6.2.1 Bagi Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan dalam
pengembangan keperawatan khususnya keperawatan komunitas sehingga perlu
diberi penekanan materi tentang keterlibatan keluarga serta peran orangtua
terhadap perkembangan remaja.
6.2.2 Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan sebagai
gambaran kepada masyarakat bahwa peran ayah bukan hanya memenuhi ekonomi
bagi remaja namun ayah juga memiliki peran yang lebih besar untuk terlibat
dalam keoptimalan perkembangan remaja.
6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk menganalisa faktor lain yang
berhubungan dengan penanganan konflik remaja serta dengan desain penelitian
yang berbeda.

Universitas Sumatera Utara