Hubungan antara Menopause dengan Sindrom Mulut Terbakar di Kelurahan Padang Bulan Medan Chapter III VI

20

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan survei analitik yaitu untuk mencari hubungan
antara dua variabel yaitu menopause dengan Sindroma Mulut Terbakar (SMT).
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu subjek diobservasi pada
satu waktu yang sama.33

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Kelurahan Padang Bulan,
Kecamatan Medan Baru. Pemilihan lokasi ini dengan pertimbangan jumlah wanita
yang berusia 45 tahun keatas yang diperkirakan sudah mengalami menopause ada
sekitar 250 orang, sehingga dapat memenuhi jumlah sampel. Penelitian dimulai dari
6 Maret - 22 Maret 2017.

3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah wanita menopause di Kelurahan Padang Bulan,

Kecamatan Medan Baru.

3.3.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah wanita menopause di Kelurahan Padang Bulan
yang memenuhi kriteria penelitian. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah non probability purposive sampling yaitu subjek dalam populasi tidak
mempunyai kesempatan yang sama untuk dapat terpilih yang didasari oleh kriteria
yang ditentukan oleh peneliti.33

Universitas Sumatera Utara

21

3.3.3 Besar Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus uji hipotesis satu
populasi pada data proporsi: 34
n

[


Keterangan :

√ o

]



o

o

n = jumlah sampel minimal yang diperlukan
nil i seb r n norm l b ku p d

tertentu

,96

nil i seb r n norm l b ku p d


tertentu

, 8

Po = proporsi penelitian sebelumnya yaitu 22,7% (Baharvad M, 2014)11
Pa = perkiraan proporsi penelitian 9,7%
n
n
n

[ ,96 √ ,

,

, 9

[ ,8 9 , 9]
, 69


, 8 √ , 9
,

, 9 ]

,

,

n 8 ,9

69
8 or ng

Jumlah sampel minimum yang didapat adalah 85 orang. Untuk menghindari
bias penelitian, jumlah sampel ditambah dari jumlah sampel minimum menjadi 100
orang wanita menopause.

3.3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.3.4.1 Kriteria Inklusi

1. Wanita yang sudah menopause.
2. Tidak mempunyai riwayat penyakit sistemik yang dapat menyebabkan
SMT, seperti Diabetes Melitus.
3. Tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menyebabkan SMT,
seperti obat antihipertensi golongan ACE inhibitor (captropil, enalapril, lisinopril).
4. Bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian.

Universitas Sumatera Utara

22

3.3.4.2 Kriteria Eksklusi
1. Responden yang tidak kooperatif menjalani penelitian.

3.4 Variabel dan Definisi Operasional
3.4.1 Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas

: Menopause
- Lamanya menopause


2. Variabel Terikat

: Karakteristik SMT
- Gejala penyerta
- Lokasi
- Intensitas

3. Variabel tak terkendali

: Oral hygiene

3.4.2 Definisi Operasional
Variabel
Penelitian
Menopause

Definisi Operasional

Cara Ukur


Berhentinya

siklus Wawancara

menstruasi

secara dengan subjek

Hasil Ukur

Skala
Ukur

permanen yang sudah penelitian
terjadi dalam 12 bulan
berturut-turut.7
Lama

Lamanya


menopause

wanita

seorang Wawancara
telah dengan

mengalami

menopause

Ordinal

b. > 10 tahun

penelitian

menopause
dihitung


subjek

a. 1 - 10 tahun

yang
dari

awal
sampai

saat pengambilan data
untuk penelitian ini.6

Universitas Sumatera Utara

23

Sindrom


Sensasi nyeri panas/ Wawancara

Mulut

terbakar pada mukosa dengan

Terbakar

oral

(SMT)

secara kronis tanpa

mengalami

adanya

SMT


yang

subjek

terjadi penelitian

a. Mengalami

Nominal

SMT
b. Tidak

kelainan

mukosa.1
Gejala

Keluhan

penyerta Wawancara

Penyerta

yang dirasakan pasien dengan

SMT

pada rongga mulutnya penelitian

subjek

Nominal

b. Sulit
menelan

yang berkaitan dengan
terjadinya

a. Mulut kering

c. Perubahan

SMT

pengecapan

seperti mulut kering,
sulit

menelan,

dan

perubahan
pengecapan.10
Lokasi

Tempat

SMT

rasa

terjadinya Wawancara

nyeri

terbakar dengan

pada mukosa rongga penelitian

subjek

a. Lidah

Nominal

b. Bibir
c. Tenggorokan

mulut yang biasanya
terjadi
bibir,

pada

lidah,

tenggorokan

atau tempat lain di
rongga mulut.31

Universitas Sumatera Utara

24

Intensitas

Perasaan

nyeri SMT

rasa

nyeri

dan Menanyakan

terbakar

pada tingkat

mukosa rongga mulut nyeri

a. 0=Tidak
rasa

yang

sakit
b. 1-3=Sakit

yang diukur dengan dirasakan pasien

ringan

Visual Analog Scale dengan meminta

c. 4-6=Sakit

(VAS) 0-10, untuk 0 pasien memilih

sedang

= tidak ada nyeri sama pada skala yang

d. 7-9=Sakit

sekali, dan seterusnya sudah
sampai 10 = sangat ditetapkan.
nyeri.35
Oral

Status

Hygiene

rongga

Ordinal

berat
e. 10=Sakit
sangat berat

kebersihan
mulut

seseorang yang dinilai
menggunakan Indeks
Oral

Hygiene

atau

Indeks Oral Hygiene
Simplified.36

3.5 Sarana Penelitian
3.5.1 Alat Penelitian
1. Lembar pemeriksaan subjek penelitian
2. Alat tulis
3. Alat diagnostik (Kaca mulut, sonde dan pinset)

3.5.2 Bahan Penelitian
1. Masker
2. Sarung tangan
3. Desinfektan
4. Kapas

Universitas Sumatera Utara

25

3.6 Metode Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan pada wanita menopause di Kelurahan Padang Bulan
Medan. Subjek yang sesuai dengan kriteria inklusi kemudian diberi penjelasan
terlebih dahulu mengenai tujuan, manfaat dan prosedur penelitian yang akan
dilakukan. Apabila subjek bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian, maka
subjek diminta untuk menandatangani lembar informed consent.
Selanjutnya dilakukan wawancara langsung untuk memperoleh identitas dan
riwayat menopause dari subjek penelitian. Setelah itu, dilakukan anamnesis dengan
mengajukan sejumlah pertanyaan untuk mendiagnosis dan mengetahui karakteristik
SMT. Subjek yang mengeluhkan adanya rasa panas/terbakar maka dilanjutkan
dengan melakukan pemeriksaan intraoral untuk melihat apakah ada lesi yang
berhubungan dengan SMT pada rongga mulut subjek dan kemudian dilakukan
pencatatan hasil pemeriksaan.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang dikumpulkan dari lembar hasil pemeriksaan pasien kemudian
dianalisis sesuai dengan sifatnya. Analisis data statistik pada penelitian ini terdiri dari
analisis univariat dan analisis bivariat.

3.7.1 Data Univariat
Analisis univariat (analisis deskriptif) bertujuan untuk mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian.33 Data univariat disajikan dalam bentuk tabel
yang meliputi:
1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia.
2. Distribusi frekuensi usia mulai mengalami menopause.
3. Distribusi frekuensi lama menopause.
4. Prevalensi SMT pada wanita menopause.
5. Distribusi frekuensi SMT berdasarkan lama menopause.
6. Distribusi frekuensi gejala penyerta SMT.
7. Distribusi frekuensi lokasi SMT.

Universitas Sumatera Utara

26

8. Distribusi frekuensi intensitas SMT.

3.7.2 Data Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang melibatkan dua variabel yaitu variabel
bebas dan variabel terikat yang diduga berhubungan atau berkolerasi.33 Data bivariat
disajikan dalam bentuk tabel yang meliputi tabulasi silang antara lama menopause
dengan SMT, tabulasi silang antara lama menopause dengan gejala penyerta SMT,
tabulasi silang antara lama menopause dengan lokasi SMT, dan tabulasi silang antara
lama menopause dengan intensitas SMT.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji chi-square (X2) untuk
mengetahui hubungan antara lama menopause dengan terjadinya SMT dan uji
Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui hubungan antara lama menopause dengan
karakteristik (gejala penyerta, lokasi, dan intensitas) SMT.37
Berdasarkan uji statistik tersebut dapat diputuskan:33,37


Menol k Ho, jik diperoleh nil i p ≤



Menerima Ho, Jika diperoleh nilai p >

,

.
,

.

3.8 Etika Penelitian
Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup hal sebagai berikut:
1. Ethical Clearance
Peneliti mengajukan persetujuan pelaksanaan penelitian kepada Komisi Etik
Penelitian Kesehatan berdasarkan ketentuan etika yang bersifat internasional maupun
nasional, diperlukan untuk memenuhi aspek legal tatacara penelitian yang telah
disepakati.
2. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Peneliti memberikan lembar persetujuan kepada responden kemudian
menjelaskan terlebih dahulu tujuan penelitian, tindakan yang akan dilakukan serta
menjelaskan manfaat yang diperoleh dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
penelitian. Bagi responden yang setuju, dimohon untuk menandatangani lembar
persetujuan (informed consent) agar dapat berpartisipasi dalam penelitian.

Universitas Sumatera Utara

27

BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1 Analisis Data Univariat
4.1.1

Data Demografi Subjek Penelitian

Penelitian ini menggunakan subjek sebanyak 100 orang wanita menopause di
Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru. Berdasarkan usia subjek
penelitian, kelompok usia 41-50 tahun sebanyak 15 orang (15%), kelompok usia 5160 tahun 32 orang (32%), kelompok usia 61-70 tahun 21 orang (21%), kelompok usia
71-80 tahun 24 orang (24%), dan kelompok usia > 80 tahun 8 orang (8%).

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia di Kelurahan Padang
Bulan Medan
Usia (tahun)

Jumlah (n)

Persentase (%)

41-50

15

15

51-60

32

32

61-70

21

21

71-80

24

24

> 80

8

8

Total

100

100

Data penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa usia mulai mengalami
menopause paling sering berada pada usia 46-50 yaitu 62 orang (62%), selanjutnya
pada usia 51-55 yaitu 21 orang (21%), dan usia 41-45 yaitu 17 orang (17%). Hasil ini
dapat dilihat pada tabel 2.

Universitas Sumatera Utara

28

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Usia mulai Mengalami Menopause di Kelurahan
Padang Bulan Medan
Usia (tahun)

Jumlah (n)

Persentase (%)

41-45

17

17

46-50

62

62

51-55

21

21

Total

100

100

Tabel 3 menunjukkan karakteristik subjek penelitian berdasarkan lama
menopause. Kelompok subjek yang sudah menopause 1-10 tahun ada 40 orang (40%)
dan kelompok subjek yang sudah menopause > 10 tahun ada 60 orang (60%).

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Lama Menopause di Kelurahan Padang Bulan Medan
Lama Menopause (tahun)

Jumlah (n)

Persentase (%)

1-10

40

40

> 10

60

60

Total

100

100

4.1.2 Prevalensi SMT
Tabel 4 menunjukkan prevalensi SMT pada wanita menopause di Kelurahan
Padang Bulan Medan. Hasil penelitian ini diketahui dari 100 orang wanita
menopause, 14 orang mengalami SMT sedangkan 86 orang tidak mengalami SMT.

Tabel 4. Prevalensi SMT pada Wanita Menopause di Kelurahan Padang Bulan Medan
SMT

Jumlah (n)

Persentase (%)

Ya

14

14

Tidak

86

86

Total

100

100

Universitas Sumatera Utara

29

Data penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa 40 orang subjek yang
sudah mengalami menopause selama 1-10 tahun, 10 orang (25%) diantaranya
mengalami SMT. Subjek yang sudah menopause > 10 tahun ada 60 orang dan 4
orang (6,67%) diantaranya mengalami SMT.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi SMT berdasarkan Lama Menopause di Kelurahan
Padang Bulan Medan
SMT

Lama Menopause

Jumlah (n)

Persentase

(tahun)

Ya

Tidak

(%)

1-10

10

30

40

40

> 10

4

56

60

60

Total

14

86

100

100

4.1.3 Karakteristik SMT
Penelitian pada 100 orang subjek diketahui 14 orang (14%) mengalami SMT.
Data penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa gejala penyerta yang paling
sering dikeluhkan adalah mulut kering yaitu 9 orang (64,29%), selanjutnya adalah
sulit menelan 3 orang (21,42%) dan perubahan pengecapan 2 orang (14,29%). Hasil
dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Gejala Penyerta SMT di Kelurahan Padang Bulan
Medan
Gejala Penyerta SMT

Jumlah (n)

Persentase (%)

Mulut kering

9

64,29

Sulit menelan

3

21,42

Perubahan pengecapan

2

14,29

14

100

Total

Universitas Sumatera Utara

30

Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa subjek yang mengalami SMT melaporkan
bahwa lokasi yang paling sering terjadi yaitu pada lidah ada 7 orang (50%),
selanjutnya pada tenggorokan ada 4 orang (28,58%), dan pada bibir ada 3 orang
(21,42%).

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Lokasi SMT di Kelurahan Padang Bulan Medan
Lokasi SMT

Jumlah (n)

Persentase (%)

Lidah

7

50

Bibir

3

21,42

Tenggorokan

4

28,58

14

100

Total

Pada tabel 8 menunjukkan hasil mengenai intensitas nyeri yang dirasakan
subjek yang mengalami SMT. Intensitas nyeri yang dilaporkan paling banyak adalah
sakit sedang 6 orang (42,85%), selanjutnya sakit ringan 5 orang (35,72%), sakit berat
3 orang (21,43%), dan tidak ada yang melaporkan tidak sakit ataupun sakit sangat
berat.

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Intensitas SMT di Kelurahan Padang Bulan Medan
Intensitas SMT

Jumlah (n)

Persentase (%)

Tidak sakit

0

0

Sakit ringan

5

35,72

Sakit sedang

6

42,85

Sakit berat

3

21,43

Sakit sangat berat

0

0

14

100

Total

Universitas Sumatera Utara

31

4.2 Analisis Data Bivariat
4.2.1 Hubungan antara Lama Menopause dengan SMT
Penelitian dari 100 orang wanita menopause di Kelurahan Padang Bulan
Medan, menunjukkan 14 orang (14%) mengalami SMT yang dikelompokkan
berdasarkan lama menopause. Hasil uji statistik menggunakan Pearson Chi-Square
memperlihatkan bahwa nilai p < 0,05 yaitu 0,013 maka Ho ditolak. Oleh karena itu,
pada penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara lama
menopause dengan SMT.

Tabel 9. Hubungan antara Lama Menopause dengan SMT di Kelurahan Padang
Bulan Medan
SMT

Lama

n

Menopause

Iya

Tidak

1-10

10

30

40

> 10

4

56

60

Jumlah

14

86

100

P

0,013

Universitas Sumatera Utara

32

4.2.2 Hubungan antara Lama Menopause dengan Karakteristik SMT
Tabel 10 menunjukkan hubungan antara lama menopause dengan gejala
penyerta SMT yang diuji dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan mendapatkan nilai p >
0,05 yaitu 0,76 maka Ho diterima. Oleh karena itu pada penelitian ini menunjukkan
tidak ada hubungan yang bermakna antara lama menopause dengan gejala penyerta
SMT.

Tabel 10. Hubungan antara Lama Menopause dengan Gejala Penyerta SMT di
Kelurahan Padang Bulan Medan
Gejala Penyerta SMT

Lama

n

Menopause

Mulut

Sulit

Perubahan

(Tahun)

kering

Menelan

Pengecapan

1-10

5

3

2

10

> 10

4

0

0

4

Jumlah

9

3

2

14

P

0,76

Tabel 11 menunjukkan hubungan antara lama menopause dengan lokasi SMT
yang diuji dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan medapatkan nilai p > 0,05 yaitu 0,92
maka Ho diterima. Oleh karena itu pada penelitian ini menunjukkan tidak ada
hubungan yang bermakna antara lama menopause dengan lokasi SMT.

Tabel 11. Hubungan antara Lama Menopause dengan Lokasi SMT di Kelurahan
Padang Bulan Medan
Lama
Menopause

Lokasi SMT
n

Lidah

Bibir

Tenggorokan

1-10

5

1

4

10

> 10

2

2

0

4

Jumlah

7

3

4

14

(Tahun)

P

0,92

Universitas Sumatera Utara

33

Tabel 12 menunjukkan hubungan antara lama menopause dengan lokasi SMT
yang diuji dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan medapatkan nilai p > 0,05 yaitu 0,99
maka Ho diterima. Oleh karena itu pada penelitian ini menunjukkan tidak ada
hubungan yang bermakna antara lama menopause dengan intensitas SMT.

Tabel 12. Hubungan antara Lama Menopause dengan Intensitas SMT di Kelurahan
Padang Bulan Medan
Intensitas Nyeri SMT

Lama
Menopause

Tidak

(Tahun)

Sakit

1-10

0

3

> 10

0
0

Jumlah

Sakit

Sakit

n

Sakit

Sakit Sangat

Berat

Berat

5

2

0

10

2

1

1

0

4

5

6

3

0

14

Ringan Sedang

P

0,99

Universitas Sumatera Utara

34

BAB 5
PEMBAHASAN

Sindrom Mulut Terbakar (SMT) merupakan sensasi rasa terbakar atau panas
yang dirasakan pada mukosa mulut tanpa ditemukan adanya kelainan pada mukosa
mulut.4,5 SMT banyak terjadi pada wanita yang sudah menopause karena pengaruh
dari berkurangnya hormon estrogen.27,31 Penelitian mengenai hubungan antara lama
menopause dengan SMT ini dilakukan di lingkungan Kelurahan Padang Bulan,
Kecamatan Medan Baru yang terdiri dari 100 orang wanita menopause yang
dijadikan sebagai subjek penelitian.
Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa responden terbanyak adalah
kelompok usia 51-60 tahun, dimana mayoritas subjek mulai mengalami menopause
pada usia 46-50 tahun. Penelitian Senolinggi dkk (2015) mendapatkan hasil bahwa
usia mulai menopause paling banyak pada usia 45-55 tahun.38 Menurut Boyke di
Indonesia pada tahun 2006, usia mulai menopause antara 45-50 tahun.20 Hasil ini
sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa usia seseorang mengalami
menopause sangat bervariasi yaitu sekitar 45-55 tahun karena dapat dipengaruhi
banyak faktor seperti usia saat menstruasi pertama, pekerjaan, kebiasaan merokok,
dan penyakit-penyakit tertentu yang dapat memicu menopause dini.7,20,21
Prevalensi terjadinya SMT pada wanita menopause dalam penelitian ini
adalah 14%. Penelitian Santosh dkk (2013) terhadap wanita menopause, didapatkan
prevalensi SMT sebesar 25,8%.12 Prevalensi SMT pada populasi umum dilaporkan
0,7-15% dan terjadi lebih banyak pada wanita dibandingkan pria.4,14 Prevalensi SMT
pada wanita meningkat seiring bertambahnya usia, hal ini menunjukkan bahwa
perubahan hormonal pada wanita menopause memiliki peran penting dalam
terjadinya SMT. Usia rata-rata pasien SMT diperkirakan 40-50 tahun. Prevalensi
SMT pada wanita menopause berkisar 10% sampai 40%.1,4,14 SMT biasanya terjadi
pada usia diatas 40 tahun, maka wanita pascamenopause memiliki faktor risiko lebih
tinggi untuk mengalami SMT.10-12,28

Universitas Sumatera Utara

35

Berdasarkan lamanya menopause, subjek yang mengalami SMT pada
penelitian ini didapatkan hasil bahwa SMT paling banyak terjadi pada kelompok
yang lama menopause 1-10 tahun. Hasil pada penelitian ini menunjukkan ada
hubungan yang signifikan antara lama menopause dengan terjadinya SMT. Penelitian
ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Sasireka dkk (2013),11 dan Santosh dkk
(2013),12 yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara menopause
dengan SMT. Penelitian Santosh dkk (2013) dilakukan pada 365 orang wanita
menopause dan mendapatkan hasil bahwa SMT paling banyak terjadi 3-12 tahun
setelah menopause.12 Teori menyatakan bahwa keluhan pada wanita menopause akan
memuncak pada awal menopause yaitu sekitar 1-3 tahun pertama sesudah menopause
karena terjadi peningkatan kadar FSH dan LH.24,39 Kadar FSH mengalami
peningkatan yang tinggi sekitar 10-20 kali lipat dan kadar LH mengalami
peningkatan sekitar tiga kali lipat.24 Peningkatan ini menunjukkan telah terjadinya
penurunan fungsi ovarium dalam memproduksi hormon estrogen.39 Mukosa oral dan
kelenjar saliva memiliki kemiripan dengan mukosa vagina secara histologi, begitu
pula dengan responnya terhadap estrogen karena pada mukosa oral juga memiliki
reseptor estrogen.3,31

Sehingga perubahan estrogen yang dapat mempengaruhi

mukosa vagina, juga dapat mempengaruhi mukosa oral secara langsung atau melalui
mekanisme saraf yang salah satunya adalah SMT.1,2,4
Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa gejala penyerta yang paling banyak
dikeluhkan adalah mulut kering. Hasil yang sama pada penelitian Baharvand dkk
(2014) yang juga menyatakan bahwa keluhan penyerta SMT paling sering adalah
mulut kering.10 Mulut kering yang dikeluhkan penderita SMT berhubungan dengan
berkurangnya produksi hormon estrogen yang mempengaruhi produksi saliva dan
menurunnya aliran saliva.31 Namun bila dikaitkan dengan lama menopause, penelitian
ini tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara lama menopause
dengan gejala penyerta SMT. Penelitian Baharvand dkk (2014) mengatakan tidak ada
hubungan signifikan antara gejala penyerta SMT dengan menopause.10 Teori
mengatakan gejala penyerta SMT yang sering dikeluhkan pasien dapat berupa mulut
kering, perubahan persepsi rasa, sulit menelan, mati rasa, dan lain-lain.26,31

Universitas Sumatera Utara

36

Penelitian ini menunjukkan SMT terjadi pada beberapa lokasi dalam rongga
mulut seperti lidah, bibir, tenggorokan. Lokasi SMT paling banyak dikeluhkan subjek
adalah pada lidah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Baharvand,10 Gao,13 dan
Colak,14 yang mendapatkan hasil bahwa SMT paling sering terjadi pada lidah.
Kepustakaan menjelaskan bahwa rasa nyeri sebagian besar lokasinya bilateral dan
simetri pada lidah, biasanya pada dua per tiga anterior lidah.4,5 Namun jika dikaitkan
dengan lama menopause, dari uji statistik tidak ditemukan hubungan yang signifikan
antara lama menopause dengan lokasi SMT. Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian Baharvand, dkk (2014) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara
lokasi SMT dengan menopause.11 Teori mengatakan bahwa SMT dapat terjadi pada
beberapa daerah di dalam rongga mulut seperti lidah, palatum, bibir, tenggorokan,
mukosa bukal, dasar mulut, dan daerah pendukung gigi tiruan.5,26,31
Intensitas SMT pada penelitian ini diukur dengan Visual Analog Scale dengan
memilih 0-10 sesuai intensitas nyeri yang dirasakan. Selanjutnya dari skala 0-10
dikelompokkan menjadi 5 kategori yaitu tidak sakit, sakit ringan, sakit sedang, sakit
berat, dan sakit sangat berat. Penelitian ini menunjukkan subjek yang mengalami
SMT paling banyak mengeluhkan rasa sakit sedang. Penelitian Colak dkk (2011)
mendapatkan hasil intensitas nyeri SMT paling sering adalah sakit sedang. Uji
statistik menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara lama
menopause dengan intensitas SMT. Penelitian Baharvand dkk (2014) mendapat hasil
bahwa tidak ada hubungan antara intensitas nyeri SMT dengan menopause.10 Teori
menyatakan bahwa intensitas nyeri SMT yang paling sering dikeluhkan adalah nyeri
sedang dan berat.31

Universitas Sumatera Utara

37

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan:
1. Ada hubungan yang signifikan antara lama menopause dengan SMT di
Kelurahan Padang Bulan Medan (p=0,013).
2. Prevalensi SMT pada wanita menopause di Kelurahan Padang Bulan
Medan adalah 14%.
3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara lama menopause dengan gejala
penyerta SMT di Kelurahan Padang Bulan Medan (p=0,76)
4. Tidak ada hubungan yang signifikan antara lama menopause dengan lokasi
SMT di Kelurahan Padang Bulan Medan (p=0,92)
5. Tidak ada hubungan yang signifikan antara lama menopause dengan
intensitas SMT di Kelurahan Padang Bulan Medan (p=0,99)

6.2 Saran
Jumlah subjek pada penelitian ini di masing-masing kelompok lama
menopause tidak seimbang dan masih ada faktor risiko SMT yang belum
dieksklusikan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
hubungan lama menopause dengan karakteristik SMT dengan jumlah dimasingmasing kelompok lama menopause yang diseimbangkan dan faktor risiko SMT yang
lain dieksklusikan. Selain itu dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan
membandingkan variabel lain yang juga merupakan faktor risiko dari SMT, misalnya:
defisiensi nutrisi, penggunaan obat-obatan, kondisi psikologi, dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara