Memaksimalkan Manfaat dari Implementasi penentuan

Memaksimalkan Manfaat dari Implementasi REDD+ di Indonesia

Wahyu Ristiani
NIP:1506769945
Program Studi Pascasarjana Biologi Konservasi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia
Email: yuyuristiani@yahoo.com

Latar Belakang
Permasalahan perubahan iklim di Indonesia saat ini semakin hangat. Bersama
dengan itu, hadir sebuah strategi global yang ditawarkan oleh negeri-negeri kapitalis
internasional yang disebut Reducing Emission from Deforestation and Forest
Degradation Plus (REDD+). REDD+ atau Reduksi Emisi dari Deforestasi dan Degradasi
Hutan adalah sebuah mekanisme pengelolaan hutan berkelanjutan untuk memelihara dan
meningkatkan tutupan hutan, memastikan sumber daya termanfaatkan dan terbarukan,
serta terjadinya konservasi nilai aset hutan yang salah satunya dalam bentuk karbon.
Strategi ini muncul untuk merespon penyebab perubahan iklim yang ditimbulkan oleh
emisi gas rumah kaca (GRK) dari sektor kehutanan akibat deforestasi dan degradasi hutan
yang umumnya terjadi di negara-negara sedang berkembang. Indonesia merupakan salah
satu Negara kontributor emisi gas rumah kaca yang berasal dari deforestasi dan degradasi
hutan dan lahan gambut. Oleh karena itu, Indonesia ikut serta membuat komitmen untuk

mengurangi emisi GRK dalam pelaksanaan REDD+ karena menyadari hal buruk global
yang akan dihadapi apabila tidak ditanggulangi.
Menurut Murray et al. (2015), proyek REDD+ di Indonesia dilaksanakan di
daerah-daerah yang memiliki karbon dibawah rata-rata dengan tingkat keanekaragaman
hayati tinggi, seperti Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Dalam penelitiannya dikemukakan
bahwa, stok karbon memiliki korelasi buruk dengan langkah-langkah konservasi
keanekagaraman hayati. Kepadatan karbon juga diidentifikasi memiliki hubungan yang
negatif terhadap kekayaan spesies di daerah tersebut. Di samping itu, kesempatan untuk



1

mencapai manfaat terbesar untuk pengurangan emisi sekaligus konservasi keselamatan
hayati menjadi terbatas. Dengan demikian, melindungi karbon belum tentu secara
otomatis dapat melindungi nilai-nilai hutan.
Di sisi lain, Murray et al. (2015) menemukan bahwa proyek REDD+ di Indonesia
berdekatan dengan Kawasan Lindung /Protected Area (PA), sehingga dapat
meningkatkan efektifitas lindung dan manfaat bagi keanekaragaman hayati. Ditemukan
pula bukti bahwa REDD+ di Indonesia memang digunakan untuk mendukung konservasi

di PA di Indonesia, paling sedikit 25% dari batas proyek. Namun demikian, ditemukan
bahwa PA tidak benar-benar terhindar dari ancaman deforestasi sedikitnya 11% (atau