Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif Pada Masyarakat di Desa Mazingo Tanoseo Kecamatan Hiliduho Kabupaten Nias 2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan investasi untuk keberhasilan
pembangunan bangsa. Untuk itu dilaksanakan pembangunan kesehatan secara
menyeluruh dan berkesinambungan, dengan tujuan meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi – tingginya yang berpedoman pada Sistem Kesehatan
Nasional Tahun 2009 ( Depkes, 2009). Salah satu indikator kesehatan tersebut
adalah status gizi manusianya. Gizi memegang peranan penting dalam
menciptakan generasi yang berkualitas. Kualitas sumber daya manusia ini
ditentukan oleh makanan yang di konsumsi ibu sejak dari dalam kandungan dan
kecukupan zat gizi yang diperoleh dari makanan sejak bayi.
Untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal, World Health
Organization (WHO) dan World Health Assembly (WHA) merekomendasi jangka
waktu pemberian ASI eksklusif yaitu selama 6 bulan ( Roesli, 2008). Pentingnya
ASI terlihat pada acara dunia yaitu pekan ASI sedunia tiap awal minggu pertama
bulan Agustus. Pada tahun 2008, The World Alliance For Breast Feeding Action
(WABA) memilih tema Mother Support: Going For The Gold. Makna tema
tersebut adalah mengajak semua orang meningkatkan dukungan kepada ibu untuk

memberikan makanan kepada bayi mereka yang berstandar emas yaitu ASI yang
diberikan secara eksklusif selama 6 bulan pertama dan melanjutkan ASI bersama
makanan pendamping ASI lainnya sampai berusia 2 tahun atau lebih (Depkes,

Universitas Sumatera Utara

2010). ASI dianjurkan pada beberapa bulan pertama kehidupan karena ASI tidak
terkontaminasi dan banyak mengandung gizi yang diperlukan anak pada umur
tersebut.
ASI adalah makanan yang terbaik dan bergizi sehingga tidak memerlukan
tambahan komposisi. Disamping itu ASI mudah dicerna oleh bayi dan langsung
diserap. ASI eksklusif adalah bayi hanya di beri ASI saja, tanpa tambahan cairan
lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan
makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi sampai bayi
berumur 6 bulan. Manfaat pemberian ASI bagi bayi yaitu bayi tetap sehat dan
tumbuh menjadi manusia yang sehat secara fisik, cerdas, meningkatkan daya
tahan tubuh, mempunyai emosional yang stabil, perkembangan spritual yang
positif dan perkembangan sosial yang baik, meningkatkan jalinan kasih sayang
antara ibu dan anak, dan anti alergi. Keuntungan menyusui bagi ibu adalah
mengurangi risiko kanker payudara, metode KB paling aman, berat badan lebih

cepat kembali normal, membantu mengurangi kelaparan dan kemiskinan (Roesli,
2008).
United Nation Child’s Fund (UNICEF) tahun 2005-2011 mendapati bayi
Indonesia yang mendapat ASI Ekslusif selama 6 bulan pertama ialah sebanyak
32% dan 50% anak diberikan ASI sampai usia 24 bulan. Tetapi persentase ini
masih rendah bila dibandingkan dengan negara berkembang lain seperti
Bangladesh 43% anak di berikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan 91% anak
mendapat ASI sampai usia 24 bulan. Tahun 2012 UNICEF mencatat sekitar 39%
anak-anak di bawah enam bulan mendapat ASI eksklusif. Ini disebabkan

Universitas Sumatera Utara

rendahnya tingkat menyusui di beberapa negara berkembang dan kurangnya
dukungan dari lingkungan sekitar.
Dari data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 2012)
tentang pemberian makanan pada bayi untuk semua anak terakhir yang dilahirkan
ibu dalam kurun waktu dua tahun sebelum survei menunjukkan bahwa hanya 27%
bayi umur 4-6 bulan mendapat ASI eksklusif. Selain ASI, 8% bayi pada umur
yang sama telah di beri susu lain dan 8% air putih (SDKI, 2012). Pemberian ASI
eksklusif kepada bayi berusia 4-6 bulan dalam SDKI 2012 lebih tinggi di

bandingkan dengan hasil SDKI 2007 (masing-masing 27% dan 17%).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) menunjukkan persentase bayi
yang mendapatkan ASI eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 38 %. Pemberian
ASI kurang dari 1 jam setelah bayi lahir tertinggi di Nusa Tenggara Barat (52,9
%) dan terendah di Papua Barat (21,7 %). Sebagian besar proses menyusui
dilakukan pada kisaran waktu 1- 6 jam setelah bayi lahir, namun masih ada 13,7
% yang dilakukan setelah 48 jam (Riskesdas, 2013). Untuk mendukung
pemberian ASI eksklusif ini, maka Pemerintah Republik Indonesia mendukung
dengan mengeluarkan peraturan hukum terkait ASI eksklusif yaitu Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 yaitu pemberian Air Susu
Ibu (ASI) secara eksklusif kepada bayi yang dilahirkannya.
Banyak faktor yang mempengaruhi pemberian ASI pada bayi usia 0-6
bulan. Penelitian Fikawati dan Syafiq (2010) menyatakan bahwa kegagalan ASI
eksklusif adalah karena faktor predisposisi yaitu pengetahuan dan pengalaman ibu
yang kurang dan faktor pemungkin penting yang menyebabkan terjadinya

Universitas Sumatera Utara

kegagalan adalah karena ibu tidak difasilitasi melakukan IMD. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengetahuan dan pengalaman ibu sangat menentukan dalam

pemberian ASI eksklusif pada bayinya. Rendahnya cakupan ASI eksklusif di
Indonesia dibandingkan dengan negara berkembang lainnya menyumbang akibat
yang tidak baik bagi kesehatan bayi. Akibat bayi yang tidak diberi ASI eksklusif
adalah alergi, diare, infeksi saluran pernapasan, gizi kurang dan penurunan
perkembangan kecerdasan kognitif (Roesli, 2008).
Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara 2012, jumlah bayi di Propinsi
Sumatera Utara berjumlah 276.202 bayi dan yang mendapat ASI eksklusif hanya
56.142 bayi atau sekitar 20,33% (Dinkes Propinsi Sumatera Utara, 2013). Tahun
2013 di Propinsi Sumatera Utara, cakupan ASI eksklusif sebesar 27,06% dengan
5 Kabupaten/Kota dengan pencapaian < 10 % yaitu Nias (7,7%), Medan (7,6%),
Humbang Hasundutan (7,3%), Tanjung Balai (4,3%) dan Nias Barat (2%).
Penelitian yang dilakukan Renata (2009) di Kelurahan Mangga Perumnas
Simalingkar Medan, pemberian makanan pendamping ASI berupa susu formula
dan nasi tim telah dilakukan sejak umur bayi < 1 bulan dengan alasan ibu sibuk
bekerja dan anggapan ibu bahwa bayi yang diberikan makanan pendamping ASI
akan lebih sehat. Penelitian ini juga menyatakan bahwa resiko dari pemberian
makanan pendamping ASI adalah setelah pemberian makanan tambahan bayi
sering susah buang air besar dan diare. Hal ini sesuai dengan penelitian Safitri
(2014) di Desa Kwala Pesilam kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat,
bahwa adanya hubungan yang signifikan dengan pemberian makanan pendamping

ASI dengan kejadian diare.

Universitas Sumatera Utara

Profil Kesehatan Kabupaten Nias 2013, dari 1.387 bayi menunjukkan
sebanyak 222 bayi mendapatkan ASI eksklusif (16.01%) selebihnya bayi telah di
berikan makanan tambahan (Dinkes Kabupaten Nias, 2014). Data dari laporan
gizi Puskesmas Hiliduho Kabupaten Nias tahun 2014 jumlah bayi 0 bulan – 12
bulan berjumlah 171 bayi dan yang di berikan ASI ekslusif sebanyak 11 bayi
(6,4%). Angka ini jauh dari target cakupan ASI eksklusif nasional yaitu 80%
(Depkes, 2003).
Desa Mazingo Tanoseo merupakan salah satu desa yang berada di wilayah
Kecamatan Hiliduho yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 966 orang dengan
jumlah KK 212 KK. Desa Mazingo Tanoseo mempunyai geografi di wilayah
perbukitan. Desa Mazingo Tanoseo berjarak 8 km dari Kecamatan Hiliduho
dengan rata-rata jarak tempuh sekitar 30 menit dengan kendaraan motor dua. Mata
pencaharian penduduknya mayoritas berkebun yaitu penyadap karet, coklat dan
sebagian lagi pemecah batu. Penghasilan penduduk tidak sama setiap bulan
karena sesuai dengan harga dari hasil kebun mereka. Di dalam sistem keluarga,
masyarakat Desa Mazingo Tanoseo mengikuti sistem kekeluargaan patrineal yaitu

mengikuti

garis keturunan laki-laki dan mengandung sistem keluarga luas

virilokal dimana laki-laki yang telah menikah akan tinggal serumah dengan
orangtuanya dalam waktu yang tidak ditentukan dan segala keputusan dalam
keluarga diputuskan oleh suami atau orangtua dari pihak laki-laki (mertua).
Sebagian besar, masyarakat di Desa Mazingo Tanoseo tinggal dengan orang tua
atau mertua dari pihak laki-laki dalam waktu yang tidak ditentukan. Dalam
kegiatan sehari-hari ayah dan ibu sibuk mencari nafkah dari kebun, memecahkan

Universitas Sumatera Utara

batu dan beternak. Mereka bekerja mulai dari jam 06.00-11.00 wib lalu pulang
untuk beristirahat dan kemudian dilanjutkan dari jam 14.00-18.00 wib. Sementara
anak kecil di jaga oleh mertua, adik perempuan dari suami ataupun anak yang
usianya lebih besar yang tinggal satu rumah.
Sarana kesehatan yang tersedia di Desa Mazingo Tanoseo terdiri dari
Puskesmas Pembantu Mazingo Tanoseo, bidan desa dan posyandu balita.
Posyandu balita di Desa Mazingo Tanoseo ini dilaksanakan di dua tempat dengan

pelaksanaan sekali dalam sebulan. Data dari bidan desa Mazingo Tanoseo tahun
2014, dari 19 orang bayi yang berumur 0-6 bulan yang mendapat ASI eksklusif
hanya 2 orang. Dalam tradisi melahirkan, masyarakat Desa Mazingo Tanoseo di
bantu oleh bidan yang persalinannya di praktik bidan. Setelah melahirkan 2-3
minggu, ibu kembali melakukan pekerjaan rumah tangga seperti biasanya.
Perawatan ibu menyusui di desa ini dengan memakan ayam sup dan sayuran yang
direbus supaya air susu ibu banyak. Ibu mertua yang akan mengajari cara
menyusui dan makanan apa yang diberikan kepada bayi dan ibu bayi.
Survei awal yang dilaksanakan di Desa Mazingo Tanoseo dengan
mewawancarai beberapa ibu menyusui, mereka telah memberikan makanan
pendamping ASI sejak umur 3 bulan. Pemberian makanan pendamping ASI pada
bayi umur kurang dari 6 bulan karena ibu menyusui ikut berperan serta dalam
mencari nafkah sehingga bayi harus dibiasakan makan makanan pendamping ASI.
Pemberian MP-ASI ini juga sudah menjadi kebiasaan masyarakat terutama orang
tua dan mertua yang turun temurun dengan alasan supaya bayi tidak rewel, cepat

Universitas Sumatera Utara

besar dan kuat. Makanan atau minuman yang di berikan berupa air putih, air gula,
susu formula, bubur instan dan bubur nasi.

Masyarakat di desa ini terutama ibu menyusui juga mempunyai kebiasaan
membuang atau tidak memberikan kolostrum kepada bayi yang baru lahir karena
mereka beranggapan bahwa ASI tersebut adalah ASI yang basi dan kotor yang
bisa menyebabkan bayi sakit perut seperti bayi sering buang air besar dan muntah.
Ibu akan mulai menyusui bayinya setelah ASInya berwarna putih, sehingga
sebelum keluar ASI yang berwarna putih tersebut, keluarga dan ibu menyusui
akan memberikan air gula atau susu formula.
Melihat kondisi di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai pemberian ASI eksklusif di masyarakat Desa Mazingo Tanoseo
Kecamatan Hiliduho Kabupaten Nias Tahun 2015.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan
yang menjadi permasalahan dalam penelitian bagaimana pemberian ASI eksklusif
pada masyarakat di Desa Mazingo Tanoseo Kecamatan Hiliduho Kabupaten Nias
Tahun 2015.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1

Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pemberian ASI eksklusif


pada masyarakat di Desa Mazingeo Tanoseo Kecamatan Hiliduho Kabupaten
Nias Tahun 2015.

Universitas Sumatera Utara

1.3.2

Tujuan Khusus
1. Untuk mendeskripsikan perilaku ibu menyusui dalam pemberian ASI
eksklusif di Desa Mazingo Tanoseo Kecamatan Hiliduho Kabupaten
Nias 2015
2. Untuk

mendeskripsikan

faktor-faktor

yang


berpengaruh

dalam

pemberian ASI eksklusif pada masyarakat di Desa Mazingo Tanoseo
Kabupaten Nias 2015.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi petugas kesehatan di
Puskesmas Pembantu Mazingo Tanoseo dan Puskesmas Hiliduho dalam
upaya pelaksanaan dan peningkatan cakupan pemberian ASI eksklusif.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Dinas Kesehatan
Kabupaten Nias dalam upaya rencana promosi kesehatan.
3. Bagi tokoh masyarakat sebagai bahan masukan untuk memberikan
dukungan dan motivasi kepada warga masyarakat terutama ibu hamil dan
ibu menyusui untuk menghadiri kegiatan posyandu di wilayah setempat.
4. Sebagai pengembangan pemikiran serta referensi bagi rekan rekan
mahasiswa khususnya para peneliti berikutnya.

Universitas Sumatera Utara