Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif Pada Masyarakat di Desa Mazingo Tanoseo Kecamatan Hiliduho Kabupaten Nias 2015

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Susu Ibu (ASI) 2.1.1 Pengertian ASI

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan kompisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan yang sempurna baik secara kualitas maupun kuantitasnya dengan tatalaksana menyusui yang benar. ASI sebgai bahan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan dan ketika diberikan makanan padat dapat diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih (Soetjiningsih, 2007).

ASI adalah hadiah terindah dari ibu kepada bayi yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu berupa makanan alamiah atau susu terbaik bernutrisi dan berenergi tinggi yang mudah dicerna dan mengandung komposisi nutrisi yang seimbang dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi setiap saat, siap disajikan dalam suhu kamar dan bebas dari kontaminasi ( Wiji, R. N, 2013)

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Walyani, E.S, 2015).

2.1.2 Pengertian ASI Eksklusif

ASI eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi mulai ia lahir sampai berumur 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan air putih serta


(2)

tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan nasi tim (Roesli, 2008).

ASI eksklusif adalah menyusui bayi secara murni, yang dimaksud secara murni adalah bayi hanya di beri ASI saja selama 6 bulan tanpa tambahan cairan apapun dan tanpa pemberian makanan tambahan lain ( Wiji, R. N, 2013)

2.1.3 Manfaat ASI

1. Manfaat Pemberian ASI Bagi bayi

Banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI eksklusif yang dapat dirasakan. Menurut Roesli (2008), manfaatnya antara lain bagi bayi adalah : a. ASI sebagai nutrisi

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaiakan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan tata laksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan.

b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi

Bayi baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin dari ibunya melalui ari-ari. Namun, kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Badan bayi baru membuat zat kekebalan cukup banyak pada waktu usia 9 sampai 12 bulan. Pada saat kekebalan bawaan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi. Kesenjangan akan berkurang bila bayi di beri ASI, karena ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan


(3)

melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi dan diare. Zat kekebalan itu terdapat dalam kolostrum.

c. ASI meningkatkan kecerdasan

Kecerdasan anak berkaitan erat dengan otak maka jelas bahwa faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan adalah pertumbuhan otak. Sementara itu, pertumbuhan otak dipengaruhi oleh nutrisi yang diberikan. Nutrisi yang terdapat dalam ASI adalah

 Taurin : suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat dalam ASI untuk neurotransmitter inhibittor dan stabilisator membran

 Laktosa : merupakan hidrat arang utama dari ASI untuk pertumbuhan otak  Asam lemak ikatan panjang, seperti :

- DHA dan AA untuk pertumbuhan otak dan retina - Kolesterol untuk mielinisasi jaringan syaraf - Kolin untuk meningkatkan memori

d. ASI meningkatkan jalinan kasih sayang

Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tenteram. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spritual yang baik.


(4)

2. Bagi Ibu

Menurut Roesli (2008) beberapa keuntungan bagi ibu antara lain : a. Mengurangi pendarahan setelah melahirkan

Ini karena pada saat ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna untuk penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan berhenti. b. Mengurangi terjadinya anemia

c. Menjarangkan kehamilan

Hal ini terjadi karena hisapan mulut bayi pada putting susu ibu merangsang ujung saraf sensorik sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur, menekan produksi estrogren akibatnya tidak ada ovulasi. Selama ibu memberi ASI eksklusif dan belum haid, 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan.

d. Mengecilkan rahim

Kadar oksitoksin ibu menyusui akan membantu rahim untuk kembali ke ukuran sebelum hamil.

e. Lebih cepat langsing

Oleh karena menyusui memerlukan energi maka tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun selam hamil. Dengan demikian berat badan ibu akan cepat kembali ke berat badan sebelumnya.

f. Mengurangi kemungkinan menderita kanker

Pada ibu menyusui yang memberikan ASI eksklusif kemungkinan akan mengurangi menderita kanker payudara dan kanker indung telur.


(5)

g. Memberi kepuasan bagi ibu

Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasakan kepuasan, kebanggaan, dan kebahagiaan yang mendalam.

3. Bagi keluarga

Menurut Wiji, R. N ( 2013), manfaat ASI bagi keluarga adalah : a. Aspek ekonomi

Memberikan ASI kepada bayi, dapat mengurangi pengeluaran keluarga. ASI tidak perlu dibeli, sehingga dapat menghemat.

b. Aspek psikologi

Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga c. Aspek kemudahan

Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja. Keluarga atau ibu tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol susu dan dot untuk dibersihkan.

4. Bagi negara

a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi

Adanya faktor protektif dan nutrient yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun.

b. Menghemat devisa negara

ASI dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui, diperkirakan dapat menghemat devisa negara yang seharusnya membeli susu formula.


(6)

c. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

Anak yang mendapat ASI lebih jarang dirawat dirumah sakit untuk perawatan anak sakit.

d. Peningkatan kualitas generasi penerus

Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin. Anak yang di beri ASI memiliki IQ, EQ dan SQ yang baik yang merupakan kualitas yang baik sebagi penerus bangsa.

5. Bagi bumi, menyukseskan perlindungan alam

Air susu ibu akan mengurangi bertambahnya sampah dan polusi udara. Dengan memberi ASI, manusia tidak memerlukan botol plastik, karton dan kertas pembungkus, kaleng susu dan dot karet. ASI bersuhu alami, segar bebas bakteri, maka tak perlu dipanaskan dan disteril untuk mengurangi pemborosan bahan bakar.

2.1.4 Komposisi ASI

Komposisi ASI ternyata tidak sama dan tidak konstan dari waktu ke waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi ASI adalah : stadium laktasi, keadaan nutrisi dan diit ibu. Adapun zat gizi yang terdapat dalam ASI adalah : a. Karbohidrat

Laktosa (gula susu) merupakan bentuk utama karbohidrat dalam ASI dimana keberadaannya secara proporsional lebih besar jumlahnya dari susu sapi. Laktosa membantu bayi menyerap kalsium dan mudah bermetabolisme


(7)

menjadi dua gula biasa (galaktoda dan glukosa) yang diperlukan bagi pertumbuhan otak yang cepat yang terjadi pada masa bayi.

b. Protein

Protein utama dalam ASI adalah air dadih. Mudah dicerna, air dadih menjadi kerak lembut dan siap diserap ke dalam aliran darah bayi. Sebaliknya, kasein merupakan protein utama dalam susu sapi. Kasein tidak mudah dicerna, sehingga bisa menyebabkan obstipasi. ASI mengandung alfa-laktalbumin yang memainkan peranan penting dalam melindungi bayi dari penyakit infeksi. c. Lemak

Lemak dalam ASI merupakan sumber kalori yang utama bagi bayi. Salah satu dari lemak tersebut adalah kolesterol yang diperlukan bagi perkembangan normal sistem saraf bayi yang meliputi otak. Asam lemak yang cukup kaya dalam ASI, memberikan kontribusi bagi pertumbuhan otak dan syaraf yang sehat. Asam lemak poli tak jenuh, seperti docosahexanoic acid (DHA) membantu perkembangan penglihatan.

d. Vitamin  Vitamin A

ASI mengandung vitamin A dan betakaroten yang cukup tinggi untuk kesehatn mata, mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhan.


(8)

 Vitamin D

ASI hanya mengandung sedikit vitamin D, sehingga dengan pemberian ASI eksklusif ditambah dengan paparan sinar matahari pagi, hal ini mencegah bayi dari penyakit tulang.

 Vitamin E

Vitamin E yang tinggi terdapat pada stadium kolostrum dan ASI transisi awal. Fungsi Vitamin E untuk ketahanan dinding sel darah merah.

 Vitamin K

Vitamin K dalam ASI jumlahnya sangat sedikit. Vitamin K berfungsi sebagai faktor pembekuan darah.

 Vitamin yang larut dalam air

Vitamin yang larut dalam air yang terdapat dalam ASI adalah vitamin B, vitamin C dan asam folat.

e. Mineral

Mineral yang terdapat dalam ASI memiliki kualitas yang lebih baik dan mudah diserap dibandingkan dengan mineral dalam susu sapi. Mineral yang terdapat dalam ASI antara lain kalsium, kalium, natrium dari asam klorida dan fosfat. f. Air

Air merupakan bahan pokok terbesar dari ASI sekitar 88%. Air membantu bayi memelihara suhu tubuh mereka. Air berguna untuk melarutkan zat-zat yang terdapat di dalamnya. Air yang relatif tinggi dalam ASI akan meredakan rangsangan haus dari bayi.


(9)

g. Faktor-faktor daya tahan tubuh

ASI mengandung faktor-faktor daya tahan tubuh yang penting untuk memeliha kesehatan bayi.

- Faktor Bifidus

Faktor bifidus merupakan ikatan polisakarida yang mengandung nitrogen, yang menguntungkan pertumbuha lactobacillus bifidus dalam saluran cerna bagian bawah. Lactobacillus bifidus melindungi bayi dari organisme patogen di saluran cerna.

- Immunoglobulin

Immunoglobulin adalah protein yang disintesis oleh limfosit dan sel-sel plasma, yang mempunyai sifat antibodi tertentu. Di dalam ASI terdapat berbagai jenis immunoglobulin seperti, Ig A, Ag D, Ig G, dan Ig E. Ig A merupakan immunoglobulin utama dalam ASI, yang terdapat dalam jumlah besar dalam kolostrum. Immnunoglobulin dalam ASI merupakan faktor daya tahan utama terhadap mikroorganisme saluran cerna, terutama E. colli dan virus-virus saluran cerna. Umumnya dapat dikatakan bahwa ASI melindungi tubuh terhadap septicemia (keracunan darah oleh bakteri-bakteri patogen dan zat-zat yang dihasilkan oleh bakteri-bakteri tersebut).

-Faktor daya tahan tubuh lain

Lisozim ( lysozyme) adalah suatu enzim antimikroba yang terdapat dalam ASI dalam jumlah 300 kali lipat daripada yang terdapat dalam susu sapi. Laktoferin menghalangi pertumbuhan staphylococci dan E. Colli dengan cara mengikat besi yang dibutuhkan bakteri tersebut untuk berkembang.


(10)

Laktoperoksidae dengan zat-zat lain melawan pertumbuhan streptococci; prostagladin tertentu melindungi integritas epitel saluran cerna dari bahan-bahan merusak.

-Aktivitas limfosit-makrofag

Limfosit dalam ASI memproduksi bahan-bahan antivirus. Kolostrum mengandung lebih banyak limfosit daripada ASI peralihan. Jumlah ini menurun secara berarti selama delapan minggu berikutnya. ASI juga mengandung makrofag berupa fagosit-fagosit besar yang dapat memproduksi laktoferin, lisozim, dan faktor-faktor lain. Makrofag mempunyai fungsi melindungi, baik dalam laktea payudara maupun di dalam bayi.

2.1.5 Jenis ASI Berdasarkan Stadium Laktasi

Jika dilihat dari waktu produksinya, ASI dapat di bedakan menjadi 3 jenis yaitu:

a. Kolostrum

Merupakan ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir. Kolostrum mengandung tissue debris dan residual material. Kolostrum adalah susu pertama yang dihasilkan oleh payudara ibu berbentuk cairan berwarna kekuningan atau sirup bening yang mengandung protein tinggi dan sedikit lemak daripada susu matur. Komposisi kolostrum selalu berubah dari hari ke hari. Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam. Kolostrum berkhasiat:

 Sebagai pembersih selaput usus bayi baru lahir sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima makanan


(11)

 Mengandung kadar protein yang tinggi terutama imunoglobulin sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi dan mencegah terjadinya alergi.

b. Air susu masa transisi/peralihan

Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur. Disekresi pada hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi. Pada masa ini, kadar karbohidrat dan lemak yang tinggi dan protein yang lebih rendah. Volume ASI makin meningkat.

c. Air susu matur

Merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai seterusnya. Merupakan cairan berwarna putih kekuning-kuningan dan mengandung lebih banyak karbohidrat dibanding dengan susu kolostrum atau transisi.

2.1.6 Volume Produksi ASI

Produksi ASI yang dihasilkan ibu pada kelenjar payudaranya tidaklah sama setiap waktu. Pada hari-hari pertama kelahiran bayi, apabila pengisapan putting susu cukup adekuat, maka akan dihasilkan secara bertahap 10-100 ml ASI. Produksi ASI akan optimal setelah hari ke 10-14 usia bayi. Bayi sehat akan mengkomsumsi 700-800 ml/hari. Produksi ASI mulai 500-700 ml/hari pada 6 bulan pertama karena itu selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi. Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu akan menurun sekitar 400-600 ml/hari dan akan menjadi 300-500 ml pada usia setelah satu tahun usia bayi sehingga kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan.


(12)

Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5 menit pertama. Penghisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit. Konsumsi ASI selama satu kali menyusui atau jumlahnya selama sehari penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu yang diproduksi, meskipun umumnya payudara berukuran kecil.

2.1.7 Lama dan Frekwensi Menyusui

Sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal (on demand), karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Cara ini dinamakan menyusu atas permintaan sendir atau self demand feeding. Pemberian ASI yang tidak dibatasi ini akan merangsang produksi ASI dan membantu mencegah pembekakan payudara. Ibu harus menyusui bayinya bila bayinya menangis bukan karena sebab lain atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit. Rata-rata bayi menyusu selama 5-15 menit, walaupun terkadang lebih dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Rentang yang optimal dalam menyusu adalah antara 8 hingga 12 kali setiap hari.

Tiap kali menyusu, bayi hendaknya menyusu pada kedua payudara secara bergantian. Memberikan ASI dengan frekwensi tidak terbatas meningkatkan produksi ASI. Dengan demikian bayi bisa tumbuh optimal, masalah putting susu dan payudara berkurang, durasi menyusui pun bertambah panjang. Ibu perlu memahami bahwa dengan semakin bertambahnya umur bayi, jarak antara waktu menyusui dengan sendirinya akan bertambah panjang.


(13)

2.1.8 Hal-Hal yang Mempengaruhi Produksi ASI

Adapun hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI adalah : 1. Makanan

Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh terhadap produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan cukup gizi dan pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan berjalan dengan lancar.

2. Ketenangan jiwa dan pikiran

Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan dan pikiran harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih dan tegang akan menurunkan volume ASI. Pada ibu, ada 2 macam reflek yang menentukan keberhasilan dalam menyusui bayinya, reflek tersebut adalah :

a. Reflek Prolaktin

Reflek ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi menghisap payudara ibu, terjadi rangsangan neohormonal pada puting susu dan aerola mamae. Rangsangan ini diteruskan ke hypofise melalui nervus vagus, terus ke lobus anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke peredaran darah dan sampai pada kelenjar-kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan ASI.

b. Let-down Refleks (Refleks milk Ejection)

Reflek ini dapat memancarkan ASI keluar. Bila bayi didekatkan pada payudara ibu, maka bayi akan memutar kepalanya ke arah payudara ibu. Refleks memutarnya kepala bayi ke payudara ibu disebut rooting refleks


(14)

(refleks menoleh). Bayi secara otomatis menghisap putting susu ibu dengan bantuan lidahnya.

3. Penggunaan alat kontrasepsi

Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui perlu diperhatikan agar tidak mengurangi produksi ASI.

4. Perawatan payudara

Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitoksin.

5. Anatomis payudara

Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi ASI. Selain itu, perlu diperhatikan juga bentuk anatomi papilla dan putting susu ibu.

6. Pola Istirahatuhi produksi

Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI. Apabila kondisi ibu terlalu capek maka ASI juga berkurang.

7. Faktor isapan bayi dan frekwensi penyusuan

Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka produksi dan pengeluaran ASI akan semakin banyak. Bayi yang cukup bulan, frekwensi penyusuan 10 kali per hari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup.

8. Umur kehamilan saat melahirkan

Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur sangat lemah dan tidak mampu


(15)

menghisap secara efektif sehingga produksi lebih rendah daripada bayi yang lahir cukup bulan.

9. Konsumsi rokok dan alkohol

Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon prolaktin dan oksitoksin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitoksin. Minuman alkohol mengandung etanol yang menghambat produksi oksitoksin. 2.2 Pemberian ASI

Pemberian ASI adalah model kebiasaan ibu menyusui dalam pemberian ASI meliputi teknik atau cara menyusui, lama pemberian ASI dan frekuensi menyusui (Depkes RI, 2000). Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu di seluruh dunia berhasil menyusui tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Menyusui adalah ketrampilam yang dipelajari ibu dan bayi, dimana keduanya membutuhkan waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutrisi pada bayi selama enam bulan (Wiji, R.N, 2013). Walaupun demikian, dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah mudah.

ASI adalah makanan yang paling cocok bagi bayi serta mempunyai manfaat yang besar dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat oleh manusia. Di kota besar, kita sering melihat bayi sudah diberi susu botol daripada disusui oleh ibunya. Sementara di pedesaan, kita melihat bayi yang berusia < 6 bulan sudah diberi makan pendamping ASI seperti pisang atau nasi lembek sebagai makanan tambahan ASI (Roesli, 2000).


(16)

2.2.1 Pola Pemberian ASI yang Tepat dan Benar

Untuk meningkatkan kesehatan dan kelangsungan hidup bayi baru lahir adalah dengan memberikan ASI segera setelah ia dilahirkan, yaitu dalam waktu setengah jam sampai satu jam setelah lahir atau disebut juga Inisiasi Menyusu Dini (Roesli, 2008). Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI. Kemudian memberikan kolostrum dan pemberian ASI eksklusif. Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa makanan dan minuman lain, kecuali obat bila diperlukan (Roesli, 2000).

Pola pemberian ASI/makanan pendamping (MP-ASI) yang dianjurkan Depkes seperti terlihat dalam tabel berikut :

Tabel 2.1

Pola Pemberian ASI/MP-ASI Menurut Golongan Umur Golongan Umur

(Bulan)

Pola Pemberian ASI/MP-ASI

ASI MP-ASI

Makanan Lumat Makanan Lembek Makanan Keluarga 0-6 7-8 9-12 12-14

Sumber: Almatsier S; Soetardjo S; Soekatri M, 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta.

Keterangan: dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pemberian ASI diberikan mulai dari umur bayi 0-6 bulan tanpa makanan tambahan apapun dan diteruskan pemberian ASI selama 2 tahun.

2.2.2 Kebijakan-Kebijakan di Indonesia tentang ASI Eksklusif a. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450/Menkes/SK/VI/2004

tentang pemberian ASI secara Eksklusif di Indonesia selama 6 bulan dan dianjurkan di lanjutkan sampai anak berusia 2 tahun atau lebih dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai.


(17)

a. UU Nomor 36/2009 tentang Kesehatan Pasal 28

(1) setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu secara eksklusif sejak dilahirkan selama enam bulan, kecuali atas indikasi medis.

(2) Selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, pemerintahan, pemerintah daerah dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus.

(3) Penyediaan Fasilitas khusus tersebut diadakan di tempat kerja dan fasilitas umum

c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012

terkait pemberian Air Susu Ibu secara Eksklusif. Pasal 6 berbunyi “Setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI eksklusif kepada bayi yang dilahirkannya.”

2.2.3 Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui

Berdasarkan Kepmenkes RI No. 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI pada bayi di Indonesia, bahwa terdapat sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui (LMKM) yaitu :

1. Sarana pelayanan kesehatan (SPK) mempunyai kebijakan peningkatan pemberian air susu ibu (PP-ASI) tertulis yang secara rutin di komunikasikan kepada semua petugas

2. Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan ketrampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut

3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa menyusui, masa


(18)

bayi lahir sampai umur dua tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui

4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan yang dilakukan di ruang bersalin, apabila ibu mendapatkan operasi caesar bayi disusui ibu setelah sadar 30 menit.

5. Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisahkan dari bayi atas indikasi medis.

6. Tidak memberikan makanan dan minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir.

7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari

8. Membantu ibu menyusui semau bayi tanpa pembantasan terhadap lama dan frekwensi menyusui

9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI

10. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah Sakit/Rumah Bersalin/Sarana Pelayanan Kesehatan (Depkes, 2004)

Untuk mendukung sepuluh lamgkah menuju keberhasilan menyusui, maka diperlukan manajemen laktasi. Pelaksanaan manajemen laktasi merupakan salah satu program PP-ASI dimulai pada saat kehamilan (antenatal) yang diteruskan pada menyusui selanjutnya (postnatal).


(19)

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI 2.4.1 Faktoran Internal

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra yakni pancaindra penglihatan, pancaindra pendengaran, pancaindra penciuman, perasa dan peraba (Notoatmodjo, 2013). Pengetahuan ibu tentang ASI merupakan salah satu faktor yang penting dalam kesuksesan proses menyususi.

2. Pendidikan

Tingkat pendidikan dan akses ibu terhadap media massa juga mempengaruhi pengambilan keputusan, dimana semakin tinggi pendidikan semakin tinggi besar peluang untuk memberikan ASI. Penelitian yang dilakukan oleh Sandra Fikawati, dkk (2009) yang menyatakan bahwa pendidikan, pengetahuan dan pengalaman ibu adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif.

3. Sikap

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. Menurut Notoatmodjo (2013), sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahhulu dari perilaku yang tertutup.


(20)

5. Pekerjaan

Alasan yang paling sering dikemukakan bila ibu tidak menyusui adalah karena mereka harus bekerja. Saat ini banyak wanita yang mengembangkan diri dalam bidang ekonomi, dan masyarakat juga menyadari kalau kebutuhan wanita bukan hanya kebutuhan fisiologis dan reproduksi. Dengan adanya peran ganda seorang ibu, baik sebagai pekerja dan ibu rumah tangga bila proporsinya tidak seimbang maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam kehidupan rumah tangga dan anak. Kebutuhan seorang bayi baru lahir adalah ASI selama enam bulan artinya ibu harus siap setiap saat menyusui bayinya. Salah satu kebijakan kebijakan Pemerintah dalam peningkatan pemberian ASI bagi pekerja adalah dengan menyediakan fasilitas khusus diadakan di tempat kerja dan tempat sarana umum.

6. Kondisi Kesehatan Ibu

Kondisi kesehatan ibu dapat mempengaruhi pemberian ASI. Pada keadaan tertentu, seorang ibu tidak bisa memberikan ASI kepada bayinya misalnya ibu dalam keadaan sakit. Ibu memerlukan bantuan orang lain untuk mengurus bayi dan keperluan rumah tangga, karena ibu juga memerlukan istrahat yang banyak. Ibu yang menderita suatu penyakit misalnya penyakit Hepatitis dan AIDS.

2.3.2 Faktor Eksternal

1. Orang penting sebagai referensi (keluarga)

Perilaku orang lebih banyak dipengaruhi oleh orang orang penting. Apabila seseorang itu penting dalam kehidupannya maka apa yang ia perbuat atau


(21)

katakan akan diikuti atau dicontoh. Dalam pola pemberian ASI di dalam keluarga yang menjadi orang penting itu adalah suami dan orang tua.

2. Sosial ekonomi (pendapatan)

Pendapatan keluarga mempengaruhi kemampuan keluarga untuk membeli sesuatu. Ibu-ibu yang dari keluarga berpendapatan rendah adalah kebanyakan berpendidikan rendah dan memiliki akses terhadap informasi kesehatan juga sangat rendah, sehingga pemahaman mereka tentang pemberian ASI sampai 6 bulan pada bayi sangat rendah. Ibu-ibu yang di bekerja di luar rumah dan makin meningkat daya belinya menganggap kalau penggunaan susu botol lebih praktis daripada menyusui.

3. Pengaruh tempat persalinan

Banyak para ahli mengemukakan bahwa adanya pengaruh kurang baik terhadap pemberian ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin. Tempat persalinan lebih menitikberatkan pada upaya persalinan dan keadaan ibu dan anak yang selamat dan sehat. Rumah sakit dan klinik bersalin juga jarang menerapkan pelayanan rawat gabung serta tidak menyediakan fasilitas klinik laktasi. Sering makanan pertama yang diberikan pada bayi adalah susu formula. Untuk itu pemerintah telah mengerluakan kebijakan dengan program Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

4. Pengaruh Iklan Susu Formula

Meningkatnya promosi susu formula sebagai PASI, terutama di perkotaan. Ibu-ibu lebih banyak memperoleh informasi mengenai manfaat penggunaan susu


(22)

formula daripada menyusui. Kebijakan Pemerintah tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 237/SK/Menkes/IV/1997 tentang PASI.

5. Budaya

Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat bersama. Kebudayaan selalu berubah, baik lambat maupun cepat, sesuai dengan peradaban umat manusia. Kebudayaan atau pola hidup masyarakat di sini merupakan kombinasi dari semua yang telah disebutkan di atas (Notoatmodjo, 2013).

Kebudayaan yang berlaku di suatu masyarakat akan mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI. Adanya budaya memberikan makanan atau minuman tertentu kepada bayi akan menggagalkan pemberian ASI eksklusif. Menurut hasil penelitian Afifah (2009) budaya memiliki hubungan yang signifikan dengan pemberian ASI eksklusif, terutama di daerah pedesaan yang masih kental dengan adat-istiadat tertentu.

Pengaruh sosial budaya yang dapat menghambat upaya peningkatan pemberian ASI adalah :

1. Kebiasaan membuang kolostrum karena dianggap basi atau kotor, padahal kolostrum memberikan manfaat untuk kekebalan bayi terhadap berbagai penyakit.

2. Memberikan makanan tambahan pada bayi yang lahir beberapa hari seperti air putih, madu, air tajin dan bubur lumat.


(23)

2.4 Konsep Masyarakat

Manusia adalah makhluk sosial yang dalam kehidupannya tidak bisa hidup sendiri sehingga membentuk kesatuan hidup yang dinamakan masyarakat (Notoatmodjo, 2010)

Menurut R. Linton yang merupakan seorang ahli Anrtopologi mengemukakan bahwa : Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka ini dapat mengorganisasi dalam kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu(Syafrudin,2009).

1. Masyarakat Desa

Masyarakat desa adalah sekelompok orang hidup bersama dan bekerja sama yang erat tahan lama dengan sifat-sifat yang hampir sama (homogen) di suatu daerah tertentu dengan bermata pencaharian dari sektor agraris.

Adapun cirri-ciri antara lain:

a. Masyarakat desa di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat.

b. Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan c. Sebagian besar warga masyarakat desa hidup dari pertanian

d. Masyarakat tersebut homogeny seperti dalam mata pencaharian, agama, adat istiadat, dsb.

2. Masyarakat Kota

Masyarakat kota adalah suatu himpunan penduduk masalah tidak agraris yang bertempat tinggal di dalam dan disekitar suatu kegiatan ekonomi, pemerintah, kesenian, ilmu pengetahuan, dsb. Pengertian masyarakat kota lebih


(24)

ditekankan pada sifat-sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Ciri-ciri masyarakat kota adalah :

a. Kehidupan keagaman berkurang bila dibandingkan dengan masyarakat desa. b. Orang kota pada umumnya dapat mengurus diri sendiri.

c. Pembagian kerja warga kota tegas dan batas-batasnya nyata. d. Kemungkina untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak. e. Jalan kehidupan cepat mengakibatkan pentingnya faktor waktu. 3. Masyarakat pinggiran

Masyarakat yang tinggalnya di daerah-daerah pinggiran kota yang kehidupannya selalu diwarnai dengan kegelisahan dan kemiskinan dan mencari nafkahnya dengan menjadi pemulung.

2.5 Perilaku

2.5.1 Batasan Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakekatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas


(25)

manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2013).

2.5.2 Domain Perilaku

Benyamin Bloom (1908) membagi perilaku manusia itu kedalam 3 (tiga) domain yaitu :

1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan manusia, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga ( Notoatmodjo, 2013 ).

Pengetahuan dibagi atas 6 tingkatan yaitu : a. Tahu (Know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall ( memanggil ) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi secara benar.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.


(26)

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu stuktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi.

2. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (Notoadmodjo, 2013). Komponen sikap menurut Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional dan evaluasi emosional terhadap suatu objek. c. Kecenderung untuk bertindak (trend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni :


(27)

a. Menerima (Receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (Responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. c. Menghargai (Valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (Responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).

Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Adanya hubungan erat antara sikap dan tindakan didukung oleh pengertian sikap yang menyatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak.

Tindakan adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap menjadi suatu perbuatan nyata. Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas

dalam bentuk tindakan yang mudah diamati atau dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2013).


(28)

2.6 Landasan Teori 1. Teori Lawrence Green

Perilaku ibu dalam pemberian ASI dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mendasari timbulnya perilaku. Berawal dari analisis penyebab masalah kesehatan, Green membedakan adanya dua determinan masalah kesehatan tersebut, yakni behavioral factors (faktor perilaku) dan non behavioral factors atau faktor non-perilaku. Selanjutnya Green menganalisis, bahwa faktor perilaku sendiri di tentukan oleh 3 faktor utama, yaitu :

a). Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain umur, pengetahuan, pekerjaan, pendapatan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya. Pengetahuan mengenai ASI terdiri dari waktu pemberian, frekwensi, porsi, cara pemberian ASI. Faktor budaya yang secara umum turun temurun diwariskan dalam pola makan masyarakat akhirnya akan membentuk pola konsumsi kepada anak nantinya. b). Faktor-faktor pendukung (enabling factors), adalah faktor-faktor yang

memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit, uang dan informasi di media massa.

c). Faktor-faktor pendorong (renforcing factors), adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Dukungan keluarga atau teman menjadi pengaruh besar kepada ibu dalam pemberian ASI. Sikap dan


(29)

tindakan petugas kesehatan akan mempengaruhi seorang ibu dalam pemberian ASI.

2. Kerangka Teori (Lawrence Green, 1980 dalam Notoatmodjo, 2013)

Gambar 2.1 Kerangka Teori Perilaku Kesehatan Menurut L. Green Keterangan Gambar :

Dari gambar di atas dapat diambil kesimpulan bahwa predisposing factors, enabling factors dan renforcing factors mempengaruhi perilaku individu atau organisasi.

Predisposing factors :

- Karakteristik

Penduduk

- Pengetahuan - Sikap

- Budaya

- Kepercayaan

- Pengalaman

Enabling factors :

- Ketersediaan fasilitas kesehatan - Akses pelayanan

kesehatan

Renforcing factors: - Perilaku petugas

kesehatan - Dukungan

keluarga dan masyarakat

Perilaku Individu atau organisasi


(30)

3. Kerangka Pikir

Gambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir di atas dapat digambarkan bahwa faktor umur, pendapatan, pengetahuan, sikap, nilai budaya, dukungan petugas kesehatan, dukungan keluarga dan dukungan masyarakat akan mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.

- Umur

- Pendapatan

- Pengetahuan

- Sikap - Nilai budaya - Dukungan petugas

kesehatan

- Dukungan keluarga

- Dukungan masyarakat

Pemberian ASI Eksklusif


(1)

manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2013).

2.5.2 Domain Perilaku

Benyamin Bloom (1908) membagi perilaku manusia itu kedalam 3 (tiga) domain yaitu :

1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan manusia, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga ( Notoatmodjo, 2013 ).

Pengetahuan dibagi atas 6 tingkatan yaitu : a. Tahu (Know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall ( memanggil ) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi secara benar.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.


(2)

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu stuktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi.

2. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (Notoadmodjo, 2013). Komponen sikap menurut Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional dan evaluasi emosional terhadap suatu objek. c. Kecenderung untuk bertindak (trend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni :


(3)

a. Menerima (Receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (Responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. c. Menghargai (Valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (Responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).

Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Adanya hubungan erat antara sikap dan tindakan didukung oleh pengertian sikap yang menyatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak.

Tindakan adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap menjadi suatu perbuatan nyata. Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas

dalam bentuk tindakan yang mudah diamati atau dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2013).


(4)

2.6 Landasan Teori 1. Teori Lawrence Green

Perilaku ibu dalam pemberian ASI dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mendasari timbulnya perilaku. Berawal dari analisis penyebab masalah kesehatan, Green membedakan adanya dua determinan masalah kesehatan tersebut, yakni behavioral factors (faktor perilaku) dan non behavioral factors atau faktor non-perilaku. Selanjutnya Green menganalisis, bahwa faktor perilaku sendiri di tentukan oleh 3 faktor utama, yaitu :

a). Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain umur, pengetahuan, pekerjaan, pendapatan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya. Pengetahuan mengenai ASI terdiri dari waktu pemberian, frekwensi, porsi, cara pemberian ASI. Faktor budaya yang secara umum turun temurun diwariskan dalam pola makan masyarakat akhirnya akan membentuk pola konsumsi kepada anak nantinya. b). Faktor-faktor pendukung (enabling factors), adalah faktor-faktor yang

memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit, uang dan informasi di media massa.

c). Faktor-faktor pendorong (renforcing factors), adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Dukungan keluarga atau teman menjadi pengaruh besar kepada ibu dalam pemberian ASI. Sikap dan


(5)

tindakan petugas kesehatan akan mempengaruhi seorang ibu dalam pemberian ASI.

2. Kerangka Teori (Lawrence Green, 1980 dalam Notoatmodjo, 2013)

Gambar 2.1 Kerangka Teori Perilaku Kesehatan Menurut L. Green Keterangan Gambar :

Dari gambar di atas dapat diambil kesimpulan bahwa predisposing factors,

enabling factors dan renforcing factors mempengaruhi perilaku individu atau organisasi.

Predisposing factors : - Karakteristik

Penduduk - Pengetahuan - Sikap

- Budaya

- Kepercayaan

- Pengalaman

Enabling factors : - Ketersediaan

fasilitas kesehatan - Akses pelayanan

kesehatan

Renforcing factors: - Perilaku petugas

kesehatan - Dukungan

keluarga dan masyarakat

Perilaku Individu atau organisasi


(6)

3. Kerangka Pikir

Gambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir di atas dapat digambarkan bahwa faktor umur, pendapatan, pengetahuan, sikap, nilai budaya, dukungan petugas kesehatan, dukungan keluarga dan dukungan masyarakat akan mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.

- Umur

- Pendapatan

- Pengetahuan

- Sikap - Nilai budaya - Dukungan petugas

kesehatan

- Dukungan keluarga

- Dukungan masyarakat

Pemberian ASI Eksklusif