Pengan Pasien Penerima Bantuan Iuran Program Jaminan Kesehatan Nasional yang Menjalani Perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Gunungsitoli

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG
Harus disadari bahwa hidup dan kebebasan manusia akan menjadi tanpa
makna jika kesehatannya tidak terurus. karena itu kesehatan sebagai isu HAM,
dalam hal ini hak atas derajat kesehatan yang optimal, dengan konsekuensi setiap
manusia berhak atas derajat kesehatan yang optimal. Negara berkewajiban
memenuhi hak itu tentu bukan sesuatu yang tanpa dasar (Karunia, 2007). Falsafah
dan dasar negara Pancasila terutama sila ke-5 mengakui hak asasi warga atas
kesehatan. Hal ini juga tercantum dalam pasal 28H dan pasal 34 Undang-Undang
Dasar 1945. Undang-undang nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan ditegaskan
bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas
sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman, bermutu, dan terjangkau. Hak atas kesehatan ini merupakan hak setiap
warga negara, maka pemerintah berkewajiban memenuhi hak tersebut kepada
seluruh warga Negara termasuk fakir miskin dan orang tidak mampu.
Jaminan Kesehatan Nasional atau National Health Insurance (NHI) kini
semakin banyak digunakan di dunia. Inggris merupakan Negara pertama yang
memperkenalkan JKN ditahun 1911, yang sekarang disebut National Health
Service (NHS). Suatu sistem kesehatan yang didanai dan dikelola oleh pemerintah

secara nasional. Tujuan adalah menjamin bahwa seluruh penduduk mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis tanpa mempertimbangkan

1
Universitas Sumatera Utara

2

kemampuan ekonominya. Asuransi Kesehatan Nasional di Australia disebut
Medicare. Begitu baiknya pengelolaan Medicare di Australia, maka Asuransi
kesehatan komersial kurang diminati masyarakat walaupun memberikan
pengurangan kontribusi asuransi wajib. JKN di Taiwan disebut NHIA (National
Health Insurance Administration), Sistim JKN di Taiwan ini dimulai dengan
menggabungkan penyelenggaraan asuransi kesehatan bagi pegawai negeri,
pegawai swasta, petani, dan pekerja disektor informal. Penggabungan tersebut
telah meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan yang menjamin akses yang
sama kepada seluruh penduduk. Dengan paket jaminan komprehensif yang sama
meningkatkan kepuasan peserta dengan tingkat kepuasan lebih dari 70%.
(Thabrany, 2014)
Deklarasi


Alma-Ata

(1978)

mendeklarasikan

komitmen

untuk

mengembangkan suatu sistim kesehatan dimana semua orang memiliki akses
kepada pelayanan kesehatan yang dibutuhkan tanpa terkendala biaya, sistim
kesehatan ini dikenal sebagai Universal Health Coverage. Tujuan utama UHC
adalah kesetaraan dalam akses pelayanan kesehatan, kualitas pelayanan kesehatan
yang cukup baik, perlindungan atas resiko kejatuhan ekonomi. (WHO, 2013
dalam Adisasmito, 2014). Utk mewujudkan UHC di Indonesia maka pemerintah
bertanggungjawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui
program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

yang diselenggarakan melalui mekanisme asuransi sosial. Tujuannya agar seluruh

Universitas Sumatera Utara

3

penduduk indonesia terlindung dalam sistim asuransi sehingga mereka dapat
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan (Permenkes, 2014).
Berdasarkan pengelolaan dana, asuransi kesehatan dapat dibedakan menjadi 2
macam, yaitu : asuransi kesehatan pemerintah dan asuransi kesehatan swasta.
Pada asuransi kesehatan pemerintah , pemerintah ikut serta dalam pembiayaan
kesehatan, dapat mengawasi biaya kesehatan dan pelayanan kesehatan dapat di
standarisasi. Tetapi terdapat kekurangan dari asuransi kesehatan pemerintah, yaitu
berkaitan dengan mutu pelayanan kurang sempurna (Alamsyah, 2012). Konsep
asuransi kesehatan sosial merupakan konsep asuransi dimana prinsip kesehatan
sebagai suatu pelayanan sosial masih dijunjung tinggi. Ada suatu prinsip, bahwa
pelayanan kesehatan tidak semata-mata berdasarkan status sosial, sehingga
masyarakat lapisan bawah terhambat untuk memperoleh pelayanan kesehatan
(Sulastomo, 2007)
Pemenuhan kebutuhan akan pelayanan kesehatan bagi fakir miskin dan orang

tidak mampu dilakukan oleh pemerintah dengan melaksanakan ketentuan pasal 14
dan pasal 17 Undang- undang nomor 40 tahun 2004 tentang Sistim Jaminan Sosial
Nasional. Pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012
Tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan. Pada pasal 3 peraturan
tersebut disebutkan bahwa Bantuan iuran jaminan kesehatan yang selanjutnya
disebut Bantuan Iuran adalah Iuran program jaminan kesehatan bagi Fakir miskin
dan orang tidak mampu yang iurannya dibayar oleh Pemerintah. Penerima
Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan disingkat PBI Jaminan Kesehatan. Peserta PBI
Jaminan kesehatan merupakan peserta pada program Jamkesmas, seperti yang

Universitas Sumatera Utara

4

tercantum dalam Permenkes nomor 903 tahun 2011 pada bagian kepesertaan,
yaitu peserta Jamkesmas adalah masyarakat miskin dan tidak mampu diseluruh
Indonesia.
Pelayanan rumah sakit kepada pasien miskin dinilai masih buruk. Hal itu
terungkap pada hasil survei yang dilakukan oleh ICW terkait pelayanan kesehatan.
Dari hasil survei, hampir 74,9 persen responden yang berasal dari masyarakat

miskin mengeluhkan pelayanan rumah sakit. Masalah lainnya berdasar temuan
ICW adalah akses terhadap obat generik, selain fasilitas rumah sakit yang buruk
Beberapa peserta jamkesmas mengeluhkan kekecewaan yang berkaitan dengan
rumitnya proses administrasi untuk mengurus persyaratan jamkesmas, sikap
perawat dan dokter yang tak ramah, lamanya waktu menunggu tindakan-tindakan
medis atau operasi dan fasilitas ruang rawat yang kurang memadai. Survei
tersebut, dilakukan pada akhir tahun 2009 di lima kota, Jakarta, Bogor,
Depok,Tangerang, dan Bekasi. Survei menyasar 738 responden di 23 rumah sakit
yang terdiri dari lima rumah sakit swasta dan 18 rumah sakit pemerintah
(Republika, 2010)
Penelitian sebelumnya yang berhubungan telah dilakukan oleh Rattu, Herman,
dan Revolino (skripsi), 2015 di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tentang
Perbedaan kualitas pelayanan keperawatan terhadap pasien penerima Bantaun
Iuran

dan Pasien Bukan Penerima Bantuan Iuran mendapatkan hasil bahwa

kualitas pelayanan keperawatan pasien Penerima Bantuan Iuran dan Bukan
Penerima Bantuan Iuran sama-sama “Baik“. Berbeda dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Widyasih, M Fatkhul, dan Eni (skripsi), 2014 di RS Islam Kendal


Universitas Sumatera Utara

5

tentang persepsi masyarakat terhadap pelayanan BPJS, didapatkan persepsi
masyarakat terhadap pelayanan BPJS di Rumah Sakit Islam Kendal dari 215
responden sebanyak 84 orang (39,1%) mengatakan pelayananan BPJS tidak baik.
Demikian juga dengan hasil penelitian (skripsi) yang dilakukan oleh Sari, Hesti,
dan Dyah (2014) tentang Analisis kualitas pelayanan pasien Jamkesmas rawat
jalan di RSUD kabupaten Sukoharjo disimpulkan bahwa pelayanan Jamkesmas
bagian rawat jalan masih kurang memuaskan. Hal ini dikarenakan adanya
perbedaan persepsi antara petugas dalam memberikan pelayanan rawat jalan
kepada pasien Jamkesmas. Petugas menganggap bahwa pelayanan yang diberikan
sudah sesuai dengan kemampuan dan pedoman pelaksanaan Jamkesmas, akan
tetapi pelayanan yang diberikan petugas masih kurang mampu memenuhi
kebutuhan dan keinganan pasien Jamkesmas. Baik dari cara pelayanan, sikap
pelayanan, pembedaan pelayanan serta tidak ada transparansi tindakan pelayanan
untuk pasien jamkesmas.
Pelayanan kesehatan di Rumah sakit saat ini tidak saja bersifat pengobatan ,

tetapi pelayanan kesehatan di Rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan yang
paripurna, yaitu promotif, preventif, kuratif (Herlambang, 2012). Rumah sakit
memang tidak boleh dipandang sebagi suatu entitas yang terpisah dan berdiri
sendiri dalam sistim kesehatan. Rumah sakit adalah bagian dari sistim kesehatan,
berperan dalam mendukung pelayanan kesehatan dasar melalui penyediaan
fasilitas rujukan (Hartono, 2010). Permenkes nomor 28 tahun 2014 Tentang
Pedoman Pelaksanana Program Jaminan Kesehatan menyebutkan bahwa Rumah
Sakit Umum sebagai Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL).

Universitas Sumatera Utara

6

Rumah Sakit Umum Daerah Gunungsitoli Kabupaten Nias merupakan rumah
sakit tipe B. Sejak pemekaran kabupaten Nias menjadi 4 Kabupaten yaitu
Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias
Utara dan satu Kota Madya Gunungsitoli, RSUD Gunungsitoli menjadi satu
satunya Rumah sakit Pemerintah sebagai pusat rujukan. RSUD Gunungsitoli
merupakan Rumah sakit yang cukup memamadai baik dari segi fasilitas kesehatan
maupun tenaga kesehatan. Karena merupakan Rumah Sakit Umum otomatis

RSUD Gunungsitoli melayani pasien program Jaminan Kesehatan Nasional pada
Rujukan Tingkat Lanjutan. Selama tahun 2014 telah melayani pasien BPJS
sebanyak 23.204 pasien dan sejak januari hingga april 2014 telah melayani pasien
BPJS sebanyak 7.247 pasien. Memiliki kapasitas 171 tempat tidur (TT), terdiri
dari VIP sebanyak 6 TT, kelas 1 sebanyak 7 TT, kelas 2 sebanyak 33 TT, kelas 3
sebanyak 90 TT dan kelas khusus sebanyak 35 TT. Ketenagaan di RSUD
Gunungsitoli adalah Dokter spesialis 15 orang, dokter umum 15 orang, Perawat
303 ( SPK 31 orang, D3 203 orang, D4 11 orang S1 Keperawatan 25 orang, S1
Keperawatan+Ners 33 orang), Bidan 129 orang, Tenaga Manajemen 116 orang
Berdasarkan pengamatan peneliti selama ini, baik saat peneliti masih aktif
sebagai perawat disalah satu Puskesmas di Kabupaten Nias (tahun 2010-2014)
maupun saat peneliti melakukan survey awal di RSUD Gunungsitoli. peneliti
banyak mendapatkan informasi terkait pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
RSUD Gunungsitoli Kabupaten Nias kepada pasiennya. Pasien Penerima Bantuan
Iuran (sebelumnya disebut pasien Jamkesmas) mengeluhkan pelayanan yang
kurang memadai, baik dari segi kualitas pelayanan medis maupun non medis.

Universitas Sumatera Utara

7


Penelitian (skripsi) yang pernah dilakukan oleh Halu (2010) tentang persepsi
pasien JAMKESMAS terhadap kepuasan pelayanan rawat inap di RSUD.
Gunungsitoli didapatkan hasil bahwa persepsi pasien terhadap kepuasan
pelayanan rawat inap di RSUD Gunungsitoli dipengaruhi oleh keluarga dan
lingkungan. Kepuasan pasien terhadap pelayanan rawat inap di RSUD
Gunungsitoli dari segi tangibles/ kenyataan, segi reliability/dipercaya, segi
responiveness/ketanggapan, segi emphaty/perhatian, dan segi assurance/jaminan
semua responden yang berjumlah 45 orang (100 %) merasa puas dengan
pelayanan medis maupun non medis.
Berdasarkan latar belakang diatas dan hasil penelitian yang berbeda-beda
peneliti tertarik untuk meneliti feneomena yang dialami oleh pasien khususnya
pasien Penerima Bantuan iuran (PBI) program Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) saat mereka menjalani perawatan di RSUD Gunungsitoli.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimanakah pengalaman pasien dengan status kepesertaan
sebagai Penerima Bantuan Iuran (PBI) pada Program Jaminan Kesehatan Nasional
yang menjalani perawatan di RSUD Gunungsitoli
1.3. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali pengalaman pasien dengan status
kepesertaan

sebagai Penerima Bantuan Iuran (PBI) pada Program Jaminan

Kesehatan Nasional yang menjalani perawatan dirumah sakit.

Universitas Sumatera Utara

8

1.4. MANFAAT PENELITIAN
1.4.1. Manfaat bagi pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi mahasiswa
keperawatan untuk tetap memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas tanpa
membedakan status sosial pasien.
1.4.2. Manfaat bagi pelayanan kesehatan di Rumah sakit
Penelitian ini diharapkan dapat memerikan masukan atau tambahan informasi
bagi Rumah sakit dalam melakukan monitoring dan Evaluasi pelayanan kesehatan
di Rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

1.4.3. Bagi penelitian selanjutnya.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk
mengembangkan riset keperawatan baik pengalaman pasien penerima bantuan
iuran terhadap pelayanan kesehatan di sarana kesehatan maupun tanggapan
terhadap Program Jaminan Kesehatan Nasional.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengalaman Pasien Penerima Bantuan Iuran Program Jaminan Kesehatan Nasional yang Menjalani Perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Gunungsitoli

0 11 84

Kualitas Pelayanan Publik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunungsitoli Bagi Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan

5 73 123

PERBEDAAN KEPUASAN ANTARA PASIEN UMUM DENGAN PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PENERIMA BANTUAN IURAN (JKN – Perbedaan Kepuasan Antara Pasien Umum dengan Pasien Jaminan Kesehatan Nasional Penerima Bantuan Iuran (JKN – PBI) Terhadap Kualitas Pelayanan Raw

0 1 16

PERBEDAAN KEPUASAN ANTARA PASIEN UMUM DENGAN PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PENERIMA BANTUAN IURAN (JKN – Perbedaan Kepuasan Antara Pasien Umum dengan Pasien Jaminan Kesehatan Nasional Penerima Bantuan Iuran (JKN – PBI) Terhadap Kualitas Pelayanan Raw

0 1 17

Pengan Pasien Penerima Bantuan Iuran Program Jaminan Kesehatan Nasional yang Menjalani Perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Gunungsitoli

0 0 8

Pengan Pasien Penerima Bantuan Iuran Program Jaminan Kesehatan Nasional yang Menjalani Perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Gunungsitoli

0 0 2

Pengan Pasien Penerima Bantuan Iuran Program Jaminan Kesehatan Nasional yang Menjalani Perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Gunungsitoli

0 0 9

Pengan Pasien Penerima Bantuan Iuran Program Jaminan Kesehatan Nasional yang Menjalani Perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Gunungsitoli

0 0 3

Pengan Pasien Penerima Bantuan Iuran Program Jaminan Kesehatan Nasional yang Menjalani Perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Gunungsitoli

0 0 19

Kualitas Pelayanan Publik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunungsitoli Bagi Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan

0 0 12