Pengaruh Media Leaflet Dan Media Video Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyuluhan Kesehatan
2.1.1. Definisi Penyuluhan Kesehatan
Dalam Depkes (2008) disebutkan beberapa definisi penyuluhan kesehatan
seperti di bawah ini :
a.

Nyswander mendefinisikan penyuluhan kesehatan adalah suatu proses perubahan
padamanusia yang bertalian dengan tercapainya tujuan-tujuan kesehatan
perorangan dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan tidak dapat diberikan oleh
seseorang pada orang lain, maupun serangkaian prosedur-prosedur yang harus
dijalankan untuk mencapai suatu hasil, akan tetapi suatu proses perkembangan
yang selalu berubah secara dinamis dimana didalamnya seseorang menerima atau
menolak informasi baru, sikap baru dan perilaku baru yang berhubungan dengan
tujuan hidup sehat. Penekanannya pada perubahan perilaku, bagaimana cara
mendorong serta memengaruhi orang lain, sehingga terjadi perubahan perilaku
tercapai tujuan kesehatan seseorang dan masyarakat.

b.


Steuart mendefinisikan penyuluhan kesehatan adalah komponen dari programprogram kesehatan dan kedokteran yang memuat usaha-usaha direncanakan
untuk mengubah perilaku individu, kelompok maupun masyarakat luas (apa yang
dirasakan, dipikirkan, dan dikerjakan) dengan tujuan menolong mereka untuk
dapat mencapai tujuan pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan

peningkatan kesehatan. Penekanannya bahwa penyuluhan kesehatan merupakan
komponen program-program kesehatan, terencana, mudah dilaksanakan, mudah
mengukur hasilnya, dan perbaikan peningkatan program pendidikan yang akan
datang.
c.

L. Green mendefinisikan penyuluhan kesehatan adalah setiap kombinasi
pengalaman belajar yang merangsang penyesuaian secara sukarela dariperilaku
yang sesuai dengan kesehatan. Penekanannya berdasar sukarela dan kesadaran
dalam penyesuaian perilaku untuk memajukan kesehatan melalui berbagai
kombinasi pengalaman belajar.

d.


Wood mendefinisikan penyuluhan kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang
menguntungkan memengaruhi pengetahuan, kebiasaan, dan sikap yang
berhubungan dengan kesehatan individu, masyarakat, dan bangsa. Penekanannya
adalah bahwa pengalaman-pengalaman yang menguntungkan didalam kesehatan
dipergunakan untuk memengaruhi orang lain dalam rangka mencapai tujuan
kesehatan.

e.

UU No. 36 tahun 2009, penyuluhan kesehatan diselenggarakan guna
meningkatkan pengetahuan, kesdaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat
untuk hidup sehat, dan aktif berperan serta dalam upaya kesehatan. Penyuluhan
kesehatan merupakan kegiatanyang melekat pada setiap kegiatan upaya
kesehatan. Penyuluhan kesehatan diselenggarakan untuk mengubah perilaku
seseorang atau kelompok masyarakat agar hidup sehatmelalui komunikasi,
informasi, dan edukasi.

Dari berbagai pengertian diatas, bahwa tujuan penyuluhan kesehatan adalah
adanya perubahan perilaku manusia untuk mencapai hidup sehat yang diperoleh
melalui pengalaman dan proses belajar. Tujuan penyuluhan kesehatan tersebut

adalah:
a.

Menjadikan kesehatan sebagai harta atau milik masyarakat yang berharga.

b.

Membantu orang (individu) menjadi mampu menjalankan kegiatan-kegiatan
demi kepentingannya, secara individu, kelompok agar menyadari sepenuhnya
makna kesehatan dan berperilaku sehat.

c.

Meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan fasilitas kesehatan sebagaimana
mestinya.

2.1.2. Media Penyuluhan Kesehatan
Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan
pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui
media cetak, elektronika (TV, radio, komputer dan sebagainya) dan media ruangan,

media luar ruangan. Media penyuluhan atau alat peraga dalam promosi kesehatan
dapat diartikan sebagai, alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat,
didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan
penyebarluasan informasi kesehatan kepada masyarakat (Notoatmodjo, 2005).
Biasanya alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan
papan tulis dengan foto dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat peraga, baik
secara kombinasi maupun tunggal, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu: alat

peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran dan ide atau gagasan yang
terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh sasaran.
Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-keuntungan:
a. Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir. Dengan contoh
yang telah disebutkan pada bagian atas dapat dilihatbahwa salah tafsir atau salah
pengertian tentang bentuk plengsengan dapat dihindari.
b. Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap.
c. Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang
mengesankan.
d. Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
e. Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.
Menurut Depkes, (2004). Alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok

besar:
a.

Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati.
Merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal,
mempunyai bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini kelemahannya
tidak selalu mudah dibawa ke mana-mana sebagai alat bantu mengajar. Termasuk
dalam macam alat peraga ini antara lain:
-

Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja,dan lain
sebagainya.

-

Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti cacing
dalam botol pengawet, dan lain-lain.

-


Sampel yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti
oralit, dan lain-lain.

b.

Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya. Benda tiruan bisa
digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan. Hal ini
dikarenakan menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal ukuran benda
asli yang terlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari
bermacam-macam bahan seperti tanah, kayu, semen, plastik, dan lain-lain.

c.

Gambar atau Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan, dan
lain-lain.
-

Poster adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar – gambar
dengan sedikit kata-kata. Dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya
dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster

biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak
dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan
pengumuman, dan lain-lain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan,
ilustrasi, kartun, gambar atau photo. Poster terutamadibuat untuk
memengaruhi orang banyak, memberikan pesan singkat. Karena itu cara
pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide atau
satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai daya
tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong
untuk bertindak.

-

Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat
yang singkat, padat, mudah dimengerti dangambar-gambar yang sederhana.
Ada beberapa yang disajikan secara berlipat.

-

Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentang suatu
masalah, misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga,

deskripsi tentang TB paru dan pencegahannya, dan lain-lain.

-

Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada saat pertemuan-pertemuan
dilakukan seperti pertemuan FGD, pertemuan Posyandu, kunjungan rumah,
dan lain-lain.

-

Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan sederhana seperti di photo
copy.

-

Booklet, media cetak yang berbentuk buku kecil. Terutama digunakan untuk
topik dimana terdapat minat yang cukup tinggi terhadap suatu kelompok
sasaran. Ciri lain dari booklet adalah : Berisi informasi pokok tentang hal
yang dipelajari, ekonomis dalam arti waktu dalam memperoleh informasi,
memungkinkan seseorang mendapat informasi dengan caranya sendiri.

Faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar dengan booklet ada beberapa
halaman antara lain booklet itu sendiri, faktor-faktor atau kondisi lingkungan
juga kondisi individual penderita.Oleh karena itu dalam pemakaiannya perlu
mempertimbangkan kemampuan membaca seseorang, kondisi fisik maupun
psikologis penderita dan juga faktor lingkungan dimana penderita itu berada.
Di samping itu perlu pula diketahui kelemahan yang ada, oleh karena itu

kadang-kadang informasi dalam booklet tersebut telah kadaluwarsa. Pada
suatu tujuan instruksional tertentu booklet tidak tepat dipergunakan.
d.

Gambar Optik, seperti photo, slide, dan lain-lain.
-

Photo sebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk
album dan dokumentasi lepasan.

-

Slide pada umumnya digunakan untuk sasaran kelompok. Penggunaan slide

cukup efektif, karena gambar atau setiap materi dapat dilihat berkali - kali,
dibahas lebih mendalam. Slide sangat menarik terutama bagi kelompok anak
sekolah, karena alat ini lebih “trendi” dibanding dengan gambar, leaflet.

-

Film merupakan media yang bersifat menghibur, tapi dapat disisipi dengan
pesan-pesan yang bersifat edukatif. Sasaran media ini adalah kelompok
besar, dan kolosal.

2.1.3. Media Leaflet
Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan
melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun
gambar atau kombinasi.Informasi melalui media leaflet merupakan bagian dari media
pendidikan kesehatan yaitu suatu usaha untuk membantu individu, kelompok atau
masyarakat dalam meningkatkan kemampuan (perilaku)nya untuk mencapai
kesehatan optimal.
Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan yang bersifat individual ini
digunakan untuk membina perilaku baru, atau seseorang yang mulai tertarik kepda
suatu perubahan perilaku atau inovasi (perubahan sikap untuk mau melakukan


pemeriksaan deteksi dini kanker serviks). Penjelasan yang dibaca dan dilihat dari
leaflet yang menarik dapat membawa perubahan, ia tertarik atau dalam menerima
perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi
dari sebuah leaflet itu mempunyai dasar pengertian

dan kesadaran yang kuat

(Notoadmojo, 2012).
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu proses pemberian leaflet
kesehatan masyarakat baik itu dari leaflet, sasaran atau dalam proses pemberian
leaflet (Notoadmojo, 2012).
1) Faktor leaflet
Kurang menarik perhatian, gambar yang menyertai tema, warna tulisan yang
kurang mencolok, bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran
karena terlalu banyak menggunakan istilah asing, tulisan terlalu kecil untuk di
baca, penyampaian meteri yang terlalu monoton dan singkat.
2) Faktor sasaran
Tingkat pendidikan yang terlalu rendah sehingga sulit menerima pesan yang
disampaikan, tingkat ekonomi yang terlalu rendah sehingga tidak terlalu
memperhatikan pesan yang disampaikan karena lebih memikirkan kebutuhan lain
yang lebih penting, kepercayaan dan adat, kepercayaan yang telah tertanam
sehinggasulit untuk mengubah, kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran yang
tidak mungkin terjadi perubahan perilaku.

3) Faktor proses pemberian leaflet
Waktu pemberian leaflet tidak sesuai dengan waktu yang digunakan sasaran,
gambar dan bahasa yang dapat mempermudah sasaran, materi yang digunakan
tepat sasaran.
Keuntungan leaflet yaitu isi dapat dicetak kembali dan dapat sebagai bahan
diskusi, dapat disimpan lama, jangkauan dapat jauh, media dicetak unik, membantu
media lain. Adapun kekurangan media leaflet adalah diseminasi memakan waktu dan
mahal, membutuhkan penggunaan fasilitas khusus, bahan cetakan harus secara fisik
(Effendy, 2011).
2.1.4. Media Video
Media pembelajaran video merupakan media pendidikan yang mengandung
unsur media pendidikan yang mengandung unsur audio dan unsur visual, sehingga
memberikan informasi yang jelas terhadap pesan yang disampaikan. Pesan yang
disampaikan dapat berupa fakta, bersifat informatif, edukatif maupun instruksional
(Sardiman, 2002).
Kelebihan media video yaitu dapat menunjukkan kembali gerakan-gerakan,
pesan-pesan dengan menggunakan efek tertentu sehingga dapat memperkokoh proses
pembelajaran. Siswa memperoleh isi, susunan yang utuh dari materi pembelajaran
yang digunakan secara interaktif dengan buku kerja, buku petunjuk, buku teks atau
benda lain yang biasanya ada di lapangan. Proses pembelajaran dapat berlangsung
secara mandiri dengan kecepatan masing-masing dengan adanya media video. Dapat
digunakan dengan waktu yang bersamaan dengan lokasi yang berbeda dengan cara

menempatkan monitor di kelas-kelas dengan lokasi yang berbeda dengan cara
menempatkan monitor di kelas-kelas dengan media video dan materi yang sama.
Media video dapat menarik perhatian penonton, menghemat waktu dan dapat diputar
berulang kali tanpa merubah isi materi (Sardiman, 2001).
Menurut Sardiman (2002) kelemahan video adalah menggunakan listrik,
memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks, perhatian penonton sulit dikuasai,
partisipasi jarang diperhatikan. Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang
disajikan secara sempurna.

2.2. Perilaku
Perilaku adalah aksi dari individu terhadap reaksi dari hubungan dengan
lingkungannya dengan kata lain perilaku yang baru terjadi apabila ada sesuatu
rangsangan tertentu yang akan menghasilkan untuk menimbulkan reaksi berupa
perilaku (Adnani, 2011).Skinner dalam bukunya Notoatmodjo, 2003. Seorang ahli
Psikologi merumuskan bahwa perilaku itu merupakan respon atau reaksi orang
terhadap rangsangan atau stimulus dari luar. Dengan demikian perilaku manusia
terjadi dengan adanya melalui proses Teori ini disebut teori S-O-R atau StimulusOrganisme-Respon.
Ada dua respon yang dikenal yaitu :
a. Respondent respon atau reflexise respons, yaitu respons yang ditimbulkan oleh
stimulus tertentu. Misalnya : Cahaya menyilaukan menyebabkan mata menutup,
menarik jari bila jari kena api atau mau digigit binatang, dan sebagainya. Stimulus

seperti ini disebut elicting Stimulation, tidak lain karena stimulus ini merangsang
timbulnya respons-respons yang tetap, respondent ini juga termasuk perilaku
emosional, misalnya mendengar berita gembira (anak lahir, dapat hadiah, lulus
ujian, dsb). Menjadi bersemangat, mendengar berita musibah (kecelakaan, tidak
lulus ujian, anak sakit, dsb) menjadi sedih.
b. Operant respons atau Instrumental respons, yaitu timbulnya respon diikuti oleh
stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforching stimulation
atau reinforcer, reinforcer artinya penguat, hal ini dikarenakan perangsang itu
memperkuat respons. Misalnya seorang staf mengerjakan pekerjaan dengan baik
(dari respons tugas yang telah diberikan sebelumnya). Maka sebagai imbalannya
petugas itu mendapat reward atau hadiah.
2.2.1. Bentuk Perilaku
Secara operasional, perilaku dapat diartikan sebagai respons seseorang
terhadap rangsangan dari luar subject tersebut. Bentuk respons perilaku ada 2 yaitu:
a.

Bentuk pasif (respons internal): terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara
langsung dapat terlihat orang lain yaitu pengetahuan dan sikap.

b.

Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku tersebut jelas dapat diobservasi secara
langsung. Oleh karena itu perilaku mereka sudah tampak dalam tindakan nyata
(over behaviour).
Perilaku manusia sebagian besar adalah perilaku yang dibentuk, atau perilaku

yang dipelajari. Cara membentuk perilaku agar sesuai dengan yang diharapkan
adalah:

a. Pembentukan perilaku dengan kebiasaan (conditioning)
b. Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight)
c. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model
2.2.2. Teori Perilaku
Beberapa teori perilaku yang dikenal adalah:
a. Teori Insting, yang dikemukakan Mc. Dougall. Menurutnya, perilaku itu
disebabkan oleh Insting, yang merupakan perilaku yang innate, perilaku bawaan
dan akan berubah karena pengalaman.
b. Teori Insentif (incentive theory), yang menyatakan bahwa dengan insentif akan
mendorong organisme untuk berbuat atau berperilaku.
c. Teori Atribusi yaitu menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku orang, apakah
karena disposisi internal, (misalnya motif, sikap dan sebagainya), atau keadaan
external (Walgito, 2003).
2.2.2.1. Pengetahuan
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu
knowledge. Sedangkan secara terminologi pengetahuan adalah apa yang diketahui
atau hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah
semua isi pikiran dengan demikian untuk memperoleh pengetahuan diperlukan usaha
manusia untuk tahu (Bakhtiar, 2004).
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris
khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan objek
yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (overt behavior), perilaku

tertutup (covert behavior) perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat
langgeng (Riduwan, 2002).
Menurut Notoatmodjo, 2014 pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia,
atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga dan sebagainya). Pengetahuan seseorang terhadap

suatu objek

mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda, yang dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek tersebut. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Menurut Notoatmodjo (2014), pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 (enam) tingkat pengetahuan, yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Kata kerja yang mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar
dapat menyebutkan, tetapi mampu menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang

yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contohnya, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap
objek yang dipelajari. Misalnya orang yang memahami cara pembrantasan
penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3 M (mengubur,
menutup dan menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus
mengubur, menutup, dan menguras tempat-tempat penampungan air tersebut.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya seseorang
yang telah paham tentang proses perencanaan, ia harus dapat membuat
perencanaan program kesehatan di tempat dia bekerja atau di mana saja. Orang
yang telah paham metodologi penelitian, ai akan mudah membuat proposal
penelitian di mana saja.
d. Analisa (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan atau memisahkan suatu
materi atau suatu objek ke dalam komponen–komponen, kemudian mencari
hubungan antar komponen tersebut tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. Misalnya,

dapat membedakan antara nyamuk Aedes Aegpty dengan nyamuk biasa, dapat
membuat diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthetis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainyaterhadap
suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah dibaca.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada. Misalnya seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak
menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga
berencana bagi keluarga, dan sebagainya.
2.2.2.2. Sikap
Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
(senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya). Atau sikap
itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek,

sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan kejiwaan yang lain
(Notoatmodjo, 2014).
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap adalah
kecenderungan untuk bertindak, berpersepsi dan merasa dalam menghadapi objek,
ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi kecenderungan untuk berperilaku
dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda,
orang, tempat, gagasan, situasi atau kelompok.
Sikap mengandung daya pendorong atau motivasi. sikap bukan sekedar
rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro dan kontra
terhadap sesuatu, menentukan apakah yang disukai, diharapkan dan diinginkan,
mengesampingkan apa yang tidak diinginkan dan apa yang harus dihindari.
Menurut Notoatmodjo (2014), sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu:
a. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang
diberikan. Misalnya sikap orang terhadap periksa hamil (ante natal care), dapat
diketahui atau diukur dari kehadiran ibu untuk mendengarkan penyuluhan
tentangante natal care di lingkungannya.

b. Menanggapi (Responding)
Menanggapi diartikan memberi jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau
objek yang dihadapi. Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Misalnya
seorang ibu yang mengikuti penyuluhan ante natal care tersebut ditanya atau
diminta menanggapi oleh penyuluh, kemudian ia menjawab atau menanggapi.
c. Menghargai (Valuing)
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif
terhadap objek atau stimulus. Dalam arti membahasnya dengan orang lain dan
bahkan mengajak atau memengaruhi orang lain untuk merespon. Dari contoh
tersebut di atas, ibu itu mendiskusikan ante natal care dengan suaminya, atau
bahkan mengajak tetangganya untuk mendengarkan penyuluhan ante natal care.
d. Bertanggung Jawab (Responsible)
Sikap yang paling tinggi tindakannya adalah bertanggung jawab terhadap apa
yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tentunya
berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain
yang mencemoohkan atau adanya resiko lain. Dari contoh, ibu yang sudah mau
mengikuti penyuluhan ante natal care, ia harus berani untuk mengorbankan
waktunya, atau mungkin kehilangan penghasilannya, atau diomeli oleh mertuanya
karena meninggalkan rumah, dan sebagainya.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden

terhadap suatu objek yang bersangkutan. Pernyataan secara langsung juga dapat
dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata “setuju” atau
“tidak setuju” terhadap pernyataan-pernyataan atau objek tertentu.
2.2.2.3.Tindakan
Suatu rangsangan akan direspon oleh seseorang sesuai dengan arti rangsangan
tersebut bagi orang yang bersangkutan. Respon atau reaksi inilah yang disebut
dengan perilaku, bentuk-bentuk perilaku itu sendiri dapat bersifat sederhana dan
kompleks. Dalam peraturan teoritis, tingkah laku dibedakan atas sikap, dimana sikap
diartikan sebagai suatu kecenderungan potensi untuk mengadakan reaksi (tingkah
laku). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya,
sikap agar menjadi suatu tindakan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu
kondisi yang memungkinkan atau suatu fasilitas (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Notoatmodjo (2005), tindakan adalah gerakan atau perbuatan dari
tubuh setelah mendapat rangsangan ataupun adaptasi dari dalam maupun luar tubuh
suatu lingkungan. Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak
ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut.
Secara logis, sikap dapat dicerminkan dalam suatu bentuk tindakan namun tidak pula
dapat dikatakan bahwa sikap dan tindakan memiliki hubungan yang sistematis.
Tindakan terdiri dari beberapa tingkatan,yaitu:
a. Persepsi, mengenal dan memilih suatu objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil.
b. Respon terpimpin, dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar.

c. Mekanisme, apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis atau sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan.
d. Adopsi, suatu tindakan yang sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut.
Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau
bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni
dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

2.3. Kanker Payudara
2.3.1. Anatomi Payudara
Payudara terletak diatas otot pektoralis mayor dan melekat pada otot tersebut
melalui selapis jaringan ikat.Variasi ukuran payudara tergantung pada jumlah
jaringan lemak dan jaringan ikat (Sloane, 2003).
Bagian luar payudara dibagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama adalah kulit
yang teraba halus dan lunak yang menyelimuti payudara, bagian kedua adalah areola
mammae, yaitu bagian kulit yang lebih gelap dibandingkan bagian yang pertama,
yang mengelilingi payudara sampai dengan puting, sedangkan bagian yang ke tiga
adalah bagian yang lebih gelap dari bagian kedua dan dikuti dengan permukaan kulit
yang lebih menonjol yang disebut dengan puting susu. Bagian dalam terdiri atas
kelenjar-kelenjar yang memproduksi air susu yang disebut lobula, pembuluh-

pembuluh atau duct yakni tabung kecil yang membawa susu dari lobula ke arah
puting susu, jaringan lemak konektif, pembuluh darah dan pembuluh limfa.
Sel-sel kanker payudara bisa memasuki pembuluh-pembuluh limfatik dan
mulai tumbuh dalam simpul-simpul limfa dan simpul limfa ini kebanyakan dibawah
lengan/ketiak (axillary liymph nodes) jika sel kanker payudara mencapai simpul limfa
bawah lengan ini, berarti sel kanker telah berkembang sampai ke aliran darah dan
berkembang ke tempat/ jaringan lain di dalam tubuh (Pamungkas, 2011).

Gambar 2.1. Anatomi Payudara
2.3.2. Definisi Kanker Payudara
Tubuh manusia

terdiri dari sel-sel yang selalu tumbuh, kadang-kadang

pertumbuhan sel tersebut tidak terkontrol dan membentuk suatu gumpalan. Apabila
pada satu tempat di tubuh manusia, salah satu contoh adalah jaringan payudara
dimana seharusnya ketika ada sel yang rusak, sel tersebut akan mati dan digantikan
oleh sel yang baru, tetapi jika pada proses ini terjadi kelainan dimana sel yang usang

tadi tidak langsung mati tetapi membangun sel tambahan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan tubuh maka terjadilah pertumbuhan sel-sel yang berlebihan,

dan

membentuk suatu benjolan atau tumor di payudara. Tumor ini dapat bersifat jinak
maupun ganas, tumor yang ganas inilah yang disebut dengan kanker, apabila berada
di organ payudara maka disebut dengan kanker payudara (Pamungkas, 2011).
Kanker payaudara adalah suatu penyakit dimana terjadi pertumbuhan
berlebihan atau perkembangan tidak terkontrol dari sel-sel (jaringan) payudara. Hal
ini bisa terjadi terhadap wanita maupun pria (Nogroho, 2011).
Kanker payudara merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan
pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga terjadi pertumbuhan yang tidak
normal, cepat dan tidak terkendali yang terjadi pada jaringan payudara (Nuryani dkk,
2013).
2.3.3. Etiologi dan Penyebab Kanker Payudara
Penyebab pasti kanker payudara sampai saat ini belum diketahui, namun sel
kanker disebabkan oleh adanya genom abnormal yang terjadi karena adanya
kerusakan gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel (Sukardja, 2000).
Ada beberapa faktor resiko yang bisa meningkatkan kemungkinan terjadinya kanker
payudara.
Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Usia, resiko kanker payudara semakin meningkat dengan bertambahnya umur
(diatas 30 tahun).

b. Riwayat keluarga, wanita yang ibu atau saudara perempuannya pernah menderita
kanker, memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk mengalami kanker payudara.
Seorang wanita yang pernah mengalami kanker payudara pada salah satu
payudaranya mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk menderita kanker
baru pada payudara lainnya.
c. Faktor hormon, hormon merupakan hal yang paling banyak berpengaruh terhadap
kanker payudara, seperti mendapat haid pertama sebelum berusia 12 tahun,
menopause setelah umur 55 tahun, tidak menikah atau tidak pernah melahirkan
anak pertama setelah berusia 35 tahun serta pennguna pil KB lebih dari 3 tahun
atau terapi hormon estrogen.
Penggunaan Suntikan KB memang membantu para wanita untuk mengontrol
kehamilan dan merencanakan keturunan. Namun efek dari suntikan KB, yaitu
bertambahnya risiko terkena kanker payudara hingga 50%.

Wanita yang

mendapatkan suntikan hormon selama setahun memiliki tingkat risiko terkena
kanker payudara dua kali lipat daripada wanita yang tidak dan para
penggunaan pil KB pada jangka panjang juga bisa meningkatkan risiko terkena
kanker payudara sebesar 24% (Depkes,2010).
d. Faktor genetik, terdapat 2 varian gen BRCA1 dan BRCA2 yang merupakan suatu
gen suspeptabilitas kanker payudara, jika salah satu wanita memiliki satu gen
tersebut maka kemungkinan untuk menderita kanker payudara amatlah besar.
e. Ras, wanita kulit putih kemungkinan kecil menderita kanker payudara
dibandingkan wanita Afrika-Amerika kulit hitam, karena wanita Afrika

mempunyai tumor yang masa tumbuhnya lebih cepat dan berdampak kepada
kematian karena kanker payudara.
f. Radiasi, pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) terutama pada bagian dada, dan
pernah menjalani terapi radiasi di bagian dada dimana pernah menderita kanker
lain seperti limfoma secara signifikan mengalami peningkatan untuk terkena
kanker payudara.
g. Mengkomsumsi Alkohol jelas sangat berkaitan dengan meningkatnya resiko
terkena kanker payudara, mereka yang meminum 2-5 gelas perhari akan
mengalami peningkatan yang lebih besar.
h. Obesitas, atau mempunyai berat badan berlebih, khususnya bagi wanita
menopause, mempunyai jaringan lemak yang berlebih pada masa menopause bisa
meningkatkan terjadinya kanker payudara.
i. Kurang berolahraga, mengkomsumsi makanan yang tinggi lemak, penggunaan bra
terlalu ketat dan penggunaan anti keringat di ketiak, polusi, asap rokok dan bekerja
malam juga faktor pendukung yang belum pasti untuk terjadinya kanker payudara
(Pamungkas, 2011).
2.3.4. Tanda dan Gejala Kanker Payudara
Tanda paling umum dari kanker payudara adalah sebuah benjolan atau massa baru,
massa baru itu tidaklah menimbulkan rasa nyeri, keras dan mempunyai sisi-sisi yang
tidak teratur dan kemungkinan besar itu adalah kanker, bisa berbentuk lunak, lembut
dan bulat.

Tanda-tanda dan gejala umum kanker payudara adalah sebagai berikut:
-

Payudara membesar yang biasanya terjadi tiba-tiba dimana pembesarannya jauh
lebih besar dari pada payudara yang disebelahnya.

-

Payudara terasa gatal, nyeri pada puting.

-

Areolanya berwarna merah muda, merah atau gelap dan kadang – kadang di
jumpai tekstur seperti kulit jeruk.

-

Area kulit menebal dan mengembang, bersisik dan iritasi pada kulit dan kadang
membentuk lesung.

-

Payudara terasa hangat/ panas ketika di sentuh.

-

Terjadi penarikan puting susu.

-

Rasa sakit atau nyeri yang menetap pada payudara.

-

Kotoran atau cairan keluar dari puting padahal tidak sedang menyusui (Setiati,
2009).

2.3.5. Stadium Kanker Payudara
Stadium kanker dapat ditentukan setelah tes-tes yang dilakukan dokter sudah
komplit atau selesai. Stadium dalam kanker adalah untuk menggambarkan kondisi
kanker, yaitu letaknya, sampai dimana penyebarannya, sejauh mana pengaruhnya
terhadap organ tubuh yang lain. Dengan mengetahui stadium kanker ini merupakan
salah satu cara untuk membantu dokter untuk menentukan pengobatan apa yang
sesuai untuk pasien (Nuryani dkk, 2013).
Salah satu cara untuk menggambarkan stadium dari kanker adalah sistem
TNM yang direkomendasikan oleh International Union Against Cancer (IUAC) dari

WHO. Sistem TNM ini menggunakan tiga kriteria untuk menentukan stadium kanker,
yaitu : tumor itu sendiri,seberapa besar ukuran tumornya dan dimana lokasinya (T,
Tumor); kelenjar getah bening di sekitar tumor,apakah tumor telah menyebar ke
kelenjar getah bening di sekitarnya (N, Node); kemungkinan tumor telah menjalar ke
organ lain (M, Metastasis).
Stadium kanker payudara adalah sebagai berikut :
1) Stadium 0
Pada stadium ini kanker tidak menyebar keluar dari pembuluh/saluran payudara
dan kelenjar-kelenjar (lobules) susu pada payudara. Disebut karsinoma duktal in
situ atau kanker yang tidak infasif.
Stadium 1
2) Pada stadium ini tumor masih sangat kecil dan tidak menyebar serta tidak ada titik
pada pembuluh getah bening.
3) Stadium IIA
Pada stadium ini diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah
ditemukan titik-titik pada saluran getah bening di ketiak. Diameter tumor lebih
lebar dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm, belum menyebar ke titik-titik pembuluh
getah bening pada ketiak.
4) Stadium IIB
Pada kondisi ini diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tetapi tidak melebihi 5 cm,
telah menyebar pada titik-titik di pembuluh getah bening ketiak, dan diameter
tumor lebih lebar dari 5 cm tapi belum menyebar.

5) Stadium III A
Pasien pada kondsi ini, diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan telah menyebar
ke tititk-titik pada pembuluh getah bening ketiak. Diameter tumor lebih besar dari
5 cm dan telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening ketiak.
6) Stadium III B
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan bisa
juga luka bernanah di payudara dapat didiagnosa sebagai Inflammatory Breast
Cancer. Dapat juga sudah atau bisa juga belum menyebar ke titik-titik pada
pembuluh getah bening di ketiak dan lengan atas, tetapi tidak menyebar ke bagian
lain dari organ tubuh.
7) Stadium III C
Seperti stadium III B, tetapi telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah
bening dalam group N3 (kanker telah menyebar lebih dari 10 titik di saluran getah
bening di bawah tulang selangka).
8) Stadium IV
Pada stadium IV ukuran tumor dapat berapa saja, tetapi telah menyebar pada
lokasi yang jauh, seperti tulang, paru-paru, liver atau tulang rusuk.
Prognosis kanker payudara berdasarkan stadiumnya dibagi menjadi 5 yaitu :
stadium Ca in Situ (96%), stadium I (90% – 80%), stadium II (70% – 50%), stadium
III (20% – 11%), stadium IV (0%).(Nuryani dkk, 2013).

2.3.6. Pencegahan Kanker Payudara
Hampir setiap evidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif
terhadap kejadian penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini,
demikian halnya dengan kanker payudara karena faktor penyebab yang jelas sampai
saat ini belum diketahui maka dengan deteksi dini lah kanker payudara dapat
terdeteksi pada stadium awal untuk memudahkan pengobatan (Rasjidi, 2010).
Upaya pencegahan kanker payudara dikelompokkan dalam 3 strategi yaitu
pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tertier.
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk
promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang masih sehat melalui upaya
menghindarkan diri dari keterpaparan dari kontak karsinogen dan berbagai faktor
resiko yakni riwayat keluarga, tidak punya anak, tidak menyusui, riwayat tumor jinak
sebelumnya, obesitas, kebiasaan komsumsi tinggi lemak dan kurang serat, perokok
aktif dan pasif, kurang olah raga dan penggunaan obat hormonal >5 tahun dan
melaksanakan pola hidup sehat dengan konsisten.
Salah satu bahan yang digunakan untuk KB suntik atau kontrasepsi injeksi
adalah depo-provera yang mengandung hormon progestin, yang diyakini dapat
menyebabkan masalah pada kesehatan jika dipergunakan dalam jangka waktu
lama. Salah satu efek dari KB suntik adalah hilangnya mineral tulang yang dapat
menyebabkan osteoporosis, namun ternyata bukan hanya itu saja, sebuah penelitian
dari lembaga peniliti kanker menyebutkan bahwa depo-provera yang digunakan

diatas masa 12 bulan meningkatkan resiko kanker payudara, meskipun resiko tersebut
dapat langsung menurun jika penggunaan KB suntik dihentikan. Saat ini, KB suntik
banyak dipilih karena sangat efektif menunda kehamilan, nyaman, dan murah.
Namun tetap disarankan untuk tidak menggunakannya dalam jangka waktu lama,
dengan banyaknya pilihan metode kontrasepsi maka sebaiknyapemilihan alat
kontrasepsi tetap dipertimbangkan manfaat dan efek sampingnya terhadap pengguna
alat kontrasepsi tersebut.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap orang yang memiliki faktor resiko
terkena kanker payudara, dengan rajin melakukan SADARI, sebaiknya dilakukan
setiap bulan tiap bulan tepatnta 1 minggu setelah menstruasi, pemeriksaan klinis
payudara (CBE/Clinical Breast Examination)untuk menemukan benjolan yang
berukuran kurang dari 1 cm, USG adalah untuk mengetahui batas-batas tumor dan
jenis tumor, dan mammografi adalah untuk menemukan adanya kelainan sebelum
adanya gejala tumor dan adanya keganasan.
c. Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier biasanya dilakukan pada individu yang telah positif
menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat pada kanker payudara diawali
dengan diagnosis yang ditegakkan harus dapat menentukan stadiumnya agar dapat
mengevaluasi besaran penyakit dan melakukan terapi yang tepat. Tujuan dari
pengobatan adalahmenyembuhkan, memperpanjang harapan hidup danmeningkatkan
kualitas hidup.

Prioritas pengobatan dilakukan harus di tujukan pada kanker stadium awal
yang lebih berpotensi untuk sembuh. Standart pengobatan kanker meliputi : operasi,
radiasi, kemoterapi dan hormonal yang disesuaikan dengan indikasi patologi.
Pengobatan yang dilakukan harus terpadu meliputi psikososial, rehabilitasi dan
terkoordinasi

dengan pelayanan piliatif untuk

peningkatan

kualitas

hidup

pasienkanker. Hampir diseluruh dunia pasien kanker yang terdiagnosa pada stadium
lanjut, maka untuk kasus seperti ini, pengobatan yang realistis adalah mengurangi
nyeri dengan pelayanan piliatif dapat meningkatkan kualitas hidup pendrita kanker
payudara khususnya (Hawari, 2004).
Dibawah ini ada beberapa tips mencegah kanker payudara:
- Perbanyak makan sayuran, buah-buahan, biji-bijian seperti tahu, tempe dan
makanan yang banyak mengandung serat
- Hindari memiliki berat badan berlebihan atau kegemukan
- Kurangi makan gorengan, jeroan, (makanan yang tinggi protein dan tinggi lemak)
- Hindari makanan yang diolah dengan suhu tinggi (makanan cepat saji/junk food)
- Komsumsi makanan yang di olah dengan cara direbus.
- Hindari makanan dengan pemanis buatan, pewarna makanan, atau zat pengawet
makanan yang berlebihan
- Jaga kebersihan makanan, harus bebas dari zat yang mencemarkan lingkungan.
- Hindari komsumsi alkohol, jangan merokok, perbanyak olahraga yang teratur.
- Hidari stres, jaga keseimbangan mental dan rohani (Setiati, 2009).

2.3.7. Pengobatan Kanker Payudara
Pada stadium I,II,IIIa (stadium operabel), sifat pengobatan adalah kuratif.
Pengobatannya yaitu operasi (primer) dan terapi yang bersifat adjuvan.
a. Stadium I pengobatannya adalah radikal mastektomi atau modified radikal
mastektomi dengan atau tanpa radiasi dan kemoterapi.
b. Stadium II pengobatannya adalah radikal mastektomi atau modified radikal
mastektomi dengan atau tanpa radiasi dan kemoterapi.
c. Stadium IIIa adalah dengan simple mastektomi dengan radiasi dan kemoterapi.
d. Stadium IIIb dan IV, sifat pengobatannya adalah piliasi, yakni untuk mengurangi
keluhan atau penderitaan yang dirasakan dan memperbaiki kualitas hidup, dan
masih dilakukan pengobatan radiasi, kemoterapi dan hormonal.
e. Stadium IV pengobatan yang primer adalah yang bersifat sistemik yaitu
kemoterapi dan hormonal (Diananda, 2007).

2.4. SADARI (Periksa Payudara Sendiri)
2.4.1. Pengertian SADARI
SADARI adalah singkatan dari pemeriksaan payudara sendiri. Pemeriksaan
berasal dari kata dasar periksa, yang dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti
selidik. Pemeriksaan adalah proses, cara, penyelidikan secara teknis terhadap kelenjar
susu atau payudara (Nisman, 2011). Menurut kamus besar bahasa Indonesia payudara
adalah buah dada, susu, tetek. Sendiri artinya seorang diri atau tidak dengan orang
lain (mandiri), dari pengertian-pengertian tersebut maka SADARI dapat diartikan

sebagai suatu proses atau cara pemeriksaan peyudara secara mandiri ataupun seorang
diri.
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah suatu tehnik pemeriksaan
dimana seorang wanita memeriksa payudaranya sendiri dengan melihat dan
merasakan dengan jari untuk mendeteksi apakah ada benjolan atau tidak pada
payudaranya (Setiati 2009).Pemeriksaan payudara sendiri adalah pengembangan
kepedulian wanita terhadap kesehatan payudaranya sendiri. Kegiatan ini

sangat

mudah atau sederhana, murah (tidak memerlukan biaya), tidak menngunakan alat
yang harus dipersiapkan cukup dengan jari tangan sendiri dan tidak perlu
mengunjungi petugas atau pelayanan kesehatan karena dapat dilakukan sendiri secara
mandiri tanpa harus di lihat atau diperiksa orang lain dan tidak perlu merasa malu
atau harus dilihat atau diperiksa orang lain, bagi wanita yang sibuk hanya perlu
menyediakan waktunya selama lebih kurang lima menit, tidak diperlukan waktu
khusus, cukup dilakukan saat mandi atau pada saat sedang berbaring mau tidur
(Nisman, 2011).
American Cancer Society merekomendasikan agar wanita yang mulai
memasuki usia 20 tahun ke atas untuk melakukan pemeriksaan klinik payudara
sekurang-kurangnya 3 tahun sekali dan mendapat informasi tentang keuntungan dan
keterbatasan SADARI sehingga wanita yang memilih melakukan SADARI dapat
melakukannya dengan tepat sesuai dengan pedoman tekniknya (Smith, 2003).

2.4.2. Tujuan Pendidikan SADARI
Hingga saat ini banyak ibu/perempuan yang belum mengetahui pentingnya
SADARI, diperkirakan hanya 25% sampai 30% wanita yang melakukan SADARI
dengan baik dan teratur setiap bulannya. Sebagian besar benjolan pada payudara
dapat terdeteksi sendiri oleh wanita sehingga SADARI menjadi topik atau materi
yang

penting

dalam

promosi

kesehatan

melalui

pendidikan

kesehatan

untukmendeteksi kanker atau penyakit pada payudara lainnya secara dini, dimana
apabila

terdeteksi

sedini mungkin atau pada stadium awal maka harapan

kesembuhan lebih tinggi bahkan sampai 80 -90% (Setiati 2009).
Sebagian besar benjolan pada payudara ditemukan oleh ibu/perempuan
sendiri, dengan memeriksa payudaranya sendiri seorang ibu akan mengetahui
bagaimana payudara yang terlihat dan terasa normal. Jika terdapat perubahan pada
payudaranya dia dapat menemukan sendiri dan memberitahukan kepada petugas
kesehatan. Mengajarkan ibu tentang cara memeriksa payudara setiap bulan dan
mendorong mereka agar mau melakukannya sebab hal ini penting untuk mengontrol
dan menjaga kesehatannya. Pemeriksaan payudara ini baiknya diajarkan oleh petugas
kesehatan (Depkes, 2010).
SADARI dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: SADARI hanya
mendeteksi secara dini kanker payudara, bukan untuk mencegah kanker payudara,
dengan adanya deteksi dini maka kanker payudara dapat terdeteksi pada stadium awal
sehingga pangobatan dini akan memperpanjang harapan hidup penderita kanker
payudara dan untuk menurunkan angka kematian penderita kanker payudara dimana

apabila ditemukan pada stadium awal akan memberikan harapan hidup yang lebih
lama (Nisman, 2011).
Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.2 para ibu/perempuan yang telah
dilatih melakukan pemeriksaan payudara sendiri dapat mendeteksi benjolan kecil
pada payudara mereka dibandingkan dengan ibu/perempuanyang tidak terlatih
(Depkes,2010).

0,2 sentimeter

Mammografi setiap tahun

0,6 sentimeter

Mammografi pertama kali

1,2 sentimeter

SADARI teratur

2,75 sentimeter

SADARI tidak teratur

3,75 sentimeter

SADARI tidak terlatih

Gambar 2.2. Ukuran Rata-rata Benjolan yang Terdeteksi
2.4.3. Waktu Melakukan SADARI
Pada wanita produktif, SADARI harus dilakukan sebulan sekali, 1 minggu
setelah haid terakhir (10 hari setelah hari pertama haid) karena saat ini payudara
kemungkinan tidak mengeras dan tidak nyeri. Jangan melakukan pemeriksaan

payudara

pada masa pertengahan siklus haid sampai menjelang haid, payudara

biasanya membengkak akibat pengaruh kelenjar susu oleh hormon estrogen dan
progesteron, sehingga pemeriksaan akan lebih sulit dilakukan secara akurat. Jika ibu
tidak mendapat menstruasi lagi/sudah menopause, ibu harus memilih hari/tanggal
yang sama setiap bulan (misalnya setiap tanggal 1 setiap bulan) untuk memeriksakan
payudaranya (Diananda, 2007).
2.4.4. Cara Melakukan SADARI
Pemeriksaan payudara dapat dilakukan sendiri pada saat mandi atau sebelum
tidur. Pemeriksaan payudara saat mandi akan mempermudah pemeriksaan karena
tangan dalam kondisi basah dan mudah di gerakkan pada kulit yang sedang basah.
Terdapat 6 langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan SADARI:
1. Posisi berdiri di depan cermin
Mulailah dengan mengamati payudara di cermin dengan bahu lurus dan lengan di
pinggang, dengan cara

ini akan meregangkan otot-otot dada dan aksila

(ketiak)agar perubahan-perubahan pada payudara tampak lebih jelas.

Dalam

pemeriksaan ini yang harus diamati adalah bentuk payudara, ukuran dan warna.
Karena rata-rata payudara berubah tanpa kita SADARI, perubahan yang perlu
diwaspadai adalah

jika payudara berkerut, cekung kedalam atau menonjol

kedepan karena ada benjolan. Puting yang berubah posisi, dimana seharusnya
menonjol keluar, malahan tertarik kedalam, dengan warna memerah, kasar dan
terasa sakit.

2. Setelah itu angkat kedua lengan lurus keatas, mengengkat kedua lengan ini akan
mempermudah melihat retraksi kulit akibat perlekatan tumor pada payudara
bagian bawah (untuk melihat apakah ada kelainan pada kedua payudara bagian
bawah). Kembali amati perubahan yang terjadi pada payudara anda, seperti
perubahan warna, tarikan, tonjolan, kerutan, perubahan bentuk puting susu atau
permukaan kulit menjadi kasar.
3. Sementara masih di depan cermin, tekan puting apakah ada cairan keluar (bisa
berupa cairan putih seperti susu, kuning atau darah)
4. Posisi berbaring
-

Berbaringlah dan apabila anda memulai pemeriksaan dari payudara sebelah
kanan maka langkah-langkah yang dilakukan untuk memeriksa payudara
kanan adalah letakkan bantal dibawah bahu kanan dan letakkan lengan kanan
diatas kepala, posisi ini bertujuan untuk

meratakan jaringan payudara

(jaringan payudara tersebar rata di dada) dan jangan ada jaringan yang jatuh
kesamping atau ke belakang khususnya bagi yang memiliki payudara yang
berukuran besar.
-

Rabalah payudara kanan tadi dengan menggunakan tangan kiri, (tehnik
perabaan payudara sebaiknya menggunakan 3 jari yaitu jari telunjuk, jari
tengah dan jari manis karena ketiga jari ini mempunyai sensitifitas yang lebih
tinggi dibandingkan dengan jari yang lain).
Tekan secara mantap namun lembut dengan jari-jari yang rata dan saling
merapat.Lakukan perabaan dari atas ke bawah, sisi ke sisi dari dada bagian

atas sampai ke perut bagian atas dan dari ketiak sampai lekukan tengah di
antara kedua payudara.
-

Ikuti satu pola untuk memastikan seluruh bagian payudara anda terperiksa
seluruhnya. Anda bisa memulai dari puting susu, lalu melingkar melebar
seperti obat nyamuk ke bagian luar payudara. Anda juga bisa mengambil pola
seperti orang mengepel lantai, dari atas ke bawah atau kiri ke kanan dengan
tarikan lurus-lurus. Mulai dengan rabaan lembut, lalu tekan lebih keras pada
bagian yang perlu diperiksa jaringannya sampai kedalam.

-

Rasakan seluruh jaringan payudara dengan rabaan yang halus tapi sedikit
ditekan dan apabila didapati bagian payudara yang menonjol dapat disertai
nyeri dapat juga tidak ada rasa nyeri, maka segera periksa ke dokter.

-

Untuk memeriksa payudara kiri sama halnya dengan yang dilakukan saat
memeriksa payudara kanan, maka ulangi langkah 3 ini pada payudara sebelah
kiri.

5. Pemeriksaan ketiak. Bagilah payudara menjadi 4 bagian, ¼ atas dekat aksila, beri
perhatian khusus karena ditempat tersebut sering ditemukan tumor payudara serta
lakukan juga pemeriksaan ketiak. Dengan meletakkan tangan kanan anda
kesamping dan rasakan ketiak anda dengan teliti, apakah teraba benjolan atau
tidak.
6. Terakhir, rasakan peyudara ketika sedang berdiri atau duduk. Bagi kebanyakan
wanita, paling mudah melakukan perabaan terhadap payudaranya ketika payudara
sedang mandi atau basah dan licin sehingga waktu yang paling cocok adalah

sewaktu mandi dibawah Shower, dan lakukan perabaan seperti langkah ke-4 dan
yakinkan bahwa seluruh bagian payudara teraba seluruhnya (Nisman, 2011).

Gambar 2.3. Langkah-langkah Pelaksanaan SADARI
Apa yang perlu di cari saat memeriksa payudara sendiri (SADARI)
a. Perubahan ukuran dan bentuk payudara
b. Lipatan atau cekungan (dimple) pada kulit payudara
c. Perubahan warna kulit
d. Terjadi tarikan pada puting
e. Terjadi pembengkakan pada ketiak atau perlukaan di ketiak (Nisman, 2011).
Apabila dijumpai benjolan atau penebalan didalam atau dekat payudara atau
daerah bawah lengan.Jika benjolan halus atau seperti karet dan bergerak dibawah

kulit ketika ditekan dengan jari, tidak perlu khawatir.Tetapi jika benjolan keras,
memiliki bentuk yang tidak rata dan tidak terasa sakit, khususnya ji

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Sadari Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Smk Negeri 3 Tebing Tinggi Tahun 2015

12 91 120

Gambaran Pengetahuan Wanita Tentang Sadari Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009

0 41 64

PENGARUH PELATIHAN SADARI TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP DAN CARA DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA PADA Pengaruh Pelatihan Sadari Terhadap Pengetahuan, Sikap Dan Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Siswi SMK Dwija Dharma Boyolali.

1 3 16

Pengaruh Media Leaflet Dan Media Video Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015

1 2 18

Pengaruh Media Leaflet Dan Media Video Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015

0 0 2

Pengaruh Media Leaflet Dan Media Video Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015

5 20 4

Pengaruh Media Leaflet Dan Media Video Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015

0 1 48

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Media Leaflet Dan Media Video Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015

0 1 10

Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Sadari Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Smk Negeri 3 Tebing Tinggi Tahun 2015

0 3 12

PENGARUH PENYULUHAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI ( SADARI ) DENGAN PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA PADA SISWI SMA NEGERI 1 SUMBAWA

0 1 114