Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Sadari Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Smk Negeri 3 Tebing Tinggi Tahun 2015

(1)

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG SADARI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI

DALAM UPAYA DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DI SMK NEGERI 3 TEBING TINGGI TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH :

NIM. 081000264 SRI ANDRIANI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

(3)

ABSTRAK

Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan sesorang melalui teknik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau memengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan sehat. Kanker payudara adalah pertumbuhan sel payudara yang tidak terkontrol lantaran perubahan abnormal dari gen yang bertanggung jawab atas pengaturan perubahan sel. Mendeteksi kanker payudara sangat mudah dan bisa dilakukan sendiri di rumah. Untuk mendeteksi adanya kanker payudara dapat dilakukan dengan cara SADARI (pemeriksaan payudara sendiri). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan tentang SADARI terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri dalam upaya deteksi dini kanker payudara.

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan rancangan pra-eksperimen one group pretest posttest. Populasi seluruh siswa putri kelas XIISMK Negeri 3 Tebing Tinggi tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 176 orang, sampel diambil dengan cara simple random sampling sehingga diperoleh sampel sebanyak 43 orang. Uji statistik yang digunakan adalah Uji Wilcoxon dengan α=5%.

Dari analisis data diperoleh bahwa ada pengaruh penyuluhan kesehatan tentang SADARI terhadap pengetahuan p<0,001 < 0,05 dalam upaya deteksi dini kanker payudara, dan ada pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap sikap p= 0,003 < 0,05 dalam upaya deteksi dini kanker payudara.

Perlu diadakan pemberian informasi yang edukatif. Pihak sekolah disarankan bekerjasama dengan instansi kesehatan terkait yaitu Puskesmas Kelurahan Rambung, institusi pendidikan kesehatan di Tebing Tinggi maupun Dinas Kesehatan kota Tebing Tinggi untuk menyelenggarakan kegiatan penyuluhan kesehatan mengenai SADARI.

Kata Kunci: Penyuluhan Kesehatan, Kanker Payudara, SADARI, Pengetahuan, Sikap, Remaja Putri


(4)

ABSTRACT

Health education is the addition of a person's knowledge and abilities through practice techniques learned or instructions with the aim of changing or influencing human behavior of individuals, groups and communities to be more self-sufficient in achieving a healthy goal. Breast cancer is the growth of breast cells that are not controlled due to abnormal changes of the genes responsible for the regulation of cell changes. Detecting breast cancer is very easy and can be done at home. For the detection of breast cancer can be done by BSE (breast self-examination). This study aims to determine the effect of health education on breast self-examination of the knowledge and attitudes of young women in the early detection of breast cancer.

This research is experimental research with pre-experimental design one group pretest posttest. The entire population of students of class XII SMK daughter Cliff High School 3 school year 2014/2015, amounting to 176 people, the samples were taken by simple random sampling in order to obtain a sample of 43 people. The statistical test used was Wilcoxon test with α = 5%.

From the analysis of the data showed that there is influence of health education on knowledge about BSE p <0.001 <0.05 in the early detection of breast cancer, and there is the effect of health education on attitudes p = 0.003 <0.05 in the early detection of breast cancer.

There should be provision of educational information. The school suggested in collaboration with relevant health agencies that Rambung village health center, health education institutions in Cliff High and High Cliff city Health Department to conduct health education activities regarding BSE.

Keywords : Counseling Health, Breast Cancer, breast self-examination, Knowledge, Attitude ,Young Women


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sri Andriani

Tempat/TanggalLahir : Tebing Tinggi, 04 Desember 1984 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Kawin

Alamat Rumah : Jl. Abadi Kelurahan Deblot Sundoro Kecamatan Padang Hilir

Tebing Tinggi, Sumatera Utara

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. 1991-1997 : SD Negeri No 164524 Tebing Tinggi 2. 1997-2000 : SMP Swasta RA Kartini Tebing Tinggi 3. 2000-2003 : SMA Negeri I Tebing Tinggi

4. 2003-2006 : Akademi Kebidanan Helvetia Medan

5. 2008-2015 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan

RIWAYAT PEKERJAAN

1. Tahun 2006-2009 : Rumah Bersalin Mitra Medika Medan 2. Tahun 2009 s/d sekarang : RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadilat ALLAH SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang SADARI Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di SMK Negeri 3 Tebing Tinggi Tahun 2015”

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bimbingan dan bantuan yang diberikan dalam penulisan skripsi, kepada :

1. Bapak Dr.Drs Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Heru Sentosa, M.S, Ph.D selaku Kepala Departemen Kependudukan dan Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Asfriyati SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I skripsi yang telah meluangkan waktu dan kebijaksanaan memberikan bimbingan, kritik dan saran kepada penulis.

4. Ibu Maya Fitria SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II skripsi yang memberikan pengarahan dan bimbingannya kepada penulis dengan penuh kesabaran.

5. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.S, selaku Pembimbing Akademik yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi penulis selama melaksanakan perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh Dosen dan Staff Administrasi di Dapartemen Kependudukan dan Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara . 7. Ibu Kepala Sekolah SMK Negeri 3 Tebing Tinggi yang telah membantu


(7)

8. Teristimewa untuk suami dan putriku tercinta Rianda Marhayadi,SE dan Ridzia Cahyuningtyas yang telah memberikan limpahan kasih sayang, motivasi yang luar biasa, perhatian, doa yang tiada henti kepada penulis serta penyemangat terbesar bagi penulis.

9. Ribuan terimakasih juga tak lupa penulis sampaikan kepada orangtua tercinta Ibunda Hj.Suliana dan Bapak H.Soman juga buat Ibu Tety Rosnani juga Bapak Raosin selaku Ibu dan Bapak Mertua penulis atas semua doa restu, semangat, dukungan serta kasih sayang kepada penulis. 10.Adinda tersayang Siti Rahayu, SE dan kakanda tersayang dr.Rima Anita

beserta suami dan keponakan-keponakan penulis yang lucu-lucu dan baik budi, terimakasih atas dukungan dan kasih sayang yang luar biasa kepada penulis

11.Sahabat penulis yang sama-sama telah berjuang sejak Tahun 2008 Elika Handayani Tumanggor AMKeb, ayo kita harus terus maju sahabat.

12.Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, mengingat terbatasnya kemampuan dan kurangnya pegalaman yang penulis miliki. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi seluruh mahasiswa FKM USU dan umumnya bagi pembaca sekalian.Wassalam.

Medan , April 2015 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Umum ... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Penyuluhan Kesehatan... 7

2.1.1. Pengertian Penyuluhan Kesehatan ... 7

2.1.2. Sasaran Penyuluhan Kesehatan ... 8

2.1.3. Materi/Pesan ... 8

2.1.4. Metode ... ... 9

2.1.5. Alat Bantu dan Media Penyuluhan ... 12

2.1.5.1. Alat Bantu Penyuluhan/Peraga ... 12

2.1.5.2. Media Penyuluhan ... 14

2.2 Pengetahuan ... ... 14

2.2.1. Pengertian Pengetahuan... 14

2.2.2. Tingkat Pengetahuan ... 15

2.3. Sikap ... 17

2.3.1. Pengertian Sikap ... 17

2.3.2. Indikator Sikap Terhadap Kesehatan ... 18

2.4. Remaja Putri ... 19

2.4.1. Pengertian Remaja ... 19

2.4.2. Perkembangan Remaja ... 19

2.5. Anatomi dan Fisiolgi Payudara ... 23

2.5.1. Anatomi Payudara ... 23

2.5.2. Fisiologi Payudara ... 24


(9)

2.6.1. Pengertian Kanker Payudara ... 27

2.6.2. Etiologi dan Faktor Resiko ... 27

2.6.3. Klasifikasi ... 31

2.6.4. Pencegahan ... 31

2.6.4.1. Program Pengendalian Kanker Payudara ... 32

2.6.5. Deteksi Dini ... 33

2.6.6. Pengobatan ... 36

2.7. SADARI ... ... 36

2.7.1. Pengertian SADARI ... 36

2.7.2. Tujuan ... ... 37

2.7.3. Waktu SADARI... 37

2.7.4. Cara Melakukan SADARI ... 37

2.7.5. Hasil Pemeriksaan SADARI ... 39

2.8. Kerangka Konsep ... 40

2.9. Hipotesis Penelitian ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

3.1. Jenis Penelitian... 41

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 41

3.2.2. Waktu Penelitian ... 41

3.3. Populasi dan Sampel... 41

3.3.1. Populasi ... 41

3.3.2. Sampel ... 41

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 42

3.5. Pelaksanaan Penelitian ... 43

3.6. Definisi Operasional ... 43

3.7. Aspek Pengukuran ... 44

3.8. Teknik Pengolahan Data... 45

3.9. Teknik Analisis Data...46

3.10. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN ...48

4.1 Gambaran Umum SMK Negeri 3 Tebing Tinggi ... 48

4.2 Gambaran Karakteristik Responden ... 49

4.3 Gambaran Pelaksanaan Penelitian ... 49

4.4 Gambaran Pengetahuan Responden ... 50

4.5 Gambaran Sikap Responden ... 52

BAB V PEMBAHASAN ... 61

5.1 Tingkat Pengetahuan Remaja ... 61


(10)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...67

6.1 Kesimpulan ... 67

6.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ...69 DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Lampiran 2 Materi Penyuluhan Lampiran 3 Liftlet Penyuluhan Lampiran 4 Master Data

Lampiran 5 Hasil Uji Statistik

Lampiran 6 Surat Balasan Survei Pendahuluan Dari SMK Negeri 3 Tebing Tinggi

Lampiran 7 Surat Balasan Selesai Melakukan Penelitian di SMK Negeri 3 Tebing Tinggi


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur dan

Agama di SMK Negeri 3 Tebing Tinggi ... 49 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pretest dan Posttest Responden

Berdasarkan Item Pertanyaan Tentang SADARI Sebagai Upaya

Deteksi Dini Terhadap Kanker Payudara ... 51 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Pretest dan Posttest

Responden Tentang SADARI Sebagai Upaya Deteksi Dini Terhadap

Kanker Payudara ... 52 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Sikap Pretest Responden Tentang SADARI

Sebagai Upaya Deteksi Dini Terhadap Kanker Payudara ... 53 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sikap Pretest Responden Tentang SADARI

Sebagai Upaya Deteksi Dini Terhadap Kanker Payudara ... 55 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Sikap Posttest Responden Tentang SADARI

Sebagai Upaya Deteksi Dini Terhadap Kanker Payudara ... 55 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Sikap Posttest Responden Tentang SADARI

Sebagai Upaya Deteksi Dini Terhadap Kanker Payudara ... 57 Tabel 4.8 Uji Analisis Statistik Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah

Pemberian Penyuluhan Kesehatan Tentang SADARI ... 57 Tabel 4.9 Uji Analisis Statistik Perbedaan Sikap Sebelum dan Sesudah


(12)

DAFTAR GAMBAR


(13)

ABSTRAK

Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan sesorang melalui teknik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau memengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan sehat. Kanker payudara adalah pertumbuhan sel payudara yang tidak terkontrol lantaran perubahan abnormal dari gen yang bertanggung jawab atas pengaturan perubahan sel. Mendeteksi kanker payudara sangat mudah dan bisa dilakukan sendiri di rumah. Untuk mendeteksi adanya kanker payudara dapat dilakukan dengan cara SADARI (pemeriksaan payudara sendiri). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan tentang SADARI terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri dalam upaya deteksi dini kanker payudara.

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan rancangan pra-eksperimen one group pretest posttest. Populasi seluruh siswa putri kelas XIISMK Negeri 3 Tebing Tinggi tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 176 orang, sampel diambil dengan cara simple random sampling sehingga diperoleh sampel sebanyak 43 orang. Uji statistik yang digunakan adalah Uji Wilcoxon dengan α=5%.

Dari analisis data diperoleh bahwa ada pengaruh penyuluhan kesehatan tentang SADARI terhadap pengetahuan p<0,001 < 0,05 dalam upaya deteksi dini kanker payudara, dan ada pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap sikap p= 0,003 < 0,05 dalam upaya deteksi dini kanker payudara.

Perlu diadakan pemberian informasi yang edukatif. Pihak sekolah disarankan bekerjasama dengan instansi kesehatan terkait yaitu Puskesmas Kelurahan Rambung, institusi pendidikan kesehatan di Tebing Tinggi maupun Dinas Kesehatan kota Tebing Tinggi untuk menyelenggarakan kegiatan penyuluhan kesehatan mengenai SADARI.

Kata Kunci: Penyuluhan Kesehatan, Kanker Payudara, SADARI, Pengetahuan, Sikap, Remaja Putri


(14)

ABSTRACT

Health education is the addition of a person's knowledge and abilities through practice techniques learned or instructions with the aim of changing or influencing human behavior of individuals, groups and communities to be more self-sufficient in achieving a healthy goal. Breast cancer is the growth of breast cells that are not controlled due to abnormal changes of the genes responsible for the regulation of cell changes. Detecting breast cancer is very easy and can be done at home. For the detection of breast cancer can be done by BSE (breast self-examination). This study aims to determine the effect of health education on breast self-examination of the knowledge and attitudes of young women in the early detection of breast cancer.

This research is experimental research with pre-experimental design one group pretest posttest. The entire population of students of class XII SMK daughter Cliff High School 3 school year 2014/2015, amounting to 176 people, the samples were taken by simple random sampling in order to obtain a sample of 43 people. The statistical test used was Wilcoxon test with α = 5%.

From the analysis of the data showed that there is influence of health education on knowledge about BSE p <0.001 <0.05 in the early detection of breast cancer, and there is the effect of health education on attitudes p = 0.003 <0.05 in the early detection of breast cancer.

There should be provision of educational information. The school suggested in collaboration with relevant health agencies that Rambung village health center, health education institutions in Cliff High and High Cliff city Health Department to conduct health education activities regarding BSE.

Keywords : Counseling Health, Breast Cancer, breast self-examination, Knowledge, Attitude ,Young Women


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Payudara dimiliki oleh setiap orang, lelaki maupun wanita. Pada lelaki payudara mengalami rudimeter dan tidak penting, sedang milik wanita menjadi berkembang dan penting. Payudara merupakan salah satu organ penting wanita yang erat kaitannya dengan fungsi reproduksi dan kewanitaan (kecantikan). Karena itu gangguan payudara tidak sekedar memberikan gangguan kesakitan sebagaimana penyakit pada umumnya, tetapi juga akan mempunyai efek estetika dan psikologis khusus (Bustan, 2007).

Kanker payudara adalah pertumbuhan sel payudara yang tidak terkontrol lantaran perubahan abnormal dari gen yang bertanggung jawab atas pengaturan perubahan sel. Secara normal sel payudara yang tua akan mati, lalu digantikan oleh sel baru yang lebih baik. Regenerasi sel seperti ini berguna untuk mempertahankan fungsi payudara. Pada kasus kanker payudara, gen yang bertanggung jawab terhadap pengaturan pertumbuhan sel termutasi, kondisi itulah yang disebut kanker payudara (Dewi, 2009).

Mendeteksi kanker payudara sangat mudah dan bisa dilakukan sendiri di rumah. Semakin sering Anda memeriksa payudara Anda akan semakin mengenalnya dan semakin mudah menemukan sesuatu yang tidak beres. Payudara memiliki bagian-bagian yang kalau diraba terasa berbeda-beda, sisi atas agak kesamping (dekat ketiak) cenderung terasa bergumpal-gumpal besar. Bagian


(16)

bawah terasa seperti hamparan pasir atau kerikil. Sedang bagian di bawah puting susu terasa seperti kumpulan biji-bijian yang besar (Ghofar, 2009).

Untuk mendeteksi adanya kanker payudara dapat dilakukan dengan cara SADARI (pemeriksaan payudara sendiri). Tindakan ini sangat penting karena hampir 85% benjolan payudara ditemukan oleh penderita sendiri (Dyayadi, 2009). Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan 7-10 hari setelah menstruasi, karena kondisi payudara lunak dan longgar sehingga memudahkan perabaan (Ghofar, 2009).

Usia termuda untuk terjadinya kanker payudara adalah di atas 25 tahun dan peningkatan prevalensi kanker payudara terjadi pada kelompok usia kurang dari 45 tahun. Masa inkubasi masa kanker payudara diperkirakan 8-12 tahun, dengan demikian upaya deteksi dini sangat diperlukan (Dyayadi, 2009).

Menurut WHO tahun 2012, menyebutkan sebanyak 1,7 juta wanita didiagnosis menderita kanker payudara sementara jumlah penderita kanker payudara di Amerika Serikat dan beberapa negara maju lainnya menduduki peringkat pertama (Luwia, 2009). Kasus kanker payudara di Amerika Serikat tercatat hampir 200.000 wanita yang terdiagnosis dan setiap tahunnya terdapat lebih dari 40.000 meninggal akibat penyakit ini (Chen, 2010). Data terbaru dari American Cancer Society telah menghitung bahwa di tahun 2013, terdapat 64.640 kasus kanker payudara. Sekitar 39.620 wanita meninggal dunia setiap tahunnya karena kanker payudara.

Data Pathology Based Cancer Registry bekerja sama dengan yayasan kanker Indonesia, menunjukkan kanker payudara di Indonesia menduduki peringkat kedua dari semua jenis kanker yang diderita (Luwia, 2009). Dokter


(17)

spesialis bedah kanker Rumah Sakit Kanker Dharmais yaitu Sutjipto (2013) menyatakan saat ini penderita kanker payudara di Indonesia mencapai 100 dari 100.000 penduduk. Sekitar 60-70% dari penderita tersebut datang pada stadium tiga, yang kondisinya terlihat semakin parah (Depkes, 2013).

Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau memengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat (Depkes, 2002). Artinya penyuluhan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengerti atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka (Notoatmodjo, 2003). Pelaksanaan penyuluhan kesehatan yang akan dilakukan di SMK Negeri 3 Tebing Tinggi yaitu melalui teknik ceramah, praktek dan tanyajawab.

Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan pada remaja puteri di SMK Bisnis Manajemen Administrasi Perkantoran Bina Satria Medan Tahun 2010 menunjukkan masih rendahnya remaja yang berperilaku SADARI secara benar, dengan data yang diperoleh yaitu sebanyak 39,9% responden yang pernah melakukan SADARI, 4,1% yang melakukan secara teratur dan 7,8% yang melakukan SADARI secara benar (7-10 hari) setelah menstruasi (Riri Maharani, 2010). Penelitian yang dilakukan pada pasien kanker payudara di 9 rumah sakit umum di Alexandria, didapatkan hasil bahwa pasien yang melakukan SADARI memiliki proporsi yang lebih tinggi untuk terdiagnosis pada stadium dini (stadium


(18)

I&II) (87,5%) dibanding dengan pasien yang tidak pernah melakukan SADARI (52,5%) (Abdel, 2011).

SMK Negeri 3 Tebing Tinggi merupakan salah satu SMK yang ada di Kota Tebing Tinggi. Terletak di Jalan Nangka Kelurahan Rambung Kecamatan Tebing Tinggi Kota, Tebing Tinggi Sumatera Utara. SMK Negeri 3 terdiri dari 3 kelas (X, XI, XII) dengan jumlah siswa 524 orang. Jumlah kelas XII dibagi menjadi 8 kelas, dimana jumlah siswa perempuan di kelas XII sebanyak 176 orang dan jumlah siswa laki-laki sebanyak 7 orang.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 28 Maret 2014 pada siswi SMK Negeri 3 Tebing Tinggi melalui wawancara langsung oleh peneliti kepada 15 siswi perempuan (sekitar 8% dari 176 siswi) tentang SADARI, ternyata semua siswi belum mengetahui SADARI. Menurut informasi yang didapat penulis dari pihak Tata Usaha SMK Negeri 3 bahwa sebelumnya belum pernah ada dilakukan kegiatan seperti penyuluhan yang berkaitan dengan kesehatan seperti SADARI di SMK tersebut. Oleh karena itu penulis berminat untuk melakukan penelitian tentang SADARI sebagai upaya deteksi dini terhadap kanker payudara di SMK Negeri 3 Tebing Tinggi.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah masih rendahnya pengetahuan dan sikap remaja putri di SMK Negeri 3 Tebing Tinggi tentang SADARI sebagai upaya mendeteksi dini kanker payudara.


(19)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Diketahuinya pengaruh penyuluhan kesehatan tentang SADARI terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri dalam upaya deteksi dini kanker payudara di SMK Negeri 3 Tebing Tinggi.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang SADARI pada siswi SMK Negeri 3 Tebing Tinggi.

b. Mengetahui sikap tentang SADARI pada siswi SMK Negeri 3 Tebing Tinggi.

c. Mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan tentang SADARI terhadap pengetahuan di SMK Negeri 3 Tebing Tinggi.

d. Mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan tentang SADARI terhadap sikap di SMK Negeri 3 Tebing Tinggi.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat kepada berbagai pihak yaitu : 1. Sebagai informasi dan masukan yang bermanfaat bagi siswi SMK Negeri 3

Tebing Tinggi tentang kesehatan reproduksi khusunya SADARI sebagai cara untuk menedeteksi dini kejadian kanker payudara agar lebih termotivasi untuk melaksanakan SADARI setiap bulannya.

2. Hasil dari hasil penelitian ini nantinya dapat dimanfaatkan oleh pihak sekolah, agar kedepannya dapat memberikan pendidikan kesehatan khususnya tentang


(20)

SADARI bekerja sama dengan pihak puskesmas kelurahan rambung, institusi pendidikan kesehatan maupun Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi untuk melakukan penyuluhan kesehatan.

3. Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyuluhan Kesehatan

2.1.1 Pengertian Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan secara umum adalah ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan (Setiana, 2005).

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal (dari dalam diri manusia) maupun faktor eksternal (dari luar diri manusia). Faktor internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis. Faktor eksternal terdiri dari berbagai faktor antara lain; sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).

Sedangkan penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan sesorang melalui teknik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau memengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan sehat (Depkes, 2002).

Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, lalu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dengan meminta pertolongan (Effendy, 2003).


(22)

2.1.2 Sasaran Penyuluhan Kesehatan

Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada individu dapat dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas, posyandu, keluarga binaan, dan masyarakat binaan. Penyuluhan kesehatan pada keluarga diutamakan pada keluarga resiko tinggi, seperti keluarga yang menderita penyakit menular, keluarga dengan sosial ekonomi rendah, keluarga dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi lingkungan yang buruk dan sebagainya.

Penyuluhan kesehatan pada sasaran kelompok dapat dilakukan pada kelompok ibu hamil, kelompok ibu yang mempunyai anak balita, kelompok masyarakat yang rawan terhadap masalah kesehatan seperti kelompok lansia, kelompok yang ada di berbagai institusi pelayanan kesehatan seperti anak sekolah, pekerja dalam perusahaan dan lain-lain.

Penyuluhan kesehatan pada sasaran masyarakat dapat dilakukan pada masyarakat binaan puskesmas, masyarakat nelayan, masyarakat pedesaan, masyarakat yang terkena wabah dan lain-lain (Effendy, 2003).

2.1.3 Materi/Pesan

Materi atau pesan yang disampaikan kepada sasaran hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Materi yang disampaikan sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, tidak terlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran, dalam


(23)

penyampaian materi sebaiknya menggunakan metode dan media untuk mempermudah pemahaman dan untuk menarik perhatian sasaran (Effendy, 2003).

2.1.4 Metode

Menurut Notoatmodjo (2007), metode penyuluhan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal.

Metode yang dikemukakan antara lain : 1. Metode penyuluhan perorangan (individual)

Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina perilaku baru atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut.

Bentuk dari pendekatan ini antara lain : a. Bimbingan dan penyuluhan

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut.

b. Wawancara

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk memengaruhi apakah perilaku yang sudah atau akan diadopsi itu


(24)

mempunyai dasar pengertian kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

2. Metode penyuluhan kelompok

Dalam memilihn metode penyuluhan kelompok harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran penyuluhan.

Metode ini mencakup :

a. Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan seminar. 1) Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah adalah:

a) Persiapan

Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang akan diceramahkan, untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri. Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema dan mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran.


(25)

b) Pelaksanaan

Kunci keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat menguasai sasaran. Untuk dapat menguasai sasaran penceramah dapat menunjukkan sikap dan penampilan yang meyakinkan. Tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah. Suara hendaknya cukup keras dan jelas. Pandangan harus tertuju keseluruh peserta. Berdiri di depan/dipertengahan, seyogianya tidak duduk dan menggunakan alat bantu lihat semaksimal mungkin.

2) Seminar

Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian dari seseorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap hangat di masyarakat.

b. Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang. Metode yang cocok untuk kelompok ini adalah diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju, memainkan perananan, permainan stimulasi. 3. Metode penyuluhan massa

Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau public. Oleh karena sasaran bersifat umum dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya, maka pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat


(26)

ditangkap oleh massa tersebut. Pada umumnya bentuk pendekatan masa ini tidak langsung, biasanya menggunakan media massa. Beberpa contoh dari metode ini adalah ceramah umum, pidato melalui media massa, simulasi, dialog antara pasien dan petugas kesehatan, sinetron, tulisan dimajalah atau koran, bill board yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya.

2.1.5 Alat Bantu dan Media Penyuluhan 2.1.5.1 Alat Bantu Penyuluhan (Peraga)

Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat yang digunakan oleh penyuluh dalam menyampaikan informasi. Alat bantu ini sering disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam proses penyuluhan (Notoatmodjo, 2007).

Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain, alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu objek sehingga mempermudah persepsi. Secara terperinci, fungsi alat peraga adalah untuk menimbulkan minat sasaran, mecapai sasaran yang lebih banyak, membantu mengatasi hambatan bahasa, merangsang sasaran untuk melaksanakan pesan kesehatan, membantu sasaran untuk belajar lebih banyak dan tepat, merangsang sasaran untuk meneruskan pesan yang diterima kepada orang lain, mempermudah memperoleh informasi oleh sasaran, mendorong keinginan orang


(27)

untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami dan akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik, dan membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.

Pada garis besarnya ada 3 macam alat bantu penyuluhan yaitu : 1. Alat bantu lihat

Alat ini berguna dalam membantu menstimulasikan indera mata pada waktu terjadinya penyuluhan. Misalnya gambar.

2. Alat bantu dengar

Alat ini berguna dalam membantu menstimulasi indera pendengar, pada waktu proses penyampaian bahan penyuluhan. Misalnya radio.

3. Alat bantu lihat-dengar

Alat ini berguna dalam menstimulasi indera penglihatan dan pendengaran pada waktu proses penyuluhan. Misalnya televisi, video cassette.

Tujuan yang hendak dicapai :

1. Tujuan penyuluhan adalah untuk mengubah pengetahuan/pengertian, pendapat dan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi, menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang baru.

2. Tujuan penggunaan alat peraga adalah sebagai alat bantu dalam latihan/penataran/penyuluhan, untuk menimbulkan perhatian terhadap sesuatu masalah, mengingatkan sesuatu pesan/informasi dan menjelaskan fakta-fakta, prosedur, dan tindakan.


(28)

2.1.5.2Media Penyuluhan

Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan.

Tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan antara lain adalah :

1. Media dapat mempermudah penyampaian informasi. 2. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.

3. Media dapat memperjelas informasi. 4. Media dapat mempermudah pengertian.

5. Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik.

6. Media dapat menampilkan objek yang tidak dapat ditangkap dengan mata. 7. Media dapat memperlancar komunikasi.

Media penyuluhan kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan informasi atau pesan-pesan kesehatan sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran, sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan pesan yang disampaikan.

2.2 Pengetahuan

2.2.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terhadap obyek


(29)

terjadi melalui panca indera manusia, yakni : penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui. Manusia memiliki rasa ingin tahu, lalu ia mencari, hasilnya ia tahu sesuatu. Sesuatu itulah yang dinamakan pengetahuan (Meutia, 2009).

2.2.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain cognitive mempunyai 6 (enam) tingkatan :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (Recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu situasi atau kondisi sebenarnya (real). Aplikasi


(30)

disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya penggunaan rumus statistik dalam perhitungan hasil penelitian.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu metode kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada sesuatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagain dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian tersebut didasarkan pada suatu kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya dapat menafsirkan sebab-sebab mengapa ibu-ibu tidak mau ikut ber-KB, tidak mau memeriksakan kehamilan dan sebagainya.


(31)

2.3 Sikap

2.3.1 Pengertian Sikap

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu. Sebagai contohnya yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan atau senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Sikap juga merupakan evaluasi atau reaksi perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak memihak (unfavorable) pada objek tertentu (Azwar, 2005).

Menurut Kwick sikap adalah suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi/tidak menyenangi objek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia (Notoatmodjo, 2003).

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk beraksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Allport 1954 bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu :

1. Keyakinan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek 2. Kepercayaan, ide terhadap suatu konsep


(32)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh dalam pembentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosional memegang peranan yang sangat penting.

2.3.2 Indikator Sikap Terhadap Kesehatan

Indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan, antara lain : (Notoatmodjo, 2007)

a. Sikap terhadap sakit dan penyakit

Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang tehadap gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit dan sebagainya.

b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat

Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara memelihara dan cara-cara (berperilaku) hidup sehat. Dengan perkataan lain pendapat atau penilaian terhadap makanan, minuman, olahraga, istirahat cukup dan sebagainya.

c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan

Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Misalnya pendapat atau penilaian terhadap air bersih, pembuangan limbah, polusi dan sebagainya. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Dapat melalui wawancara atau angket.


(33)

2.4 Remaja Putri

2.4.1 Pengertian Remaja

Remaja atau “adolescence” (Inggris), berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Baik kematangan fisik, sosial maupun psikologis (Widyastuti, 2009).

Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12-24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum menikah, jika telah menikah maka tergolong ke dalam dewasa. Menurut BKKBN adalah usia antara 10-19 tahun (Widyastuti, 2009). Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1999). Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak (Papalia, 2001).

2.4.2 Perkembangan Remaja

Perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan. Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau berat tubuh dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara konkret menjadi abstrak. Perkembangan dalam kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda.


(34)

Ada tiga aspek perkembangan yang dikemukakan Papalia dan Olds (2001), yaitu:

a. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik. Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif.

b. Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget dalam Santrock (2007), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, dimana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru. Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa (Santrock, 2007). Piaget


(35)

dalam Papalia & Olds (2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal.

Tahap operasi formal adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan. Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya (Santrock, 2007).

c. Perkembangan Kepribadian dan Sosial

Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang


(36)

lain. Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup.

Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua. Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstrakurikuler dan bermain dengan teman. Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar. Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya.

Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya Papalia & Olds (2001) mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus, dan sebagainya (Papalia, 2001).


(37)

2.5 Anatomi dan Fisiologi Payudara 2.5.1 Anatomi Payudara

a. Struktur. Setiap payudara merupakan elevasi dari jaringan glandular dan adiposa yang tertutup kulit pada dinding anterior dada. Payudara terletak di atas otot pektoralis mayor dan melekat pada otot tersebut melalui selapis jaringan ikat. Variasi ukuran payudara bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan jaringan ikat dan bukan pada jumlah jaringan glandular actual (Sloane, 2003).

1. Jaringan glandular terdiri dari 15–20 lobus mayor, setiap lobus dialiri duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus laktiferus (ampula) sebelum muncul untuk memperforasi puting dengan 15-20 mulut (opening).

2. Lobus–lobus dikelilingi jaringan adiposa dan dipisahkan oleh ligament suspensorium cooper (berkas jaringan ikat fibrosa). Ligamen suspensorium ini merentang dari fasia dalam pada otot pektoralis sampai fasia superfisial tepat dibawah kulit.

3. Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobus, setiap lobulus kemudian bercabang menjadi duktus-duktus kecil yang berakhir di alveoli sekretori. Sel-sel alveolar, di bawah pengaruh hormonal saat kehamilan dan setelah kelahiran merupakan unit glandular yang mensintesis dan mensekresi susu.

4. Puting. Dikelilingi oleh area kulit berpigmen dengan diameter sekitar 3 cm yang disebut dengan areola (Monkhouse, 2007). Diatas permukaan


(38)

areola terdapat beberapa kelenjar sebasea (Montgomery’s tubercles) yang berguna sebagai penghasil lubrikasi puting ketika menyususi (Ross, 2001).

b. Suplai darah dan aliran cairan limfatik payudara

1. Suplai arteri ke payudara berasal terutama berasal dari cabang arteri subclavia, yaitu : a.thoracica interna yang memperdarahi bagian medial, a.thoracica lateral yang memperadarahi bagian lateral. Kontribusi tambahan berasal dari arteri thoracoacromial dan arteri interkostal 2–5. Darah dialirkan dari payudara melalui vena dalam dan superfisial yang menuju vena subclavia dan vena brachiocephalica (Monkhouse, 2007). 2. Aliran limfatik dari bagian sentral kelenjar mammae, kulit, puting, dan

areola adalah melalui sisi lateral menuju aksila. Dengan demikian limfe dari payudara mengalir melalui nodus limfe aksilar. Hal ini secara klinis memiliki hubungan signifikan dengan metastasis kanker payudara (Sloane, 2003).

c. Persarafan. Kelenjar mamae dipersarafi oleh nervus interkostal T2-6 (Monkhouse, 2007).

2.5.2 Fisiologi Payudara

Mengenai fisiologi payudara karena kelenjar payudara merupakan satu bagian integral dari sistem reproduksi maka perubahan fisiologis kelenjar tersebut rapat hubungannya dengan reproduksi dalam keseluruhan yang dikendalikan oleh sistem neuro-endokrinologi yang sama. Kita membedakan 3 macam perubahan fisiologis kelenjar payudara, yakni (Prawirohardjo, 2009)


(39)

1. Pertumbuhan dan involusi kelenjar payudara yang berhubungan rapat dengan umur.

Pada waktu lahir payudara merupakan suatu sistem saluran yang bermuara ke mamilla. Beberapa hari sesudah lahir sebagian besar bayi-bayi dari kedua seks menunjukkan pembesaran kelenjar payudara sedikit dan mulai bersekresi sedikit mengeluarkan kolostrum yang menghilang sesudah kira-kira satu minggu kemudian, kelenjar payudara kembali dalam keadaan infatil, tidak aktif (Prawirohardjo, 2009).

Dengan permulaan pubertas antara 10-15 tahun, areola membesar dan lebih mengandung pigmen. Payudara pun menyerupai satu “cakram”. Pertumbuhan kelenjar akan berjalan terus sampai umur dewasa hingga berbentuk seperti kuncup. Hal ini terjadi di bawah pengaruh estrogen yang kadarnya meningkat. Terutama yang tumbuh ialah jaringan lemak dan jaringan ikat di antara 15-20 lobus payudara, saluran-saluran lobus tidak banyak tumbuh. Biasanya payudara sudah sempurna terbentuk setelah haid mulai (Prawirohardjo, 2009).

2. Perubahan kelenjar payudara yang berhubungan dengan haid

Pada waktu haid payudara agak membesar dan tegang dan pada beberapa wanita timbul rasa nyeri (mastodenia). Perubahan ini kiranya ada hubungan dengan perubahan vaskular dan limfogen. Berhubung dengan itu janganlah mengambil keputusan terhadap kelainan payudara pada waktu haid, karena mungkin kita akan memutuskan biopsi yang sebenarnya tidak perlu dikerjakan. Apalagi dalam keadaan ragu-ragu, lebih baik keputusan


(40)

ditangguhkan sampai pemeriksaan sesudah haid selesai (Prawirohardjo, 2009).

3. Perubahan kelenjar payudara waktu hamil dan laktasi

Beberapa minggu sesudah konsepsi timbul perubahan-perubahan pada kelenjar payudara. Payudara jadi penuh, tegang, areola lebih banyak mengandung pigmen dan puting sedikit membesar. Pada awal trimester kedua mulai timbul sistem alveolar; baik duktus-duktus maupun asinus-asinus menjadi hipertrofi di bawah pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat, alveolus-alveolus mulai terisi cairan, yakni kolostrum di bawah pengaruh prolaktin. Karena inhibisi estrogen progesteron, kolostrum tidak tidak dikeluarkan, hanya pada bulan-bulan terakhir dapat dikeluarkan beberapa tetes. Sesudah persalinan kolostrum keluar dalam jumlah yang besar, dan lambat laun diganti dengan air susu, jikalau bayi disusui dengan teratur. Biasanya sesudah 24 jam mulai dikeluarkan air susu biasa dan sesudah 3-5 hari produksinya teratur (Prawirohardjo, 2009).

Banyak wanita jaman sekarang tidak mau menyusui bayinya, karena menurut mereka, menyusui membuat kelenjar payudara lembek dan menggantung. Ini tidak benar, kelenjar payudara kalau sudah berfungsi, menyusui bayi atau tidak, akan mengalami perubahan lambat laun. Akan tetapi satu hal harus diingat, menurut pengalaman Hagenson, pada wanita yang menyusui bayinya kurang mendapat kanker atau cystic disease of breast daripada mereka yang tidak menyusui (Prawirohardjo, 2009).


(41)

2.6 Kanker Payudara

2.6.1 Pengertian Kanker Payudara

Kanker payudara merupakan penyakit yang disebabkan oleh sel ganas (kanker) yang tumbuh pada jaringan payudara, biasanya duktus (saluran yang membawa susu ke puting) dan lobulus (kelenjar yang menghasilkan susu). Sel kanker dikarakteristikkan dengan pembelahan sel yang tidak terkontrol dan kemampuan sel-sel ini untuk invasi jaringan normal secara lokal atau menyebar melalui tubuh, yang melalui prosesnya disebut metastasis (National Cancer Institute, 2011).

2.6.2 Etiologi dan Faktor Resiko

Tidak seperti kanker leher rahim yang dapat diketahui etiologi dan perjalanan penyakitnya secara jelas, penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan. Akan tetapi, banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang berhubungan dengan peningkatan faktor resiko atau kemungkinan terjadinya kanker payudara. Faktor-faktor itu disebut faktor resiko. Perlu diingat, apabila seorang perempuan mempunyai faktor resiko, bukan berarti perempuan tersebut pasti akan menderita kanker payudara, tetapi faktor tersebut akan meningkatkan kemungkinannya untuk terkena kanker payudara. Banyak perempuan yang mempunyai satu atau beberapa faktor resiko tetapi tidak pernah menderita kanker payudara sampai akhir hidupnya (Rasjidi, 2009).

Faktor resiko yang utama berhubungan dengan keadaan hormonal (estrogen dominan) dan genetik. Penyebab terjadinya keadaan estrogen dominan karena beberapa faktor resiko di bawah ini dan dapat digolongkan berdasarkan :


(42)

a. Faktor yang berhubungan dengan diet : (Kemenkes, 2010)

Faktor resiko ini dapat dibagi dua yaitu faktor resiko yang memperberat terjadinya kanker dan yang mengurangi terjadinya kanker.

1. Beberapa faktor yang memperberat seperti :

a) Peningkatan berat badan yang bermakna pada saat pasca menopause b) Diet ala barat yang tinggi lemak (western style)

c) Minuman beralkohol

2. Faktor resiko yang mempunyai dampak positif seperti : a) Peningkatan konsumsi serat

b) Peningkatan konsumsi buah dan sayur b. Hormon dan faktor reproduksi

1. Menarche atau menstruasi pertama pada usia relatif muda (kurang dari 12 tahun). Ketika seorang wanita mengalami menstruasi lebih awal, rentang waktu antara perkembangan payudara dengan kehamilan cukup bulan pertama kali biasanya lebih lama dari pada wanita yang menstruasi kemudian. Selama waktu ini, jaringan payudara immatur, lebih aktif dan rentan terhadap pengaruh hormon.

2. Menopause atau mati haid pada usia relatif lebih tua (lebih dari 50 tahun)

3. Nullipara/belum pernah melahirkan

4. Melahirkan anak pertama pada usia relatif lebih tua/ lebih dari 30 tahun. Ketika sel payudara dibentuk ketika remaja, sel-sel tersebut immatur dan sangat aktif hingga mengalami kehamilan cukup bulan pertama


(43)

kali. Sel-sel payudara immatur tersebut sangat berespon terhadap hormon esterogen. Kehamilan cukup bulan pertama membuat sel-sel payudara menjadi matur dan tumbuh lebih teratur. Inilah alasan utama mengapa kehamilan membantu memproteksi kanker payudara. Hamil juga mereduksi jumlah total siklus menstruasi yang mungkin alasan lain mengapa hamil lebih dini menawarkan efek protektif.

5. Pemakaian kontrasepsi oral (pil KB) dalam waktu lama (≥7 tahun). Masih terdapat kontroversi sampai saat ini terkait peran kontrasepsi oral dalam perkembangan kanker payudara. Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa kontrasepsi oral berperan dalam meningkatkan resiko kanker payudara pada wanita pramenopause, tetapi tidak ada wanita dalam pasca menopause.

6. Tidak menyusui. Menyusui dapat menurunkan resiko kanker payudara, khususnya jika wanita menyusui lebih lama dari 1 tahun. Ini kurang menguntungkan untuk wanita yang menyusui kurang dari satu tahun. Ada beberapa alasan mengapa menyusui menjaga kesehatan payudara : a) Memproduksi susu yang akan membatasi kemampuan sel-sel

payudara untuk berproliferasi tidak terkendali.

b) Kebanyakan wanita memiliki siklus menstruasi yang lebih sedikit ketika menyusui yang berefek menurunkan level esterogen.

c) Kebanyakan wanita berusaha untuk makan makanan yang bernutrisi dan mengikuti gaya hidup yang lebih sehat (membatasi rokok dan minum alkohol) ketika menyusui.


(44)

c. Radiasi pengion pada saat pertumbuhan payudara

Pada masa pertumbuhan, perubahan organ payudara sangat cepat dan rentan terhadap radiasi pengion.

d. Riwayat keluarga

Pada kanker payudara, telah diketahui beberapa gen yang dikenali mempunyai kecenderungan untuk terjadinya kanker payudara, yaitu gen BRCA1, BRCA2 dan juga pemeriksaan histopatologi faktor proliferasi “p53 germline mutation”.

Pada masyarakat umum yang tidak dapat memeriksakan gen dan faktor proliferasinya, maka riwayat kanker pada keluarga merupakan salah satu faktor resiko terjadinya penyakit.

1. Tiga atau lebih keluarga (saudara ibu klien atau bibi) dari sisi keluarga yang sama terkena kanker payudara atau ovarium.

2. Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara atau ovarium usia di bawah 40 tahun.

3. Adanya keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara dan ovarium.

4. Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga. 5. Adanya riwayat kanker payudara pada pria dalam keluarga e. Riwayat adanya penyakit tumor jinak

Tumor jinak payudara diklasifikasikan menjadi proliferatif dan non-proliferatif. Tumor non-proliferatif tidak berhubungan dengan peningkatan resiko kanker payudara.


(45)

Dengan mengetahui faktor resiko yang ada, akan memudahkan kita untuk mengidentifikasi apakah wanita tersebut tergolong resiko tinggi atau tidak, mengintervensi serta memodifikasi faktor resiko yang ada.

2.6.3 Klasifikasi

Berdasarkan data PERABOI (Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia) didapatkan data rata-rata prognosis harapan hidup penderita kanker payudara (survival rate) per stadium sebagai berikut : (Kemenkes RI, 2010)

1. Stadium 0 : 10-years survival rate 98% (non breast cancer yang terdeteksi oleh mammografi atau USG)

2. Stadium I : 5-years survival rate 85% 3. Stadium II : 5-years survival rate 60-70% 4. Stadium III : 5-years survival rate 30-50% 5. Stadium IV : 5-years survival rate 15%

2.6.4 Pencegahan

Kanker payudara dapat menyebar secara signifikan dan sering menimbulkan gejala yang berarti. Pada saat terdiagnosis sebagai kanker payudara, 5-15% pasien telah terjadi metastasis dan hampir 40% telah terjadi penyebaran secara regional. Karena pengobatan terkadang tidak memberikan hasil yang baik atau terlambat dalam memberikan terapinya, maka pencegahan merupakan langkah yang diperlukan. Pencegahan yang aman dan efektif lebih dipilih daripada menjalani terapi dengan menggunakan radiasi dari agen sitotoksik yang meskipun efektif menimbulkan berbagai efek samping (Kemenkes RI, 2010).


(46)

2.6.4.1 Program Pengendalian Kanker Payudara a. Pencegahan Primer

1) Promosi dan edukasi pola hidup sehat

2) Menghindari faktor resiko (riwayat keluarga, tidak punya anak, tidak menyusui, riwayat tumor jinak sebelumnya, obesitas, kebiasaan makan tinggi lemak, kurang serat, perokok aktif dan pasif, pemakaian obat hormonal >5 tahun).

b. Pencegahan Sekunder

1) SADARI

2) Pemeriksaan Klinis Payudara (CBE/Clinical Breast Examination), untuk menemukan ukuran benjolan kurang dari 1 cm

3) USG, untuk mengetahui batas-batas tumor dan jenis tumor

4) Mammografi, menemukan adanya kelainan sebelum adanya gejala tumor dan adanya keganasan

c. Pencegahan Tersier

1) Diagnosis dan Terapi

Diagnosis kanker payudara membutuhkan kombinasi antara kajian klinis dan investigasi diagnostik. Sekali diagnosis ditegakkan harus dapat ditentukan stadiumnya agar dapat mengevaluasi besaran penyakit dan melakukan terapi yang tepat. Tujuan dari pengobatan adalah menyembuhkan, memperpanjang harapan hidup, dan meningkatkan kualitas hidup. Prioritas pengobatan harus ditujukan pada kanker dengan stadium awal dan yang lebih berpotensial untuk sembuh.


(47)

Standar pengobatan kanker meliputi: operasi, radiasi, kemoterapi, dan hormonal yang disesuaikan dengan indikasi patologi. Pengobatan harus terpadu meliputi psikososial, rehabilitasi dan terkoordinasi dengan pelayanan paliatif untuk memastikan peningkatan kualitas hidup pasien kanker.

2) Pelayanan Paliatif

Hampir di seluruh dunia pasien kanker terdiagnosis dalam stadium lanjut dan pengobatan harus terpadu termasuk pendekatan psikososial, rehabilitasi, dan terkoordinasi dengan pelayanan paliatif untuk memastikan peningkatan kualitas hidup pasien kanker. Untuk kasus seperti ini pengobatan yang realistis adalah mengurangi nyeri dengan pelayanan paliatif. Diyakini, pelayanan paliatif yang baik dapat meningkatkan kualitas hidup pasien kanker payudara.

2.6.5 Deteksi Dini

Upaya deteksi dini kanker adalah usaha untuk menemukan adanya kanker yang masih dapat disembuhkan, yaitu kanker yang belum lama tumbuh, masih kecil, masih lokal, belum menimbulkan kerusakan berarti, pada golongan masyarakat tertentu dan waktu tertentu (Sukardja, 2000)

Upaya ini sangat penting, sebab apabila kanker payudara dapat dideteksi pada stadium dini dan diterapi secara tepat maka tingkat kesembuhan yang cukup tinggi (80-90%) (Kemenkes RI, 2010).

Penapisan pada negara maju seperti Amerika, Inggris, dan Belanda dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan ultrasonografi dan mamografi,


(48)

karena sumber daya di Negara-negara itu cukup memadai untuk melakukan program tesebut, sedangkan di negara berkembang seperti Indonesia, penapisan secara massal dengan USG dan mammografi belum memungkinkan untuk dilakukan. Oleh karena itu pemeriksaan klinis payudara oleh tenaga kesehatan terlatih yang diikuti dengan promosi dan edukasi tentang pengobatan yang baik kepada masyarakat (bahwa kanker payudara apabila ditemukan pada stadium awal dan dilakukan operasi akan meningkatkan kemungkinan untuk sembuh dan waktu untuk bertahan hidup lebih lama) sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pencapaian tujuan dari penapisan yaitu menurunkan angka kematian dan meningkatkan kualitas hidup penderita kanker payudara (Kemenkes RI, 2010).

Selain penapisan, penemuan dini merupakan strategi lain yang penting untuk menemukan kanker stadium dini. Penemuan dini dimulai dengan peningkatan kesadaran masyarakat tentang perubahan bentuk atau adanya kelainan di payudara mereka sendiri, dengan cara memasyarakatkan program SADARI bagi semua perempuan dimulai sejak usia subur, sejak 85% kelainan di payudara justru pertama kali dikenali oleh penderita bila tidak dilakukan penapisan missal (Kemenkes RI, 2010).

SADARI sebaiknya dilakukan setiap kali selesai menstruasi (hari ke-7 sampai ke-10, terhitung hari pertama haid). Pemeriksaan dilakukan setiap bulan sejak umur 20 tahun. Sensitivitas pemeriksaan ini adalah 20-30%. Sensitivitas juga dipengaruhi oleh cara melakukan SADARI dan variasi berdasarkan ukuran, lokasi, bentuk, komposisi dari massa yang terpalpasi, akan tetapi lebih tergantung kepada ukuran dan tipe tumor (Kearney, 2006).


(49)

Menurut rekomendasi American Cancer Society penapisan pada kanker payudara yang dilakukan oleh petugas kesehatan dapat dilakukan dengan berbagai cara : (Smith, 2003)

a. Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Tenaga Medis Terlatih (Clinical Breast Examination)

1. Pada perempuan sejak pertama mengalami haid dianjurkan melaksanakan SADARI, sedangkan umur 20-30 tahun dianjurkan CBE dilakukan setiap tiga tahun sekali. Untuk perempuan yang mendapatkan kelainan pada saat SADARI dianjurkan dilaksanakan CBE sehingga dapat lebih dipastikan apakah ada kemungkinan keganasan.

2. Pada perempuan berusia di atas 40 tahun, dilakukan CBE setiap tahun.

b. Pemeriksaan Ultrasonography (USG)

1. Apabila pada pemeriksaan CBE terdapat benjolan dibutuhkan pemeriksaan lanjutan dengan USG maupun mammografi.

2. USG dilakukan terutama untuk membuktikan adanya massa kistik dan solid/ padat yang mengarah pada keganasan, dan pada perempuan di bawah usia 40 tahun.

c. Pemeriksaan Penapisan Mammografi

1. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan berkala, setiap satu tahun sekali pada perempuan di atas 40 tahun.

2. Dilakukan pada perempuan yang bergejala maupun pada perempuan yang tidak bergejala (opportunistic screening dan organized screening).


(50)

2.6.6 Pengobatan

Pada stadium I, II, IIIa (stadium operabel), sifat pengobatan adalah kuratif. Pengobatannya yaitu operasi (primer) dan terapi yang bersifat adjuvan.

1) Stadium I pengobatannya adalah radikal mastektomi atau modified radikal mastektomi dengan atau tanpa radiasi dan kemoterapi.

2) Stadium II pengobatannya adalah radikal mastektomi atau modified radikal mastektomi dengan atau tanpa radiasi dan kemoterapi.

3) Stadium IIIa adalah dengan simple mastektomi dengan radiasi dan kemoterapi.

4) Stadium IIIb dan IV, sifat pengobatannya adalah paliasi, yaitu terutama untuk mengurangi penderitaan penderita dan memperbaiki kualitas hidup. Dengan pengobatan radiasi, kemoterapi dan hormonal.

5) Stadium IV pengobatan yang primer adalah yang bersifat sistemik yaitu kemoterapi dan hormonal.

2.7 SADARI

2.7.1 Pengertian SADARI

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah suatu teknik pemeriksaan dimana seorang wanita memeriksa payudaranya sendiri dengan melihat dan merasakan dengan jari untuk mendeteksi apakah ada benjolan atau tidak pada payudaranya.

2.7.2 Tujuan


(51)

2. Untuk mendeteksi adanya benjolan pada stadium awal 3. Untuk melihat adanya perubahan abnormal pada payudara

2.7.3 Waktu SADARI

1. 7-10 hari setelah menstruasi dimana payudara saat itu tidak bengkak dan tidak nyeri bila ditekan.

2. Untuk wanita yang tidak lagi menstruasi (menopause), maka dipilih tanggal yang sama setiap bulannya.

2.7.4 Cara Melakukan SADARI

Cara melakukan SADARI : (Depkes, 2007) 1. Perhatikan dan amati :

a. Perhatikan dengan teliti payudara anda dimuka cermin tanpa berpakaian sambil berdiri tegak, dengan kedua lengan lurus kebawah disamping badan. Melihat perubahan bentuk dan besarnya payudara, perubahan puting susu, serta kulit payudara di depan kaca. Perhatikan juga bila ada benjolan di payudara. Amati dengan teliti.

b. Angkatlah kedua lengan lurus keatas dan ulangi periksa. Mengangkat kedua lengan dimaksud untuk melihat retraksi kulit atau perlekatan tumor terhadap otot atau fascia di bawahnya.

c. Dengan kedua siku mengarah kesamping tekanlah telapak tangan anda di pinggang. Cara ini akan menegangkan otot-otot dada dan axilla agar perubahan-perubahan, misalnya cekungan (dekok) dan benjolan akan lebih kelihatan.


(52)

2. Tindakan berikutnya lakukan perabaan payudara dalam posisi berbaring dengan cara :

a. Rabalah denga tiga ujung jari tengah yang dirapatkan.

b. Lakukan gerakan memutar dengan tekanan lembut tetapi mantap dimulai dari pinggir dengan mengikuti arah putaran jarum jam. Memeriksa seluruh bagian payudara dengan cara sirkuler atau radier. c. Lakukan perabaan pada payudara kanan dengan cara berbaring dengan

tangan kanan di bawah kepala dan letakkanlah bantal kecil di bawah punggung kanan. Raba seluruh permukaan payudara kanan dengan gerakan pada memutar dari luar ke dalam atau radier.

d. Lakukan hal yang sama seperti di atas tetapi dengan tangan kiri di bawah kepala, sedangkan tangan kanan meraba payudara kiri.

e. Perhatikan bila ada benjolan yang mencurigakan.

f. Pencetlah pelan-pelan daerah sekitar putting dan amatilah apakah keluar cairan yang tidak normal (tidak biasa).

g. Pemeriksaan ketiak. Bagilah payudara menjadi 4 bagian, ¼ dekat axilla. Beri perhatian khusus karena ditempat tersebut sering ditemukan tumor payudara serta lakukan juga pemeriksaan ketiak. Letakkan tangan kanan Anda ke samping dan rasakan ketiak Anda dengan teliti, apakah teraba benjolan abnormal atau tidak.

2.7.5 Hasil Pemeriksaan SADARI


(53)

a. Terjadi pigmentasi kulit payudara (perubahan warna, bertambah hitam atau menjadi putih)

b. Perubahan letak puting susu (retraksi puting susu) c. Perubahan kulit payudara menjadi keriput

d. Puting susu mengeluarkan cairan darah

e. Pergerakan payudara terbatas, artinya saat menggerakkan tangan payudara tidak ikut bergerak

f. Terdapat luka atau ulkus pada payudara

g. Pada waktu melihat payudara dapat menggunakan cermin sehingga mudah terlihat perubahan

Bila terdapat benjolan :

Meraba payudara untuk mengetahui benjolan adalah sebagai berikut : a. Di bagian mana terdapat benjolan

b. Berapa jumlah benjolan

c. Bagaimana bentuk benjolan lunak atau keras d. Berapa kira-kira ukurannya

e. Bagaimana pergerakan benjolan dengan sekitarnya f. Saat meraba apakah terasa nyeri

2.8 Kerangka Konsep

Berdasarkan studi kepustakaan dapat disusun kerangka konsep penelitian sebagai berikut : (Notoatmodjo, 2003)


(54)

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep ini menggambarkan bahwa yang diteliti adalah pengaruh penyuluhan kesehatan tentang SADARI dengan menggunakan metode ceramah, praktek dan tanya jawab terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri dalam upaya deteksi dini kanker payudara. Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap sebelum dilakukan intervensi diukur dengan pretest dan untuk melihat sejauh mana pengaruh metode tersebut diukur dengan postest.

2.9 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan, tujuan penelitian dan kerangka konsep dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu :

1. Pengetahuan remaja putri SMK Negeri 3 Tebing Tinggi sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang SADARI lebih baik dari pengetahuan sebelumnya.

2. Sikap remaja putri SMK Negeri 3 Tebing Tinggi sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang SADARI lebih baik dari sikap sebelumnya.

Penyuluhan Kesehatan Pengetahuan


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan rancangan pra-eksperimen one group pretest posttest, untuk mengevaluasi pengaruh penyuluhan kesehatan tentang sadari terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri dalam upaya deteksi dini kanker payudara.Kelemahan dari rancangan ini antara lain tidak ada jaminan bahwa perubahan yang terjadi pada variabel dependen karena adanya intervensi atau perlakuan (Notoadmojo,2005).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMK Negeri 3 Tebing Tinggi.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret 2014 sampai dengan Maret 2015. Dimulai dengan survei pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 28 Maret 2014 sampai dengan penelitian dilakukan pada tanggal 20 s/d 27 Maret 2015.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa putri kelas XII SMK Negeri 3 Tebing Tinggi tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 176 orang.


(56)

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara simple random sampling. Populasi yang jumlahnya 176 diambil secara acak agar setiap populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Untuk menentukan besar sampel digunakan rumus (Lemeshow dkk, 1997) sebagai berikut :

{

}

2 2 1 1 ) ( ) 1 ( ) 1 ( o a a a o o P P P P Z P P Z n − − + −

= −α −β

Dimana :

n : Besar Sampel α

− 1

Z : 1,645 dengan α = 5%

β

− 1

Z : 0,842 dengan β = 80%

Po : 5% (Kollinko, 2007) Pa : 15%

Hipotesi alternatif: 1 sisi

{

}

2 2 ) 05 , 0 15 , 0 ( ) 15 , 0 1 ( 15 , 0 ( 842 , 0 ) 05 , 0 1 ( 05 , 0 ( 645 , 1 − − + − = n

n = 43

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data penelitian diperoleh dengan dua cara: 1. Data Primer

Diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner yang langsung ditanyakan kepada responden.


(57)

2. Data Sekunder

Diperoleh dari kantor tata usaha SMK Negeri 3 Tebing Tinggi yaitu mengenai data siswa dan gambaran umum SMK Negeri 3 Tebing Tinggi.

3.5 Pelaksanaan Penelitian

Sampel yang telah terpilih jadi responden dikumpulkan dalam satu ruangan. Kemudian dilakukan pemberian pretest, diberikan waktu selam 30 menit untuk responden mengisi kuesioner tersebut.

Kemudian dilanjutkan untuk pemberian materi penyuluhan kesehatan tentang SADARI dengan metode ceramah, praktek dan tanya jawab dengan waktu 1 jam 30 menit pada responden yang dibawakan oleh peneliti sebagai fasilitator. 1orang siswi diminta maju ke depan untuk berpartisipasi ikut memperagakan cara melaksanakan SADARI. Materi penyuluhan terlampir. Untuk melihat dan menilai keberhasilan dari intervensi yang telah dilakukan dilakukan posttest. Posttest dilakukan 1 minggu setelah dilakukannya intervensi berupa pemberian penyuluhan tersebut. Posttest dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang sama pada responden yang sama dalam waktu 30 menit.

3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian.


(58)

sesorang melalui teknik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau memengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan sehat.

2. Kanker payudara adalah penyakit yang disebabkan oleh sel ganas (kanker) yang tumbuh pada jaringan payudara,

3. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah suatu teknik pemeriksaan payudara dimana seorang wanita memeriksa payudaranya sendiri dengan melihat ,memijat dan meraba dengan jari untuk mendeteksi apakah ada benjolan atau tidak pada payudaranya.

4. Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap pengertian, langkah-langkah SADARI, serta pengertian, faktor resiko, dan gejala-gejala kanker payudara.

5. Sikap adalah reaksi atau respon tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek tertentu.

6. Remaja Putri adalah siswi putri SMK Negeri 3 Tebing Tinggi kelas XII yang berusia antara 15-18 tahun.

3.7 Aspek Pengukuran

3.7.1. Pengetahuan

Variabel pengetahuan terdiri dari 25 pertanyaan, responden yang menjawab benar akan diberi skor 1 dan yang menjawab salah diberi skor 0. Sehingga skor tertinggi dalam pengukuran ini adalah 25.


(59)

Berdasarkan interpretasi skor jawaban responden, pengetahuan dikategorikan sebagai berikut (Pratomo, 1986):

a. Baik, jika responden memperoleh skor (17-25) b. Cukup, jika responden memperoleh skor (9-16) c. Kurang, jika responden memperoleh skor (0-8)

3.7.2. Sikap

Variabel sikap menggunakan skala Likert dengan mengukur melalui 25 pernyataan dengan item jawaban sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Adapun ketentuan pemberian bobot nilai pada item jawaban sikap sebagai berikut:

Tabel 3.1 Skala Sikap Model Likert

Pernyataan Positif Nilai

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Ragu-ragu (RG) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Berdasarkan kriteria tersebut maka dapat dikategorikan sikap responden sebagai berikut (Riduwan, 2010):

a. Baik, jika jawaban benar responden > 75% dengan skor 94 – 125 b. Cukup, jika jawaban benar responden 50-75% dengan skor 63 – 93 c. Kurang, jika jawaban benar responden < 50% dengan skor < 63

3.8 Teknik Pengolahan Data

Data yang sudah terkumpul diolah secara manual dan komputerisasi Sumber : Hidayat (2007)


(60)

dengan software SPSS untuk mengubah data menjadi informasi. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data dimulai dari editing, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperlukan. Coding, yaitu memberikan kode numerik atau angka kepada masing-masing kategori. Data entry yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputerisasi.

3.9 Teknik Analisis Data

Data yang telah diolah dianalisis dengan menggunakan Uji Wilcoxon. Uji Wilcoxon digunakan untuk menganalisis hasil-hasil pengamatan yang berpasangan dari dua data apakah berbeda atau tidak. Wilcoxon signed Rank test ini digunakan hanya untuk data bertipe interval atau ratio, namun datanya tidak mengikuti distribusi normal.

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pengetahuan .119 43 .141 .965 43 .214

Sikap .091 43 .200* .968 43 .273

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Hasil uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk (karena n = 43 < 50) menunjukkan bahwa variabel pengetahuan memiliki nilai p = 0,214 dan sikap memiliki nilai p = 0,273 yang artinya bahwa variabel pengetahuan dan sikap tidak berdistribusi normal (p > 0,05) sehingga analisis data layak menggunakan uji Wilcoxon.


(61)

3.10 Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum penyebaran kuesioner pada sampel penelitian, butir-butir pertanyaan pada kuesioner harus diuji validitas dan reliabilitas melalui uji pearson product moment. Responden yang dijadikan uji coba adalah remaja putri siswa SMA Cerdas Murni, jl. Beringin no.33 Medan Tembung dengan jumlah responden 30 orang. Uji coba dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 2 Februari 2015.

Untuk menginterpretasikan hasil statistik uji validitas dipergunakan nilai dari Corected item-total correlation yang dibandingkan dengan nilai rtabel (tabel

pearson product moment). Dikatakan valid jika nilai dari corected item-total correlation lebih besar dari rtabel (0,361). Sedangkan menginterpretasikan hasil

statistik uji reliabilitas dipergunakan nilai dari alpha if item deleted. Dikatakan reliabel jika nilai dari alpha if item deleted lebih besar dari 0,6.

Dari nilai uji ini dikatakan bahwa kuesioner dengan jumlah pertanyaan pada bagian pengetahuan 25 butir dan sikap 25 butir ini valid dan reliabel serta layak untuk digunakan dalam penelitian.


(62)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum SMK Negeri 3 Tebing Tinggi

SMK Negeri 3 Tebing Tinggi adalah salah satu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri yang berada dibawah naungan Departemen Pendidikan Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Terletak di Jalan Nangka Kelurahan Rambung Kecamatan Tebing Tinggi Kota, Kota Tebing Tinggi Propinsi Sumatera Utara. Berdiri pada tanggal 22 Nopember 2004, SMK Negeri 3 Tebing Tinggi memiliki 3 kelas (kelas X, kelas XI dan kelas XII) dengan 4 jurusan kompetensi keahlian yaitu (1) Akomodasi Perhotelan (2) Jasa Boga (3) Kecantikan Rambut dan (4) Busana Butik.

Berdiri diatas luas lahan 4135 m2 dengan luas bangunan 1847 m2 SMK Negeri 3 Tebing Tinggi dilengkapi dengan sarana penunjang dalam proses belajar mengajar diantaranya Ruang praktek computer (98 m2), Ruang praktek akomodasi perhotelan (77 m2), Ruang praktek jasa boga (308 m2), Ruang praktek busana butik (392 m2), Ruang praktek kecantikan Rambut (72 m2), Ruang kelas (820 m2), Ruang unit produksi (22 m2), Ruang Ibadah (36 m2), Taman (140 m2) serta Lapangan olah raga (1000 m2).

Jumlah tenaga pengajar SMK Negeri 3 Tebing Tinggi 51 orang Guru terdiri dari 1 orang Kepala sekolah (guru), 42 orang guru tetap dan 8 orang guru tidak tetap. Ditambah dengan 8 orang tenaga administrasi, 1 orang kepala tata usaha dan 2 orang penjaga sekolah. Jumlah keseluruhan siswa 524 orang terdiri dari 171 orang siswa kelas X, 170 orang siswa kelas XI dan 183 siswa kelas XII


(63)

dengan 176 orang perempuan dan 7 orang laki-laki. Dimana yang menjadi populasi pada penelitian adalah siswi perempuan kelas XII yang berjumlah 176 orang dengan sampel 43 orang responden.

4.2. Gambaran Karakteristik Responden

Karakteristik responden terdiri dari umur dan agama. Gambaran tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur dan Agama di SMK Negeri 3 Tebing Tinggi

No. Karakteristik f %

1 Umur

16 Tahun 5 12,0

17 Tahun 31 72,0

18 Tahun 7 16,0

Jumlah 43 100,0

2 Agama

Islam 32 74,0

Kristen 11 26,0

Jumlah 43 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden berumur 17 tahun yaitu sebanyak 31 orang (72%) dan mayoritas responden beragama islam yaitu sebanyak 32 orang (74%).

4.3. Gambaran Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 20 Maret 2015 pukul 09.00 WIB. Responden yang berjumlah 43 orang dikumpulkan dalam satu ruangan. Setelah itu dilakukan pretest. Setiap responden mengisi kuesioner yang telah dibagikan dan menyelesaikannya dalam waktu 30 menit. Pelaksanaan pretest


(64)

berlangsung tenang. Responden diminta untuk bekerja sendiri sesuai dengan kemampuannya menjawab pertanyaan yang ada tanpa melakukan diskusi dengan responden yang lainnya. Setelah selesai diisi semua kuesioner dikumpulkan.

Kemudian dilanjutkan dengan pemberian materi penyuluhan kesehatan tentang SADARI dengan metode ceramah dan praktek. Diberikan waktu selama 1 jam 30 menit. Satu orang siswi diminta maju kedepan kelas untuk mempraktekkan secara langsung bagaimana teknik pelaksanaan SADARI tersebut dibantu oleh peneliti. Setelah penyampaian materi dan praktek selesai dilaksanakan, peneliti memberikan waktu kepada responden untuk bertanya. Ternyata banyak siswi yang bertanya tentang materi SADARI, tetapi ada juga beberapa siswi menanyakan materi lain seperti menstruasi.

Pretest dan materi sudah selesai dilaksanakan. Untuk mengevaluasi keberhasilan penyuluhan dilakukan posttest. Posttest dilakukan 1 minggu dari diberikannya intervensi yaitu pada hari Jumat tanggal 27 Maret 2015. Pada responden yang sama juga dengan kuesioner yang sama. Para responden diminta untuk mengisi kuesioner dalam waktu 30 menit. Posttest juga berlangsung dengan tenang. Para siswi diharapkan mengisi kuesioner dengan kemampuannya masing-masing tanpa ada diskusi dengan sesama responden.

4.4 Gambaran Pengetahuan Responden

Penelitian dilakukan pada 43 orang responden dengan jumlah item pertanyaan tentang pengetahuan sebanyak 25 pertanyaan, responden yang menjawab benar akan diberi skor 1 dan yang menjawab salah diberi skor 0, dapat dilihat pada tabel berikut:


(65)

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pretest dan Posttest Responden Berdasarkan Item PertanyaanTentang SADARI Sebagai Upaya Deteksi Dini Terhadap Kanker Payudara

No Pertanyaan

Pretest Posttest

Benar Salah Benar Salah

f % f % f % f %

1 Apakah yang dimaksud dengan penyakit kanker payudara?

26 60,5 17 39,5 29 67,4 14 32,6

2 Bagaimanakah gejala-gejala kanker payudara?

3 7,0 40 93,0 13 30,2 30 69,8

3 Fakor apakah yang paling mempengaruhi seseorang terkena kanker payudara?

38 88,4 5 11,6 39 90,7 4 9,3

4 Siapa saja yang dapat terserang kanker payudara?

29 67,4 14 32,6 32 74,4 11 25,6

5 Apakah seorang remaja juga dapat terserang kanker payudara?

42 97,7 1 2,3 42 97,7 1 2,3

6 Apakah penyebab utama seorang remaja dapat terserang kanker payudara?

40 93,0 3 7,0 38 88,4 5 11,6

7 Apakah salah satu upaya deteksi dini kanker payudarayang cukup efektif dan mudah untuk dilakukan?

26 60,5 17 39,5 42 97,7 1 2,3

8 Apakah kepanjangan dari kata SADARI?

35 81,4 8 18,6 41 95,3 2 4,7

9 Apakah pengertian SADARI 39 90,7 4 9,3 42 97,7 1 2,3

10 Mengapa SADARI perlu dilakukan?

18 41,9 25 58,1 32 74,7 11 9,3

11 Apakah pemeriksaan payudara dengan cara SADARI untuk mendeteksi benjolan di payudara dapat dilakukan sendiri oleh setiap wanita?

27 62,8 16 37,2 41 95,3 2 4,7

12 Kapan sebaiknya SADARI perlu secara teratur perlu dilakukan?

4 9,3 39 90,7 25 58,1 18 41,9

13 SADARI dianjurkan untuk dilakukan mulai usia?

25 58,1 18 41,9 39 90,7 4 9,3

14 Pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan?

38 88,4 5 11,6 43 100 - -

15 SADARI dilakukan dengan menggunakan?

38 88,4 5 11,6 42 97,7 1 2,3

16 Pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan posisi?

18 41,9 35 58,1 42 97,7 1 2,3

17 Bagian tangan yang digunakan untuk meraba payudara adalah

35 58,1 18 41,9 39 90,7 4 9,3

18 Pemeriksaan ketiak pada SADARI, juga perlu dilakukan untuk mengetahui

36 60,5 17 39,5 24 55,8 19 44,2

19 Tahapan pemeriksaan lengkap payudara sendiri terdiri dari?

17 39,5 36 60,5 21 48,9 22 51,1 20 Apa sajakah yang perlu diamati

dari hasil pemeriksaan payudara


(1)

3. Sikap

Pre-Test

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.726 25

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

s1 85.72 51.825 .022 .728

s2 86.00 50.000 .229 .720

s3 86.19 47.965 .375 .711

s4 85.93 49.924 .279 .719

s5 86.81 45.393 .526 .697

s6 86.81 44.584 .629 .690

s7 86.60 45.292 .544 .696

s8 86.02 48.499 .361 .713

s9 85.86 50.980 .115 .726

s10 86.95 50.712 .058 .733

s11 87.72 50.539 .076 .731

s12 88.47 52.207 -.066 .740

s13 86.35 47.280 .369 .710

s14 89.19 51.536 .039 .729

s15 86.00 53.238 -.172 .742

s16 86.05 48.569 .352 .713

s17 88.44 50.300 .024 .745

s18 86.91 46.991 .311 .714

s19 88.40 49.959 .067 .737

s20 86.77 45.754 .431 .704

s21 86.84 47.997 .239 .720

s22 86.70 41.454 .702 .674


(2)

s24 89.14 52.790 -.118 .744

s25 87.26 46.528 .546 .700

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(3)

4. Sikap

Post-Test

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.646 25

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

s1 91.12 32.962 .303 .634

s2 91.21 31.693 .507 .619

s3 91.16 31.663 .544 .618

s4 91.02 32.690 .477 .628

s5 91.35 30.899 .435 .615

s6 91.47 29.921 .460 .608

s7 91.65 30.852 .394 .618

s8 91.28 30.349 .462 .611

s9 91.23 33.040 .166 .641

s10 91.33 30.749 .582 .608

s11 93.44 30.395 .475 .610

s12 94.05 35.712 -.180 .689

s13 91.42 31.868 .384 .624

s14 94.51 38.113 -.417 .703

s15 91.35 30.947 .498 .613

s16 91.47 29.398 .552 .599

s17 93.93 39.447 -.465 .724

s18 92.37 32.287 .052 .669

s19 94.23 37.849 -.448 .695

s20 92.30 31.264 .258 .631

s21 91.67 30.653 .402 .616


(4)

s23 91.05 33.283 .286 .636

s24 94.42 34.059 .001 .657

s25 91.51 27.732 .657 .579

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengetahuan dan Motivasi Terhadap Sikap Remaja Putri yang Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Sebagai Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara di SMA Negeri 1 Marbau Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2014

5 92 121

Determinan Perillaku Sadari Remaja Putri dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara di SMK Negeri 8 Medan Tahun 2014

6 61 118

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Sadari Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara di SMK Bisnis Manajemen Administrasi Perkantoran Bina Satria Medan Tahun 2010

1 92 88

PENGARUH PELATIHAN SADARI TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP DAN CARA DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA PADA Pengaruh Pelatihan Sadari Terhadap Pengetahuan, Sikap Dan Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Siswi SMK Dwija Dharma Boyolali.

1 3 16

SKRIPSI PENGARUH PELATIHAN SADARI TERHADAP PENGETAHUAN, Pengaruh Pelatihan Sadari Terhadap Pengetahuan, Sikap Dan Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Siswi SMK Dwija Dharma Boyolali.

0 2 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SADARI sebagai Alat Deteksi Dini Kanker Payudara 2.1.1 Deteksi Dini - Efektifitas Metode Simulasi terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara dengan SADARI di SMA Negeri 1 dan SMA Citra

0 1 34

II. PENGETAHUAN RESPONDEN TENTANG SADARI - Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Sadari Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Smk Negeri 3 Tebing Tinggi Tahun 2015

0 0 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyuluhan Kesehatan 2.1.1 Pengertian Penyuluhan Kesehatan - Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Sadari Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Smk Negeri 3 Tebing Tinggi Tahun

0 1 34

Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Sadari Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Smk Negeri 3 Tebing Tinggi Tahun 2015

0 3 12

PENGARUH PENGETAHUAN DAN MOTIVASI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI YANG MELAKUKAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) SEBAGAI UPAYA DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DI SMA NEGERI 1 MARBAU KABUPATEN LABUHANBATU UTARA TAHUN 2014 SKRIPSI

0 0 13