Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Perkembangan Bahasa Anak Usia 3-5 Tahun di TK Methodist 4 Medan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Perkembangan
2.1.1 Definisi Perkembangan
Perkembangan adalah suatu proses untuk menghasilkan peningkatan
kemampuan
untuk
berfungsi
pada
tingkat
tertentu.
Perkembangan
berhubungan proses yang terjadi secara stimultan dengan pertumbuhan yang
menghasilkan kualitas individu untuk berfungsi. Jadi, jika tubuh anak
semakain besar dan tinggi, kepribadiannya secara stimultan juga semakin
matang (Marlow, 1998 dalam Supartini, 2009). Perkembangan terjadi pada
individu secara alami, karena di dalam dirinya telah terdapat komponenkomponen psikologis yang menunjang perkembangannya. Komponen
psikologis dalam perkembangan individu di antaranya, psiko-kognitif, psikomotorik dan psiko-afektif. Perkembangan merupakan suatu proses yang
panjang, dan membutuhkan dorongan atau stimulus untuk berlangsungnya
suatu kehidupan (Baraja, 2008).
Menurut Wong (2009), perkembangan adalah suatu proses yang terjadi
secara stimultan dengan pertumbuhan yang dihasilkan melalui proses
pematangan dan proses belajar dari lingkungannya. Perkembangan anak
adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel
tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan system organ yang berkembang
sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai
hasil interaksi dengan lingkungan (Soetjiningsih, 2008).
2.1.2 Tahap-Tahap Perkembangan
Meadow dan Newell (2005) menyebutkan tahap-tahap perkeembangan
sesuai usia yang meliputi empat bidang perkembangan yaitu postur dan
pergerakan, penglihatan dan manipulasi, pendengaran dan kemampuan
bicara, serta perilaku sosial
Tahap-Tahap Perkembangan
Usia
Postur dan pergerakan
Penglihatan
dan Pendengaran
Manipulasi
12 bulan
1) Berjalan mengelilingi 1)
perabotan
Jari
dan Perilaku Sosial
Kemampuan Bicara
telunjuk 1) Mengoceh tanpa 1)
dengan mendekati objek kecil terputus
melangkah di sisi-sisi kemudian
perabotan
mengambilnya
keempat
saat
2) Beberapa kata
beberapa
berpakaian,
misalnya
dengan 3)Memahami
2) Merangkak dengan genggaman menjepit
Bekerjasama
berpegangan
perintah pada lengan
tungkai; 2) Menunjukkan mainan sederhana
berjalan dengan tangan denga sengaja kemudian
dituntun
18 bulan
Berjalan
mengamatinya
sendiri
mengambil
dan 1) Membangun menara 1)
sebuah dengan tiga kubus
Menggunakan 1) Minum dari
banyak
kata, gelas dengan dua
mainan dari lantai tanpa 2) Menulis tak beraturan
menyebutkan
nama tangan
terjatuh
beberapa orang
2)
2)
Menuntut
Sesekali perhatian
menggunakan
terus
dua menerus
kata bersambung
2 tahun
1) Berlari
Membangun
menara Menyambung
1) Menggunakan
2) Naik turun tangga dengan enam kubus
beberapa
kata sendok
dengan dua kaki tiap
menjadi
frase 2)
anak tangga
sederhana
menyatakan
Menyatakan
untuk kebutuhan toilet,
sebuah mengompol
ide
siang
di
hari
berkurang
3 tahun
1) Naik tangga dengan 1) Membangun menara 1) Berbicara dalam 1) Makan dengan
satu
kaki
tiap
anak dengan Sembilan kubus
tangga
2) Berdiri dengan satu
2) Meniru gambar O
satu kalimat
sendok dan garpu
2)Menyebutkan
2) Dapat melepas
nama lengkapnya
pakaian
kaki selama beberapa
bantuan
saat
3)Berhenti
mengompol
tanpa
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
menurut Hidayat (2005), yaitu faktor herediter dan lingkungan. Faktor herediter
meliputi genetik/bawaan, jenis kelamin, ras/etnik dan umur. Faktor lingkungan
meliputi lingkungan prenatal dan lingkungan postnatal. Lingkungan prenatal
merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai konsepsi sampai lahir yang
meliputi gizi pada waktu ibu hamil, lingkungan mekanis (posisi janin dalam
uterus, zat kimia atau toksin), radiasi, infeksi dalam kandungan, stres, faktor
imunitas, kekurangan oksigen pada janin. Lingkungan postnatal merupakan
lingkungan setelah lahir yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak, seperti
budaya lingkungan, sosial ekonomi keluarga, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga,
posisi anak dalam keluarga, dan status kesehatan. Sedangkan menurut Al-Hassan
dan Lansford (2009) status sosial ekonomi dapat ditunjukan dengan pendapatan
keluarga, tingkat pendidikan ayah dan tingkat pendidikan ibu serta pekerjaan
orang tua.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009) menyebutkan faktor luar
atau lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan,
antara lain gizi, penyakit kronis/kelainan kongenital, lingkungan pengasuhan,
stimulasi dan obat-obatan. Selain itu, penelitian dari Pancsofar, et al.(2010)
menjelaskan bahwa pekerjaan orang tua, status kelahiran pertama, pendidikan
ayah dan ibu mempunyai pengaruh terhadap perkembangan komunikasi pada anak
usia 15 bulan dan perkembangan bahasa pada anak usia 36 bulan.
2.1.4 Penilaian Perkembangan Anak
DDST yaitu suatu tes untuk melakukan skrining/pemeriksaan terhadap
perkembangan anak usia satu bulan sampai dengan enam tahun menurut Denver.
Denver II adalah revisi utama dari standarisasi ulang dari DDST dan Revised
Denver Developmental Screening Test. DDST merupakan salah satu dari metode
skrining terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini bukan tes diagnostik atau
tes IQ. Tujuan DDST adalah mengkaji dan mengetahui perkembangan anak yang
meliputi motorik kasar, bahasa, adaptif-motorik halus dan personal sosial pada
anak usia satu bulan sampai enam tahun (Saryono, 2010).
Fungsi DSST yaitu untuk mengkaji dan mengetahui tingkat perkembangan
anak,
menstimulasi
perkembangan
anak,
pedoman
dalam
perawatan
perkembangan anak dan mendeteksi dini keterlambatan perkembangan anak.
Waktu yang dibutuhkan 15-20 menit. Aspek perkembangan yang dinilai terdiri
dari 125 tugas perkembangan. Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya
berkisar 25-30 tugas dan menurut Saryono (2010) ada empat sektor
perkembangan yang dinilai, yaitu perilaku sosial, gerakan motorik halus, bahasa
dan motorik kasar.
2.2 Perkembangan Bahasa Anak
2.2.1 Perkembangan Bahasa
Kemampuan bahasa adalah suatu sistem komunikasi yang digunakan dengan
sukarela secara sosial disetujui bersama, dengan menggunakan simbol-simbol
tertentu untuk menyampaikan dan menerima pesan dari satu orang ke orang lain.
Bahasa reseptif adalah kemampuan untuk mengerti, termasuk keterampilan visual
(reading, sign language comprehension) dan auditory (listening comprehension).
Bahasa ekspresif adalah kemampuan untuk memproduksi simbol komunikasi,
luaran ini dapat juga berupa visual ( writing, signing) atau auditory ( speech)
(Soetjiningsih, 2013).Kemampuan bicara anak dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Kesiapan fisik yang melibatkan fungsi pernapasan, pendengaran, dan fungsi otak
serta kesiapan kognitif dan neurologis membantu anak untuk dapat mulai bicara
(Honckenberry, 2009). Lebih dari itu, kemampuan bicara dan bahasa anak dapat
menjadi indikator seluruh perkembangan anak yang terdiri dari kemampuan
kognitif, motor, psikologi, dan emosi dari lingkungan anak itu (Depkes, 2006).
Tabel 2.2.1. Milestone perkembangan bahasa reseptif dan ekspresif pada
anak normal.
Umur (Bulan)
Bahasa Reseptif
Bahasa Ekspresif
1
Kegiatan anak terhenti akibat Vokalisasi
suara
sembarang,
yang
masih
terutama
huruf
hidup
2
Tampak
mendengarkan Tanda-tanda vocal yang yang
ucapan
3
pembicara,
dapat menunjukkan perasaan senang,
tersenyum pada pembicaraan
senyum sosial
Melihat kearah pembicara
Tersenyum
sebagai
jawaban
terhadap pembicara
4
Memberi
tanggapan
yang Jawaban
vokal
berbeda
terhadap
suara rangsang sosial
terhadap
bernada marah/ senang
5
Bereaksi terhadap panggilan Mulai meniru suara
namanya
6
Mulai mengenal kata-kata “da Protes vokal, seperti berteriak
da, papa, mama”
7
Bereaksi terhadap kata-kata Mulai
naik, kemari, da da
8
mengeluarkan
suara
mirip kata-kata kacau
Menghentikan aktivitas bila Menirukan rangkaian suara
namanya dipanggil
9
Menghentikan kegiatan bila Menirukan rangkaian suara
dilarang
10
Secara
tepat
menirukan Kata-kata
variasi suara tinggi
11
Reaksi
atas
sederhana
12
Reaksi
gerakan
dengan
terhadap
pertanyaan verbal
mulai
muncul
pertanyaan Kata-kata kacau mulai dapat
dengan
atau menoleh
pertama
melihat dimengerti dengan baik
Mengungkapkan
kesadaran
melakukan tentang obyek yang telah akrab
berbagai dan menyebut namanya
Kata-kata yang benar terdengar
13
Mengetahui dan mengenali diantara kata-kata yang kacau,
nama-nama bagian tubuh
sering dengan disertai gerakan
tubuhnya
14
Dapat
mengetahui
mengenali
obyek
yang
dengannya,
dan Lebih
banyak
gambar-gambar kata-kata
menggunakan
daripada
sudah
akrab untuk
jika
obyek keinginannya
gerakan,
mengungkapkan
tersebut disebut namanya
15
Akan
mengikuti
petunjuk Mulai mengkombinasikan kata-
yang beurutan (ambil topimu kata (mobil papa, mama berdiri)
dan letakkan di atas meja)
16
Mengetahui
lebih
banyak Menyebut nama sendiri
kalimat yang lebih rumit
Sumber:Towne C C. Disorder of hearing, Speech and Language.
2.2.2 Tahapan Perkembangan Bahasa
Berikut merupakan tabel perkembangan kemampuan bahasa anak:
Perkembangan Kemampuan Bahasa Pada Anak
Usia
Tahapan Perkembangan Kemampuan Bahasa
1-6 bulan
Menghasilkan
bunyi
“coos”
yang
dihasilkan
dari
tenggorokan
6-9 bulan
Babbling
10-11 bulan
Mulai mengucapkan kata dengan dua suku kata seperti
mama, tanpa mengerti artinya
12 bulan
Mulai mengerti arti kata mama dan mulai meniru kata
dengan dua atau tiga suku kata
13-15 bulan
Sudah memiliki sekitar empat sampai tujuh kosa kata,
kalimat yang disampaikan dapat dimengerti oleh orang lain
16-18 bulan
Memiliki hingga 10 kosakata, 20-50% kalimat yang
disampaikan dapat dimengerti oleh orang lain
19-21 bulan
Memiliki hingaa 20 kosakata, pembicaraan anak 50% dapat
dimengerti oleh orang lain
22-24 bulan
Kosakata yang dimiliki lebih dari 50%, dapat mengucapkan
prase terdiri dari dua sampai tiga kata, 60-70% pembicaraan
bayi dimengerti orang lain
2-2 ½ tahun
Memiliki hinggaa 400 kosakata, termasuk nama, prase dua
hingga tiga kata, penggunaan kata ganti, 75% pembicaraan
dimengerti oleh orang lain
2 ½-3 tahun
Mengenal usia dan jenis kelamin, menyebutkan nama tiga
benda dengan benar, mengucapkan kalimat hingga lima kata,
80-90% pembicaraan dapat dimengerti oleh orang lain.
3-6 tahun
Sudah dapat menggunakan kalimat majemuk beserta anak
kalimatnya
Sumber: Schwartz dalam Leung (1999)
2.2.3 Stimulasi Perkembangan Bahasa
Menurut bahasa, stimulasi didefinisikan sebagai dorongan, menggiatkan
(KBBI, 1995). Sementara itu Depkes (2006) mendefinisikan stimulasi sebagai
kegiatan merangsang kemampuan dasar anak usia 0-6 tahun agar anak tumbuh
dan berkembang secara optimal.
Setiap aspek perkembangan anak membutuhkan stimulasi dari lingkungan
sekitarnya termasuk pada aspek perkembangan bicara dan bahasa. Berikut
merupakan stimulasi kemampuan bicara dan bahasa yang diperlukan oleh anak
usia 0-5 tahun.
Tabel 2.3 Stimulasi Perkembangan Bicara dan Bahasa
Usia
Stimulasi yang Diberikan
0-3 bulan
Mengajak bayi bicara dalam setiap kesempatan, menirukan
ocehan bayi sesering mungkin, mengenalkan berbagai jenis
suara, baik itu music, radio, televisi, percakapan orang, dan
sebagainya, menggunakan mainan yang mengeluarkan bunyi
seperti kerincingan atau bel
3-6 bulan
Melanjutkan stimulasi yang dilakukan pada usia 0-3 bulan,
mengajarkan bayi mencari sumber suara dengan membantu
memalingkan
wajah
kearah
sumber
suara,
mengulangi
beberapa kata beberapa kali ketika bicara dengan bayi, seperti
kata mama.
6-9 bulan
Melanjutkan stimulasi yang telah dilakukan sebelumnya,
menyebutkan nama gambar-gambar pada buku atau majalah
setiap
hari
selama
beberapa
menit,
membantu
bayi
menunjukkan suatu gamabr dan menuntun bayi mengulangi
nama gambar tersebut
9-12 bulan
Melanjutkan stimulasi bicara, menjawab pertanyaan, dan
menyebutkan nama gambar di buku atau majalah, menyebutkan
kata-kata yang diketahui artinya oleh bayi, seperti makan,
minum, dan susu, tuntun bayi mengulangi kata-kata tersebut
dan beri reinforcement positif ketika bayi menirukannya,
mengajak bayi untuk bicara dengan boneka, menyanyikan lagu
dan bersemandung kepada bayi
12-15 bulan
Melanjutkan stimulasi bicara, menjawab pertanyaan, menunjuk
dan menyebutkan nama gambar; ajak anak membuat suara dari
benda-benda seperti dengan memukul sendok ke kaleng, atau
memainkan kerencengan; mengenalkan nama bagian tubuh dan
menuntun anak menyebutkannya kembali; mulai ajari anak
mengucapkan frase dua kata misalnya ketika ingin minum susu,
reinforcement positif
15-18 bulan
Melanjutkan
stimulasi
menunjukkan
gambar
di
buku,
bernyanyi, dan mengajarkan berkata-kata dalam menyatakan
keinginannya; bercerita tentang gambar buku atau majalah dan
meminta anak menceritakannya kembali; mengajak anak
bermain telpon-telponan; menyebutkan berbagai nama barang
misalnya ketika ke pasar dan anak meminta suatu barang
18-24 bulan
Melanjutkan stimulasi bernyanyi, bercerita dan membaca,
bicara banyak pada anak dengan kalimat pendek, dan
mendorong anak menceritakan hal-hal yang dilihat atau
dikerjakannya; melihat acara televise dengan tayangan bermutu
tidak lebih dari satu jam sehari; menuntun anak mengerjakan
suatu perintah sederhana; memperlihatkan buku atau majalah
bergambar lebih sering dan meminta anak menceritakan apa
yang dilihat
24-36 bulan
Melanjutkan stimulasi membacakan buku cerita, mendorong
anak untuk bercerita apa yang dilihatnya, bantu damping dan
batasi menonton televise, mengajarkan anak tentang realita apa
yang ditontonnya; mengajarkan anak menyebutkan nama
lengkapnya, menceritakan tentang diri anak; menyebutkan
nama berbagai jenis makanan; menggunakan ungkapan yang
menyatakan keadaan venda, seperti letak dan warna
36-48 bulan
Melanjutkan stimulasi membacakan buku cerita, bernyanyi,
mendorong anak menceritakan diri, menyebutkan nama dan
mengerti waktu, membantu dan memantau aktivitas anak
nonton televise maksimal dua jam; mendorong anak untuk
bertanya; mendorong anak bercerita; mengenal album foto;
mengenalkan huruf
48-60 bulan
Melanjutkan stimulasi sebelumnya, melakukan permainan
mengingat nama benda; mengenal huruf dan simbol; mengenal
angka dan berhitung; membaca majalah; mengenalkan musim;
mengajarkan membuat buku kegiatan keluarga; mengunjungi
perpustakaan; belajar melengkapi kalimat; bercerita „ketika
saya masih kecil‟; mengajak anak membantu pekerjaan di
dapur
Sumber: Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006)
2.2.4 Faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan bicara dan bahasa
anak
Menurut Hurlock (1993) ada beberapa hal yang mempengaruhi kemampuan
berbahasa seorang individu, antara lain:
1. Intelegensi.
Perilaku berbahasa pada umumnya mengikuti perkembangan kognitif seorang
anak. Hal ini mencerminkan logika dari proses berpikir anak. Dimana dalam
hal ini intelegensi memegang peran penting dalam mempengaruhi sejauh mana
kemampuan berbahasa anak. Semkin cerdas anak, semakin cepat keterampilan
berbahasa dikuasai sehingga semakin cepat anak berbicara.
2. Status sosial ekonomi.
Dalam keluarga kelas rendah, kegiatan keluarga cenderung kurang
terorganisasi daripada keluarga kelas menengah ke atas. Pembicaraan antar
anggota keluarga juga jarang dan anak kurang didorong untuk berbicara
sehingga anak menjadi kurang dalam kemampuan berbahasa, dimana hal
tersebut berarti status sosial ekonomi orang tua mempengaruhi perkembangan
kemampuan berbahasa seorang anak.
3. Pendidikan orang tua.
Orang tua yang berpendidikan yang tinggi cenderung lebih memahami peran
penting stimulus dalam merangsang kemampuan berbahasa anak, sehingga
dari orang tua yang berpendidikan lebih tinggi perkembangan kemampuan
berbahasanya.
Menurut Carl Roger (dalam Setiawan, 2007) mengatakan bahwa ada dua
faktor yang berperan dalam mengembangkan bahasa pada anak, antara lain:
1. Faktor internal, adalah faktor yang berasal dari dalam diri anak, yaitu:
a. Faktor intelegensi, anak yang intelegensinya tinggi akan memperlihatkan
superioritas linguistic, baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas.
b. Faktor jenis kelamin, anak perempuan melebih anak laki-laki dalam aspek
bahasa. Namun, perbedaan jenis kelamin ini akan berkurang selaras
dengan bergulirnya fase perkembangan dan bertambahnya usia, sehingga
akhirnya perbedaan ini hilang.
c. Faktor perkembangan motorik, kemungkinan tertundanya perkembangan
bahasa atau keterlambatan merupakan hal yang lumrah pada saat anak
mengalami perkembangan motorik dengan cepat.
d. Faktor kondisi fisik, kondisi fisik berhubungan dengan perkembangan
anak serta gangguan penyakit yang berpengaruh pada kelancaran kerja
indera. Misalnya, anak cacat, atau anak kondisi fisiknya lemah.
e. Faktor kesehatan fisik, kesehatan fisik sangat berhubungan dengan
perhatian kita terhadap jenis makan yang dikonsumsi, kesehatan indera,
serta kesehatan rongga hidung yang berpengaruh besar pada daya ingat
anak
2.
Faktor eksternal, adalah faktor yang mempengaruhi di luar diri anak, antara
lain:
a. Faktor Keluarga, anak memperoleh tempat yang membuatnya dapat
memahami bunyi bahasa yang tepat, dapat menyimak dengan baik.
Kelaurga yang memotivasi anak menyediakan lingkungan bahasa yang
sesuai, maka anak akan lebih maju.
b. Faktor perbedaan status sosial, anak yang secara sosial budaya dari
kalangan atas dan menengah lebih cepat perkembangan bahasanya dari
anak yang berasal dari kalangan bawah.
2.2.5 Perbedaan Kemampuan Berbahasa, Kemampuan Berbicara, dan
Kemampuan Berkomunikasi
Seringkali
kemampuan
berbahasa,
kemampuan
berkomunikasi,
dan
kemapuan berbicara dianggap sebagai suatu hal yang sama. Terutama dalam
kehidupan sehari-hari, ketiga hl ini sepertinya hamper tidak memilki perbedaan
dan batasan yang jelas satu dengan lainnya. Padahal ketiga hal ini merupakan hal
yang berbeda walaupun saling berkaitan satu dengan lainnya. Berikut ini adalah
perbedaan kemampuan berbahasa, kemampuan berbicara, dan kemapuan
berkomunikasi (Gleason, 1998) :
a. Kemampuan berbahasa
Bahasa mempunyai karakteristik sendiri dan pesan/bahasa dapat dibagi
menjadi unit terkecil dari analisis. Bahasa anak-anak terdiri dari kalimat yang
terdiri dari elemen terkecil seperti kata dan suara, kedua hal tersebut bisa
dikombinasikan menjadi suatu ucapan. Bahasa yang baik yaitu bahasa yang
diproduksi dan dapat dimengerti menjadi suatu kesatuan kalimat yang utuh. Jadi,
kemampuan berbahasa adalah kemampuan seorang individu untuk membuat katakata atau suara-suara yang dikombinasikan menjadi suatu ucapan/suatu kesatuan
kalimat utuh yang dapat dimengerti oleh dirinya sendiri dan oleh individu lain
disekitarnya.
b. Kemampuan berbicara
Ketika individu berbicara maka akan menghasilkan suatu vocal yang terdiri
dari suara-suara. Terdapat beberapa sistem utama ketika individu berbicara dan
menghasilkan suara, yaitu: vocal, laryng, subglottal system, dimana terdiri dari
paru-paru dan gabungan beberapa otot untuk pernapasan dan pelepasan udara dari
tenggorokan. Subglottal sistem terdiri dari udara yang dibutuhkan untuk berbicara
dimana ketika pernapasan keluar. Jadi, kemampuan berbicara adalah kemampuan
individu untuk menghasilkan suara, dimana untuk menghasilkan suara ini
dibutuhkan beberapa sistem utama yang terdiri dari vocal, larynk, paru-paru
gabungan beberapa otot untuk pernapasan dan pelepasan udara dan tenggorokan.
c. Kemampuan berkomunikasi
Komunikasi itu memegang peranan penting hamper setiap menit kita
berkomunikasi. Sebagai contoh ketika dirumah kita berkomunikasi dengan orang
tua, saudara, pembantu. Juga termasuk komunikasi dengan teman dan guru di
lingkungan sekolah serta di lingkungan masyarakat/dalam berorganisasi individu
juga melakukan proses berkomunikasi. Melalui berkomunikasi individu dapat
menyatakan
pendapat,
mengajukan
permohonan,
meminta
pertolongan,
menawarkan solusi, menyampaikan instruksi, dan memberikan informasi kepada
orang lain.
Jadi, kemampuan komunikasi merupakan bagian yang penting dari
kehidupan, baik kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial. Beberapa orang
berpendapat bahwa kemampuan berkomunikasi yang efektif merupakan faktor
penting dalam kehidupan sosial individu. Kemampuan berkomunikasi yang baik
bisa membantu menyelsesaikan banyak masalah dan mendatangkan banyak
keuntungan bagi individu. Sebaliknya, kegagalan dalam berkomunikasi dapat
berakibat fatal. Kegagalan ini dapat menyebabkan berbagai bencana, sebagai
contoh
bertengkar
dengan
saudara,
bermaslah
dengan
guru,
merusak
persahabatan, tidak mendapatkan pekerjaan, dan sebagainya (Gleason, 1998).
Perbedaan antara kemampuan berbahasa, kemampuan berbicara, dan
kemampuan berkomunikasi yang telah dipaparkan diatas membuat batasan yang
jelas mengenai ketiga hal yang hamper sama tersebut dan batasan yang jelas
mengenai pengertian dari masing-masing komponen kemampuan. Oleh karena itu
kemampuan berbahsa yang dianggap paling tepat dan dapat diukur dari anak
prasekolah, yaitu kemampuan seorang individu untuk membuat kata-kata atau
suara-suara yang dikombinasikan menjadi suatu ucapan/ suatu kesatuan kalimat
yang utuh yang dapat dimengerti oleh dirinya sendiri dan oleh individu lain.
Melalui hal ini dapat dilihat sejauh mana perkembangan kemampuan berbahasa
anak prasekolah (Gleason,1998).
2.2.6 Masalah pada Perkembangan Kemampuan Bicara dan Bahasa Anak
Gangguan bicara dan bahasa merupakan gangguan yang sering terjadi pada
anak. Gangguan bicara dapat menjadi salah satu indikasi dari adanya gangguan
kognitif (Hockenbery & Wilson, 2009). Etiologi dari gangguan bicara sebenarnya
belum diketahui secara pasti. Namun beberapa sumber menyebutkan bahwa
terdapat lima hal yang diduga berhubungan dengan gangguan bicara pada anak,
lima hal tersebut antara lain jenis kelamin laki-laki, riwayat keluarga yang
memiliki gangguan bicara atau komunikasi lainnya, pendidikan ibu yang rendah
dan status sosial ekonomi yang rendah. Hal ini dibuktikan dengan lebih tingginya
prevalensi
munculnnya
gangguan
bicara
berupa
keterlambatan
bicara
dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki lima faktor di atas (Campbell, et
al, 2003).
Gangguan bicara merupakan hal yang perlu diantisipasi oleh orang tua
karena gangguan tersebut dpat mempengaruhi perkembangan sosial kemandirian
anak. Salah satu gangguan bicara yang dapat terjadi ialah gagu. Gagu merupakan
gangguan bicara dimana seseorang bicara dengan mengulang suatu suku kata dan
biasanya diselingi dengan kata-kata seperti “em” - “eh” (American Speak and
Hear Association, 2000). Seorang yang memilki gangguan bicara seperti gagu
akan takut dengan reaksi orang lain akan cara bicaranya. Biasanya mereka akan
berpura-pura lupa dengan apa yang mereka katakan atau menghindar bahkan
menolak untuk bicara (American Speak and Hear Association, 2000). Perilaku ini
tentunya akan menghambat anak dalam bersosialisasi dengan lingkungannya,
termasuk dalam kegiatan belajar.
Gangguan bicara dan bahasa secara umum dibagi menjadi gangguan bahasa
dan gangguan bicara. Gangguan bahasa merupakan gangguan yang terjadi pada
nak terkait kemampuannya dalam mengenal kata, menyusun kalimat, dan
memahami struktur kalimat. Sementara gangguan bicara merupakan gangguan
yang terjadi pada kemampuan anak dalam bicara baik itu yang berhubungan
dengan kematangan organ maupun masalah lainnya (Hockenbery & Wilson,
2009).
Gangguan bicara pada anak terjadi karena gangguan fungsional yang dapat
yang biasa terjadi karena immaturasi organ atau fungsi otot yang mempoduksi
suara kurang optimal (Bowen, 2011). Gangguan fungsional ini merupakan hal
yang paling banyak terjadi dan lebih sering melimpah anak laki-laki terutama
yang memilki riwayat keterlambatan bicara pada orang tuanya (Campbell, et al,
2003). Gangguan bicara jenis kedua disebut dengan gangguan bicara organik,
yaitu gangguan bicara yang disebabkan adanya kelainan pada organ seperti bibir
sumbing dan gangguan pendengaran (University Children‟s Medical Institute,
2010). Termasuk di dalam gangguan bicara organik ini adalah gangguan bicara
karena masalah organik yang bersifat neurologis seperti paralisis.
Adanya dua jenis gangguan bicara ini, orang tua perlu mengetahui
bagaimana membedakan kedua jenis gangguan ini dikarenakan kebutuhan akan
penanganan yang lebih intensif pada gangguan bicara non disfungsional dpat
ditandai dengan adanya gangguan lain seperti gangguan dalam fungsi reseptif,
pemecahan masalah, gangguan kecerdasan dan gangguan psikologis. Ciri lain
yang menunjukkan bahwa masalah bicara yang dialami anak merupakan masalah
berat adalah bila bayi tidak mahu bersenyum sosial sampai sepuluh minggu atau
tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban pada usia tiga bulan. Tanda lainnya
tidak ada perhatian terhadap sekitar sampai usia lapan bulan, tidak bicara sampai
usia lima belas bulan atau tidak mengucapkan tiga sampai empat kata sampai usia
dua puluh bulan (Judarwanto, 2011).
2.3 Pendidikan
2.3.1 Definisi Pendidikan
Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani
(piker, karsa, rasa, cipta dan budi nurani). Pendidikan juga berarti lembaga yang
bertanggungjawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan
organisasi pendidikan. Lembaga-lembaga ini meliputi keluarga, sekolah dan
masyarakat (Ihsan Fuad, 2005).
Driyarkara mengatakan bahwa pendidkan adalah upaya memanusiakan
manusiam muda. Pengangkutan manusia ketaraf insani itulah yang disebut
mendidik. Menurut Rousseau Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang
tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu
dewasa (Ahmadi Abu, 2003).
Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak
aspek dan sifatnya sangat kompleks. Sebagai proses transformasi budaya,
pendidikan diartikan sebagai kegiatan perwarisan budaya dari generasi satu ke
generasi yang lain. Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan
sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya
kepribadian peserta didik (Tirtarahardja et al., 2005).
Proses pembentukan pribadi meliputi dua sasaran yaitu pembentukan pribadi
bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang dewasa, dan bagi yang sudah
dewasa atas usaha sendiri. Yang terakhir ini disebut pendidikan diri sendiri.
Kedua-duanya bersifat alamiah dan menjadi keharusan. Bayi yang baru lahir
kepribadiannya belum terbentuk, belum mempunyai warna dan corak kepribadian
yang tertentu. Ia baru merupakan individu, belum suatu pribadi. Untuk menjadi
suatu pribadi perlu mendapat bimbingan, latihan-latihan, dan pengalaman melalui
bergaul dengan lingkungannya, khususnya dengan lingkungan pendidikan
(Tirtarahardja et al., 2005).
2.3.2 Lembaga Pendidikan
Menurut sifatnya pendidikan dibedakan menjadi :
a. Pendidikan informal, yaitu pendidikan yang diperoleh seseorang dari
pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar sepanjang hayat.
Pendidikan ini dapat berlangsung dalam keluarga dalam pergaulan sehari-hari
maupun dalam pekerjaan, masyarakat, kelaurga, organisasi.
b. Pendidikan formal, yaitu pendidikan yang berlangsung secara teratur,
bertingkat dan mengikuti syarat-syarat tertentu secara ketat. Pendidikan ini
berlangsung di sekolah. Pendidikan non formal, yaitu pendidikan yang
dilaksanakan secara tertentu dan sadar tetapi tidak terlalu mengikuti persturan
yang ketat ( Abu Ahmadi, 2003).
2.3.3 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan, yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan
bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran. Tingkat pendidikan
sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi (Ikhsan, 2005).
1) Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan
ketrampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan dalam masyarakat,
serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
Pendidikan dasar pada prinsipnya merupakan pendidikan yang memberikan
bekal dasar bagi perkembangan kehidupan, baik untuk pribadi maupun untuk
masyarakat. Karena itu, bagi setiap warga negara harus disediakan kesempatan
untuk memperoleh pendidikan dasar. Pendidikan ini dapat berupa pendidikan
sekolah ataupun pendidikan luar biasa. Tingkat pendidikan dasar adalah
Sekolah Dasar.
2) Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan
hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial budaya, dan alam sekitar,
serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lnjut dalam dunia kerja atau
pendidikan tinggi. Pendidikan menengah terdiri dari pendidikan menengah
umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah umum
diselenggarakan selain untuk mempersiapkan peserta didik mengikuti
pendidikan tinggi, juga untuk memasuki lapangan kerja. Pendidikan menengah
kejuruan diselenggarakan untuk memasuki lapangan kerja atau mengikuti
pendidikan keprofesian pada tingkat yang lebih tinggi. Pendidikan menengah
dapat merupakan pendidikan biasa atau pendidikan luar biasa. Tingkat
pendidikan menengah adalah SMP, SMA dan SMK.
3) Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk
menjadi anggota masyarakat yang memiliki tingkat kemampuan tinggi yang
bersifat akademik dan atau professional sehingga dapat menerapkan,
mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
dalam rangka pembangunan nasional dan meningkatkan kesejahteraan manusia
(Ikhsan, 2005).
Manusia sepanjang hidupnya selalu menerima pengaruh dari tiga lingkungan
pendidikan yang utama yakni keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan
Tinggi terdiri dari Strata 1, Strata 2, Strata 3 (Ikhsan, 2005).
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Perkembangan
2.1.1 Definisi Perkembangan
Perkembangan adalah suatu proses untuk menghasilkan peningkatan
kemampuan
untuk
berfungsi
pada
tingkat
tertentu.
Perkembangan
berhubungan proses yang terjadi secara stimultan dengan pertumbuhan yang
menghasilkan kualitas individu untuk berfungsi. Jadi, jika tubuh anak
semakain besar dan tinggi, kepribadiannya secara stimultan juga semakin
matang (Marlow, 1998 dalam Supartini, 2009). Perkembangan terjadi pada
individu secara alami, karena di dalam dirinya telah terdapat komponenkomponen psikologis yang menunjang perkembangannya. Komponen
psikologis dalam perkembangan individu di antaranya, psiko-kognitif, psikomotorik dan psiko-afektif. Perkembangan merupakan suatu proses yang
panjang, dan membutuhkan dorongan atau stimulus untuk berlangsungnya
suatu kehidupan (Baraja, 2008).
Menurut Wong (2009), perkembangan adalah suatu proses yang terjadi
secara stimultan dengan pertumbuhan yang dihasilkan melalui proses
pematangan dan proses belajar dari lingkungannya. Perkembangan anak
adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel
tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan system organ yang berkembang
sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai
hasil interaksi dengan lingkungan (Soetjiningsih, 2008).
2.1.2 Tahap-Tahap Perkembangan
Meadow dan Newell (2005) menyebutkan tahap-tahap perkeembangan
sesuai usia yang meliputi empat bidang perkembangan yaitu postur dan
pergerakan, penglihatan dan manipulasi, pendengaran dan kemampuan
bicara, serta perilaku sosial
Tahap-Tahap Perkembangan
Usia
Postur dan pergerakan
Penglihatan
dan Pendengaran
Manipulasi
12 bulan
1) Berjalan mengelilingi 1)
perabotan
Jari
dan Perilaku Sosial
Kemampuan Bicara
telunjuk 1) Mengoceh tanpa 1)
dengan mendekati objek kecil terputus
melangkah di sisi-sisi kemudian
perabotan
mengambilnya
keempat
saat
2) Beberapa kata
beberapa
berpakaian,
misalnya
dengan 3)Memahami
2) Merangkak dengan genggaman menjepit
Bekerjasama
berpegangan
perintah pada lengan
tungkai; 2) Menunjukkan mainan sederhana
berjalan dengan tangan denga sengaja kemudian
dituntun
18 bulan
Berjalan
mengamatinya
sendiri
mengambil
dan 1) Membangun menara 1)
sebuah dengan tiga kubus
Menggunakan 1) Minum dari
banyak
kata, gelas dengan dua
mainan dari lantai tanpa 2) Menulis tak beraturan
menyebutkan
nama tangan
terjatuh
beberapa orang
2)
2)
Menuntut
Sesekali perhatian
menggunakan
terus
dua menerus
kata bersambung
2 tahun
1) Berlari
Membangun
menara Menyambung
1) Menggunakan
2) Naik turun tangga dengan enam kubus
beberapa
kata sendok
dengan dua kaki tiap
menjadi
frase 2)
anak tangga
sederhana
menyatakan
Menyatakan
untuk kebutuhan toilet,
sebuah mengompol
ide
siang
di
hari
berkurang
3 tahun
1) Naik tangga dengan 1) Membangun menara 1) Berbicara dalam 1) Makan dengan
satu
kaki
tiap
anak dengan Sembilan kubus
tangga
2) Berdiri dengan satu
2) Meniru gambar O
satu kalimat
sendok dan garpu
2)Menyebutkan
2) Dapat melepas
nama lengkapnya
pakaian
kaki selama beberapa
bantuan
saat
3)Berhenti
mengompol
tanpa
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
menurut Hidayat (2005), yaitu faktor herediter dan lingkungan. Faktor herediter
meliputi genetik/bawaan, jenis kelamin, ras/etnik dan umur. Faktor lingkungan
meliputi lingkungan prenatal dan lingkungan postnatal. Lingkungan prenatal
merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai konsepsi sampai lahir yang
meliputi gizi pada waktu ibu hamil, lingkungan mekanis (posisi janin dalam
uterus, zat kimia atau toksin), radiasi, infeksi dalam kandungan, stres, faktor
imunitas, kekurangan oksigen pada janin. Lingkungan postnatal merupakan
lingkungan setelah lahir yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak, seperti
budaya lingkungan, sosial ekonomi keluarga, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga,
posisi anak dalam keluarga, dan status kesehatan. Sedangkan menurut Al-Hassan
dan Lansford (2009) status sosial ekonomi dapat ditunjukan dengan pendapatan
keluarga, tingkat pendidikan ayah dan tingkat pendidikan ibu serta pekerjaan
orang tua.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009) menyebutkan faktor luar
atau lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan,
antara lain gizi, penyakit kronis/kelainan kongenital, lingkungan pengasuhan,
stimulasi dan obat-obatan. Selain itu, penelitian dari Pancsofar, et al.(2010)
menjelaskan bahwa pekerjaan orang tua, status kelahiran pertama, pendidikan
ayah dan ibu mempunyai pengaruh terhadap perkembangan komunikasi pada anak
usia 15 bulan dan perkembangan bahasa pada anak usia 36 bulan.
2.1.4 Penilaian Perkembangan Anak
DDST yaitu suatu tes untuk melakukan skrining/pemeriksaan terhadap
perkembangan anak usia satu bulan sampai dengan enam tahun menurut Denver.
Denver II adalah revisi utama dari standarisasi ulang dari DDST dan Revised
Denver Developmental Screening Test. DDST merupakan salah satu dari metode
skrining terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini bukan tes diagnostik atau
tes IQ. Tujuan DDST adalah mengkaji dan mengetahui perkembangan anak yang
meliputi motorik kasar, bahasa, adaptif-motorik halus dan personal sosial pada
anak usia satu bulan sampai enam tahun (Saryono, 2010).
Fungsi DSST yaitu untuk mengkaji dan mengetahui tingkat perkembangan
anak,
menstimulasi
perkembangan
anak,
pedoman
dalam
perawatan
perkembangan anak dan mendeteksi dini keterlambatan perkembangan anak.
Waktu yang dibutuhkan 15-20 menit. Aspek perkembangan yang dinilai terdiri
dari 125 tugas perkembangan. Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya
berkisar 25-30 tugas dan menurut Saryono (2010) ada empat sektor
perkembangan yang dinilai, yaitu perilaku sosial, gerakan motorik halus, bahasa
dan motorik kasar.
2.2 Perkembangan Bahasa Anak
2.2.1 Perkembangan Bahasa
Kemampuan bahasa adalah suatu sistem komunikasi yang digunakan dengan
sukarela secara sosial disetujui bersama, dengan menggunakan simbol-simbol
tertentu untuk menyampaikan dan menerima pesan dari satu orang ke orang lain.
Bahasa reseptif adalah kemampuan untuk mengerti, termasuk keterampilan visual
(reading, sign language comprehension) dan auditory (listening comprehension).
Bahasa ekspresif adalah kemampuan untuk memproduksi simbol komunikasi,
luaran ini dapat juga berupa visual ( writing, signing) atau auditory ( speech)
(Soetjiningsih, 2013).Kemampuan bicara anak dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Kesiapan fisik yang melibatkan fungsi pernapasan, pendengaran, dan fungsi otak
serta kesiapan kognitif dan neurologis membantu anak untuk dapat mulai bicara
(Honckenberry, 2009). Lebih dari itu, kemampuan bicara dan bahasa anak dapat
menjadi indikator seluruh perkembangan anak yang terdiri dari kemampuan
kognitif, motor, psikologi, dan emosi dari lingkungan anak itu (Depkes, 2006).
Tabel 2.2.1. Milestone perkembangan bahasa reseptif dan ekspresif pada
anak normal.
Umur (Bulan)
Bahasa Reseptif
Bahasa Ekspresif
1
Kegiatan anak terhenti akibat Vokalisasi
suara
sembarang,
yang
masih
terutama
huruf
hidup
2
Tampak
mendengarkan Tanda-tanda vocal yang yang
ucapan
3
pembicara,
dapat menunjukkan perasaan senang,
tersenyum pada pembicaraan
senyum sosial
Melihat kearah pembicara
Tersenyum
sebagai
jawaban
terhadap pembicara
4
Memberi
tanggapan
yang Jawaban
vokal
berbeda
terhadap
suara rangsang sosial
terhadap
bernada marah/ senang
5
Bereaksi terhadap panggilan Mulai meniru suara
namanya
6
Mulai mengenal kata-kata “da Protes vokal, seperti berteriak
da, papa, mama”
7
Bereaksi terhadap kata-kata Mulai
naik, kemari, da da
8
mengeluarkan
suara
mirip kata-kata kacau
Menghentikan aktivitas bila Menirukan rangkaian suara
namanya dipanggil
9
Menghentikan kegiatan bila Menirukan rangkaian suara
dilarang
10
Secara
tepat
menirukan Kata-kata
variasi suara tinggi
11
Reaksi
atas
sederhana
12
Reaksi
gerakan
dengan
terhadap
pertanyaan verbal
mulai
muncul
pertanyaan Kata-kata kacau mulai dapat
dengan
atau menoleh
pertama
melihat dimengerti dengan baik
Mengungkapkan
kesadaran
melakukan tentang obyek yang telah akrab
berbagai dan menyebut namanya
Kata-kata yang benar terdengar
13
Mengetahui dan mengenali diantara kata-kata yang kacau,
nama-nama bagian tubuh
sering dengan disertai gerakan
tubuhnya
14
Dapat
mengetahui
mengenali
obyek
yang
dengannya,
dan Lebih
banyak
gambar-gambar kata-kata
menggunakan
daripada
sudah
akrab untuk
jika
obyek keinginannya
gerakan,
mengungkapkan
tersebut disebut namanya
15
Akan
mengikuti
petunjuk Mulai mengkombinasikan kata-
yang beurutan (ambil topimu kata (mobil papa, mama berdiri)
dan letakkan di atas meja)
16
Mengetahui
lebih
banyak Menyebut nama sendiri
kalimat yang lebih rumit
Sumber:Towne C C. Disorder of hearing, Speech and Language.
2.2.2 Tahapan Perkembangan Bahasa
Berikut merupakan tabel perkembangan kemampuan bahasa anak:
Perkembangan Kemampuan Bahasa Pada Anak
Usia
Tahapan Perkembangan Kemampuan Bahasa
1-6 bulan
Menghasilkan
bunyi
“coos”
yang
dihasilkan
dari
tenggorokan
6-9 bulan
Babbling
10-11 bulan
Mulai mengucapkan kata dengan dua suku kata seperti
mama, tanpa mengerti artinya
12 bulan
Mulai mengerti arti kata mama dan mulai meniru kata
dengan dua atau tiga suku kata
13-15 bulan
Sudah memiliki sekitar empat sampai tujuh kosa kata,
kalimat yang disampaikan dapat dimengerti oleh orang lain
16-18 bulan
Memiliki hingga 10 kosakata, 20-50% kalimat yang
disampaikan dapat dimengerti oleh orang lain
19-21 bulan
Memiliki hingaa 20 kosakata, pembicaraan anak 50% dapat
dimengerti oleh orang lain
22-24 bulan
Kosakata yang dimiliki lebih dari 50%, dapat mengucapkan
prase terdiri dari dua sampai tiga kata, 60-70% pembicaraan
bayi dimengerti orang lain
2-2 ½ tahun
Memiliki hinggaa 400 kosakata, termasuk nama, prase dua
hingga tiga kata, penggunaan kata ganti, 75% pembicaraan
dimengerti oleh orang lain
2 ½-3 tahun
Mengenal usia dan jenis kelamin, menyebutkan nama tiga
benda dengan benar, mengucapkan kalimat hingga lima kata,
80-90% pembicaraan dapat dimengerti oleh orang lain.
3-6 tahun
Sudah dapat menggunakan kalimat majemuk beserta anak
kalimatnya
Sumber: Schwartz dalam Leung (1999)
2.2.3 Stimulasi Perkembangan Bahasa
Menurut bahasa, stimulasi didefinisikan sebagai dorongan, menggiatkan
(KBBI, 1995). Sementara itu Depkes (2006) mendefinisikan stimulasi sebagai
kegiatan merangsang kemampuan dasar anak usia 0-6 tahun agar anak tumbuh
dan berkembang secara optimal.
Setiap aspek perkembangan anak membutuhkan stimulasi dari lingkungan
sekitarnya termasuk pada aspek perkembangan bicara dan bahasa. Berikut
merupakan stimulasi kemampuan bicara dan bahasa yang diperlukan oleh anak
usia 0-5 tahun.
Tabel 2.3 Stimulasi Perkembangan Bicara dan Bahasa
Usia
Stimulasi yang Diberikan
0-3 bulan
Mengajak bayi bicara dalam setiap kesempatan, menirukan
ocehan bayi sesering mungkin, mengenalkan berbagai jenis
suara, baik itu music, radio, televisi, percakapan orang, dan
sebagainya, menggunakan mainan yang mengeluarkan bunyi
seperti kerincingan atau bel
3-6 bulan
Melanjutkan stimulasi yang dilakukan pada usia 0-3 bulan,
mengajarkan bayi mencari sumber suara dengan membantu
memalingkan
wajah
kearah
sumber
suara,
mengulangi
beberapa kata beberapa kali ketika bicara dengan bayi, seperti
kata mama.
6-9 bulan
Melanjutkan stimulasi yang telah dilakukan sebelumnya,
menyebutkan nama gambar-gambar pada buku atau majalah
setiap
hari
selama
beberapa
menit,
membantu
bayi
menunjukkan suatu gamabr dan menuntun bayi mengulangi
nama gambar tersebut
9-12 bulan
Melanjutkan stimulasi bicara, menjawab pertanyaan, dan
menyebutkan nama gambar di buku atau majalah, menyebutkan
kata-kata yang diketahui artinya oleh bayi, seperti makan,
minum, dan susu, tuntun bayi mengulangi kata-kata tersebut
dan beri reinforcement positif ketika bayi menirukannya,
mengajak bayi untuk bicara dengan boneka, menyanyikan lagu
dan bersemandung kepada bayi
12-15 bulan
Melanjutkan stimulasi bicara, menjawab pertanyaan, menunjuk
dan menyebutkan nama gambar; ajak anak membuat suara dari
benda-benda seperti dengan memukul sendok ke kaleng, atau
memainkan kerencengan; mengenalkan nama bagian tubuh dan
menuntun anak menyebutkannya kembali; mulai ajari anak
mengucapkan frase dua kata misalnya ketika ingin minum susu,
reinforcement positif
15-18 bulan
Melanjutkan
stimulasi
menunjukkan
gambar
di
buku,
bernyanyi, dan mengajarkan berkata-kata dalam menyatakan
keinginannya; bercerita tentang gambar buku atau majalah dan
meminta anak menceritakannya kembali; mengajak anak
bermain telpon-telponan; menyebutkan berbagai nama barang
misalnya ketika ke pasar dan anak meminta suatu barang
18-24 bulan
Melanjutkan stimulasi bernyanyi, bercerita dan membaca,
bicara banyak pada anak dengan kalimat pendek, dan
mendorong anak menceritakan hal-hal yang dilihat atau
dikerjakannya; melihat acara televise dengan tayangan bermutu
tidak lebih dari satu jam sehari; menuntun anak mengerjakan
suatu perintah sederhana; memperlihatkan buku atau majalah
bergambar lebih sering dan meminta anak menceritakan apa
yang dilihat
24-36 bulan
Melanjutkan stimulasi membacakan buku cerita, mendorong
anak untuk bercerita apa yang dilihatnya, bantu damping dan
batasi menonton televise, mengajarkan anak tentang realita apa
yang ditontonnya; mengajarkan anak menyebutkan nama
lengkapnya, menceritakan tentang diri anak; menyebutkan
nama berbagai jenis makanan; menggunakan ungkapan yang
menyatakan keadaan venda, seperti letak dan warna
36-48 bulan
Melanjutkan stimulasi membacakan buku cerita, bernyanyi,
mendorong anak menceritakan diri, menyebutkan nama dan
mengerti waktu, membantu dan memantau aktivitas anak
nonton televise maksimal dua jam; mendorong anak untuk
bertanya; mendorong anak bercerita; mengenal album foto;
mengenalkan huruf
48-60 bulan
Melanjutkan stimulasi sebelumnya, melakukan permainan
mengingat nama benda; mengenal huruf dan simbol; mengenal
angka dan berhitung; membaca majalah; mengenalkan musim;
mengajarkan membuat buku kegiatan keluarga; mengunjungi
perpustakaan; belajar melengkapi kalimat; bercerita „ketika
saya masih kecil‟; mengajak anak membantu pekerjaan di
dapur
Sumber: Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006)
2.2.4 Faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan bicara dan bahasa
anak
Menurut Hurlock (1993) ada beberapa hal yang mempengaruhi kemampuan
berbahasa seorang individu, antara lain:
1. Intelegensi.
Perilaku berbahasa pada umumnya mengikuti perkembangan kognitif seorang
anak. Hal ini mencerminkan logika dari proses berpikir anak. Dimana dalam
hal ini intelegensi memegang peran penting dalam mempengaruhi sejauh mana
kemampuan berbahasa anak. Semkin cerdas anak, semakin cepat keterampilan
berbahasa dikuasai sehingga semakin cepat anak berbicara.
2. Status sosial ekonomi.
Dalam keluarga kelas rendah, kegiatan keluarga cenderung kurang
terorganisasi daripada keluarga kelas menengah ke atas. Pembicaraan antar
anggota keluarga juga jarang dan anak kurang didorong untuk berbicara
sehingga anak menjadi kurang dalam kemampuan berbahasa, dimana hal
tersebut berarti status sosial ekonomi orang tua mempengaruhi perkembangan
kemampuan berbahasa seorang anak.
3. Pendidikan orang tua.
Orang tua yang berpendidikan yang tinggi cenderung lebih memahami peran
penting stimulus dalam merangsang kemampuan berbahasa anak, sehingga
dari orang tua yang berpendidikan lebih tinggi perkembangan kemampuan
berbahasanya.
Menurut Carl Roger (dalam Setiawan, 2007) mengatakan bahwa ada dua
faktor yang berperan dalam mengembangkan bahasa pada anak, antara lain:
1. Faktor internal, adalah faktor yang berasal dari dalam diri anak, yaitu:
a. Faktor intelegensi, anak yang intelegensinya tinggi akan memperlihatkan
superioritas linguistic, baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas.
b. Faktor jenis kelamin, anak perempuan melebih anak laki-laki dalam aspek
bahasa. Namun, perbedaan jenis kelamin ini akan berkurang selaras
dengan bergulirnya fase perkembangan dan bertambahnya usia, sehingga
akhirnya perbedaan ini hilang.
c. Faktor perkembangan motorik, kemungkinan tertundanya perkembangan
bahasa atau keterlambatan merupakan hal yang lumrah pada saat anak
mengalami perkembangan motorik dengan cepat.
d. Faktor kondisi fisik, kondisi fisik berhubungan dengan perkembangan
anak serta gangguan penyakit yang berpengaruh pada kelancaran kerja
indera. Misalnya, anak cacat, atau anak kondisi fisiknya lemah.
e. Faktor kesehatan fisik, kesehatan fisik sangat berhubungan dengan
perhatian kita terhadap jenis makan yang dikonsumsi, kesehatan indera,
serta kesehatan rongga hidung yang berpengaruh besar pada daya ingat
anak
2.
Faktor eksternal, adalah faktor yang mempengaruhi di luar diri anak, antara
lain:
a. Faktor Keluarga, anak memperoleh tempat yang membuatnya dapat
memahami bunyi bahasa yang tepat, dapat menyimak dengan baik.
Kelaurga yang memotivasi anak menyediakan lingkungan bahasa yang
sesuai, maka anak akan lebih maju.
b. Faktor perbedaan status sosial, anak yang secara sosial budaya dari
kalangan atas dan menengah lebih cepat perkembangan bahasanya dari
anak yang berasal dari kalangan bawah.
2.2.5 Perbedaan Kemampuan Berbahasa, Kemampuan Berbicara, dan
Kemampuan Berkomunikasi
Seringkali
kemampuan
berbahasa,
kemampuan
berkomunikasi,
dan
kemapuan berbicara dianggap sebagai suatu hal yang sama. Terutama dalam
kehidupan sehari-hari, ketiga hl ini sepertinya hamper tidak memilki perbedaan
dan batasan yang jelas satu dengan lainnya. Padahal ketiga hal ini merupakan hal
yang berbeda walaupun saling berkaitan satu dengan lainnya. Berikut ini adalah
perbedaan kemampuan berbahasa, kemampuan berbicara, dan kemapuan
berkomunikasi (Gleason, 1998) :
a. Kemampuan berbahasa
Bahasa mempunyai karakteristik sendiri dan pesan/bahasa dapat dibagi
menjadi unit terkecil dari analisis. Bahasa anak-anak terdiri dari kalimat yang
terdiri dari elemen terkecil seperti kata dan suara, kedua hal tersebut bisa
dikombinasikan menjadi suatu ucapan. Bahasa yang baik yaitu bahasa yang
diproduksi dan dapat dimengerti menjadi suatu kesatuan kalimat yang utuh. Jadi,
kemampuan berbahasa adalah kemampuan seorang individu untuk membuat katakata atau suara-suara yang dikombinasikan menjadi suatu ucapan/suatu kesatuan
kalimat utuh yang dapat dimengerti oleh dirinya sendiri dan oleh individu lain
disekitarnya.
b. Kemampuan berbicara
Ketika individu berbicara maka akan menghasilkan suatu vocal yang terdiri
dari suara-suara. Terdapat beberapa sistem utama ketika individu berbicara dan
menghasilkan suara, yaitu: vocal, laryng, subglottal system, dimana terdiri dari
paru-paru dan gabungan beberapa otot untuk pernapasan dan pelepasan udara dari
tenggorokan. Subglottal sistem terdiri dari udara yang dibutuhkan untuk berbicara
dimana ketika pernapasan keluar. Jadi, kemampuan berbicara adalah kemampuan
individu untuk menghasilkan suara, dimana untuk menghasilkan suara ini
dibutuhkan beberapa sistem utama yang terdiri dari vocal, larynk, paru-paru
gabungan beberapa otot untuk pernapasan dan pelepasan udara dan tenggorokan.
c. Kemampuan berkomunikasi
Komunikasi itu memegang peranan penting hamper setiap menit kita
berkomunikasi. Sebagai contoh ketika dirumah kita berkomunikasi dengan orang
tua, saudara, pembantu. Juga termasuk komunikasi dengan teman dan guru di
lingkungan sekolah serta di lingkungan masyarakat/dalam berorganisasi individu
juga melakukan proses berkomunikasi. Melalui berkomunikasi individu dapat
menyatakan
pendapat,
mengajukan
permohonan,
meminta
pertolongan,
menawarkan solusi, menyampaikan instruksi, dan memberikan informasi kepada
orang lain.
Jadi, kemampuan komunikasi merupakan bagian yang penting dari
kehidupan, baik kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial. Beberapa orang
berpendapat bahwa kemampuan berkomunikasi yang efektif merupakan faktor
penting dalam kehidupan sosial individu. Kemampuan berkomunikasi yang baik
bisa membantu menyelsesaikan banyak masalah dan mendatangkan banyak
keuntungan bagi individu. Sebaliknya, kegagalan dalam berkomunikasi dapat
berakibat fatal. Kegagalan ini dapat menyebabkan berbagai bencana, sebagai
contoh
bertengkar
dengan
saudara,
bermaslah
dengan
guru,
merusak
persahabatan, tidak mendapatkan pekerjaan, dan sebagainya (Gleason, 1998).
Perbedaan antara kemampuan berbahasa, kemampuan berbicara, dan
kemampuan berkomunikasi yang telah dipaparkan diatas membuat batasan yang
jelas mengenai ketiga hal yang hamper sama tersebut dan batasan yang jelas
mengenai pengertian dari masing-masing komponen kemampuan. Oleh karena itu
kemampuan berbahsa yang dianggap paling tepat dan dapat diukur dari anak
prasekolah, yaitu kemampuan seorang individu untuk membuat kata-kata atau
suara-suara yang dikombinasikan menjadi suatu ucapan/ suatu kesatuan kalimat
yang utuh yang dapat dimengerti oleh dirinya sendiri dan oleh individu lain.
Melalui hal ini dapat dilihat sejauh mana perkembangan kemampuan berbahasa
anak prasekolah (Gleason,1998).
2.2.6 Masalah pada Perkembangan Kemampuan Bicara dan Bahasa Anak
Gangguan bicara dan bahasa merupakan gangguan yang sering terjadi pada
anak. Gangguan bicara dapat menjadi salah satu indikasi dari adanya gangguan
kognitif (Hockenbery & Wilson, 2009). Etiologi dari gangguan bicara sebenarnya
belum diketahui secara pasti. Namun beberapa sumber menyebutkan bahwa
terdapat lima hal yang diduga berhubungan dengan gangguan bicara pada anak,
lima hal tersebut antara lain jenis kelamin laki-laki, riwayat keluarga yang
memiliki gangguan bicara atau komunikasi lainnya, pendidikan ibu yang rendah
dan status sosial ekonomi yang rendah. Hal ini dibuktikan dengan lebih tingginya
prevalensi
munculnnya
gangguan
bicara
berupa
keterlambatan
bicara
dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki lima faktor di atas (Campbell, et
al, 2003).
Gangguan bicara merupakan hal yang perlu diantisipasi oleh orang tua
karena gangguan tersebut dpat mempengaruhi perkembangan sosial kemandirian
anak. Salah satu gangguan bicara yang dapat terjadi ialah gagu. Gagu merupakan
gangguan bicara dimana seseorang bicara dengan mengulang suatu suku kata dan
biasanya diselingi dengan kata-kata seperti “em” - “eh” (American Speak and
Hear Association, 2000). Seorang yang memilki gangguan bicara seperti gagu
akan takut dengan reaksi orang lain akan cara bicaranya. Biasanya mereka akan
berpura-pura lupa dengan apa yang mereka katakan atau menghindar bahkan
menolak untuk bicara (American Speak and Hear Association, 2000). Perilaku ini
tentunya akan menghambat anak dalam bersosialisasi dengan lingkungannya,
termasuk dalam kegiatan belajar.
Gangguan bicara dan bahasa secara umum dibagi menjadi gangguan bahasa
dan gangguan bicara. Gangguan bahasa merupakan gangguan yang terjadi pada
nak terkait kemampuannya dalam mengenal kata, menyusun kalimat, dan
memahami struktur kalimat. Sementara gangguan bicara merupakan gangguan
yang terjadi pada kemampuan anak dalam bicara baik itu yang berhubungan
dengan kematangan organ maupun masalah lainnya (Hockenbery & Wilson,
2009).
Gangguan bicara pada anak terjadi karena gangguan fungsional yang dapat
yang biasa terjadi karena immaturasi organ atau fungsi otot yang mempoduksi
suara kurang optimal (Bowen, 2011). Gangguan fungsional ini merupakan hal
yang paling banyak terjadi dan lebih sering melimpah anak laki-laki terutama
yang memilki riwayat keterlambatan bicara pada orang tuanya (Campbell, et al,
2003). Gangguan bicara jenis kedua disebut dengan gangguan bicara organik,
yaitu gangguan bicara yang disebabkan adanya kelainan pada organ seperti bibir
sumbing dan gangguan pendengaran (University Children‟s Medical Institute,
2010). Termasuk di dalam gangguan bicara organik ini adalah gangguan bicara
karena masalah organik yang bersifat neurologis seperti paralisis.
Adanya dua jenis gangguan bicara ini, orang tua perlu mengetahui
bagaimana membedakan kedua jenis gangguan ini dikarenakan kebutuhan akan
penanganan yang lebih intensif pada gangguan bicara non disfungsional dpat
ditandai dengan adanya gangguan lain seperti gangguan dalam fungsi reseptif,
pemecahan masalah, gangguan kecerdasan dan gangguan psikologis. Ciri lain
yang menunjukkan bahwa masalah bicara yang dialami anak merupakan masalah
berat adalah bila bayi tidak mahu bersenyum sosial sampai sepuluh minggu atau
tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban pada usia tiga bulan. Tanda lainnya
tidak ada perhatian terhadap sekitar sampai usia lapan bulan, tidak bicara sampai
usia lima belas bulan atau tidak mengucapkan tiga sampai empat kata sampai usia
dua puluh bulan (Judarwanto, 2011).
2.3 Pendidikan
2.3.1 Definisi Pendidikan
Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani
(piker, karsa, rasa, cipta dan budi nurani). Pendidikan juga berarti lembaga yang
bertanggungjawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan
organisasi pendidikan. Lembaga-lembaga ini meliputi keluarga, sekolah dan
masyarakat (Ihsan Fuad, 2005).
Driyarkara mengatakan bahwa pendidkan adalah upaya memanusiakan
manusiam muda. Pengangkutan manusia ketaraf insani itulah yang disebut
mendidik. Menurut Rousseau Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang
tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu
dewasa (Ahmadi Abu, 2003).
Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak
aspek dan sifatnya sangat kompleks. Sebagai proses transformasi budaya,
pendidikan diartikan sebagai kegiatan perwarisan budaya dari generasi satu ke
generasi yang lain. Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan
sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya
kepribadian peserta didik (Tirtarahardja et al., 2005).
Proses pembentukan pribadi meliputi dua sasaran yaitu pembentukan pribadi
bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang dewasa, dan bagi yang sudah
dewasa atas usaha sendiri. Yang terakhir ini disebut pendidikan diri sendiri.
Kedua-duanya bersifat alamiah dan menjadi keharusan. Bayi yang baru lahir
kepribadiannya belum terbentuk, belum mempunyai warna dan corak kepribadian
yang tertentu. Ia baru merupakan individu, belum suatu pribadi. Untuk menjadi
suatu pribadi perlu mendapat bimbingan, latihan-latihan, dan pengalaman melalui
bergaul dengan lingkungannya, khususnya dengan lingkungan pendidikan
(Tirtarahardja et al., 2005).
2.3.2 Lembaga Pendidikan
Menurut sifatnya pendidikan dibedakan menjadi :
a. Pendidikan informal, yaitu pendidikan yang diperoleh seseorang dari
pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar sepanjang hayat.
Pendidikan ini dapat berlangsung dalam keluarga dalam pergaulan sehari-hari
maupun dalam pekerjaan, masyarakat, kelaurga, organisasi.
b. Pendidikan formal, yaitu pendidikan yang berlangsung secara teratur,
bertingkat dan mengikuti syarat-syarat tertentu secara ketat. Pendidikan ini
berlangsung di sekolah. Pendidikan non formal, yaitu pendidikan yang
dilaksanakan secara tertentu dan sadar tetapi tidak terlalu mengikuti persturan
yang ketat ( Abu Ahmadi, 2003).
2.3.3 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan, yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan
bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran. Tingkat pendidikan
sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi (Ikhsan, 2005).
1) Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan
ketrampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan dalam masyarakat,
serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
Pendidikan dasar pada prinsipnya merupakan pendidikan yang memberikan
bekal dasar bagi perkembangan kehidupan, baik untuk pribadi maupun untuk
masyarakat. Karena itu, bagi setiap warga negara harus disediakan kesempatan
untuk memperoleh pendidikan dasar. Pendidikan ini dapat berupa pendidikan
sekolah ataupun pendidikan luar biasa. Tingkat pendidikan dasar adalah
Sekolah Dasar.
2) Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan
hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial budaya, dan alam sekitar,
serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lnjut dalam dunia kerja atau
pendidikan tinggi. Pendidikan menengah terdiri dari pendidikan menengah
umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah umum
diselenggarakan selain untuk mempersiapkan peserta didik mengikuti
pendidikan tinggi, juga untuk memasuki lapangan kerja. Pendidikan menengah
kejuruan diselenggarakan untuk memasuki lapangan kerja atau mengikuti
pendidikan keprofesian pada tingkat yang lebih tinggi. Pendidikan menengah
dapat merupakan pendidikan biasa atau pendidikan luar biasa. Tingkat
pendidikan menengah adalah SMP, SMA dan SMK.
3) Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk
menjadi anggota masyarakat yang memiliki tingkat kemampuan tinggi yang
bersifat akademik dan atau professional sehingga dapat menerapkan,
mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
dalam rangka pembangunan nasional dan meningkatkan kesejahteraan manusia
(Ikhsan, 2005).
Manusia sepanjang hidupnya selalu menerima pengaruh dari tiga lingkungan
pendidikan yang utama yakni keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan
Tinggi terdiri dari Strata 1, Strata 2, Strata 3 (Ikhsan, 2005).