Hubungan antara Kerja dan Kebiasaan Merokok Tukang Parkir di Jalan Setiabudi Medan terhadap Arus Puncak Ekspirasi yang diukur dengan Peak Flow Meter

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Kebiasaan merokok merupakan masalah kesehatan di dunia yang sampai

sekarang belum dapat ditangani. Menurut data WHO Global Tobacco Epidemic
tahun 2008 di seluruh dunia diperkirakan terdapat 1.3 milyar perokok. Indonesia
merupakan salah satu negara penghasil tembakau terbesar di dunia yang
menempati peringkat ketujuh sebesar 144.700 ton pertahunnya (WHO, 2008).
Menurut Tobacco Free Initiative (TFI) WHO Regional Asia Tenggara
telah merilis survey pemakaian rokok di Indonesia. Dari data didapatkan
informasi bahwa jumlah perokok per hari di Indonesia adalah sekitar 63,2% dari
seluruh laki-laki perokok, dan 4,5% perempuan perokok dewasa (di atas 15 tahun)
(WHO, 2008). Hasil riset kesehatan dasar 2013 yang dilakukan Kementerian
Kesehatan menunjukkan, prevalensi merokok di Indonesia saat ini mencapai
29,3%. Proporsi perokok saat ini di Sumatera Utara dengan perokok setiap hari

24,2% dan perokok kadang-kadang 4,2% (Kemenkes RI, 2013).
Bila seseorang merokok maka dia akan menghirup lebih dari 4000 unsur
kimia beracun (WHO, 2006). Beberapa bahan kimia yang terdapat di dalam rokok
dan mampu memberikan efek yang mengganggu kesehatan antara lain nikotin, tar,
karbon monoksida dan lain-lain. Nikotin bersifat adiktif sehingga bisa
menyebabkan seseorang menghisap rokok secara terus-menerus. Selain itu,
nikotin juga mempunyai sifat toksis terhadap jaringan saraf yang menyebabkan
tekanan darah sistolik dan diastolik meningkat, denyut jantung bertambah,
kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian oksigen bertambah dan
vasokontriksi pembuluh darah perifer. Nikotin meningkatkan kadar gula darah,
kadar asam lemak bebas, kolesterol LDL dan meningkatkan agresi sel pembekuan
darah. Tar mempunyai bahan kimia yang beracun yang bisa menyebabkan
kerusakan pada sel paru-paru dan menyebabkan kanker. Rokok juga mengandung
gas karbon monoksida (CO) yang bisa membuat berkurangnya kemampuan darah
untuk membawa oksigen. Gas ini bersifat toksis yang bertentangan dengan gas

Universitas Sumatera Utara

2


oksigen dalam transport hemoglobin (Sitopoe M, 2000).
Secara medis sudah tak dapat dipungkiri lagi bahwa rokok meningkatkan
risiko keseluruhan kematian sebesar 70% dibandingkan kepada bukan perokok,
dan perokok meninggal 5-8 tahun lebih awal dibandingkan bukan perokok.
Inhalasi asap rokok menyebabkan efek toksik (racun) pada saluran napas atas dan
paru. Merokok secara langsung menjadi faktor risiko penyakit bronkitis kronis
dan penyakit paru obstruktif kronis. Merokok juga menjadi faktor risiko penting
pada penyakit kanker paru, terutama karsinoma skuamosa. Beberapa efek
merokok lainnya adalah gangguan perkembangan saraf yang menyebabkan
gangguan intelektual, osteoporosis, disfungsi ereksi, serangan jantung, stroke,
termasuk gangguan jiwa seperti mudah gelisah, depresi, dan cenderung
penyalahgunaan obat (Depkes RI, 2011).
Pada paru, ketika zat yang terkandung dalam rokok terhirup masuk, zat
tersebut akan mengiritasi saluran napas. Pada paru yang sehat, saluran napas
memiliki permukaan yang halus dan lembut dengan cilia yang berfungsi untuk
membersihkan saluran napas dari benda asing, sehingga kita dapat bernapas
dengan mudah, namun pada seorang perokok, permukaan saluran napas menjadi
tidak halus, hitam, menebal dan terbentuk scar, sehingga menyulitkan paru untuk
melalukan tugasnya dalam pertukaran udara. Cilia yang dimiliki oleh permukaan
saluran napas pun menjadi tidak berfungsi. Hal tersebut dapat menyebabkan

kesulitan bernapas dan perubahan pada faal paru (Muliawati, 2011).
Merokok juga dapat meningkatkan risiko penyakit paru obstruksi kronis.
PPOK merupakan penyakit kronik yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara
di dalam saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel. Gangguan yang bersifat
progresif ini disebabkan karena terjadinya inflamasi kronik akibat pajanan partikel
atau gas beracun yang terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama dengan gejala
utama sesak napas, batuk dan produksi sputum (PDPI, 2006).
Lingkungan sangat mempengaruhi tingkat kesehatan seseorang. Kondisi
lingkungan yang tidak sehat akan menurunkan tingkat kesehatan seseorang. Hasil
penelitian menunjukan bahwa seseorang yang berada pada lingkungan dengan
tingkat polusi udara yang tinggi selama lebih dari lima tahun memiliki resiko

Universitas Sumatera Utara

3

yang lebih besar terkena gangguan saluran pernapasan (Yusad, 2003).
Masalah polusi merupakan masalah yang berbahaya bagi kehidupan
manusia baik yang beraktivitas di dalam maupun di luar ruang. Polusi udara telah
memberikan implikasi negatif terhadap kesehatan manusia secara luas. Polusi

udara telah memicu berbagai penyakit seperti infeksi saluran pernafasan, kanker
maupun jantung (Yusad, 2003). Bagi tukang parkir yang bekerja di tempat dengan
polusi yang tinggi tentunya hal ini sangat berbahaya. Tukang parkir menjadi
sangat rentan terhadap bahaya kesehatan yang ditimbulkan oleh adanya polusi
udara. Oleh karena itulah maka perlu adanya perlindungan bagi tukang parkir agar
mereka bisa terhindar dari akibat yang ditimbulkan oleh polusi.
Hasil survey awal menunjukkan bahwa 7 dari 9 tukang parkir yang
diwawancarai, telah bekerja sebagai tukang parkir lebih dari 3 tahun, bahkan salah
satu dari 7 orang tersebut telah bekerja sebagai tukang parkir selama 10 tahun.
Empat diantaranya bekerja kurang dari 8 jam dalam 1 hari dan 5 orang bekerja
lebih dari 8 jam. Usia dari tukang parkir berkisar antara 25 tahun sampai 60 tahun,
dan dari semua responden yang diwawancarai semuanya merokok. Rata-rata dari
setiap tukang parkir menghabiskan rokok sebanyak 1 bungkus dalam 1 hari.
Selama bekerja sebagai tukang parkir, 2 responden tidak memiliki keluhan pada
saluran pernapasan, 4 responden merasakan keluhan batuk dan 3

responden

mengeluhkan batuk dan sesak napas.
Penyakit paru sangat erat kaitannya dengan paparan udara luar (debu).

Inhalasi bahan-bahan polutan berbahaya dapat menyebabkan berbagai efek
terhadap

paru.

Penurunan

fungsi

paru

diakibatkan

berbagai

peristiwa

patofisiologis. Inhalasi bahan-bahan yang mengiritasi bronkus dan bronkiolus
dapat menyebabkan kekacauan mekanisme pertahanan saluran pernapasan normal
sehingga terjadi kelumpuhan silia pernapasan dan terjadi sekresi mukus yang

berlebihan. Hal tersebut diperparah dengan terjadinya oedema dan peradangan
pada epitel bronkiolus. Selanjutnya terjadi obstruksi pada saluran pernapasan
yang menyebabkan destruksi alveoli paru. Obstruksi dan destruksi ini tentunya
sangat mempengaruhi kapasitas dan volume paru (Guyton, 2011).

Universitas Sumatera Utara

4

Selain itu sistem imun juga berpengaruh terhadap fungsi paru seseorang.
Pembentukan antibodi akibat paparan zat-zat polutan dapat menyebabkan
teraktivasinya sistem imun. Terjadi pembentukan antibodi IgE abnormal dalam
jumlah yang besar saat manusia terpapar berbagai zat polutan. Pembentukan
antibodi ini disebabkan oleh antigen yang melekat pada sel mast yang kemudian
bereaksi sehingga terjadi sekresi berbagai zat, yaitu histamine, zat anafilaksi yang
bereaksi lambat, faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari
semua faktor tersebut akan menghasilkan edema lokal pada bronkiolus dan sekresi
mukus pada lumen bronkiolus. Selain itu juga terjadi spasme otot polos
bronkiolus yang kemudian berakibat terjadinya peningkatan tahanan saluran napas
(Guyton, 2011).

Bila produksi mukus berlebihan dan tidak dikeluarkan akan terjadi
akumulasi mukus pada saluran napas sehingga dapat meningkatkan resistensi
aliran udara (obstruksi). Secara kuantitatif perubahan resistensi saluran
pernapasan dapat diketahui dengan spirometer (bila spirometer tidak tersedia
dapat digunakan peak flow meter) (Maranatha, 2004). Salah satu cara praktis
untuk menilai faal paru adalah dengan menggunakan ‘Peak Flow Meter’ yaitu
untuk mengukur arus puncak ekspirasi (APE) yang dapat memberikan peringatan
dini adanya penurunan fungsi paru (Siregar, 2008).
Berdasarkan uraian tersebut, mengingat Jalan Setiabudi merupakan salah
satu kawasan padat lalulintas sehingga diperkirakan memiliki tingkat polusi yang
tinggi, maka perlu diadakan penelitian mengenai hubungan antara lama kerja dan
kebiasaan merokok dengan Arus Puncak Ekspirasi tukang parkir di Jalan
Setiabudi Medan.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belalakang diatas, maka didapatkan rumusan masalah

sebagai berikut :
“Apakah ada hubungan antara lama kerja dan kebiasaan merokok dengan

Arus Puncak Ekspirasi tukang parkir di Jalan Setiabudi?”

Universitas Sumatera Utara

5

1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum
Yang menjadi tujuan umum dari penelitian ini yaitu mengetahui hubungan
antara lama kerja dan kebiasaan merokok dengan Arus Puncak Ekspirasi tukang
parkir di Jalan Setiabudi.

1.3.2 Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Mendapatkan data lama kerja tukang parkir di Jalan Setiabudi Medan
2. Mendapatkan data mengenai kebiasaan merokok tukang parkir di Jalan
Setiabudi Medan

3. Mengetahui Arus Puncak Ekspirasi tukang parkir di Jalan Setiabudi
Medan
4. Mengetahui hubungan lama kerja dengan Arus Puncak Ekspirasi
tukang parkir di Jalan Setiabudi Medan
5. Mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan Arus Puncak
Ekspirasi tukang parkir di Jalan Setiabudi Medan
1.4

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan membawa manfaat-manfaat yaitu:
1. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memotivasi tukang parkir
mengurangi kebiasaan merokok
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memotivasi para tukang
parkir memperhatikan efek debu ataupun polusi terhadap fungsi paru,
sehingga mereka lebih berhati-hati dan intensif dalam menggunakan
alat pelindung diri
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
pemerintah untuk meningkatkan program pemeliharaan kesehatan
tukang parkir di lingkungan kerjanya agak kinerjanya maksimal.
4. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk rekomendasi ke pemerintah


Universitas Sumatera Utara

6

untuk mencanangkan Car Free Day setiap hari Minggu
5. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
peneliti mengenai kebiasaan merokok, lama kerja serta fungsi paru dari
tukang parkir

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kebiasaan Merokok Terhadap Peak Expiratory Flow Rate pada Mahasiswa Laki-laki Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010

2 75 41

Hubungan Arus Puncak Ekspirasi dengan Indeks Massa Tubuh pada Siswa-Siswi Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan

0 28 57

Efek Asap Bakaran Sate terhadap Kesehatan Pernapasan Penjual Sate yang Diukur dengan Peak Flow Meter di Kota Medan

34 179 51

Menghitung Laju Ariran Fluida Jenis Head Flow Meter Pada Sistem Rangkaian Perpipaan Dengan Menggunakan Control Valve Air To Open Di Pabrik Mini PTKI – Medan

15 112 56

PENGARUH MEROKOK TERHADAP PENURUNAN ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA PEROKOK AKTIF & PASIF DI KELURAHAN Pengaruh Merokok terhadap Penurunan Arus Puncak Ekspirasi pada Perokok Aktif dan Pasif di Kelurahan Barabai Barat.

0 3 13

HUBUNGAN SENAM ASMA DENGAN ARUS PUNCAK EKSPIRASI (APE).

0 0 7

Hubungan antara Kerja dan Kebiasaan Merokok Tukang Parkir di Jalan Setiabudi Medan terhadap Arus Puncak Ekspirasi yang diukur dengan Peak Flow Meter

0 0 10

Hubungan antara Kerja dan Kebiasaan Merokok Tukang Parkir di Jalan Setiabudi Medan terhadap Arus Puncak Ekspirasi yang diukur dengan Peak Flow Meter

0 1 27

Hubungan antara Kerja dan Kebiasaan Merokok Tukang Parkir di Jalan Setiabudi Medan terhadap Arus Puncak Ekspirasi yang diukur dengan Peak Flow Meter

0 0 4

Hubungan antara Kerja dan Kebiasaan Merokok Tukang Parkir di Jalan Setiabudi Medan terhadap Arus Puncak Ekspirasi yang diukur dengan Peak Flow Meter

0 0 15