Efek Asap Bakaran Sate terhadap Kesehatan Pernapasan Penjual Sate yang Diukur dengan Peak Flow Meter di Kota Medan

(1)

Efek Asap Bakaran Sate

terhadap Kesehatan Pernapasan Penjual Sate

yang Diukur dengan Peak Flow Meter

di Kota Medan tahun 2012

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

Lamhot SF

090100192

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

i

LEMBAR PENGESAHAN

Efek Asap Bakaran Sate terhadap Kesehatan Pernapasan Penjual Sate yang Diukur dengan Peak Flow Meter di Kota Medan

Nama : Lamhot SF NIM : 090100192

Pembimbing Penguji I

(dr. Yetty Machrina, M.Kes) (Prof. Dr. dr. Rozaimah Zain-Hamid, MS, Sp.FK) NIP. 197903242003122002 NIP. 195304171980032001

Penguji II

(dr. Devira Zahara, Sp. THT-KL)

NIP. 197812072008012013

Medan, 7 Januari 2013

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH


(3)

ABSTRAK

Udara merupakan media lingkungan yang merupakan kebutuhan dasar manusia dan perlu mendapatkan perhatian yang serius. Namun tanpa disadari banyak pencemaran udara di sekitar kita yang kurang mendapatkan perhatian yang serius. Banyak pekerjaan manusia yang sering terpapar dengan pencemaran udara, misalnya penjual sate. Asap bakaran sate tersebut mempunyai ukuran partikel molekul yang sangat kecil sehingga dapat membahayakan kesehatan pernapasan manusia, terutama penjualnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek asap bakaran sate terhadap kesehatan pernapasan penjual sate dengan menggunakan peak flow meter.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang bersifat analitik dengan metode cross sectional dan besar sampel sebanyak 20 orang. Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan melakukan quota sampling. Data diambil melalui wawancara berdasarkan kuesioner, lalu selanjutnya peneliti meminta responden untuk meniup peak flow meter guna mengukur fungsi saluran pernapasan penjual sate.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lamanya paparan asap bakaran sate dengan penurunan fungsi saluran pernapasan (nilai p = 0,292) dan tidak ada hubungan antara lamanya paparan asap bakaran sate dengan munculnya gejala gangguan saluran pernapasan (nilai p = 1,00). Namun dari penelitian ditemukan bahwa terdapat 12 orang (60%) yang

mempunyai penurunan fungsi saluran pernapasan yang diukur dengan peak flow meter.

Dari penelitian ini diharapkan kepada seluruh pekerja yang sering terpapar dengan asap bakaran agar selalu menggunakan alat pelindung diri saat melakukan pekerjaan yang sering terpapar dengan asap bakaran.


(4)

iii

ABSTRACT

Air is the medium of living space, which is a basic human need and should get a serious attention. But without realizing much air pollution around us who are less serious attention. Many occupation that are often exposed to air pollution, such as satay seller. The burnt satay smoke has very small particulat molecules that can endanger human respiratory health, especially the satay seller. This research was aimed to know the effect of burnt satay smoke on respiratory health of satay seller that measured with peak flow meter.

The type of this research is descriptive study with analytic methods and cross sectional design with sample size of twenty people. Sample was carried out by using a quota sampling. Data were collected by interviews based on

questionnaires, and then the researcher asked respondents to blow a peak flow meter to measure respiratory function of satay seller.

The result of this research showed that there were no relationship between duration of smoke exposure with decreased of respiratory function (p value = 0,292) and no relationship between duration of smoke exposure with respiratory symptomps (p value = 1,00). But from the research found that there were twelve peoples (60%) who had a decreasing of respiratory function measured by peak flow meter.

From this research is expected that all workers who are often exposed to burnt smoke offering to always use self protection instrument while doing work that is often be exposed to burnt smoke.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

2. dr. Yetty Machrina, selaku dosen pembimbing penulis atas kesabaran, waktu, dan masukan-masukan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan proposal penelitian.

3. Seluruh staf pengajar yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa pendidikan.

4. Orang tua penulis, yang telah memberikan dukungan penuh dalam penyusunan proposal penelitian.

5. Teman-teman kelompok sesama bimbingan penelitian yang telah memberi bantuan berupa saran, kritikan, dan motivasi selama penyusunan penelitian.

6. Teman-teman FK USU stambuk 2009 yang telah memberikan bantuan dan dukungannya selama penyusunan proposal penelitian.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, segala saran dan kritik sangat diharapkan demi kemajuan kualitas penelitian ini.


(6)

v

Akhir kata, penulis mengharapkan agar penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua orang untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam dunia kedokteran.

Medan, 1 Desember 2012

Lamhot SF (NIM: 090100192)


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan. .………. . . i

Abstrak... ii

Abstract... iii

Kata Pengantar... iv

Daftar Isi... vi

Daftar Gambar... viii

Daftar Tabel... ix

Daftar Lampiran... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 2

1.3.Tujuan Penelitian ... 2

1.4.Manfaat Penelitian ... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... . 4

2.1. Asap ... 4

2.2. Pembakaran ... 5

2.3. Dampak Asap Bakaran ... 6

2.4. Anatomi Jalan Napas ... 8

2.5. Fisiologi Pernapasan……… 10

2.5.1. Volume Paru……… 11

2.5.2. Kapasitas Paru………... 12

2.6. Gejala Respiratorik………. 12


(8)

vii

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL………. 15

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 15

3.2. Defenisi Operasional... 15

3.3. Hipotesis……… 16

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 17

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 17

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 19

4.5. Metode Analisis Data ... 19

BAB 5 HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN... 20

5.1. Hasil Penelitian …………..………... 20

5.1.1. Deskripsi Lokasi penelitian ………... 20

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden………. 20

5.1.3. Hasil Analisa Data………... 23

5.2. Pembahasan………. 24

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 27

6.1. Kesimpulan... 27

6.2. Saran... 28

DAFTAR PUSTAKA... 29


(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Anatomi Sistem Pernapasan 10 Gambar 2.2. Wright Peak Flow Meter 14


(10)

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Pengaruh Polutan Asap Bakaran terhadap Sistem Pernapasan dan 6 Organ Lain

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Presentasi Responden Menurut Tingkat 21 Usia

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Presentasi Responden Menurut Lama 21 Berjualan

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Presentasi Responden Menurut Gejala 22 Gangguan Pernapasan yang Didapat

Tabel 5.4 Fungsi Saluran Pernapasan berdasarkan Pengukuran 22 Peak Flow Meter

Tabel 5.5 Hubungan Antara Lama Berjualan Sate dengan Fungsi Saluran 23 Pernapasan


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Kuesioner

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Kesediaan Responden Lampiran 3 Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 4 Riwayat Hidup Peneliti Lampiran 5 Data Induk


(12)

ii

ABSTRAK

Udara merupakan media lingkungan yang merupakan kebutuhan dasar manusia dan perlu mendapatkan perhatian yang serius. Namun tanpa disadari banyak pencemaran udara di sekitar kita yang kurang mendapatkan perhatian yang serius. Banyak pekerjaan manusia yang sering terpapar dengan pencemaran udara, misalnya penjual sate. Asap bakaran sate tersebut mempunyai ukuran partikel molekul yang sangat kecil sehingga dapat membahayakan kesehatan pernapasan manusia, terutama penjualnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek asap bakaran sate terhadap kesehatan pernapasan penjual sate dengan menggunakan peak flow meter.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang bersifat analitik dengan metode cross sectional dan besar sampel sebanyak 20 orang. Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan melakukan quota sampling. Data diambil melalui wawancara berdasarkan kuesioner, lalu selanjutnya peneliti meminta responden untuk meniup peak flow meter guna mengukur fungsi saluran pernapasan penjual sate.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lamanya paparan asap bakaran sate dengan penurunan fungsi saluran pernapasan (nilai p = 0,292) dan tidak ada hubungan antara lamanya paparan asap bakaran sate dengan munculnya gejala gangguan saluran pernapasan (nilai p = 1,00). Namun dari penelitian ditemukan bahwa terdapat 12 orang (60%) yang

mempunyai penurunan fungsi saluran pernapasan yang diukur dengan peak flow meter.

Dari penelitian ini diharapkan kepada seluruh pekerja yang sering terpapar dengan asap bakaran agar selalu menggunakan alat pelindung diri saat melakukan pekerjaan yang sering terpapar dengan asap bakaran.


(13)

ABSTRACT

Air is the medium of living space, which is a basic human need and should get a serious attention. But without realizing much air pollution around us who are less serious attention. Many occupation that are often exposed to air pollution, such as satay seller. The burnt satay smoke has very small particulat molecules that can endanger human respiratory health, especially the satay seller. This research was aimed to know the effect of burnt satay smoke on respiratory health of satay seller that measured with peak flow meter.

The type of this research is descriptive study with analytic methods and cross sectional design with sample size of twenty people. Sample was carried out by using a quota sampling. Data were collected by interviews based on

questionnaires, and then the researcher asked respondents to blow a peak flow meter to measure respiratory function of satay seller.

The result of this research showed that there were no relationship between duration of smoke exposure with decreased of respiratory function (p value = 0,292) and no relationship between duration of smoke exposure with respiratory symptomps (p value = 1,00). But from the research found that there were twelve peoples (60%) who had a decreasing of respiratory function measured by peak flow meter.

From this research is expected that all workers who are often exposed to burnt smoke offering to always use self protection instrument while doing work that is often be exposed to burnt smoke.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Udara merupakan media lingkungan, yang merupakan kebutuhan dasar manusia dan perlu mendapatkan perhatian yang serius. Hal ini menjadi kebijakan Pembangunan Kesehatan Indonesia 2010 dimana program pengendalian pencemaran udara merupakan salah satu dari sepuluh program unggulan. (Depkes, 2010).

Pencemaran udara adalah merupakan keberadaan zat-zat yang seharusnya bukan bagian dari komposisi atmosfer. Ini bukanlah masalah baru bagi seluruh masyarakat dunia, khususnya Indonesia. Sebagian besar penduduk Indonesia kurang mempedulikan hal ini. Namun, pemerintah telah menindaklanjuti masalah pencemaran udara ini. (PPRI nomor 41 tahun 1999).

Banyak kegiatan manusia yang dapat mengancam keseimbangan alam, seperti : banyaknya cerobong-cerobong asap, tempat pembakaran, pabrik-pabrik serta alat transportasi. Semuanya itu mengeluarkan zat pencemar ke udara yang dari tahun ketahun semakin meningkat. Hal itu mungkin tidak memberikan akibat yang cepat dirasakan. Akan tetapi, selama bertahun-tahun menghirup udara semacam itu dapat memberikan akibat-akibat yang luas efeknya terhadap manusia dan bentuk kehidupan lainnya, bahkan terhadap benda mati.

Tanpa kita sadari, banyak pekerjaan yang sering terpapar dengan asap polusi udara. Manusia tak menyadari betapa bahayanya resiko dari pekerjaan tersebut. Salah satu contoh pekerjaan yang sering terpapar dengan sumber pencemaran udara adalah penjual sate. Asap hasil bakaran sate tersebut mengandung partikulat dan zat radikal bebas yang dapat merusak sistem pernapasan manusia. Asap tersebut mempunyai efek iritatif yang dapat merusak jalan pernapasan manusia. Contoh efek iritatif yang dapat timbul misalnya seperti batuk, sesak napas, batuk berdarah, dan nyeri dada. Partikulat yang mencapai paru dapat menyebabkan inflamasi ataupun iritasi pada saluran napas. Sedangkan zat


(15)

radikal bebas dapat mengganggu ikatan hemoglobin dengan oksigen sekaligus juga bersifat iritatif terhadap saluran pernapasan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui efek dari asap hasil bakaran sate terhadap kesehatan pernapasan penjual sate di kota Medan.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui efek dari asap hasil bakaran sate terhadap kesehatan pernapasan penjual sate di kota Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. untuk mengetahui lamanya paparan asap bakaran sate pada penjual sate. b. untuk mengetahui gangguan saluran pernapasan pada penjual sate. c. untuk mengetahui arus puncak ekspirasi pernapasan pada penjual sate

1.4. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang efek dari asap hasil bakaran terhadap kesehatan pernapasan masyarakat yang sering terpapar dengan asap hasil bakaran.

b. Manfaat bagi penjual sate

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada penjual sate tentang dampak yang ditimbulkan akibat dari asap bakaran sate

tersebut terhadap kesehatan pernapasannya sehingga para penjual sate dapat melakukan berbagai antisipasi terhadap dampak asap bakaran sate. c. Manfaat bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengalaman berharga dan wadah latihan untuk memperoleh wawasan dan pengetahuan dalam rangka penerapan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama kuliah.


(16)

3

d. Manfaat bagi pemerintah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan wacana bagi pemerintah untuk membuat suatu kebijakan terhadap seluruh penjual sate, misalnya mengadakan pemeriksaan kesehatan pernapasan gratis secara berkala. Dengan demikian, hal ini dapat membantu mengurangi resiko gangguan pernapasan terhadap penjual sate.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Asap

Asap merupakan perpaduan atau campuran karbon dioksida, air, zat yang terdifusi di udara, zat partikulat, hidrokarbon, zat kimia organik, nitrogen oksida dan mineral. Ribuan komponen lainnya dapat ditemukan tersendiri dalam asap. Komposisi asap tergantung dari banyak faktor, yaitu jenis bahan pembakar, kelembaban, temperatur api, kondisi angin, dan hal lain yang mempengaruhi cuaca, baik asap tersebut baru atau lama. Jenis kayu dan tumbuhan lain yang terdiri dari selulosa, lignin, tanin, polifenol, minyak, lemak, resin, lilin dan tepung, akan membentuk campuran yang berbeda saat terbakar. (WHO Guidelines, 2005)

Materi partikulat atau Particulate Matter (PM) adalah istilah yang digunakan untuk campuran partikel padat dan tetesan cairan (droplet) yang tersuspensi di udara. Partikel-partikel ini berasal dari berbagai sumber, seperti pembangkit listrik, proses industri, dan truk diesel, lalu terbentuk di atmosfer dengan transformasi emisi gas buang. Materi partikulat merupakan bagian penting dalam asap kebakaran untuk pajanan jangka pendek (jam atau mingguan). Karakteristik dan pengaruh potensial materi partikulat terhadap kesehatan tergantung pada sumber, musim, dan keadaan cuaca. (WHO Air Quality Guidelines, 2005)

Materi partikulat dibagi menjadi:

1. Ukuran lebih dari 10 μm biasanya tidak sampai ke paru; dapat mengiritasi mata, hidung dan tenggorokan.

2. Partikel kurang atau sama dengan 10 μm; dapat terinhalasi sampai ke paru.

3. Partikel kasar (coarse particles) berukuran 2,5 – 10 μm. 4. Partikel halus (fine particles) berdiameter kurang dari 2,5μm.

Partikel debu atau materi partikulat melayang (suspended particulate


(18)

5

anorganik di udara dengan diameter <1 μm sampai maksimal 500 μm. Materi partikulat akan berada di udara dalam waktu relatif lama dalam keadaan melayang dan masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan. Karena komposisi materi partikulat yang rumit dan pentingnya ukuran partikulat dalam menentukan pajanan, banyak istilah digunakan untuk menyatakan materi partikulat di udara. Beberapa istilah mengacu pada metode pengambilan sampel udara seperti suspended particulate matter (SPM), total suspended particulate (TSP) atau ballack smoke. Istilah lain lebih mengacu pada tempat di saluran napas, tempat materi partikulat mengendap yaitu inhalable thoracic particulate yang terutama mengendap pada saluran napas bagian bawah. (Schwela, 2001)

Asap menimbulkan iritasi mata, kulit dan gangguan saluran pernapasan yang lebih berat, fungsi paru berkurang, bronkitis, asma eksaserbasi, dan kematian dini. Selain itu konsentrasi tinggi partikel-partikel iritasi pernapasan dapat menyebabkan batuk terus-menerus, batuk berdahak, kesulitan bernapas dan radang paru. Materi partikulat juga dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan fisiologi melalui mekanisme terhirupnya benda asing ke paru. Dampak yang ditimbulkan tergantung dari individu seperti umur, penyakit pernapasan sebelumnya, infeksi dan kardiovaskuler dan ukuran partikel. (Schwela, 2001)

Partikel asap cenderung sangat kecil dengan ukuran hampir sama dengan panjang gelombang cahaya yang terlihat. Partikel asap tersebut hampir sama dengan fraksi partikel PM 2,5 sehingga dapat menyebar dalam cahaya dan mengganggu jarak pandang. Partikel halus dapat terinhalasi ke dalam paru sehingga lebih berisiko mengganggu kesehatan dibandingkan partikel lebih besar. (Brauer, 2007)

2.2. Pembakaran

Proses pembakaran adalah sebuah proses kompleks yang melibatkan api, bahan bakar, faktor iklim termasuk ketinggian dan meteorologi. Pembakaran bahan organik adalah proses oksidasi yang menghasilkan uap air dan karbondioksida (CO2) sehingga terbentuk senyawa yang tidak teroksidasi sempurna (misalnya karbon monoksida) atau terbentuk senyawa tereduksi


(19)

(misalnya metana dan amonia). Senyawa ini ditemukan dalam asap yang terdiri dari partikel terhirup iritan dan gas serta dalam beberapa kasus mungkin karsinogenik. Asap sendiri adalah kompleks campuran dengan komponen yang bergantung pada jenis bahan bakar, kadar air, bahan bakar aditif seperti pestisida yang disemprot pada dedaunan atau pohon. (Malilay, 1998)

Pengaruh asap terhadap kesehatan terjadi melalui berbagai mekanisme, antara lain iritasi langsung, kekurangan oksigen yang menimbulkan sesak napas, serta absorpsi toksin. Cedera termal (luka bakar) terjadi pada daerah terkena pada permukaan eksternal tubuh, termasuk hidung dan mulut; luka bakar di bawah trakea jarang terjadi karena adanya efisiensi saluran napas bagian atas yang menyerap panas. Kematian karena menghirup asap tanpa luka bakar jarang terjadi (sekitar <10%), sedangkan kematian karena menghirup asap dengan luka bakar lebih sering, yaitu sekitar 30-50%. (California Thoracic Society American Lung Association, 2008)

2.3. Dampak Asap Bakaran

Beberapa faktor yang berperan seperti cuaca, fase kebakaran dan struktur tanah dapat mempengaruhi sifat api dan efek asap kebakaran. Secara umum cuaca berangin membuat konsentrasi asap lebih rendah karena asap akan bercampur dengan udara. Sistem cuaca regional akan membuat api kebakaran menyebar lebih cepat dan membawa dampak yang lebih besar. Intensitas panas, khususnya saat awal kebakaran akan membawa asap ke udara dan menetap, kemudian turun jika suhu menurun. Asap kebakaran pertama biasanya langsung dibawa angin sehingga menjadi prediksi area yang terbakar. (National Interagency Fire Center, 2011)

Kebanyakan orang dewasa sehat dan anak anak akan sembuh dengan cepat dari pajanan asap dan tidak akan mendapat efek jangka panjang. Namun, populasi sensitive tertentu dapat mengalami gejala kronik yang lebih berat. Bahan yang terkandung dalam asap bakaran dapat mengiritasi mukosa serta mencetuskan gangguan pernapasan akut dan kronik seperti asma, bronkitis, penurunan faal paru, kanker sampai kematian. Gangguan fungsi makrofag, peningkatan kadar


(20)

7

albumin dan laktosa dehidrogenase yang menunjukkan kerusakan membran sel serta kerusakan sel epitel dapat ditemukan akibat pajanan asap bakaran. (A Guide for Public Health Officials, 2008)

Pada pasien penyakit jantung terdapat hubungan antara peningkatan serangan jantung dengan jumlah partikel asap di udara. Orang berusia tua mudah terpengaruh oleh asap karena mekanisme pertahanan saluran napas mereka terutama fungsi pembersih partikel sudah berkurang. Pajanan asap akan meningkatkan kemungkinan infeksi saluran napas oleh bakteri dan virus akibat penekanan aktivitas makrofag sehingga timbul gejala pneumonia dan komplikasi pernapasan lain. (Englert, 2004)

Tabel 2.1. Pengaruh Polutan Asap Bakaran terhadap Sistem Pernapasan dan Organ Lain

Polutan Mekanisme Efek Potensial pada Kesehatan

Partikulat (partikel

kecil < 10 μ,

diameter aero

dinamik < 2.5 μ)

• Akut: iritasi bronkus, inflamasi dan reaktivitas meningkat

• Berkurangnya bersihan mukosilier

• Mengurangi respons makrofag dan imunitas lokal

• Reaksi fibrotik

• Mengi, asma eksaserbasi • Infeksi saluran napas • Bronkitis kronik dan PPOK • PPOK eksaserbasi

Karbon monoksida • Berikatan dengan hemoglobin

menghasilkan karboksi hemoglobin yang dapat mengurangi transport oksigen ke organ vital dan menyebabkan

• Berat badan bayi lahir rendah

• Meningkatnya kasus


(21)

gangguan janin Hidrokarbon

aromatik polisiklik (benzo-alpyrene)

Karsinogenik • Kanker paru

• Kanker mulut, nasofaring dan laring

Nitrogen dioksida • Pajanan akut menyebabkan reaktivitas bronkus

• Pajanan kronik dapat meningkatkan kerentanan infeksi bakteri dan virus

• Mengi, asma eksaserbasi • Infeksi saluran napas

• Berkurangnya fungsi paru anak

Sulfur dioksida • Pajanan akut

menyebabkan reaktivitas bronkus

• Pajanan kronik sulit untuk memisahkan

efek partikel

• Mengi, asma eksaserbasi • PPOK eksaserbasi • Penyakit kardiovaskuler

Kondesat asap biomass, termasuk

hidrokarbon aromatik polisiklik dan ion metal

• Absorpsi racun ke dalam lensa sehingga

terjadi perubahan oksidatif

• Katarak

2.4. Anatomi Jalan Napas

Saluran penghantar udara hingga mencapai paru - paru adalah hidung, faring, laring, trakhea, bronkus dan bronkiolus. Saluran pernapasan dari hidung sampai bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa yang bersilia. Permukaan epitel diliputi oleh lapisan mukus yang disekresi oleh sel goblet dan kelenjar serosa. (Ganong, 1998)

Dari rongga hidung udara menuju ke faring kemudian menuju ke laring yang merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan


(22)

9

mengandung pita suara. Di antara pita suara terdapat glotis yang merupakan pemisah antara saluran pernapasan bagian atas dan bawah. (Price, 1994)

Setelah melalui saluran hidung dan faring, tempat udara pernapasan dihangatkan dan dilembabkan dengan uap air, udara inspirasi berjalan menuruni trakhea, melalui bronkiolus, bronkiolus respiratorius dan duktus alveolaris sampai ke alveoli.

Antara trakhea dan sakus alveolaris terdapat 23 percabangan saluran udara. Enam belas percabangan pertama saluran udara merupakan zona konduksi yang menyalurkan udara dari dan ke lingkungan luar. Bagian ini terdiri dari bronkus, bronkiolus dan bronkiolus terminalis. Tujuh percabangan berikutnya merupakan zona peralihan dan zona respirasi, tempat terjadinya pertukaran gas dan terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus elveolaris dan alveoli. Tiap alveolus dikelilingi oleh pembuluh kapiler paru. (Pearce, 1986)

Bronkus utama kanan lebih pendek dan lebih lebar, merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya hampir vertikal. Sebaliknya bronkus utama kiri lebih panjang dan lebih sempit, merupakan kelanjutan trachea dengan sudut yang lebih tajam.

Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan kemudian bronkus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantung udara). Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru - paru. (E. Pearce)

Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru – paru, yaitu tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari (l) bronkiolus respiratorius yang terkadang memiliki kantung udara kecil atau alveoli pada dindingnya, (2) duktus alveolaris, seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan (3) sakus alveolaris, merupakan struktur akhir paru - paru. Paru - paru yang berisi sekitar 300 juta alveoli, membentuk suatu selaput pernapasan seluas sekitar 1.100 kaki persegi atau kira - kira seluas permukaan lapangan tenis.


(23)

Gambar 2.1. Anatomi Sistem Pernapasan

2.5. Fisiologi Pernapasan

Fungsi utama pernapasan adalah untuk memperoleh O2 agar dapat digunakan oleh sel sel tubuh dan mengeliminasi CO2 yang dihasilkan oleh sel. Sebagian besar orang menganggap bahwa pernapasan sebagai proses menarik dan mengeluarkan napas. Namun , dalam fisiologi, pernapasan memiliki makna yang lebih luas. Respirasi internal atau seluler mengacu kepada proses metabolisme intrasel yang berlangsung di dalam mitokondria, yang menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 selama penyerapan energi dari molekul nutrien. Respirasi eksternal mengacu kepada keseluruhan rangkaian kejadian yang terlibat dalam pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh (Lauralee Sheerwood, 2001)

Pada dasarnya tujuan utama dari proses respirasi dapat dibagi menjadi 4 mekanisme, yaitu:

1. ventilasi paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara antara atmosfir dan alveoli paru


(24)

11

3. pengangkutan oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel jaringan tubuh

4. pengaturan ventilasi dan hal hal lain dari respirasi (Guyton, 2007)

2.5.1. Volume Paru

Metode sederhana untuk mempelajari ventilasi paru adalah dengan mencatat volume udara yang masuk dan keluar paru-paru, suatu proses yang disebut dengan spirometri. Perubahan perubahan volume paru yang terjadi selama bernapas dapat diukur dengan menggunakan spirometer. Berikut adalah berbagai macam volume paru :

1. Volume tidal adalah volume udara yang masuk atau keluar paru setiap kali bernapas normal; besarnya kira kira 500 ml pada laki laki dewasa

2. Volume cadangan inspirasi adalah volume udara ekstra yang dapat diinspirasi setelah dan di atas volume tidal normal bila dilakukan inspirasi kuat; besarnya kira kira mencapai 3000 ml

3. Volume cadangan ekspirasi adalah volume udara ekstra maksimal yang dapat diekspirasi melalui ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi tidak normal; jumlah normalnya biasanya mencapai 1100 ml

4. Volume residu adalah volume udara yang masih tetap berada dalam paru setelah ekspirasi paling kuat; volume ini besarnya kira kira 1200 ml. volume residu ini tidak dapat diukur secara langsung dengan spirometer karena volume udara ini tidak keluar masuk paru.

5. Volume ekspirasi paksa dalam satu detik adalah volume udara yang dapat diekspirasi selama satu detik pertama ekspirasi pada penentuan kapasitas vital. Biasanya volumenya sekitar 80%, yaitu dalam keadaan normal 80% udara yang dapat dipaksa keluar dari paru yang mengembang maksimum dapat dikeluarkan dalam satu detik pertama.


(25)

2.5.2. Kapasitas Paru

Untuk menguraikan peristiwa peristiwa dalam siklus paru, terkadang perlu menyatukan dua atau lebih volume di atas. Kombinasi seperti itu disebut kapasitas paru, yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kapasitas inspirasi adalah jumlah udara yang dapat dihirup seseorang, dimulai pada tingkat ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai jumlah maksimum. Kapasitas inspirasi paru sama dengan volume tidal ditambah volume cadangan inspirasi; jumlahnya kira kira 3500 ml.

2. Kapasitas residu fungsional adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir ekspirasi normal. Kapasitas residu fungsional sama dengan volume cadangan ekspirasi ditambah volume residu; jumlahnya kira kira 2300 ml.

3. Kapasitas vital adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak banyaknya. Kapasitas vital sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume tidal dan volume cadangan ekspirasi; jumlahnya kira kira 4600 ml.

4. Kapasitas paru total adalah volume maksimum yang dapat mengembangkan paru sebesar mungkin dengan inspirasi sekuat mungkin. Kapasitas paru total sama dengan kapasitas vital ditambah volume residu; jumlahnya kira kira 5800 ml.

2.6. Gejala Respiratorik

Gangguan pada fungsi pernapasan sering ditandai dengan gejala gejala berupa : batuk, berdahak, sesak napas, napas berbunyi (wheeze), dan nyeri pleuritik.

1. Batuk

Batuk merupakan mekanisme refleks yang sangat penting untuk menjaga jalan napas tetap terbuka (paten) dengan cara menyingkirkan hasil sekresi berupa lendir, gumpalan darah, ataupun benda asing yang menumpuk pada jalan napas. Namun sering terdapat batuk yang tidak bertujuan untuk mengeluarkan lendir maupun benda asing, seperti batuk yang disebabkan oleh iritasi jalan napas.


(26)

13

2. Batuk Berdarah

Batuk berdarah atau hemoptisis sering merupakan petunjuk tentang adanya penyakit yang serius. Penyebab hemoptisis sangat beragam, namun penyebab tersering di seluruh dunia adalah tuberculosis, sedangkan di negara maju penyebab hemoptisis tersering adalah: bronchitis, bronkiektasis, dan kanker bronkogenik. Dahak yang bercampur darah sering didapati pada perokok yang masih sehat dan biasanya tidak dipedulikan oleh orang tersebut.

3. Sesak Napas

Sesak napas atau dispnea adalah gejala subjektif berupa keinginan penderita untuk meningkatkan upaya mendapatkan udara pernapasan. Karena bersifat subjektif, dispnea tidak dapat diukur (namun terdapat gradasi sesak napas). Dispnea sebagai akibat peningkatan upaya untuk bernapas dapat dijumpai pada berbagai kondisi klinis penyakit. Penyebabnya adalah meningkatnya tahanan jalan napas seperti pada obstruksi jalan napas atas, asma, dan pada penyakit obstruksi kronik.

4. Napas Berbunyi

Wheeze adalah napas yang berbunyi seperti bunyi suling yang menunjukkan adanya penyempitan saluran napas, baik secara fisiologis (oleh karena dahak) ataupun secara anatomic (oleh karena konstriksi). Wheezing dapat terjadi secara difus di seluruh dada seperti pada asma atau secara lokal seperti pada penyumbatan oleh lendir ataupun benda asing. Wheezing juga dapat timbul saat melakukan kegiatan agak berat.

5. Nyeri pleuritik

Nyeri pleuritik adalah salah satu dari dua jenis nyeri dada (chest pain); nyeri dada yang lain adalah nyeri sentral (central pain, visceral pain). Nyeri pleuritik dapat ditentukan lokasinya dengan mudah, rasa nyeri ini intensitasnya bertambah jika batuk atau bernapas dalam. Nyeri pleuritik berkaitan dengan penyakit yang menimbulkan inflamasi pada pleura parietalis, seperti infeksi (pneumonia, empiema, tuberculosis), trauma, tumor.


(27)

2.7. Fisiologi Peak Flow Meter

Peak Flow Meter merupakan sebuah instrument kecil, portable, murah, dan mudah digunakan sebagai suatu alternative untuk mengukur arus puncak ekspirasi (APE). Alat ini sudah memadai untuk melakukan pemantauan penyakit paru obstruktif atau untuk melakukan uji tapis massal. Jenis peak flow meter yang sering digunakan untuk mengukur APE adalah Wright Peak Flow Meter yang dirancang oleh BM Wright dan CB McKerrow (1959). Cara kerja alat ini berdasarkan azas mekanika, dimana deras arus udara diukur dengan gerakan piston yang terdorong oleh arus udara yang ditiupkan melalui pipa peniup. Piston akan mendorong jarum penunjuk (marker). Piston dikaitkan dengan sebuah pegas, lalu setelah arus berhenti, oleh gaya tarik balik piston akan tertarik ke kedudukan semula dan jarum penunjuk tertinggal pada titik jangkauan piston terjauh. Nilai APE dibaca pada titik tunjuk jarum tersebut. (Majalah Kedokteran Indonesia, 1992). Berikut adalah kriteria pengukuran kualitas fungsi paru yang diukur dengan peak flow meter:

Kualitas Fungsi Paru Volume Arus Puncak Ekspirasi

Baik >500 ml

Sedang 300 ml – 500 ml

Buruk <300 ml

Gambar 2.2 Wright Peak Flow Meter Sumbe


(28)

15

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Fungsi Saluran Napas

Fungsi saluran napas adalah aliran udara di saluran pernapasan yang dimulai dari laring hingga bronkiolus beserta gangguan yang dapat terjadi akibat asap bakaran sate.

Cara ukur : diminta untuk memasukkan pipa tiup ke dalam mulutnya. Setelah inspirasi maksimal, penjual sate diminta meniup sekuat kuatnya.

Alat ukur : Wright Peak Flow Meter Kategori : a. fungsi paru baik : > 500 ml

b. fungsi paru sedang : 300 ml – 500 ml c. fungsi paru kurang : < 300 ml

Skala Ukur : ordinal

Hasil Ukur : volume arus puncak ekspirasi yang dinyatakan dalam milliliter (ml).

3.2.2. Gangguan Saluran Napas

Gangguan saluran napas adalah gangguan saluran pernapasan yang didapat oleh penjual sate selama berjualan sate, seperti batuk terus menerus, sesak napas, batuk berdarah, napas berbunyi, dan nyeri dada. Cara ukur : berdasarkan wawancara

Alat ukur : kuesioner Asap bakaran sate

Fungsi Saluran Pernapasan


(29)

Skala ukur : nominal

Hasil ukur: ada atau tidak ada gejala klinis gangguan saluran pernapasan. 3.2.3. Lama paparan asap bakaran sate

Lama paparan asap bakaran sate adalah lamanya paparan yang ditimbulkan oleh asap akibat bahan bakar yang digunakan untuk membakar sate.

Cara ukur : berdasarkan wawancara Alat ukur : kuesioner

Skala ukur : nominal

Hasil ukur : lamanya paparan asap sate dinyatakan dalam tahun

3.3. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah semakin lama terpapar asap maka akan mempengaruhi kesehatan pernapasan penjual sate tersebut.


(30)

17

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bersifat analitik dengan metode cross sectional, yaitu pengamatan terhadap sekumpulan obyek dalam jangka waktu tertentu. Dalam penelitian ini akan dilakukan pengukuran pada suatu saat dan diperoleh efek asap bakaran sate terhadap kesehatan pernapasan penjual sate serta dapat menentukan hubungan antara lama paparan asap sate dengan timbulnya gejala gangguan pernapasan.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan September hingga Oktober 2012. 4.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di beberapa kecamatan yang ada di kota Medan, yaitu : Kecamatan Medan Sunggal, Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Selayang, Kecamatan Medan Petisah, dan Kecamatan Medan Johor.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua penjual sate yang ada di beberapa kecamatan di kota Medan.

4.3.2. Sampel

Cara pemilihan sampel untuk penelitian ini adalah dengan melakukan quota sampling dimana pengambilan sampel dilakukan dengan cara menetapkan sejumlah anggota sampel secara quotum atau jatah. Kemudian jatah atau quotum itulah yang dijadikan dasar untuk mengambil unit sampel yang diperlukan.


(31)

Adapun total sampel yang diperlukan dihitung dengan menggunakan rumus uji hipotesis satu populasi:

n =

(Pa-P0)2

{ Z1-α/2√P0 (1-P0) + Z1-β√Pa(1-Pa)}2

` =

(0,2-0,5)2

{1,96 √0,5 (1-0,5) + 0,842 √ 0,2(1-0,2)}2

=

0,09

{1,96 √0,5 (0,5) + 0,842 √0,2 (0,8)}2 =

0,09

{1,96 √0,25 + 0,842 √0,16

}

2

=

0,09

(0,98 + 0,34)

2

= 19,36

= 19 (hasil pembulatan)

Keterangan :

n = besar sampel minimum

Z1-α/2= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu (1,96)

Z1-β= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada β tertentu (0,842)

P0 = proporsi di populasi (0,5)

Pa = perkiraan proporsi di populasi (0,2)

Pa-P0 = perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi

4.3.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi dari penelitian ini adalah :

a. seluruh penjual sate yang berjualan di beberapa kecamatan di Kota Medan

b. berusia 20 – 55 tahun


(32)

19

Kriteria Eksklusi dari penelitian ini adalah :

a. penjual sate yang mempunyai riwayat penyakit pernapasan sebelum berjualan sate

b. penjual sate yang merokok

4.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang didapat langsung dari masing masing sampel penelitian. Sampel penelitian diberikan kuesioner yang berisikan pertanyaan tentang gangguan saluran pernapasan. Kemudian sampel diminta untuk meniup peakflow meter untuk melihat volume arus puncak ekspirasi.

4.5. Analisis Data

Data yang telah terkumpul, diolah dan dianalisis dengan bantuan program SPSS for Windows. Analisis statistik yang digunakan untuk menilai hubungan antara kedua variabel adalah uji Chi Square.


(33)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil sampel dari beberapa kecamatan yang ada di Kota Medan. Adapun wilayah kecamatan yang dimaksud ialah sebagai berikut :

a. Kecamatan Medan Sunggal b. Kecamatan Medan Maimun c. Kecamatan Medan Selayang d. Kecamatan Medan Petisah e. Kecamatan Medan Johor

dimana kelima kecamatan ini merupakan kecamatan dengan populasi penjual sate yang terbanyak saat melakukan survei awal lokasi penjual sate.

5.1.2. Karakteristik Responden

Hasil pengumpulan data dari seluruh penjual sate yang telah dilakukan wawancara dalam bentuk kuesioner di kota Medan dapat disajikan dalam bentuk sebagai berikut :


(34)

21

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Presentasi Responden Menurut Tingkat Usia

Rentang Usia Frekuensi (n) Persentase (100%)

20 - 25 tahun 6 30

26 - 30 tahun 4 20

31 - 35 tahun 5 25

36 - 40 tahun 1 5

41 - 45 tahun 1 5

46 - 50 tahun 3 15

Total 20 100

Dari tabel 5.1 terlihat bahwa sebagian besar penjual sate berusia antara 20 tahun s/d 25 tahun yaitu 6 orang (30%) dan hanya terdapat 2 orang (10%) yang berusia 36 tahun s/d 45 tahun.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Presentasi Responden Menurut Lama Berjualan

Lama Berjualan Frekuensi (n) Persentase (%)

0 - 4 tahun 8 40

4 - 8 tahun 4 20

8 - 12 tahun 5 25

12 - 16 tahun 1 5

16 - 20 tahun 1 5

20 - 24 tahun 1 5

Total 20 100

Dari tabel 5.2 terlihat bahwa hanya 3 orang (15%) yang telah berjualan sate selama >12 tahun, yaitu 12 – 16 tahun (5%), 16 – 20 tahun (5%), dan 20 – 24 tahun (5%), sedangkan yang telah berjualan sate selama <12 tahun adalah


(35)

sebanyak 17 orang (85%), yaitu 0 – 4 tahun (40%), 4 – 8 tahun (20%), dan 8 – 12 tahun (25%).

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Presentasi Responden Menurut Gejala Gangguan Pernapasan yang Didapat

Gejala Didapat Frekuensi (n) Persentase (%)

tidak ada 12 60

batuk batuk 2 10

batuk berdahak 2 10

batuk berdahak dan sesak napas 1 5

batuk berdahak dan nyeri dada 2 10

batuk berdahak, sesak napas, dan nyeri dada

1 5

Total 20 100

Dari tabel 5.3 terlihat bahwa 12 responden (60%) tidak mempunyai keluhan selama berjualan sate, sedangkan sebagian kecil (40%) mempunyai beberapa keluhan gangguan pernapasan.

Tabel 5.4. Fungsi Saluran Pernapasan berdasarkan Pengukuran Peak Flow Meter Fungsi Saluran Pernapasan

Frekuensi (n) Persentase (%)

kurang baik 12 60

Baik 8 40

Total 20 100

Dari tabel 5.4 terlihat bahwa 12 responden (60%) mempunyai penurunan fungsi saluran pernapasan yang kurang baik dan hanya 8 orang (40%) yang mempunyai fungsi saluran pernapasan baik.


(36)

23

5.1.3. Hasil Analisa Data

Tabel 5.5. Hubungan Antara Lama Berjualan Sate dengan Fungsi Saluran Pernapasan

Lama Berjualan Sate

Fungsi Saluran Pernapasan

Total kurang baik Baik

< 12 tahun > 12 tahun

10 5 15

2 3 5

Total 12 8 20

Tabel diatas menjelaskan tentang hubungan antara lamanya responden berjualan sate dengan fungsi saluran napas responden. Dari hasil uji analisa statistik Chi Square, didapati nilai p adalah 0,292. Karena nilai p > 0,05, maka H0

dalam penelitian ini diterima. Dengan demikian disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara lamanya berjualan sate dengan fungsi saluran napas.

Tabel 5.6. Hubungan Antara Lama Berjualan Sate dengan Munculnya Gejala

Lama Berjualan Sate Gejala

Total ada Tidak

< 12 tahun 6 9 15

> 12 tahun 2 3 5

Total 8 12 20

Tabel diatas menjelaskan tentang hubungan antara lamanya responden berjualan sate dengan munculnya gejala gangguan pernapasan. Dari hasil uji analisa statistik Chi Square, didapati nilai p adalah 1,00. Karena nilai p > 0,05, maka H0 dalam penelitian ini diterima. Dengan demikian disimpulkan bahwa tidak

terdapat hubungan antara lamanya berjualan sate dengan munculnya gejala gangguan pernapasan.


(37)

5.2. Pembahasan

Asap mempunyai ukuran partikel molekul yang lebih kecil dari 2,5μm. Dengan ukuran yang sangat kecil ini tentunya mempunyai efek yang sangat berbahaya terhadap fungsi saluran pernapasan. Semakin lama terpapar asap maka partikel asap yang terhirup juga akan semakin banyak.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Yulaekah tentang Hubungan antara Paparan Debu Terhirup dengan Fungsi Paru, terdapat hubungan antara tingkat paparan debu dengan gangguan fungsi paru (p = 0,02), dimana debu mempunyai ukuran partikel molekul yang lebih besar. Semakin kecil ukuran partikel molekul yang terhirup maka akan semakin berbahaya terhadap saluran pernapasan. (Yulaekah, 2007)

Namun, dari penelitian yang dilakukan oleh Dorce Mengkidi, tentang Gangguan Fungsi Paru dan Faktor Faktor yang Mempengaruhinya pada Karyawan PT. Semen Tonasa, juga mengatakan tidak ada hubungan antara lama paparan dengan fungsi saluran pernapasan pada karyawan PT. Semen Tonasa yang terpapar selama ±9 jam per hari dengan p = 0,244. (Mengkidi, 2006)

Dari tabel 5.5 terdapat bahwa 12 orang (60%) mempunyai fungsi saluran pernapasan yang kurang baik. Namun dari 12 orang tersebut, hanya 2 orang (10%) yang telah berjualan selama >12 tahun mempunyai fungsi saluran pernapasan yang kurang baik. Uji statistik dengan Chi Square menunjukkan tidak ada hubungan antara lama paparan asap dengan penurunan fungsi saluran pernapasan. Hal ini mungkin dikarenakan karena ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi kapasitas paru, seperti kebiasaan merokok yang berat, bentuk anatomis tubuh seseorang, aktivitas fisik, dan kekuatan otot pernapasan.

Ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh pada inhalasi bahan pencemar ke dalam paru, yaitu faktor komponen fisik, faktor komponen kimiawi dan faktor penderita itu sendiri. Aspek komponen fisik yang pertama adalah keadaan dari bahan yang diinhalasi (gas, debu, uap, atau asap). Ukuran dan bentuk akan berpengaruh dalam proses penimbunan dalam paru. Demikian juga dengan kelarutan dan nilai higroskopisitasnya. Komponen kimia yang berpengaruh antara lain kecenderungan untuk bereaksi dengan jaringan sekitarnya dan keasaman atau


(38)

25

tingkat alkalisitas tinggi yang dapat merusak silia atau sistem enzim. Bahan-bahan tersebut dapat menimbulkan fibrosis yang luas di paru dan dapat bersifat antigen yang masuk paru. (Wahyu, 2004)

Selain faktor bahan yang masuk ke dalam paru maka faktor manusianya sendiri tentu amat penting diperhitungkan. Sistem pertahanan paru baik secara antomis maupun secara fisiologis merupakan satu mekanisme yang baik dalam melindungi saluran napas dan paru. Mekanisme ini tentu saja dapat terganggu, baik karena faktor bawaan maupun oleh faktor lingkungan. Orang-orang tertentu mempunyai silia yang aktif sekali bekerja menyapu debu yang masuk, sementara pada sebagian orang lain gerak cambuk silia relatif lebih lambat.

Mekanisme penimbunan debu dalam paru : debu diinhalasi dalam bentuk partikel debu solid, atau suatu campuran dan asap. Udara masuk melalui rongga hidung disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Ketiga fungsi tersebut disebabkan karena adanya mukosa saluran pernapasan yang terdiri dari epitel toraks bertingkat, bersilia, dan mengandung sel goblet. Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut yang terdapat pada lubang hidung, sedangkan partikel debu yang halus akan terjerat dalam lapisan mukosa (Wilson, 1995). Gerakan silia mendorong lapisan mukosa ke posterior, ke rongga hidung dan kearah superior menuju faring. Debu yang berukuran antara 5-10µ akan ditahan oleh saluran napas atas, debu yang berukuran 3 - 5µ akan ditahan oleh bagian tengah jalan pernapasan, debu yang berukuran 1-3µ merupakan ukuran yang paling berbahaya, karena akan tertahan dan tertimbun (menempel) mulai dari bronkiolus terminalis sampai alveoli dan debu yang berukuran 0,1-1µ bergerak keluar masuk alveoli sesuai dengan gerak brown. (WHO, 1986)

Dari tabel 5.6 terdapat bahwa hanya 8 orang (40%) yang menunjukkan adanya gejala gangguan pernapasan. Hal ini tidak berhubungan dengan lamanya seseorang terpapar asap bakaran. Namun hal ini tidak menandakan bahwa partikel yang berukuran < 1 mikron tidak terhirup kedalam saluran pernafasan. Karena ukuran partikel < 1 mikron dapat mengendap ke dalam alveoli dan terabsorbsi ke dalam darah, tanpa menunjukan gejala bila dalam kondisi yang rendah. (Pudjiastuti, 2002)


(39)

Adanya gejala gangguan pernapasan yang terjadi menunjukan bahwa iritasi mekanik atau kimiawi merangsang reseptor di saluran nafas, sehingga terjadi brokokonstriksi serta berbagai gejala gangguan pernapasan yang mampu mengurangi penetrasi partikulat molekul dan gas toksik kedalam saluran nafas. (Tabrani Rab, 1996)


(40)

27

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

6.1.1. Distribusi karakteristik responden berdasarkan usia dijumpai penjual sate yang berusia antara 20 tahun s/d 25 tahun sebanyak 6 orang (30%) dan hanya terdapat 2 orang (10%) yang berusia 36 tahun s/d 45 tahun. 6.1.2. Distribusi karakteristik responden berdasarkan lamanya berjualan sate

dijumpai hanya 3 orang (15%) yang telah berjualan sate selama >12 tahun, sedangkan yang telah berjualan sate selama <12 tahun adalah sebanyak 17 orang (85%).

6.1.3. Distribusi karakteristik responden berdasarkan gejala gangguan pernapasan yang didapat, dijumpai 12 responden (60%) tidak mempunyai keluhan selama berjualan sate dan hanya 8 orang (40%) mempunyai beberapa keluhan gangguan pernapasan.

6.1.4. Hasil uji analisa statistik dengan Chi Square antara lamanya berjualan sate dengan fungsi saluran pernapasan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara lamanya berjualan sate dengan penurunan fungsi saluran pernapasan. (p = 0,292)

6.1.5. Hasil uji analisa statistik dengan Chi Square antara lamanya berjualan sate dengan munculnya gejala gangguan pernapasan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara lamanya berjualan sate dengan munculnya gejala gangguan pernapasan. (p = 1,00)

6.2. Saran

6.2.1. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan agar menambah jumlah sampel untuk dapat melihat adanya efek asap bakaran sate terhadap kesehatan pernapasan penjual sate.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

A Guide for Public Health Officials. 2008. Wildfire smoke revised July 2008. Available from [Accessed 29 April 2012]

Brauer, M. 2007. Health Impact of Biomass Air Pollution. WHO. Available from: http://www.firesmokeheealth.org. [Accesed 15 Mei 2012]

California Thoracic Society American Lung Association. 2008. Disaster planning for lung health: Fire Fact Sheet.: 1-6.

Englert, N. 2004. Fine particles and human health – a review of epidemiological studies. Toxicol Letters: 149: 235-42.

Ganong, W.F. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Review Of Medical

Physiology) edisi I7. Jakarta : EGC

Guyton. A.C. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteranedisi 11. Jakarta : EGC

Lorriane. M.W, Sylvia A.P. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses

Penyakitedisi 4. Jakarta : EGC

Malilay, J. 1998. A review of factors affecting the human health impacts of air pollutants from forest fires. Health Guideline for Vegetation Fire: 255-70.

Mengkidi, D. 2006. Gangguan Fungsi Paru dan Faktor Faktor yang

Mempengaruhinya pada Karyawan PT. Semen Tonasa Pangkep.

Universitas Diponegoro. Available from :

Desember 2012]


(42)

29

National Interagency Fire Center. 2011. The science of wildland fire. National Interagency Fire Center. Available from

April 2012]

Notoadmojo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Pearce, E. 1986. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia

Price, S.A and Wilson. LM. 1994. Patofisiologi Konsep Klinik Proses- Proses

Penyakit, Edisi ke Empat, Buku II, Judul Asli Pathophysiology clinical

concept. Jakarta : EGC.

Pudjiastuti, W. 2002. Debu Sebagai Bahan Pencemar yang membahayakan

Kesehatan Kerja. Jakarta : Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI.

Schwela, D. 2001. The WHO-unepwmo Health Guidelines for Vegetation Fire Events. Department of Protection of the Human Environment,

Occupational and Evironmental.

Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistemedisi 2. Jakarta : EGC.

Tabrani, R.H. Prinsip Gawat Paru. Buku Kedokteran ECG. Jakarta,1996.

Wahyu, A. Higiene Perusahaan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Hasanundin. Makassar, 2004.

WHO Air Quality Guidelines. 2005. WHO Air Quality Guidelinesfor particulate matter, ozone, nitrogen dioxide and sulfur dioxide. World Health

Organization.


(43)

peak flow rate antara mini wright peak flow meter dengan spirometer elektronik pada anak. Majalah Kedokteran Indonesia 42: 575-84

World Health Organization. 2005. WHO Guidelines for Vegetation Fire Events. Available from: http://www.who.effn/egry/fire.html.

2012]

[Accessed 20 April

Yulaekah, S. 2007. Paparan Debu Terhirup dan Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja Industri Batu Kapur. Universitas Diponegoro. Available from : Desember 2012


(44)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Lamhot Sastrawijaya Fernandez Tempat / Tanggal Lahir : Bekasi, 23 November 1991 Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Abadi blok D7. Perum. Villa Setiabudi Abadi 2 Kel. Tanjung Rejo. Kec. Medan Sunggal

Medan

Riwayat Pendidikan : 1. TK Parkit (1996 – 1997) 2. SD Kasih Bunda (1997 – 2003)

3. SMP Strada Budi Luhur (2003 – 2006) 4. SMAN 71 Jakarta (2006 – 2009)

5. Universitas Sumatera Utara (2009 – sekarang) Riwayat Pelatihan : 1.

2. Riwayat Organisasi : 1.


(45)

KUESIONER

Efek Asap Bakaran Sate yang Diukur dengan Peak Flow Meter terhadap Kesehatan Pernapasan Penjual Sate

di Kota Medan Tahun 2012

No. Responden : Tanggal Wawancara : Nama : Umur : Jenis Kelamin :

1. Sudah berapa lama saudara/i berjualan sate ? …. bulan/tahun *) coret yang tidak perlu

2. Berapa jam dalam sehari saudara/i berjualan sate ? …. jam ( dari pukul …. hingga pukul …. )

3. Apakah saat ini saudara/i mengalami gangguan pernafasan?

Ya Tidak

Jika “Ya” untuk pertanyaan (3) diteruskan ke pertanyaan (4)

4. Apakah gangguan pernapasan yang saudara/i alami timbul sebelum atau setelah menjadi penjual sate ?

a. sebelum menjadi penjual sate b. setelah menjadi penjual sate

5. Apa saja gejala yang anda rasakan selama menjadi penjual sate? (boleh lebih dari satu)


(46)

Batuk Berdahak Ya Tidak Sesak Nafas Ya Tidak Nafas Berbunyi Ya Tidak Nyeri Dada Ya Tidak Batuk Berdarah Ya Tidak

6. Apakah keluhan gangguan pernapasan tersebut dirasakan hanya ketika berjualan

sate ?

Ya Tidak

7. Apakah saudara/i sudah pernah memeriksakan gangguan pernapasan ini ke dokter?

Ya Tidak

Jika Ya, apa diagnosis dari dokter ? ….

8. a. Apakah saudara/i mempunyai riwayat penyakit asma ?

Ya Tidak

b. Apakah saudara/i mempunyai riwayat penyakit bronchitis ? c. Apakah saudara/i mempunyai riwayat penyakit paru menahun ? d. Apakah saudara/i mempunyai riwayat penyakit paru paru basah ? e. ……… (dan lain lain, sebutkan)


(47)

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Saya selaku Mahasiswa FK USU : Nama : Lamhot SF

Stambuk : 2009

Lembar persetujuan responden ini bertujuan untuk melakukan penelitian

mengenai Efek Asap Bakaran Sate terhadap Kesehatan Pernapasan Penjual Sate. Peneliti memerlukan Saudara/i sebagai subjek dalam penelitian, dimana Saudara/i berperan sebagai responden. Responden diminta untuk menjawab pertanyaan yang diberikan berdasarkan kuesioner. Setelah itu, responden diminta untuk meniup Peak Flow Meter guna mengukur fungsi saluran pernapasan. Nama responden tidak dicantumkan pada hasil penelitian dan jawaban yang diberikan oleh responden hanya digunakan untuk keperluan penelitian saja.

Medan, Oktober 2012


(48)

LEMBAR PERSETUJUAN KESEDIAAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur : Alamat : No. Telp :

Telah mendapatkan keterangan dari peneliti bahwa saya akan diminta untuk menjadi responden dalam penelitian yang berjudul “Efek Asap Bakaran Sate terhadap Kesehatan Pernapasan Penjual Sate”. Adapun dalam penelitian ini responden diminta untuk menjawab seluruh pertanyaan yang telah disediakan. Setelah itu responden diminta untuk meniup Peak Flow Meter guna mengukur fungsi pernapasan.

Saya menyadari manfaat penelitian ini dan saya menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian ini sebagai responden tanpa ada paksaan dari pihak manapun .

Medan, 2012

Peneliti Responden


(49)

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 20 2 10.0 10.0 10.0

21 2 10.0 10.0 20.0

22 2 10.0 10.0 30.0

27 2 10.0 10.0 40.0

29 1 5.0 5.0 45.0

30 1 5.0 5.0 50.0

32 1 5.0 5.0 55.0

33 1 5.0 5.0 60.0

34 2 10.0 10.0 70.0

35 1 5.0 5.0 75.0

37 1 5.0 5.0 80.0

45 1 5.0 5.0 85.0

47 1 5.0 5.0 90.0

48 2 10.0 10.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

lama berjualan sate

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 - 4 tahun 8 40.0 40.0 40.0

4 - 8 tahun 4 20.0 20.0 60.0

8 - 12 tahun 5 25.0 25.0 85.0

12 - 16 tahun 1 5.0 5.0 90.0

16 -20 tahun 1 5.0 5.0 95.0

20 - 24 tahun 1 5.0 5.0 100.0


(50)

Gejala Didapat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak ada 12 60.0 60.0 60.0

batuk batuk 2 10.0 10.0 70.0

batuk berdahak 2 10.0 10.0 80.0

batuk berdahak dan sesak napas 1 5.0 5.0 85.0

batuk berdahak dan nyeri dada 2 10.0 10.0 95.0

batuk berdahak, sesak napas, dan nyeri dada

1 5.0 5.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Fungsi Saluran Pernapasan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kurang baik 12 60.0 60.0 60.0

baik 8 40.0 40.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Lama Berjualan Sate * Fungsi Saluran Pernapasan Crosstabulation Count

Fungsi Saluran Pernapasan 2

Total

kurang baik baik

Lama Berjualan Sate < 12 tahun 10 5 15

> 12 tahun 2 3 5


(51)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1.111a 1 .292

Continuity Correctionb .278 1 .598

Likelihood Ratio 1.095 1 .295

Fisher's Exact Test .347 .296

Linear-by-Linear Association 1.056 1 .304

N of Valid Cases 20

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Lama Berjualan Sate * timbul gejala Crosstabulation Count

timbulpenyakit

Total

Ada tidak

Lama Berjualan Sate < 12 tahun 6 9 15

> 12 tahun 2 3 5

Total 8 12 20

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .000a 1 1.000

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .000 1 1.000

Fisher's Exact Test 1.000 .693

N of Valid Cases 20

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.00.


(1)

Batuk Berdahak Ya Tidak Sesak Nafas Ya Tidak Nafas Berbunyi Ya Tidak Nyeri Dada Ya Tidak Batuk Berdarah Ya Tidak

6. Apakah keluhan gangguan pernapasan tersebut dirasakan hanya ketika berjualan

sate ?

Ya Tidak

7. Apakah saudara/i sudah pernah memeriksakan gangguan pernapasan ini ke dokter?

Ya Tidak

Jika Ya, apa diagnosis dari dokter ? ….

8. a. Apakah saudara/i mempunyai riwayat penyakit asma ?

Ya Tidak

b. Apakah saudara/i mempunyai riwayat penyakit bronchitis ? c. Apakah saudara/i mempunyai riwayat penyakit paru menahun ? d. Apakah saudara/i mempunyai riwayat penyakit paru paru basah ? e. ……… (dan lain lain, sebutkan)


(2)

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Saya selaku Mahasiswa FK USU : Nama : Lamhot SF

Stambuk : 2009

Lembar persetujuan responden ini bertujuan untuk melakukan penelitian

mengenai Efek Asap Bakaran Sate terhadap Kesehatan Pernapasan Penjual Sate. Peneliti memerlukan Saudara/i sebagai subjek dalam penelitian, dimana Saudara/i berperan sebagai responden. Responden diminta untuk menjawab pertanyaan yang diberikan berdasarkan kuesioner. Setelah itu, responden diminta untuk meniup Peak Flow Meter guna mengukur fungsi saluran pernapasan. Nama responden tidak dicantumkan pada hasil penelitian dan jawaban yang diberikan oleh responden hanya digunakan untuk keperluan penelitian saja.

Medan, Oktober 2012


(3)

LEMBAR PERSETUJUAN KESEDIAAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

No. Telp :

Telah mendapatkan keterangan dari peneliti bahwa saya akan diminta untuk menjadi responden dalam penelitian yang berjudul “Efek Asap Bakaran Sate terhadap Kesehatan Pernapasan Penjual Sate”. Adapun dalam penelitian ini responden diminta untuk menjawab seluruh pertanyaan yang telah disediakan. Setelah itu responden diminta untuk meniup Peak Flow Meter guna mengukur fungsi pernapasan.

Saya menyadari manfaat penelitian ini dan saya menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian ini sebagai responden tanpa ada paksaan dari pihak manapun .

Medan, 2012

Peneliti Responden


(4)

Data Induk

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 20 2 10.0 10.0 10.0

21 2 10.0 10.0 20.0

22 2 10.0 10.0 30.0

27 2 10.0 10.0 40.0

29 1 5.0 5.0 45.0

30 1 5.0 5.0 50.0

32 1 5.0 5.0 55.0

33 1 5.0 5.0 60.0

34 2 10.0 10.0 70.0

35 1 5.0 5.0 75.0

37 1 5.0 5.0 80.0

45 1 5.0 5.0 85.0

47 1 5.0 5.0 90.0

48 2 10.0 10.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

lama berjualan sate

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 - 4 tahun 8 40.0 40.0 40.0

4 - 8 tahun 4 20.0 20.0 60.0

8 - 12 tahun 5 25.0 25.0 85.0

12 - 16 tahun 1 5.0 5.0 90.0

16 -20 tahun 1 5.0 5.0 95.0

20 - 24 tahun 1 5.0 5.0 100.0


(5)

Gejala Didapat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak ada 12 60.0 60.0 60.0

batuk batuk 2 10.0 10.0 70.0

batuk berdahak 2 10.0 10.0 80.0

batuk berdahak dan sesak napas 1 5.0 5.0 85.0

batuk berdahak dan nyeri dada 2 10.0 10.0 95.0

batuk berdahak, sesak napas, dan nyeri dada

1 5.0 5.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Fungsi Saluran Pernapasan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kurang baik 12 60.0 60.0 60.0

baik 8 40.0 40.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Lama Berjualan Sate * Fungsi Saluran Pernapasan Crosstabulation Count

Fungsi Saluran Pernapasan 2

Total kurang baik baik

Lama Berjualan Sate < 12 tahun 10 5 15

> 12 tahun 2 3 5


(6)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1.111a 1 .292

Continuity Correctionb .278 1 .598

Likelihood Ratio 1.095 1 .295

Fisher's Exact Test .347 .296

Linear-by-Linear Association 1.056 1 .304

N of Valid Cases 20

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.00. b. Computed only for a 2x2 table

Lama Berjualan Sate * timbul gejala Crosstabulation Count

timbulpenyakit

Total

Ada tidak

Lama Berjualan Sate < 12 tahun 6 9 15

> 12 tahun 2 3 5

Total 8 12 20

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .000a 1 1.000

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .000 1 1.000

Fisher's Exact Test 1.000 .693

N of Valid Cases 20

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.00. b. Computed only for a 2x2 table