Analisis Usahatani Bawang Merah (Studi Kasus : Desa Cinta Dame Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu komoditas hortikultura yang dibudidayakan masyarakat Indonesia
adalah bawang merah (Allium ascalonicum). Bawang Merah merupakan salah
satu komoditas sayuran yang mempunyai arti penting bagi masyarakat, baik
dilihat dari nilai ekonominya yang tinggi maupun dari kandungan gizinya.
Meskipun disadari bahwa bawang merah bukan merupakan kebutuhan pokok,
akan tetapi kebutuhannya hampir tidak dapat dihindari oleh konsumen rumah
tangga sebagai pelengkap bumbu masak sehari-hari (Rahayu, 1999).
Bawang merupakan sayuran rempah yang meskipun bukan asli Indonesia, namun
penggunaannya sebagai bumbu pelezat masakan sungguh lekat dengan lidah
Indonesia. Boleh dikata, tiada hari tanpa bawang, tiada masakan tanpa bawang
dan bawang adalah cita rasa dan aroma yang khas pada masakan. Kegunaan lain
dari bawang merah adalah sebagai obat tradisional yang manfaatnya telah banyak
dirasakan oleh masyarakat (Wibowo, 1995).
Bawang merah merupakan satu jenis sayuran pelengkap dan bumbu masak yang
diperlukan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat pada setiap saat. Permintaan
bawang merah oleh konsumen yang terus menerus ini akan biasa terpenuhi kalau
semua faktor penunjang untuk membudidayakannya memadai. Faktor penunjang
tersebut antara lain penguasaan teknologi mulai dari pembibitan, pengolahan

tanah, penanaman, dan pemeliharaan, termasuk pengendalian hama dan penyakit
sampai dengan pascapanen (AAK, 1998).

Universitas Sumatera Utara

Bawang merah dikenal hampir di setiap negara dan daerah di wilayah tanah air.
Kalangan internasional menyebutnya shallot. Bawang merah memiliki nama
ilmiah Allium cepa var.ascalonicum atau cukup disebut Allium ascalonicum.
Bawang yang semarga dengan bawang daun, bawang putih, dan bawang Bombay
ini termasuk family Liliaceae (Rahayu, 1999).
Permintaan bawang merah di Sumatera Utara cukup tinggi karena konsumsi
bawang merah di Sumatera Utara cukup tinggi, sementara produksi bawang
merah di Sumatera Utara belum dapat menutupi konsumsi bawang merah
sehingga mengalami kekurangan bawang merah untuk dikonsumsi.
Tabel 1. Kekurangan Bawang Merah di Sumatera Utara Tahun 2007-2011.
No

Tahun

Produksi

Konsumsi
Kekurangan
(Ton)
(Ton)
(Ton)
1
2007
12.789,65
30.952,00
18.162,35
2
2008
13.911,25
32.830,70
18.919,45
3
2009
10.762,90
33.434,96
22.672,06

4
2010
12.920,12
35.771,16
22.851,04
5
2011
13.203,92
38.681,51
25.477,59
Sumber . Sumatera Utara Dalam Angka 2011
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah konsumsi bawang merah lebih tinggi
dari pada jumlah produksi bawang merah. Jumlah produksi bawang merah
mengalami fluktuasi sementara konsumsi terus meningkat.
Perkembangan produksi bawang merah di Sumatera Utara dari tahun ke tahun
mengalami fluktuasi, pada tahun 2007 produksi bawang merah sebesar 12.789,65
ton, pada tahun 2008 sebesar 13.911,25 ton, pada tahun 2009 sebesar 10.762,90
ton, pada tahun 2010 sebesar 12.920,12 ton dan pada tahun 2011 sebesar
13.203,92 ton.


Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Sumatera Utara Tahun
2007-2011
No Kabupaten
Tahun(Ton)
2007
2008
2009
2010
2011
1
Tapanuli Selatan
40,0
97,0
12,0
12,0
36,0
2
Tapanuli Utara

543,6
334,2
340,6
353,7
366,8
3
Toba Samosir
1161,0
590,0
525,0
1075,0
968,0
4
Dairi
2625,0
2700,0
1170,0
1192,2
2714,7
5

Karo
2165,0
1404,0
539,0
856,0
953,0
6
Humbang Hasundutan
255,0
255,0
310,3
842,0
824,0
7
Simalungun
5031,0
7170,0
6119,0
6118,9
5915,0

8
Samosir
969,0
1261,0
1692,0
2420,0
1358,0
9
Padang Lawas
100,0
55,0
50,0
50,0
Jumlah
12789,6 13911,2
10762,9 12919,8 13185,5
Sumber . Sumatera Utara Dalam Angka 2011
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kabupaten yang memproduksi bawang
merah terbesar pada tahun 2011 adalah Kabupaten Simalungun dengan jumlah
produksi 5.915 ton, dan terbesar ketiga adalah Kabupaten Samosir dengan jumlah

produksi 1.358 ton.
Perkembangan luas panen bawang merah Sumatera Utara mengalami peningkatan
dari tahun 2007 sampai tahun 2010

namun pada tahun 2011 mengalami

penurunan dari 1.610 Ha pada tahun 2010 menjadi 1.335 Ha pada tahun 2011 hal
ini dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.
Tabel 3. Perkembangan Luas Panen Bawang Merah di Sumatera Utara
Tahun 2007 - 2011
NO Kabupaten
Tahun (Ha)
2007
2008
2009
2010
1
Tapanuli Selatan
10
24

6
3
2
Tapanuli Utara
83
51
52
54
3
Toba Samosir
148
75
66
135
4
Dairi
159
156
360
350

5
Karo
227
163
63
100
6
Humbang Hasundutan
60
60
72
105
7
Simalungun
375
515
437
437
8
Samosir

168
222
292
419
9
Padang Lawas
25
5
7
Jumlah
1230
1291
1323
1610
Sumber . Sumatera Utara Dalam Angka 2008-2012

2011
9
56
125
316
97
105
403
217
7
1335

Universitas Sumatera Utara

Dari tabel di atas dapat dilihat penurunan luas panen bawang merah Sumatera
Utara pada tahun 2011. Hal ini disebabkan oleh penurunan luas panen bawang
merah dari setiap kabupaten, khususnya Kabupaten Samosir penurunan luas
panennya hampir setengah dari luas panen pada tahun 2010.
Tabel 4. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Bawang Merah di
Sumatera Utara tahun 2011.
No

Kabupaten

LuasPanen
( Ha)
1
Tapanuli Selatan
9,0
2
Tapanuli Utara
56,0
3
Toba Samosir
125,0
4
Dairi
316,0
5
Karo
97,0
6
HumbangHasundutan
105,0
7
Simalungun
403,0
8
Samosir
217,0
9
Padang Lawas Utara
7,0
Sumber . Sumatera Utara Dalam Angka 2012

Produksi
(Ton)
36,0
366,8
968,0
2.714,7
953,0
824,0
5.915,0
1.358,0
50,0

Produktivitas
(Ton/Ha)
4,0
6,5
7,7
8,5
9,8
7,8
14,6
6,2
7,1

Produktivitas bawang merah Kabupaten Samosir tergolong rendah jika
dibandingkan dengan kabupaten dan daerah lain. Rata-rata produktivitas bawang
merah di Kabupaten Samosir tahun 2011 mencapai 6,2 ton/ha. Produktivitas
tertinggi terdapat di Kabupaten Simalungun dengan produktivitas 14,6 ton/ha dan
produktivitas terendah di Kabupaten Tapanuli Selatan dengan produktivitas 4,0
ton/ha.
Uraian di atas menjelaskan bahwa Sumatera Utara mengalami kekurangan
bawang

merah

untuk

dikonsumsi

akibat

rendahnya

produksi

maupun

produktivitas bawang merah. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan guna
menganalisis usahatani yang akan meningkatkan produktivitas dan kelayakan
finansial usahatani bawang merah.

Universitas Sumatera Utara

1.2 Identifikasi Masalah
1. Bagaimana tingkat produktivitas usahatani bawang merah di daerah penelitian?
2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah di daerah
penelitian?
3. Bagaimana komponen biaya dalam usahatani bawang merah di daerah
penelitian?
4. Berapa besar pendapatan tenaga kerja keluarga petani, pendapatan keluarga
petani dan pendapatan bersih usahatani bawang merah di daerah penelitian?
5. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani bawang merah di
daerah penelitian?
6. Bagaimana tingkat kelayakan usahatani bawang merah di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis tingkat produktivitas usahatani bawang merah di daerah
penelitian.
2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah
di daerah penelitian.
3. Untuk mengetahui komponen biaya dalam usahatani bawang merah di daerah
penelitian.
4. Untuk menganalisis pendapatan tenaga kerja keluarga petani, pendapatan
keluarga petani dan pendapatan bersih usahatani bawang merah di daerah
penelitian.

Universitas Sumatera Utara

5. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
bawang merah didaerah penelitian.
6. Untuk menganalisis kelayakan usahatani bawang merah di daerah penelitian.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan dalam
mengembangkan usahatani bawang merah.
2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah untuk membuat kebijakan.
3. Sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara