Pengaruh Inokulasi Mikoriza Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) pada Gawangan Tanaman Karet TBM I

TINJAUAN PUSTAKA
BotaniTanaman Sorgum
Dalam sistem taksonomi tumbuhan, sorgum diklasifikasikan sebagai
berikut, Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophytae, Subdivisio: Angiospermae,
Class: Monocotyledoneae, Ordo: Poales, Family: Poaceae, Genus: Sorghum,
Species: Sorghum bicolor (L.) Moench (USDA, 2008).
Seperti akar tanaman jagung tanaman sorgum memiliki jenis akar
serabut.Pada ruas batang terendah di atas permukaan tanah biasanya tumbuh
akar.Akar tersebut dinamakan akaradventif (Duljapar, 2000).
Tanaman sorgum mempunyai batang berbentuk silinder, beruas-ruas
(internodes) dan berbuku-buku (nodes).Setiap ruas memiliki alur yang berselangseling.Diameter dan tinggi batang bervariasi. Ukuran diameter pangkal batang
berkisar 0,5 cm-5,0 cm dan tingginya berkisar 0,5 m -4,0 m tergantung
varietasnya (FAO, 2002).
Pada daun sorgum terdapat lapisan lilin yang ada pada lapisan
epidermisnya.Adanya lapisan lilin tersebut menyebabkan tanaman sorgum mampu
bertahan pada daerah dengan kelembaban sangat rendah. Lapisan lilin tersebut
menyebabkan tanaman sorgum mampu hidup dalam cekaman kekeringan
(Kusuma et al., 2008).
Bunga sorgum tersusun dalam bentuk malai dengan banyak bunga pada
setiap malai sekitar 1500-4000 bunga. Bunga sorgum akan mekar teratur dari 7
cabang malai paling atas ke bawah. Malai sorgum memiliki tangkai yang tegak

atau melengkung, berukuran panjang atau pendek dan berbentuk kompak sampai
terbuka (Dicko et al., 2006).

Universitas Sumatera Utara

Biji sorgum tertutup oleh sekam yang berwarna kekuning – kuningan atau
kecoklat - coklatan.Warna biji bervariasi yaitu coklat muda, putih atau putih
suram tergantung varietas (Deptan, 2008).
SyaratTumbuh
Iklim
Tanaman sorgum dapat berproduksi walaupun dibudidayakan di lahan
kurang subur, air yang terbatas dan input yang rendah, bahkan di lahan yang
berpasir pun sorgum dapat dibudidayakan. Namun apabila ditanam pada daerah
yang berketinggian di atas 500 m dpl tanaman sorgum akan terhambat
pertumbuhannya dan memiliki umur yang panjang (Kusuma et al., 2008).
Suhu optimum untuk pertumbuhan sorgum berkisar antara 23°C - 30°C
dengan kelembaban relatif 20% - 40%. Pada daerah – daerah dengan ketinggian
800 m dan permukaan laut dimana suhunya kurang dari 20°C, pertumbuhan
tanaman akan terhambat (Deptan, 2008).
Curah hujan yang dibutuhkan tanaman ini adalah 600 mm/tahun. Tanaman

sorgum akan tumbuh baik pada ketinggian 1 m -500 m di atas permukaan laut di
Indonesia. Tanaman ini akan memperlama umur panen ketika ditanam di atas 500
m di atas permukaan laut. Tanaman ini mampu hidup di atas suhu 47°F
(Kusumaet al., 2008).
Tanah
Sorgum dapat bertoleransi pada kisaran kondisi tanah yang luas.Tanaman
ini dapat tumbuh baik pada tanah-tanah berat yang sering kali tergenang.Sorgum
juga dapat tumbuh pada tanah-tanah berpasir. Ia dapat tumbuh pada pH tanah
berkisar 5,0 - 5,5 dan lebih bertoleransi terhadap salin (garam) tanah daripada

Universitas Sumatera Utara

jagung. Tanaman sorgum dapat berproduksi pada tanah yang terlalu kritis bagi
tanaman lainnya (Kusumaet al., 2008).
Sebaiknya sorgum jangan ditanam di tanah podzolik merah kuning yang
masam, namun untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi yang optimal perlu
dipilih tanah ringan atau mengandung pasir dan bahan organik yang
cukup.Tanaman sorgum dapat beradaptasi pada tanah yang sering tergenang air
pada saat banyak turun hujan apabila sistem perakarannya sudah kuat (Deptan,
2008).

Kondisi tekstur tanah yang dikehendaki tanaman sorgum adalah berteksur
tanah sedang. Tanaman sorgum mampu hidup hampir di seluruh kondisi lahan
karena tanaman sorgum dapat hidup pada tanah dengan kemasaman tanah berkisar
5,50 sampai 7,50 (Kusumaet al., 2008).
Perkebunan Karet dan Tanaman Sela
Tanaman karet atau yang biasa disebut dengan istilah lain rambung, getah,
kejai dan hapea, termasuk tanaman tahunan dalam famili Euphorbiaceae.
Tanaman ini merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting sebagai
sumber devisa non migas bagi Indonesia. Tanaman karet dapat tumbuh dan
produktif sampai usia 30 tahun. Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan
lahan yang cocok untuk pertanaman karet, sebagian besar berada di wilayah
Sumatera dan Kalimantan. Luas areal perkebunan karet pada 2008 tercatat
mencapai lebih dari 3,5 juta hektar yang sebagian besar yaitu 85% merupakan
perkebunan rakyat dan hanya 8% perkebunan besar milik swasta serta 7%
perkebunan besar milik negara (Damanik, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Luasan areal tanaman karet diprediksi akan terus meningkat setiap
tahunnya seiring dengan meningkatnya permintaan dunia akan karet di masa yang

akan datang. Dalam upaya peningkatan perluasan areal tersebut terkadang
produktifitas lahan pertanaman karet tidak lagi diperhatikan terutaman pada masa
TBM. Menurut Pardamean (2008) Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) adalah
masa sebelum panen, berlangsung 30 – 36 bulan yaitu terdiri atas TBM 1
(tanaman pada tahun ke I ( 0-12 bulan )), TBM 2 (tanaman pada tahun ke II (1324 bulan )), TBM 3 (tanaman pada tahun ke III (25-30 atau 36 bulan)).
Pemanfaatan gawangan karet TBM dengan berbagai tanaman yang sesuai
dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi sebagai tanaman sela dapat diterapkan
mengingat masa antara penanaman dan umur karet matang untuk disadap cukup
lama. Umur tanaman karet matang untuk disadap sekitar lima sampai enam tahun
sesuai dengan jenis klon yang digunakan. Apabila gawangan tanaman karet TBM
tidak dimanfaatkan, maka banyak energi matahari yang tidak dapat dipanen atau
dimanfaatkan oleh gulma liar untuk pertumbuhannya. Melalui usaha penanaman
tanaman sela gawangan karet dapat memiliki manfaat ganda yaitu sebagai
pengganti penutup tanah dan memberikan tambahan pemasukan ekonomi.
Penanaman tanaman gawangan atau tanaman sela biasa juga disebut
sebagai tumpang sari. Tumpang sari merupakan usaha menanam beberapa jenis
tanaman pada lahan dan waktu yang sama. Sistem ini memiliki banyak
keuntungan antara lain: Meningkatkan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan lahan
dan penyerapan sinar matahari), populasi tanaman dapat diatur sesuai kehendak,
dalam satu areal diperoleh produksi lebih dari satu komoditas, tetap mempunyai

peluang mendapatkan hasil manakala satu jenis tanaman yang diusahakan gagal

Universitas Sumatera Utara

dan kombinasi beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas biologis
sehingga dapat menekan serangan hama maupun penyakit serta mempertahankan
kelestarian sumber daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah (Warsana, 2009).
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman tanaman sela di
antara tamanan karet (gawangan) memberikan pengaruh positif terhadap
pertumbuhan tanaman karet dan tanaman sela dapat memberikan penghasilan bagi
keluarga petani. Memang tidak semua tanamandapat ditumpangsarikan pada
perkebunan karet, karena ada jenis tanaman tertetu bahkan berpengaruh negatif
terhadap pertumbuhan karet seperti: tanaman ubi kayu, ubi jalar, dan tanaman satu
famili lainnya, karena tanaman ini dapat menjadi inang bagi jamur akar putih
(JAP).
Menurut Wibawaet al (2000) menyatakan bahwa hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh Pusat Penelitian Karet Balai Penelitian Sembawa didapat
bahwa sistem tanaman tumpang sari berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
karet dan mendatangkan tambahan pendapatan bagi petani karet dari tanaman
sela, seperti tumpang sari padigogo yang ditanam di antara karet pada tahun

pertama dan kedua memberikan nilai R/C 1,576 dan 1,51. Sedangkan tanaman
sela jagung memberikan nilai R/C 2,65 pada tahun pertama dan 2,72 pada tahun
kedua, R/C untuk komoditas cabe (4,54), semangka (2,20), nenas (2,65 tahun
pertama dan 4,16 pada tahun kedua) pola pisang dan nenas (2,10 tahun pertama
dan 3,81 tahun kedua), jahe (1,36), kapulaga (1,1).
Selanjutnya Tistama (2013) dalam penelitiannya mengatakan bahwa
tanaman intercropping (sorgum dan kedele) di gawangan tanaman karet
memberikan dampak positif yakni meningkatkan pendapatan petani, biomasa

Universitas Sumatera Utara

digunakan sebagai pakan ternak, menambah nutrien dan KTK serta dapat
menekan pertumbuhan jamur akar putih.
Ditinjau dari segi kondisi lingkungan pada areal TBM terutama pada areal
TBM 1 adanya faktor pembatas seperti intensitas radiasi surya tinggi dengan suhu
siang dan malam tinggi, curah hujan rendah dengan cahaya musiman tinggi dan
disertai suhu tinggi serta kesuburan tanah yang relatif rendah. Sifat dari tanaman
sorgum yang tergolong adaptif dan tanaman C4 adalah aktifitas fotosintesis pada
keadaan normal relatif tinggi, fotorespirasi rendah, transpirasi serta efisiensi
dalam penggunaan air. Sifat-sifat tersebut merupakan sifat fisiologis dan anatomis

yang sangat menguntungkan dalam kaitannya dengan hasil. Karamoy (2009)
mengatakan bahwa cahaya sangat besar pengaruhnya dalam proses fisiologi,
seperti fotosintesis, pernafasan, pertumbuhan dan perkembangan, pembukaan dan
penutupan stomata, pergerakan tanaman dan perkecambahan. Penyinaran matahari
mempengaruhi pertumbuhan produksi dan hasil tanaman melalui proses
fotosintesis dan fotoperiodesitas.
Varietas
Varietas adalah sekumpulan individu tanaman yang dapat dibedakan oleh
sifat (morfologi, fisiologi, sitology dan kimia) yang nyata untuk usaha pertanian
dan bila diproduksi kembali akan menunjukkan sifat-sifat yang dapat dibedakan
dari yang lain. Varietas berdasarkan teknik pembentukannya dibedakan atas
varietas hibrida, varietas sintetik dan varietas komposit (Mangoendidjojo, 2003).
Balai penelitian tanaman serelia Indonesia pada tahun 2001 telah melepas
dua varietas sorgum unggul baru yaitu Kawali dan Numbu yang berasal dari India.
Potensi hasil kedua varietas tersebut masing-masing 4,67 ton/ha dan 5,05 ton/ha

Universitas Sumatera Utara

dengan rata-rata hasil 0,3 ton/ha dan berumur 90 hari. Varietas Kawali dan
Numbu memiliki tangkai yang kompak dan besar, tahan terhadap rebah, penyakit

karat serta bercak daun. Kedua varietas ini ditanam di beberapa daerah antara lain
di Demak dan Gunung Kidul (Jawa Tengah) serta daerah Bantul, Yogyakarta
(Yanuwar, 2002).
Mangoendidjojo (2003) menyatakan sifat unggul tanaman sangat
bervariasi, tergantung pada komoditas tanaman, kondisi wilayah tempat varietas
tanaman tersebut akan ditanam, sistem penanaman dan bagian dari tanaman yang
dimanfaatkan. Selanjutnya Girsang (2009) bahwa produksi tanaman tergantung
terhadap varietas yang ditanam, tiap-tiap varietas memiliki potensi genetik yang
berbeda-beda. Potensi genetis suatu tanaman akan muncul bila didukung oleh
faktor lingkungan serta interaksi keduanya. Interaksi sifat-sifat genetis dan
lingkungan akan mendukung sifat pertumbuhan dan produksi tanaman.Dalam
Damanik, et al(2011) menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan
tanaman dipengaruhi oleh dua faktor penting yakni genetik dan lingkungan.
Faktor lingkungan antara lain: temperatur, kelembaban, sinar matahari, susunan
atmosfir, struktur tanah dan susunan udara tanah, pH, faktor biotis, penyediaan
unsur hara dan ketiadaan bahan pembatas pertumbuhan tanaman
Saat ini varietas yang dimiliki petani sorgum kurang bernilai sebagai
tanaman subtitusi.Balai Penelitian Tanaman Serealia telah melepas beberapa
varietas sorgum tetapi belum banyak berkembang di kalangan petani.Oleh sebab
itu, introduksi sorgum unggul kepada petani diperlukan untuk menambah

keragaman varietas untuk diseleksi sesuai dengan kebutuhan rumah tangga dan
permintaan pasar. Sedangkan sorgum lokal perlu dilestarikan dari kepunahannya

Universitas Sumatera Utara

karena merupakan sumber daya genetik yang mepunyai peluang menjadi induk
tetua pembentukan varietas unggul baru sesuai dengan kebutuhan pengguna
(Ruchjaningsih, 2009).
Varietas atau klon introduksi perlu diuji adaptabilitasnya pada suatu
lingkungan untuk mendapatkan genotif unggul pada lingkungan tersebut. Pada
umumnya suatu daerah memiliki suatu kondisi lingkungan yang berbeda terhadap
genotif. Respon genotif terhadap faktor lingkungan ini biasanya terlihat dalam
penampilan fenotip dari tanaman yang bersangkutan (Darliahet al., 2001).
Ada dua macam perbedaan antara individu organisme : (1) perbedaan yang
ditentukan oleh keadaan luar yaitu yang dapat ditelusuri dari lingkungan dan (2)
perbedaan yang dibawa sejak lahir, yaitu dapat ditelusuri dari kebakaan. Suatu
fenotip (penampilan dan cara berfungsinya). Individu merupakan hasil interaksi
antara genotif (warisan alami) dan lingkungannya. Walaupun sifat khas suatu
fenotip tertentu tidak dapat selamanya ditentukan oleh perbedaan fenotip atau
lingkungan ada kemungkinan perbedaan fenotip antara individu yang terpisahkan

itu disebabkan oleh perbedaan lingkungan atau perbedaan keduanya(Lovelles,
2009).
Di Indonesia budidaya sorgum masih rendah.Hal ini dapat dilihat dari
jumlah varietas sorgum yang dibudidayakan di Indonesia.Sedikitnya varietas yang
ada di negeri ini dan masih rendahnya perkembangan tanaman sorgum dapat
disebabkan oleh rendahnya keragaman genetik dan produktivitas dari tanaman
tersebut. Budidaya sorgum manis di Indonesia juga masih belum berkembang, hal
ini terlihat dari sedikitnya varietas yang dapat dibudidayakan oleh petani
(Surya, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Mikoriza
Fungi mikoriza arbuskular adalah salah satu tipe fungi mikoriza dan
termasuk kedalam golongan endomikoriza. Fungi mikoriza arbuskula termasuk ke
dalam kelas Zygomycetes dengan ordo Glomales yang mempunyai 2 sub ordo,
yaitu Gigasporinae dan Glominae. Gigasporinae dengan familiGigasporaceae
mempunyai 2 genus yaitu Gigaspora dan Scutellospora. Glomaceae mempunyai 4
famili, yaitu famili Glomaceae dengan genus Glomus dan Sclerocystis, famili
Acaulosporaceae dengan genus Acaulospora dan Entrophospora, Paraglomaceae

dengan genus Paraglomus dan Archaeosporaceae dengan genus Archaeospora
(Widiastuti, 2011).
Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) merupakan asosiasi antara jamur
tertentu dengan akar tanaman membentuk jalinan interaksi yang kompleks. Peran
FMA dalam peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman telah banyak
dilaporkan dan dari hasil penelitian belakangan ini banyak yang memuat aplikasi
dan usaha produksi inokulan FMA yang diusahakan secara komersil(Khairul,
2001).
Mikoriza

memiliki

peran

yang

penting

bagi pertumbuhan

dan

perkembangan tanaman. Menurut Haris dan Adnan (2005) manfaat penambahan
cendawan mikoriza antara lain: pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik
sehingga hasil yang didapat jauh lebih banyak. Hal ini karena mikoriza dapat
meningkatkan luasan penyerapan hara oleh miselium eksternal. Mikoriza dapat
meningkatkan lingkungan mikrorhizosfer yang dapat merubah komposisi dan
aktifitas mikroba tanah. Hal ini karena perubahan fisiologis akar dan produksi

Universitas Sumatera Utara

sekresi oleh mikroba. Mikoriza mempunyai peranan dalam hal pengendalian hama
dan penyakit tanaman terhadap patogen langsung. Hal ini karena mikoriza
memanfaatkan karbohidrat akar sebelum dikeluarkan sehingga patogen tidak
mendapatkan makanan yang dapat mengganggu siklus hidupnya, mikoriza mampu
membentuk substansi antibiotik untuk menghambat

patogen, memacu

perkembangan mikroba saprotifik di sekitar perakaran.
Rungkat (2009) juga menjelaskan bahwa tanaman yang bermikoriza
biasanya tumbuh lebih baik daripada tanaman yang tidak bermikoriza. Mikoriza
memiliki peranan bagi pertumbuhan dan produksi tanaman, peranan mikoriza bagi
tanaman sebagai berikut: a) mikoriza meningkatkan penyerapan unsur hara, b)
mikoriza melindungi tanaman inang dari pengaruh yang merusak yang disebabkan
oleh stress kekeringan, c) mikoriza dapat beradaptasi dengan cepat pada tanah
yang terkontaminasi, d) mikoriza dapat melindungi tanaman dari patogen akar, e)
mikoriza dapat memperbaiki produktivitas tanah dan tanah memantapkan struktur
tanah.
Selanjutnya Nurbaityetal (2011) menunjukkan bahwa pemberian mikoriza
terhadap tanaman sorgum mampu meningkatkan serapan Fosfor sehingga mampu
meningkatkan pertumbuhan secara umum.

Pemberian mikoriza

mampu

memberikan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk proses pertumbuhannya.
Mikoriza menyediakan unsur N, P, K maupun unsur hara mikro lainnya. Mikoriza
juga mampu memperbaiki agregat tanah sehingga proses aliran massa berjalan
lebih baik.
Hal tersebut ditegaskan oleh Turk et al(2006) bahwa mikoriza mampu
meningkatkan ketersediaan unsur hara P pada tanah yang mengalami kekahatan P.

Universitas Sumatera Utara

Hal yang menyebabkan mikoriza mampu meningkatkan pertumbuhan berat kering
tanaman daripada tanaman yang tidak mengalami infeksi mikoriza. Penyerapan P
pada tanaman mempengaruhi kondisi fisiologis maupun morfologis tanaman.
Peningkatan fisiologi dan morfologi menyebabkan produksi energi pada tubuh
tanaman meningkat. Selain itu, dengan adanya simbiosis dengan fungi mikoriza
arbuskula, maka daun tajuk pada tanaman semakin bertambah, dikarenakan FMA
dapat meningkatkan penyerapan hara. Dengan adanya FMA akar tanaman akan
menyerap banyak nutrien dari dalam tanah dan nutrien ini akan digunakan oleh
daun dalam proses fotosintesis, oleh karena itu semakin banyak hara yang diserap
oleh akar maka semakin luas bidang fotosintesis.
Kita ketahui di dalam tubuh tanaman Fosfor memberikan peranan penting
dalam beberapa hal kegiatan (1) pembelahan sel dan pembentukan lemak dan
albumin, (2) pembentukan bunga, buah dan biji, (3) kematangan tanaman
melawan efek Nitrogen, (4) merangsang pembentukan akar, (5) meningkatkan
kwalitas hasil tanaman dan (6) ketahanan terhadap hama dan penyakit(Damanik et
al., 2011).
Endomikoriza mampu mengeluarkan enzim Fosfatase dan asam-asam
organik sehingga apabila terdapat banyak hifa atau spora dari cendawan
endomikoriza pada tanah yang miskin akan unsur hara Fosfor (P), endomikoriza
dapat melepas P yang terikat sehingga membantu penyediaan unsur P bagi
tanaman inangnya (Miyasakaet al., 2003). Selain itu menurut Muzakkir (2010)
dengan pemberian jamur mikoriza ke dalam tanah dapat meningkatkan produksi
hormon pertumbuhan bagi tanaman seperti auksin dan giberelin bagi tanaman
inangnya. Kita ketahui bahwa auksin berfungsi untuk menunda penuan bagi akar,

Universitas Sumatera Utara

sehingga akar dapat berfungsi lebih lama dan penyerapan unsur hara akan lebih
banyak. Sedangkan giberelin berfungsi untuk merangsang pembesaran dan
pembelahan sel, terutama merangsang pertumbuhan primer.
Dalam penelitian Hapsoh (2003) menyatakan bahwa FMA meningkatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai, yang ditujukan oleh meningkatnya
luas daun, jumlah polong berisi, jumlah biji/tanaman, bobot kering biji.
Peningkatan luas daun, kadar K, IAA dan kerapatan stomata daun akan
meningkatkan fotosintesis dan transpirasi menyebabkan proses metabolisme
berlangsung lebih baik akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan
tanaman.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kerapatan Tanaman terhadap Produksi Biomassa dan Nira Beberapa Varietas Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Ratoon I

3 19 60

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI BIOMASSA DAN NIRA BEBERAPA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) RATOON I

0 16 60

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench)

1 18 55

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench)

2 13 55

Pengaruh Inokulasi Mikoriza Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) pada Gawangan Tanaman Karet TBM I

1 9 111

Pengaruh Inokulasi Mikoriza Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) pada Gawangan Tanaman Karet TBM I

0 0 15

Pengaruh Inokulasi Mikoriza Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) pada Gawangan Tanaman Karet TBM I

0 0 2

Pengaruh Inokulasi Mikoriza Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) pada Gawangan Tanaman Karet TBM I

0 0 4

Pengaruh Inokulasi Mikoriza Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) pada Gawangan Tanaman Karet TBM I

0 1 4

Pengaruh Inokulasi Mikoriza Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) pada Gawangan Tanaman Karet TBM I

0 0 40