Analisis Kemampuan Cadangan Umum Aset Produktif Dalam Memprediksi Bank Failure Di Indonesia (Studi Empiris Perbankan Periode 2004-2011)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Perkembangan

sektor

perbankan

masih

menjadi

sorotan

dalam

perekonomian sebuah negara. Sektor perbankan menjadi salah satu penopang

perekonomian dalam menjalankan peranan penting guna menghimpun dan
menyalurkan dana dari masyarakat kepada masyarakat secara efektif dan efisien.
Strategi dalam menghimpun dan menyalurkan dana yang dilaksanakan oleh sektor
perbankan sangat mempengaruhi kondisi stabilitas keuangan di tengah – tengah
masyarakat dan kelangsungan hidup sektor perbankan.
Kondisi perekonomian dalam satu negara cenderung mengalami fluktuasi.
Di tengah kondisi ekonomi yang stabil maka kelangsungan hidup sektor
perbankan juga akan stabil. Namun, sebaliknya apabila kondisi perekonomian
mengalami resesi maka akan mengancam kelangsungan hidup sektor perbankan.
Sektor perbankan harus mampu menghadapi berbagai resiko yang disebabkan
oleh pergerakan aktiva dan passiva yang bersamaan dengan fluktuasi yang terjadi
pada struktur keuangan dan kondisi perekonomian masyarakat.
Krisis sektor perbankan dalam perekonomian sebuah negara bukan
merupakan hal yang asing. Salah satu yang pernah terjadi adalah krisis moneter
1997 yang menjadi bencana nasional bagi sektor perbankan. Berbagai cara telah
diupayakan dalam melawan krisis moneter 1997 yang membuat sektor perbankan
mati langkah. Prinsip asset liability managementbahkan tidak mampu
menunjukkan kemampuannya dalam mengatasi bencana pada sektor perbankan.

1


Universitas Sumatera Utara

Faktor yang menjadi penyebab kegagalan pada sektor perbankan di
Indonesia secara umum disebabkan oleh lemahnya struktur permodalan perbankan
yang dinilai bukan hanya dari gambaran segi nominal, namun menunjukkan
terjadinya kekurangan pembentukkan cadangan dengan potret income statement
yang misleading, tingginya angka kredit macet, masalah likuiditas, tingginya
biaya operasional, adanya praktik mark up yang menyebabkan pemanfaatan
modal dalam investasi tidak efisien dan dipengaruhi juga oleh permasalahan
ekonomi makro (Ali, Masyhud 2004). Permasalahan tersebut menyebabkan
menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pihak perbankan sehingga
mengakibatkan terjadinya penarikan dana secara besar besaran oleh masyarakat.
Krisis perbankan Indonesia tahun 1997 diawali dengan gejolak nilai rupiah
dan ditandai dengan pencabutan izin usaha 16 bank pada 1 November 1997.
Beberapa bank devisa melakukan penarikan pinjaman offshore dan melupakan
risiko kemungkinan depresiasi rupiah untuk mencegah kerugian yang terjadi.
Perbankan dan dunia usaha telah melakukan pinjaman jangka pendek guna
diinvestasikan pada penempatan dana jangka panjang sehingga mengakibatkan
terjadinya mismatch (Ali, Masyhud 2004). Gap yang semakin melebar antara

struktur aktiva dan passiva menjadi salah satu faktor hancurnya dunia perbankan.
Peningkatan angka kredit macet terjadi dari 1,9% mencapai 18,5% pada tahun
1997 sampai tahun 1998. Angka tersebut menunjukkan rendahnya kualitas aktiva
produktif yang dimiliki oleh bank. Akibatnya, sesuai dengan kebijakan Prudential
Banking Practicesbank wajib membentuk cadangan umum aset produktif yang
sebanding dengan kualitas aktiva produktif. Namun, kenyataan yang terjadi

2

Universitas Sumatera Utara

cadangan yang dibentuk masih lebih rendah dari cadangan yang semestinya,
ditambah dengan adanya portofolio valas yang disebabkan penurunan nilai rupiah.
Kekurangan pembentukan cadangan umum aset produktif menyebabkan besaran
modal dalam CAR mengalami penurunan bahkan minus, ditambah lagi dengan
angka dari interest margin yang negatif ( Fx Sugiyanto et al. 2002) . Hal ini
menyebabkan pencadangan yang diharapkan memperkuat modal justru tidak
dapat ditagih dan menyebabkan insolvency pada sektor perbankan.
Masalah pembentukan cadangan umum aset produktif berhubungan erat
dengan kekuatan ekuitas pada sektor perbankan. Pembentukan cadangan umum

aset produktif yang lebih besar dibandingkan dengan ekspektasi kerugian kredit
akan menghasilkan keuntungan bagi bank dan memperkuat posisi ekuitas
perbankan. Sebaliknya, pembentukan cadangan umum aset produktif yang lebih
kecil dibandingkan ekspektasi kerugian akan menghasilkan kerugian bagi bank
(Wall and Koch, 2012). Hal inilah yang terjadi pada dunia perbankan Amerika
pada tahun 1998, dimana pembentukan cadangan umum aset produktif
dimanfaatkan untuk memanipulasi keuangan sektor perbankan dan memperkuat
ekuitas bank – bank mereka. Beberapa bank memperkecil pembentukan cadangan
umum aset produktif untuk meningkatkan penghasilan dan ekuitas, sementara
beberapa bank justru membentuk cadangan umum aset produktif yang melebihi
cadangan yang seharusnya dibentuk (American Banker, 29 Juni 1998). Penilaian
kualitas aset produktif yang tidak sesuai membuat bank mengalami kegagalan
pada tahun 1998 karena bank tidak berkapasitas menyerap kerugian kredit.
Cadangan umum aset produktif yang tinggi cenderung menggambarkan kualitas

3

Universitas Sumatera Utara

aset produktif yang kurang baik dan merefleksikan perkiraan kerugian atas

portofolio aktiva kredit tersebut (Francis et al. 1996)dan (Osterbooch, 2000).
Dalam beberapa penelitian, sektor perbankan sering memanfaatkan
pembentukan cadangan umum aset produktif untuk pengelolaan manajemen
modal dan laba yang mempengaruhi kelangsungan hidup sektor perbankan.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Collin, Shackelford, dan Wahlen
(1995), Beaver dan Engel (1996) dan Ahmad, Takeda dan Thomas (1990)
membuktikan adanya hubungan yang positif antara pembentukan cadangan dan
pengelolaan modal perbankan. Pada penelitian Xianlei et al. (2012) membuktikan
bahwa pembentukan cadangan umum aset produktif berhubungan positif dengan
pengelolaan laba yang dihasilkan perbankan sebelum dikenakan pajak. Dari
beberapa penelitian dapat disimpulkan bahwa pembentukan cadangan umum aset
produktif berkaitan erat sekaligus menggambarkan kekuatan ekuitas perbankan
yang menentukan kelangsungan hidup sektor perbankan.
Cadangan umum aset produktif yang dibentuk oleh sektor perbankan sejauh
ini memegang peranan yang cukup penting dalam menilai portofolio kredit yang
disalurkan oleh perbankan. Hal ini berhubungan dengan salah satu sumber
pendapatan sektor perbankan yang berasal dari aset produktif bank, yang
merupakan aset yang menghasilkan pendapatan bagi bank. Salah satu aktiva
produktif bagi bank adalah pemberian kredit jangka pendek, menengah dan
jangka panjang. Portofolio kredit ini merupakan aktiva produktif yang utama bagi

bank secara umum. Sesuai dengan peraturan bank Indonesia No 14/ 15/ PBI/ 2012
tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum, salah satu pertimbangan dalam

4

Universitas Sumatera Utara

mengelola risiko kredit adalah dengan menjaga kualitas aset dan tetap melakukan
perhitungan penyisihan penghapusan aset yang digambarkan melalui cadangan
umum aset produktif. Pembentukan cadangan umum aset produktif diatur
berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/ 148/ KEP/ DIR
tanggal 12 November 1998 menetapkan bahwa bank wajib membentuk cadangan
umum aset produktif berupa cadangan umum dan cadangan khusus guna
menutupi resiko kemungkinan kerugian.
Penyisihan penghapusan aktiva produktif yang diproyeksikan oleh cadangan
umum aset produktif merupakan salah satu komponen modal pada sektor
perbankan. Cadangan umum aset produktif merupakan komponen dari modal
pelengkap bank dan memiliki persentase yang paling tinggi pada komponen
modal pelengkap. Dalam pasal 20 PBI No. 15/ 12/ PBI/ 2013 menyatakan bahwa
salah satu bagian modal pelengkap adalah cadangan umum aset produktif yang

wajib dihitung dengan jumlah paling tinggi sebesar 1,25 % dari ATMR untuk
resiko kredit.
Pembentukan cadangan umum aset produktif yang merupakan bagian dari
modal pelengkap masih menjadi perdebatan antara prinsip akuntansi dan prinsip
ekonomi (Wall and Koch, 2000). Dalam prinsip akuntansi dasar, cadangan umum
aset produktif merupakan cerminan kerugian arus kas yang diantisipasi melalui
portofolio

yang

disalurkan

oleh

perbankan.

Dalam

prinsip


tersebut

menggambarkan bahwa pencadangan yang lebih besar akan menyebabkan risiko
kegagalan bank yang lebih besar jika penilaian kualitas aktiva produktif tidak
sesuai dengan kualitas aktiva yang tersedia. Hal ini bertentangan dengan

5

Universitas Sumatera Utara

penelitian Berger et all, (1995) yang menyatakan bahwa tujuan dari pembentukan
modal perbankan adalah sebagai penyangga guna menghindari kegagalan pada
sektor perbankan. Penelitian ini memanfaatkan perbedaan prinsip tersebut untuk
menguji apakah pembentukan cadangan umum aset produktif justru menurunkan
kualitas modal bank yang berakibat kepada kegagalan sektor perbankan atau
meningkatkan kualitas modal bank yang akan menjamin kelangsungan hidup
perbankan.
Jeffrey Ng dan Sugata Roychowdhury (2014) yang memanfaatkan masa
krisis global 2008 dalam penelitiannya membuktikan bahwa pembentukan
cadangan umum aset produktif justru mengurangi kualitas modal perbankan dan

berhubungan positif dengan tingkat kegagalan bank. Pada masa krisis, sektor
perbankan

mempertahankan

untuk

menyalurkan

pinjaman

kredit

tanpa

memperhatikan kualitas aset produktif dengan cermat dan memanfaatkan masa
krisis guna mengembangkan bisnis perbankan. Sektor perbankan dalam
mengasumsikan bahwa mereka akan mengalami sedikit kerugian dari portofolio
kredit yang dibentuk, namun pada kenyataannya piutang atas kredit tersebut tidak
dapat ditagih sehingga menurunkan profitabilitas sektor perbankan.

Penelitian yang dilakukan oleh Jin et all, (2011) dan Cole et all, (2012)
menunjukkan hasil yang sama bahwa kerugian pinjaman yang diproyeksikan
dengan pembentukan cadangan umum aset produktif menjadi salah satu indikator
yang menyebabkan resiko kegagalan bank. Jin et all, (2011) mengklasifikasikan
bank bermasalah berdasarkan profitabilitas, kualitas kredit dan kekuatan neraca
pada tahun 2007. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa krisis perbankan yang

6

Universitas Sumatera Utara

terjadi di AS terutama didorong oleh kurangnya diversifikasi pinjaman, seperti
pemberian kredit perumahan real estate yang diberikan tanpa batasan. Pinjaman
real estate meningkat pada tahun 2007 sampai 2010 namun penilaian terhadap
bobot risiko terhadap kredit perumahan tersebut tidak sesuai dengan kualitas
kredit yang disalurkan. Hal ini menyebabkan meningkatnya kredit macet dan
cadangan kerugian yang dibentuk tidak dapat diserap oleh sektor perbankan.
Sektor perbankan mengalami kewalahan dalam mengelola modal bank disebabkan
kualitas modal bank menurun akibat menyerap kerugian yang melebihi dari
cadangan yang dibentuk (Cole et all, 2012).

Penelitian Marco Arena (2010) membandingkan faktor penyebab kegagalan
bank di Amerika dan di Asia Timur. Faktor utama yang menjadi penyebab
kegagalan sektor perbankan pada kedua wilayah tersebut adalah faktor mendasar
seperti kualitas aset, likuiditas, krisis modal dan juga variabel ekonomi makro.
Hasil penelitian menyarankan sangat penting bagi sektor perbankan membuat
sebuah kebijakan yang mengungkapkan seberapa besar cadangan yang dibentuk
berdasarkan risiko kredit, operasional, dan risiko pasar untuk mengantisipasi
kerugian kredit sehingga memungkinkan deposan untuk menilai peluang
kegagalan bank.
Kegagalan sektor perbankan tidak terjadi begitu saja. Pasti terdapat gejala
atau pun variabel variabel yang dapat digunakan sebagai early warning untuk
mengantisipasi kegagalan bank sejak dini. Hal ini penting dilakukan guna
menjaga kestabilan keuangan masyarakat dan perekonomian yang dipengaruhi
oleh sektor perbankan.

7

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan uraian di atas, maka cadangan umum aset produktif memiliki
dampak dan pengaruh terhadap kelangsungan hidup perbankan, oleh karena itu
penelitian ini merupakan replikasi penelitian yang dilakukan oleh Jeffrey Ng dan
Sugata Roychowdhury (2014) dengan studi kasus di Indonesia dengan judul
penelitian “Analisis Kemampuan Cadangan Umum Aset Produktif dalam
Memprediksi Bank Failure di Indonesia”

8

Universitas Sumatera Utara

1.1

Rumusan Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan Cadangan Umum

Aset Produktif dalam memprediksi Bank Failure di Indonesia. Berdasarkan latar
belakang masalah di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Apakah cadangan umum aset produktif mampu memprediksi probabilitas
bank failure di Indonesia?”
1.2

Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah mengetahui

kemampuan cadangan umum aset produktif dalam memprediksi probabilitas bank
failure di Indonesia.
1.3

Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain :

1.

Bagi sektor perbankan, Prediksi Bank Failure yang dibentuk berdasarkan
cadangan umum aset produktif dapat dimanfaatkan sebagai early warning
system sehingga pihak regulator perbankan dapat menetapkan alternative
tools dalam melaksanakan fungsi pengawasan bank.

2.

Bagi investor, kreditor, deposan dan masyarakat luas, hasil penelitian dapat
dimanfaatkan guna menilai kinerja bank bank yang beroperasi guna
melindungi kepentingan masing masing pihak tersebut.

3.

Bagi akademisi, hasil penelitian dapat menjadi referensi untuk melakukan
penelitian selanjutnya mengenai bank failure di Indonesia.

4.

Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan serta
pengetahuan mengenai pembentukan cadangan umum aset produktif

9

Universitas Sumatera Utara

sehingga dapat diaplikasikan dalam sektor perbankan sehingga dapat
mencegah bank failure di Indonesia.

10

Universitas Sumatera Utara