Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan Penyerapan Anggaran Belanja pada SKPD di Pemerintah Kota Medan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian
Penyelenggaraan pemerintahan daerah yang baik merupakan tugas penting
dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Penyelenggaraan pemerintahan
yang baik membutuhkan pengelolaan keuangan berupa Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) secara profesional, transparan, dan bertanggung jawab.
Proses pengelolaan keuangan pemerintahan daerah melibatkan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) selaku pengguna anggaran/barang di pemerintahan
daerah yang melaksanakan berbagai program yang terdiri dari beberapa kegiatan
sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu pemerintahan daerah
(Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah). Dalam pelaksanaan program, pengelolaan APBD sangat penting
mengingat sumber pendanaan dan pos kegiatan yang dilakukan diatur dalam
APBD.
APBD merupakan pedoman bagi SKPD dalam melaksanakan program dan
kegiatan. Hal ini didasarkan pada pos-pos pengeluaran yang telah ditentukan
sebelumnya dalam penganggaran. Penyusunan anggaran dilakukan setiap tahun
dan anggaran yang sudah disusun serta disahkan akan digunakan untuk
membiayai berbagai kebutuhan pembangunan daerah berdasarkan prioritas

kebutuhan wajib dan kebutuhan pilihan yang ditetapkan dengan peraturan daerah.
Pos

pengeluaran

APBD

yang

mendukung

dalam

pembangunan

kesejahteraan masyarakat tercermin dalam belanja modal yang digunakan untuk

1
Universitas Sumatera Utara


2

membangun infrastruktur daerah seperti jalan, jembatan, irigasi, gedung
sekolah, dan pembangunan fisik lainnya, termasuk pembangunan sarana dan
prasarana pemerintahan seperti kantor bupati, kantor walikota, dan unit kerja
sedangkan belanja barang dan jasa merupakan belanja yang digunakan untuk
mendukung pelaksanaan program dan kegiatan. Adanya belanja modal dan
belanja barang dan jasa tersebut menunjukkan peran pemerintah dalam
mengoptimalkan pengelolaan potensi daerah dan sumber daya manusia untuk
memberikan manfaat terhadap masyarakat.
Menurut Mardiasmo (2009:68), “Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah.
Sebagai instrumen kebijakan, anggaran daerah menduduki posisi sentral dalam
upaya pengembangan kapabilitas dan efektivitas. Anggaran daerah digunakan
sebagai alat untuk menentukan besar pendapatan dan pengeluaran, membantu
pengambilan keputusan, dan perencanaan pembangunan”.
Peranan APBD sebagai instrumen kebijakan menunjukkan arti penting
penyerapan anggaran dalam pencapaian tujuan pembangunan daerah secara
khusus dan nasional pada umumnya. Kualitas penyerapan anggaran berpengaruh
terhadap perekonomian daerah sehingga dibutuhkan pengalokasian anggaran

yang efektif dan efisien yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat melalui pembangunan yang tepat sasaran.
Kinerja pemerintahan daerah sebagai pelaksana tugas pembangunan dalam
peningkatan kesejahteraan masyarakat menjadi tolok ukur dalam pencapaian
pembangunan nasional. Namun, menumpuknya penyerapan anggaran di akhir
tahun mengakibatkan keterlambatan penyerapan anggaran sehingga ada

Universitas Sumatera Utara

3

beberapa pos angggaran yang tidak bisa dikerjakan atau diselesaikan pada tahun
berjalan. Pada awal tahun, penyerapan anggaran masih sedikit dan memasuki
triwulan III, penyerapan anggaran masih jauh dari harapan, sementara pada akhir
tahun yaitu memasuki triwulan IV, penyerapan anggaran meningkat drastis dan
terkesan dipaksakan untuk menghabiskan anggaran yang telah ditetapkan
sebelumnya. Keterlambatan penyerapan anggaran ini akan mengakibatkan
kurang optimalnya realisasi anggaran karena tidak semua target dapat tercapai.
Masalah keterlambatan penyerapan anggaran merupakan masalah yang
dihadapi hampir semua kabupaten/kota di Indonesia dan salah satunya adalah

Pemerintah Kota Medan. Keterlambatan penyerapan anggaran Pemerintah Kota
Medan merupakan gambaran umum dari penyerapan anggaran SKPD di
lingkungan Pemerintah Kota Medan. Persentase penyerapan anggaran belanja
modal dan belanja barang dan jasa Pemerintah Kota Medan per triwulan dapat
dilihat pada Tabel 1.1. di bawah ini.
Tabel 1.1. Persentase Penyerapan Anggaran Belanja Barang dan Jasa
dan Belanja Modal TA. 2014
TRIW

I

ANGGARAN

REALISASI

SELISIH
ANGGARAN DAN
REALISASI

%


1.004.745.811.749,00

153.738.287.546,72

(851.007.524.202,28)

15,30%

956.334.028.051,00

79.663.101.391,00

(876.670.926.660,00)

8,33%

1.004.745.811.749,.00

303.867.453.161,37


(700.878.358.587,63)

30,24%

956.334.028.051,00

107.862.041.749,00

(848.471.986.302,00)

11,28%

1.088.867.521.486,00

502.356.373.406,17

(586.511.148.079,83)

46,14%


Belanja Modal

1.038.556.600.730,00

198.956.721.246,00

(839.599.879.484,00)

19,16%

Belanja
dan Jasa

1.088.867.521.486,00

851.348.898.697,83

(237.518.622.788,17)


78,19%

1.038.556.600.730,00

783.883.177.721,63

(254.673.423.008,37)

75,48%

JENIS
BELANJA
Belanja
dan Jasa

Barang

Belanja Modal
II


Belanja
dan Jasa

Barang

Belanja Modal
III

IV

Belanja
dan Jasa

Barang

Barang

Belanja Modal

Sumber : Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan, 2014


Universitas Sumatera Utara

4

Berdasarkan Tabel 1.1. di atas, laporan realisasi anggaran belanja barang
dan jasa dan belanja modal Pemerintah Kota Medan pada triwulan I sampai
triwulan III menunjukkan penyerapan anggaran belanja belum mencapai angka
50%, yaitu belanja barang dan jasa hanya sebesar 46,14% dan belanja modal
hanya sebesar 19,16%. Penyerapan anggaran di awal tahun rendah sebaliknya
penyerapan di akhir tahun sangat tinggi, yaitu belanja barang dan jasa sebesar
78,19% dan belanja modal sebesar 75,48% pada triwulan IV. Ini menunjukkan
tidak proporsionalnya pola penyerapan anggaran SKPD di Pemerintah Kota
Medan. Hal ini mengakibatkan keterlambatan penyerapan anggaran yang
berdampak pada tercapainya tujuan pembangunan dalam rangka peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Keterlambatan penyerapan anggaran belanja Pemerintah Kota Medan
dipengaruhi oleh realisasi anggaran belanja semua SKPD di Pemerintah Kota
Medan sehingga dengan gambaran umum ini dapat diketahui ketidakmampuan
SKPD dalam meningkatkan penyerapan anggaran belanja per triwulan sesuai

dengan anggaran yang telah dianggarkan sebelumnya. Pada umumnya,
keterlambatan penyerapan anggaran belanja dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Hasil penelitian Herryanto (2012) menunjukkan bahwa keterlambatan
penyerapan anggaran belanja pada satuan kerja di wilayah Jakarta disebabkan
oleh faktor perencanaan, faktor administrasi, faktor sumber daya manusia, faktor
dokumen pengadaaan, dan faktor ganti uang persediaan serta faktor lain selain
faktor tersebut.
Menurut Siagian (2010:41), perencanaan sumber daya manusia adalah
langkah-langkah tertentu yang diambil oleh manajemen guna menjamin bahwa

Universitas Sumatera Utara

5

organisasi terdiri dari tenaga kerja yang tepat guna untuk menduduki berbagai
kedudukan, jabatan, dan pekerjaan yang tepat pada waktu yang tepat.
Kesemuanya itu dalam rangka mencapai tujuan dan berbagai sasaran yang telah
ditetapkan.
Pengertian di atas menggambarkan bahwa sumber daya manusia memiliki
peranan yang sangat penting dalam pencapaian sasaran yang ditetapkan oleh
suatu organisasi, termasuk pemerintahan. Perekrutan dan penempatan sumber
daya manusia yang kompeten di bidangnya diperlukan untuk meningkatkan
kualitas kinerja pemerintahan yang berdampak pada kemampuan pengelolaan
anggaran dalam penyerapan anggaran belanja yang tepat waktu dan tepat sasaran
sehingga kewajiban pemerintah untuk peningkatan kesejahteraan rakyat dapat
terlaksana.
Penyerapan anggaran belanja terdiri dari beberapa program yang telah
ditentukan sebelumnya dengan besaran anggaran yang berbeda pada setiap
program. Pada dasarnya, setiap pekerjaan dengan nilai pagu di atas 200 juta
harus dilaksanakan melalui proses tender/lelang (Pasal 15 Peraturan Presiden
Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Perpres Nomor 54 Tahun
2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah).
Pengerjaan yang rumit melalui proses tender/lelang memerlukan waktu
berbulan-bulan sehingga pelaksanaan program tersebut belum dapat dilakukan
pada awal tahun. Hal ini sangat ditentukan oleh kemampuan SKPD dalam
mengatur ketepatan waktu pelaksanaan pengadaan barang dan jasa yang
tentunya akan berhubungan dengan pencairan surat permintaan pembayaran
langsung guna untuk mengurangi tingkat keterlambatan penyerapan anggaran.

Universitas Sumatera Utara

6

Selain itu peranan sistem pengendalian intern pemerintah juga sangat
penting karena dalam pelaksanaan pengelolaan anggaran diperlukan pengawasan
dan pengendalian untuk menghindari terjadinya kecurangan dan kesalahan
dalam pengelolaan anggaran yang dilakukan oleh SKPD terkait penyerapan
anggaran belanja.
Fenomena yang terjadi di Pemerintah Kota Medan dapat dilihat dari
pelaksanaan program dan kegiatan yang hanya bertumpuk pada akhir tahun
(Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan, 2014 ). Beberapa pekerjaan
yang dilelangkan baru dilaksanakan memasuki akhir triwulan III, karena
pengaruh proses pengadaan barang dan jasa yang membutuhkan waktu yang
cukup lama, ketidakmampuan SKPD dalam merencanakan dan melaksanakan
pekerjaan, dan keterbatasan jumlah anggota Unit Layanan Pengadaan (ULP)
yang bertugas untuk melaksanakan pengadaan barang dan jasa.
Fenomena lain menunjukkan sumber daya manusia pada setiap SKPD
menduduki suatu jabatan yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan
yang dimiliki. Selain itu SKPD juga mengalami kendala karena jumlah pegawai
yang berkompeten di bidangnya masih terbatas dan pengetahuan mengenai
pengelolaan anggaran belanja masih kurang. Hal ini berpengaruh terhadap
kemampuan pegawai dalam merencanakan dan melaksanakan tugas dalam
rangka penyerapan anggaran belanja.
Jangka waktu yang dibutuhkan dalam proses pencairan surat permintaan
pembayaran langsung untuk mengganti uang

yang digunakan sangat

berpengaruh pada penyerapan anggaran per triwulannya, selain itu penerapan
sistem pengendalian intern pemerintah pada setiap SKPD yang mengatur kinerja

Universitas Sumatera Utara

7

instansi pemerintahan juga sangat berpengaruh terhadap kualitas kinerja SKPD.
Jika sistem pengendalian lemah, maka pengawasan terhadap pelaksanaan
anggaran juga akan lemah yang berakibat kepada penyelewengan dan penurunan
kualitas pengelola anggaran. Fenomena yang terjadi di Pemerintah Kota Medan
adalah masih banyak ditemukan intervensi atasan dalam pelaksanaan sistem
pengendalian intern pemerintah yang mengurangi kualitas kerja.
Dengan adanya fenomena-fenomena tersebut, peneliti tertarik melakukan
penelitian dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan
Penyerapan Anggaran Belanja pada SKPD di Pemerintah Kota Medan”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang terjadi, rumusan
masalah penelitian ini adalah apakah sumber daya manusia, pengadaan barang dan
jasa, surat permintaan pembayaran langsung, dan sistem pengendalian intern
pemerintah berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap keterlambatan
penyerapan anggaran belanja pada SKPD di Pemerintah Kota Medan?

1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh sumber
daya manusia, pengadaan barang dan jasa, surat permintaan pembayaran
langsung, dan sistem pengendalian intern pemerintah secara parsial dan simultan
terhadap keterlambatan penyerapan anggaran belanja pada SKPD di Pemerintah
Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

8

1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1.

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan literatur-litetatur
akuntansi yang sudah ada berkaitan dengan keterlambatan penyerapan
anggaran belanja;

2.

Penelitian ini dapat digunakan oleh Pemerintah Kota Medan sebagai bahan
masukan untuk memperbaiki sistem penyerapan anggaran belanja di
Pemerintah Kota Medan guna mengurangi tingkat keterlambatan penyerapan
anggaran belanja; dan

3.

Penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi para akademisi untuk
melakukan penelitian yang berkaitan dengan keterlambatan penyerapan
anggaran belanja.

1.5. Originalitas Penelitian
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Herriyanto (2012) dengan judul penelitian Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Keterlambatan Penyerapan Anggaran Belanja pada Satuan Kerja
Kementerian/ Lembaga di Wilayah Jakarta.
Adapun perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah:
1.

Penelitian sebelumnya menggunakan variabel perencanaan, sumber daya
manusia, administrasi, dokumen pengadaan barang dan jasa, dan ganti uang
persediaan sebagai variabel independen dengan menggunakan metode analisis
faktor eksploratori, sedangkan penelitian ini menggunakan variabel sumber
daya manusia, pengadaan barang dan jasa, surat permintaan pembayaran

Universitas Sumatera Utara

9

langsung, dan sistem pengendalian intern pemerintah sebagai variabel
independen dengan menggunakan analisis regresi berganda;
2.

Objek penelitian sebelumnya adalah satuan kerja kementerian/lembaga di
wilayah Jakarta yang dilaksanakan pada tahun 2012, sedangkan objek
penelitian ini adalah SKPD di Pemerintah Kota Medan yang terdiri dari dinas
dan badan yang dilaksanakan pada tahun 2016.
Untuk lebih ringkasnya, perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian

ini dapat dilihat pada Tabel 1.2. di bawah ini.
Tabel 1.2. Originalitas Penelitian
Kriteria

Penelitian Terdahulu

Judul Penelitian

Penelitian Sekarang

Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Keterlambatan
Penyerapan
Anggaran
Belanja
pada
Satuan
Kerja
Kementerian/Lembaga
di
Wilayah Jakarta
Objek Penelitian Satuan Kerja Kementerian/
Lembaga di Wilayah Jakarta

Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi
Keterlambatan Penyerapan
Anggaran Belanja pada
SKPD di Pemerintah Kota
Medan

Tahun
Penelitian

2012

2016

Variabel
Independen

a.
b.
c.
d.

Variabel
Dependen

Keterlambatan penyerapan
anggaran (Y)

a. Sumber daya manusia
(X1)
b. Pengadaan barang dan
jasa (X2)
c. Surat
permintaan
pembayaran langsung
(X3)
d. Sistem
pengendalian
intern pemerintah (X4)
Keterlambatan penyerapan
anggaran (Y)

Perencanaan (X1)
Administrasi (X2)
Sumber daya manusia (X3)
Dokumen
pengadaan
barang dan jasa (X4)
e. Ganti uang persediaan (X5)

SKPD (Dinas dan Badan)
di Pemerintah Kota Medan

Universitas Sumatera Utara