JURNAL ILMIAH EFEKTIFITAS PERANAN BPD SE

JURNAL ILMIAH
EFEKTIFITAS PERANAN BPD SEBAGAI MITRA KERJA PEMERINTAH DESA
DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
(Studi Di Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah)

OLEH :
SUDIRMAN
D1A 009 007

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2013

1

Halaman Pengesahan Jurnal Ilmiah

EFEKTIFITAS PERANAN BPD SEBAGAI MITRA KERJA PEMERINTAH DESA
DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
(Studi Di Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah)


OLEH :
SUDIRMAN
D1A 009 007

Menyetujui,
Mataram, juni 2013
Pembimbing Pertama,

Prof. Dr. Gatot Dwi Hendro Wibowo, S.H., M.Hum.
NIP. 19620323 198803 1 002
2

EFEKTIFITAS PERANAN BPD SEBAGAI MITRA KERJA PEMERINTAH
DESA DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
(Studi Di Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah)
SUDIRMAN
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam penyelenggaraan pemerintahan, dan

untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi (BPD) dalam penyelenggaraan pemerintahan di Desa Bangkat Parak, Desa
Gapura, Desa pengengat, Desa Teruwai. Yang menjadi permasalahan adalah untuk
mengetahui pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) dalam penyelenggaraan pemerintahan desa?; dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (BPD) dalam penyelenggaraan
pemerintahan di Desa Bangkat Parak, Desa Gapura, Desa pengengat, Desa
Teruwai?;.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tipe penelitian normatif empiris,
dengan menggunakan Pendekatan perundang-undangan, konseptual dan kajian hukum
sosiologis. Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data
skunder. Data tersebut kemudian di olah dianalisa dengan menggunakan metode
deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran BPD sebagai mitra kerja
pemerintah desa sudah efektif dan berjalan dengan baik. Saran yang diberikan yaitu
BPD harus lebih sering mengadakan pertemuan-pertemuan dan diskusi dengan
masyarakat agar lebih terjalin keakraban antara pemerintah desa dengan masyarakat.
Kata kunci : efektifitas, BPD, pemerintahan desa.
BPD ROLE AS AN EFFECTIVE GOVERNMENT PARTNERS VILLAGE
GOVERNMENT IN THE IMPLEMENTATION OF THE VILLAGE

(Studies in Central Lombok District Pujut)
SUDIRMAN
ABSTRACT
This study aims to determine the implementation of the duties and functions of
the Village Consultative Body (BPD) in governance, and to determine the factors that
affect the implementation of the duties and functions (BPD) in governance at the
BangkatParak village, Gapura Village, pengengat Village, Teruwai Village. The
problem is to determine the implementation of the duties and functions of the Village
Consultative Body (BPD) in governance Village?, And the factors that affect the
implementation of the duties and functions (BPD) in governance at the Bangkat Parak
village, Gapura Village, pengengat Village, Teruwai village?;.
In
this study, the authors use type normative empirical research, using the
statutory approach, conceptual and sociological study of law. The type of data in this
study is primary data and secondary data. Though the data are then analyzed using
qualitative descriptive methods.
Results of this study indicate that the role of government as a partner with BPD
village is effective and runs well. Advice given that BPD should be frequently held
meetings and discussions with the community to be more inter twined with the
familiarity between the village government.

Keywords: effectiveness, BPD, village government.
3

I. PENDAHULUAN

Dalam konteks sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia yang membagi
daerah Indonesia atas daerah-daerah besar dan daerah kecil, dengan bentuk dan susunan
tingkatan pemerintahan terendah adalah desa atau kelurahan. Dalam konteks ini,
pemerintahan desa adalah merupakan sub sistem dari sistem penyelenggaraan
pemerintahan nasional yang langsung berada di bawah pemerintah kabupaten.

Sebagian besar orang mendefinisikan “sistem” sebagai suatu cara yang dilakukan
seseorang atau beberapa orang untuk mewujudkan atau tercapainya suatu kehendak yang
ingin dicapai. Lebih jauh mengutip pendapat S. Pamudji memberikan definisi sistem
sebagai suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks, terorganisir serta suatu
himpunan atau perpaduan hal-hal yang membentuk suatu kebulatan yang yang utuh.1

Sedangkan “pemerintahan” adalah serangkaian proses kegiatan yang dilakukan
oleh pemerintah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan kewenangan
yang diberikan oleh perundang-undangan.2


Selanjutnya mengutip pendapat S.E Finer mengenai pemerintahan beliau
mendefinisikan pemerintahan atau “government” sebagai berikut:3

a. Menunjukkan kegiatan atau proses pemerintah, yaitu melaksanakan kontrol atas pihak
lain. (the activity or the process of governing)
b. Menunjukkan masalah-masalah negara dalam mana kegiatan atau proses di atas
dijumpai.( state of affairs)
c. Menunjukkan orang-oranag yang dibebani tugas untuk memerintah(people charged
with the duty governing)
S.Pamudji, teori sistem dan penerapannya dalam manjemen, Jakarta: Ichtiar Baru, 1981, hal.4
Tesis Purnama Hady, Implementasi Peraturan Daerah No.3 Tahun 2007 Tentang Desa Dalam
Pengelolaan Administrasi Pemerintahan Desa Di Kabupaten Lombok Timur, Fakultas Hukum, Universitas
Mataram, 2010, hal. 53
3
S.E. Finer, dalam S.Pamudji, perbandingan pemerintahan, Jakarta: Bina Aksara, 1998, hal.5
1

2


4

d. Menunjukkan cara, metode atau sistem dengan mana suatu masyarakat tertentu di
perintah.
Dalam menjalankan suatu hal apapun itu tentunya harus memiliki dasar atau
pijakan yang kuat, sehingga nanti dalam perjalanannya hal tersebut bisa terarah dan
memperoleh hasil sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya dan tentunya
disinilah letak atau fungsi dari pemerintah itu sendiri sebagai pengatur pengendali arah
atau kebijakan.
Adapun Menurut Bagir Manan pemerintah pada dasarnya di bedakan atas tiga
bagian yaitu:4
a. Pemerintah dalam arti sempit adalah penyelenggaraan kekuasaan negara dalam bidang
eksekutif atau administrasi negara;
b. Pemerintah dalam arti agak luas yaitu

penyelenggaraan kekuasaan negara dalam

bidang eksekutif dan legislatif tertentu melekat pada daerah otonom.
c. Pemerintah dalam arti luas yang mencakup semua kegiatan penyelenggaraan kekuasaan
negara dalam semua lingkungan jabatan negara, baik dibidang eksekutif legislatif

maupun yudikatif.
Seorang ilmuwan politik, Karl W.Deutsch, dalam Syaukani, dkk, menyebutkan
bahwa pemerintahan itu ibaratnya oranag yang membawa kapal ditengah samugra yang
luas, sehingga dengan demikian pemerintah sebagai kapten harus mampu mengatur dan
membawa bawahannya sehingga mereka bisa selamat sampai tujuan yang ingin dicapai.5
“Pemerintahan pada awalnya dibentuk untuk menghindari keadaan di mana sebuah
wilayah yang dihuni oleh manusia mengalami serba kekacauan. Keadaan itu kemudian
memaksa lahirnya lahirnya seseorang dengan pengaruh yang ditimbulkannya untuk
Bagir Manan, menyongsong fajar otonomi daerah, tinjauan dari segi etika dan kepemimpinan,
Jakarta, 1997, hal.103-104
5
Syaukani, Affan Gaffar,dan Ryass Rasyid, otonomi daerah dalam negara kesatuan, Jakarta: Pustaka
Pelajar, cet.7, 2007, hal.229
4

5

membentuk kelompok yang terkuat bagi upaya menetralkan dan melindungi suatu
kelompok dari gangguan kelompok lain”.6
Kelompok tersebut pada tahap selanjutnya menjadi minoritas yang memiliki

ototritas yang tak terbatas dengan tujuan yang dapat mereka ciptakan atas nama kelompok
mayoritas (rakyat) atau bahkan atas kehendak dan keinginan mereka sendiri.7
Kemudian jika kita kaitkan dengan peran BPD sebagai suatu wadah yang
menampung aspirasi sekaligus merumuskan peraturan masyarakat hendaknya mampu
mengayomi dan memberikan segala kemampuannya untuk kemaslahatan masyarakatnya.
Hal ini juga berlaku bagi kepala desa sebagai mitra kerja BPD dalam merumuskan
sekaligus mengesahkan peraturan desa, hendaknya mampu mengakomodir semua aspirasi
dan nilai-nilai (kearifan lokal) masyarakat adat sehingga nantinya semua peraturan tersebut
bisa efektif di tengah-tengah masyarakat yang cenderung heterogen.
Dengan kewenangan pokok yang yang dilakukan oleh pemerintah sebagai sebuah
organisasi dari negara, W.S.Syaire meyakini bahwa pemerintah merupakan sebuah gejala
yang memperlihatkan dan menjalankan kekuasaan negara.8
Jika pemerintah dapat menjalankan fungsinya dengan baik, maka tugas pokok
selanjutnya adalah bagaimana pelayanan dapat membuahkan keadilan, pemberdayaan yang
membuahkan kemandirian, serta pembangunan yang menciptakan kemakmuran.9
Mengutip pendapat Ndraha, jika fungsi pemerintahan dijalankan dengan baik
maka hal tersebut memberikan definisi baru yaitu tentang pemerintahan sebagai suatu

Muhadam Labolo, memahami Ilmu pemerintahan, Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2006, Hal.15
Lihat Mosca dan Paretto dalam SP Varma, Teori Politik Modern, Jakarta: PT. Raja grafindo

Persada,2001, hal.201
8
W.S.Sayre dalam inu kencana syafiie,ekologi Pemerintahan, Jakarta:PT.Pertja, 1998, hal.4
9
Muhadam Labolo, op.cit., hal.23
6

7

6

ilmu, dimana pemerintahan mempelajari bagaimana memenuhi dan melindungi kebutuhan
dan tuntutan tiap orang akan jasa publik dan layanan sipil dalam hubungan pemerintahan.10
Seorang pemerintah yang perannya sebagai pengatur dan pengen dali kehidupan
masyarakatnya dalam menjalankan urusan tersebut tentunya harus berdasarkan wewenang
yang telah diberikan oleh undang-undang, sehingga nantinya tidak berujung pada penyalah
gunaan wewenang. Hal ini dikatakan pula oleh Ridwan HR,bahwasanya pemerintah hanya
melakukan perbuatan hukum jika memiliki legalitas atau didasarkan pada undang-undang
yang merupakan perwujudan aspirasi warga negara.11
Demikian juga halnya dengan pemerintahan desa, sebagai perangkat desa jika

hendak melakukan perbuatan hukum tentunya harus menggindahkan peraturan-peraturan
yang telah ditentukan sehingga dalam perjalannya tidak da penolakan dari masyarakat.
Anggota BPD pun harus demikian dalam merumuskan peraturan desa tentunya harus
dibarengi dengan kemampuan menelaah problema dan kemajemukan masyarakat,
sehingga dalam pembuatan peraturan-peraturan tersaebut nantinya tidak terjadi
kesenjangan sosial. Hal yang tidak kalah pentingnya disini adalah seperti yang dikatakan
ridwan tadi, jangan sampai seorang pemangku jabatan pemerintahan menyalahgunakan
wewenangnya, baik itu dalam hal pembuatan perauturan desa, dan terlebih lagi bagaimana
menjadi seorang BPD yang benar-benar menjadi figur publik.
“Pemerintah desa adalah bagian integral dan merupakan struktur organisasi
pemerintahan terbawah dalam sistem pemerintahan negara Republik Indonesia. Dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya maka setiap aparat pemerintah desa harus didasarkan
pada peraturan perundangan.”12
Untuk menunjang legitimasi yang kuat dan terarah dalam pemerintahan desa
tentunya didasarkan pula pada prinsip akuntabilitas, transparansi dan responsivitas.
Taliziduhu Ndraha, kybernologi I, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, hal.44
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2006, hal.12-13
12
Puranama Hady, op.cit., hal.58


10

11

7

Akuntabilitas maksudnya adalah menunjuk pada institusi dan proses checks and balances
dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Selanjutnya adalah transparansi, diutamakan
pada pengelolaan kebijakan, keuangan dan pelayanan masyarakat(publik). Kemudian
responsivitas berkaitan dengan daya tanggap pemerintah desa dan BPD dalam menyerap
aspirasi-aspirasi masyarakat yang kemudian dijadikan landasan dalam pembentukan
peraturan desa, serta pengambilan kebijakan dan atau keputusan desa.13
Selain itu juga, dalam penyelenggaraan pemerintahan, pemerintah

desa yang

dimaksudkan disini adalah kepala desa sekaligus keseluruhan perangkat desa termasuk
BPD, tentunya tidak mesti berpijak pada tiga hal tadi. Menurut Prajudi dalam bukunya
menerangkan ada beberapa hal yang juga perlu adalah diantaranya. “…efektifitas, artinya
kegiatan harus mengenai sasaran yang telah ditetapkan, moralitas yaitu salah satu syarat
yang paling diperhatikan oleh masyarakat dan etika umum maupun etika kedinasan wajib
dijunjung tinggi…”14
Adapun mengenai dasar hukum penyelenggaraan pemerintahan desa seperti yang
telah di uraikan di atas adalah Undang-Undang no.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, serta PP RI no. 72 tahun 2005 Tentang Desa. Selanjutnya pengaturan lebih lanjut
mengenai desa diatur dengan Perda masing-masing daerah.
Badan Permusyawaratan Desa, yang selanjutnya disebut BPD, adalah satu badan
yang sebelumnya disebut Badan Perwakilan Desa, yang berfungsi menetapkan Peraturan
Desa, bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.15
Dalam rangka melaksanakan kewenangan yang dimiliki untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakatnya, dibentuklah Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
sebagai lembaga legislasi dan wadah yang berfungsi untuk menampung dan menyalurkan
Edy Topo Ashari dan Desi Pernanda, membangun kepemerintahan yang baik, bahan ajar diklatpim
III, lembaga administrasi negara RI, Jakarta. Hal.65
14
Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981, hal 79.
15
Rozali Abdullah, pelaksanaan otonomi luas dengan pemilihan kepala daerah secara langsung,
jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2007, hal.171
13

8

aspirasi masyarakat. Lembaga ini pada hakikatnya adalah mitra kerja Pemerintah Desa
yang memiliki kedudukan yang sejajar dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan,
pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat.
Adapun Menurut H.A.W Widjaja beliau mengemukakan fungsi dari Badan
Permusayawaratan Desa adalah menetapkan peraturan bersama kepala Desa, menampung
dan menyalurkan aspirasi masyarakat.16
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dapat membuat Rancangan Peraturan Desa
yang secara bersama-sama Pemerintah Desa ditetapkan menjadi Peraturan Desa. Dalam
hal ini, BPD sebagai lembaga pengawasan memiliki kewajiban untuk melakukan kontrol
terhadap implementasi peraturan desa serta anggaran pendapatan dan belanja desa
(APBDes).17
Telah begitu banyak peraturan yang mengatur tentang Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) yang belum sepenuhnya menjadikan aspirasi masyarakat sebagai acuan dalam
pembuatan peraturan Desa, menjadikan penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana
sebenarnya kinerja BPD itu, apakah benar-benar membantu pemerintah desa dalam
penyelenggaraan pemerintahan atau hanya menjadi simbol demokrasi tanpa implementasi,
atau malah menimbulkan masalah yang tidak perlu, yang hanya akan menghabiskan energi
yang sesungguhnya lebih dibutuhkan oleh masyarakat desa untuk melepaskan diri dari
jerat kemiskinan dan krisis ekonomi. Berdasarkan pengamatan awal dan informasi yang
didapatkan oleh peneliti bahwa kinerja Badan Permusyawaratan Desa (BPD) telah berjalan
dengan baik.
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan: 1) Bagaimana
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam
HAW.Widjaja, penyelenggaraan otonomi di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2005, hal.279
17
HAW. Widjaja, Pemerintahan Desa/Marga berdasarkan Undang-undan No.22 tentang
pemerintahan Daerah suatu telaah Administrasi Negara, cet.3, jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,2003, hal.141
16

9

penyelenggaraan pemerintahan desa?; 2) Apakah Faktor-faktor

yang mempengaruhi

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa.
Tujuan dari penelitian ini antara lain : 1) Untuk mengetahui pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa. 2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
tugas pokok

dan fungsi (BPD) dalam penyelenggaraan pemerintahan di Desa Bangkat

Parak, Desa Gapura, Desa pengengat, Desa Teruwai

dan di Kantor Camat Pujut

Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah.
Agar tidak menyimpang jauh dari rumusan masalah dan judul dalam penelitian ini
maka ruang lingkup dalam penelitian ini adalah efektifitas peranan BPD sebagai mitra
kerja pemerintah Desa dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya dalam hal
pembuatan peraturan bersama-sama Kepala Desa, dalam hal ini efektif bermakna bahwa
BPD dapat menjalankan fungsinya dengan baik yaitu mampu menampung dan
menyalurkan aspirasi dari masyarakat kepada Pemerintah Desa berhubungan dengan
pembentukan peraturan serta pengambilan kebijakan dan atau keputusan Desa. Adapun
dalam penelitian ini materinya merujuk pada Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, Permendagri No. 35 tahun 2007 Pedoman Umum Tata Cara
Pelaporan Dan Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, dan PP. No. 72
tahun 2005 tentang Pemerintahan Desa.
Manfaat yang dapat di peroleh dari penelitian ini antara lain : 1) Secara teoritis,
hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan keilmuan,
khususnya dalam kajian ilmu pemerintahan. 2) secara praktis hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian bagi anggota BPD dan Kepala Desa
untuk saling memberi ruang gerak berdasarkan fungsi dan perannya masing-masing.

10

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tipe penelitian normatif empiris,
dengan menggunakan Pendekatan perundang-undangan, konseptual dan kajian hukum
sosiologis. Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder.
Data tersebut kemudian di olah dianalisa dengan menggunakan metode deskriptif
kualitatif, yang artinya menerangkan data yang diperoleh setelah diseleksi dan dilihat
kesesuaiannya dengan ketentuan yang berlaku kemudian disimpulkan untuk mendapatkan
jawaban dari permasalahan yang diteliti.
II. PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam
penyelenggaraan pemerintahan di Desa Bangkat

Parak, Desa Gapura, Desa

pengengat, Desa Teruwai Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah.
Pada dasarnya Terdapat 5 tugas pokok dan fungsi Badan Permusyawaratan
Desa (BPD). Pertama, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Kedua,
membentuk panitia pemilihan Kepala Desa. Ketiga, mengusulkan pengangkatan dan
pemberhentian Kepala Desa. Keempat, membahas rancangan peraturan desa bersama
dengan Kepala Desa. Kelima, melakukan pengawasan terhadap peraturan desa dan
peraturan Kepala Desa.
Kelima tupoksi tersebut menjadi landasan bagi BPD di tiap-tiap Desa yang
berada di wilayah kecamatan pujut, terutama di desa tempat penulis melakukan
penelitian sebagai acuan mereka dalam menyelenggarakan pemerintahan yang baik
sesuai dengan PP No. 72 Tahun 2005 Peraturan Pemerintah tentang Pemerintahan
Desa.
1. Fungsi BPD dalam menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat
Salah satu tupoksi dari Badan Permusyawaratan Desa yaitu menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat. Badan Permusyawartan Desa (BPD) sebagai
wakil rakyat di desa adalah

sebagai tempat bagi masyarakat desa untuk

menyampaikan aspirasinya dan untuk menampung segala keluhan-keluhan dan
11

kemudian menindaklanjuti aspirasi tersebut untuk disampaikan kepada instansi atau
lembaga terkait. Untuk itu dibutuhkan pengetahuan oleh masyarakat tentang
keberadaan dan peranan BPD. Berkaitan dengan tupoksi di atas penulis menemukan
bahwa hal tersebut berjalan dengan baik. Hal tersebut dilihat dari tanggapan
responden yakni 5 dari 9 aspirasi yang masuk telah berjalan meski belum
sepenuhnya sempurna. Jika melihat rasio tersebut di atas maka jika kembali merujuk
pada PP. No. 72 Tahun 2005 ataupun UU. No. 32 tahun 2004 maka bisa dikatakan
bahwa kemampuan BPD dalam menyalurkan aspirasi masyarakat sudah tergolong
baik.
2. Membentuk Panitia Pemilihan Kepala Desa
Dalam membentuk panitia Pemilihan Kepala Desa, BPD membentuk panitia
Pemilihan Kepala Desa yang keanggotaannya berasal dari Unsur Perangkat Desa,
Pengurus Lembaga Kemasyarakatan, Tokoh masyarakat.
Dalam pemilihan kepala desa di desa ini, hal yang dilakukan oleh BPD
terlebih dahulu yaitu membentuk panitia pemilihan. Adapun panitia-panitia tersebut
dapat berasal dari tokoh-tokoh masyarakat, unsur-unsur perangkat desa, maupun
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada di Desa, setelah itu anggota BPD
berembuk dan berunding kemudian memustuskan siapa-siapa yang menjadi panitia
pemilihan.
Adapun tugas dari panita pemilihan kepala desa yaitu, yaitu melaksanakan
semua kegiatan selama pencalonan kepala desa dan bertanggung jawab kepada BPD
dengan cara melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan mulai dari penjaringan bakal
calon sampai dengan terpilih Kepala Desa.
3. Mengusulkan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di dalam mengusulkan pengangkatan
dan pemberhentian Kepala Desa selalu berkoordinasi dengan panitia pemilihan
kepala desa. Di dalam mengusulkan pengangkatan kepala desa, setelah Panitia
pemilihan menetapkan calon kepala desa yang telah memenuhi persyaratan, BPD
12

berdasarkan berita acara pemilihan yang diberikan oleh ketua panitia pemilihan
kepala desa memberitahukan kepada pemerintah daerah tentang calon kepala desa
yang telah disetujui dan telah memenuhi persyaratan. Setelah mendapat surat
keputusan dari pemerintah daerah tentang penetapan calon kepala desa, BPD
menginstruksikan kepada panitia pemilihan kepala desa agar melaksanakan
tugasnya dalam menyelenggarakan pemilihan kepala desa. Hasil dari pemilihan
kepala desa tersebut kemudian dilaporkan oleh panitia pemilihan kepala desa kepada
BPD.
4. Fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam menetapkan Peraturan
Desa bersama Kepala Desa
Dalam

merumuskan

dan

menetapkan

peraturan

desa,

Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) berpedoman pada Peraturan daerah Kabupaten
Lombok Tengah tentang Tata Cara Penyusunan dan Penetapan Peraturan Desa. BPD
dalam merumuskan Peraturan Desa bersama-sama dengan pemerintah Desa (Kepala
Desa dan Perangkat Desa), melalui beberapa proses antara lain sebagai berikut :
a. Pemerintah Desa mengundang anggota BPD untuk menyampaikan maksudnya
membentuk peraturan desa dengan menyampaikan pokok-pokok peraturan desa
yang diajukan.
b. Kepala Desa terlebih dahulu mengajukan rancangan peraturan desa, demikian
halnya dengan pemerintah desa yang juga mengajukan rancangan peraturan desa.
c. BPD memberikan usul untuk melengkapi atau menyempurnakan rancangan
peraturan desa.
d. Ketua BPD menyampaikan usulan tersebut kepada pemerintah desa untuk
diagendakan.
e. BPD mengadakan rapat dengan pemerintah desa kurang lebih satu sampai dua
kali untuk memperoleh kesepakatan bersama.Dalam menetapkan Peraturan Desa
bersama-sama dengan Pemerintah Desa.

13

Setelah BPD dan Kepala Desa mengajukan rancangan Peraturan Desa
kemudian akan dibahas bersama dalam rapat BPD dan setelah mengalami
penambahan dan perubahan, kemudian rancangan Peraturan Desa tersebut disahkan
dan disetujui serta ditetapkan sebagi Peraturan Desa.
5. Melaksanakan Pengawasan terhadap Pelaksanaan Peraturan Desa dan
Peraturan Kepala Desa
Di dalam pelaksanaan peraturan desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
juga melaksanakan kontrol atau pengawasan terhadap peraturan-peraturan desa dan
Peraturan Kepala Desa. Pelaksanaan pengawasan Peraturan Desa dan Peraturan
Kepala Desa yang dimaksud disini yaitu Pelaksanaan pengawasan terhadap APBDes
dan Rencana pembangunan yang dijadikan sebagai peraturan desa dan juga
pengawasan terhadap keputusan Kepala Desa.
1. Pengawasan terhadap Pelaksanaan Peraturan Desa.
Badan Permusyawaratan Desa dalam menjalankan fungsinya mengawasi
peraturan desa dalam hal ini yaitu mengawasi segala tindakan yang dilakukan
oleh pemerintah desa. Segala bentuk tindakan pemerintah desa, selalu dipantau
dan diawasi oleh kami selaku BPD baik sebara langsung ataupun tidak langsung,
hal ini kami lakukan untuk melihat apakan terjadi penyimpangan peraturan atau
tidak.
Beberapa cara pengawasan yang dilakukan oleh BPD terhadap
pelaksanaan peraturan desa, antara lain :
a. Mengawasi semua tindakan yang dilakukan oleh pelaksana peraturan desa.
b. Jika terjadi penyelewengan, BPD memberikan teguran untuk pertama kali
secara kekeluargaan.
c. BPD akan mengklarifikasi dalam rapat desa yang dipimpin oleh Ketua BPD.
d. Jika terjadi tindakan yang sangat sulit untuk dipecahkan, maka BPD akan
memberikan sanksi atau peringatan sesuai yang telah diatur di dalam

14

peraturan

seperti

melaporkan

kepada

Camat

serta

Bupati

untuk

ditindaklanjuti.
2. Pengawasan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
Pengawasan terhadap APBDes ini dapat dilihat dalam laporan
pertanggungjawaban Kepala Desa setiap akhir tahun anggaran. Adapun bentuk
pengawasan yang dilakukan oleh BPD yaitu :
a. Memantau semua pemasukan dan pengeluaran kas desa.
b. Memantau secara rutin mengenai dana-dana swadaya yang digunakan untuk
pembangunan desa.
Terkait efektivitas pengawasan BPD dalam mengawasi jalannya
peraturan desa, dibutuhkan juga partisipasi dan kerja sama dari seluruh
komponen masyarakat.
B. Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi

Pelaksanaan

Tupoksi

Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) di Desa Bangkat Parak Kec. Pujut Kab. Lombok
Tengah.
Dalam mewujudkan suatu organisasi yang efektif dalam pelaksanaan fungsinya
tidak lepas dari berbagai faktor yang mempengaruhi kinerjanya dalam mencapai tujuan,
seperti halnya dengan Badan Permusyawaratan Desa, untuk menjadi efektif dan baik
tidak serta merta terjadi begitu saja tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhinya.
1. Masyarakat
Masyarakat

merupakan

faktor

penentu

keberhasilan

BPD

dalam

melaksanakan fungsinya, besarnya dukungan, sambutan dan penghargaan dari
masyarakat kepada BPD menjadikan BPD lebih mempunyai ruang gerak untuk
dapat melaksanakan fungsinya. Dukungan dari masyarakat tidak hanya pada
banyaknya aspirasi yang masuk juga dari pelaksanaan suatu perdes. Kemauan dan
semangat dari masyarakatlah yang menjadikan segala keputusan dari BPD dan
Pemerintah Desa menjadi mudah untuk dilaksanakan. Partisipasi masyarakat baik
15

dalam bentuk aspirasi maupun dalam pelaksanaan suatu keputusan sangat
menentukan pelaksanaan tugas dan fungsi BPD.

2. Pola Hubungan Kerja Sama dengan Pemerintah Desa
Salah satu faktor yang berpengaruh di dalam pelaksanaan tugas dan fungsi
BPD di Desa Bangkat

Parak adalah pola hubungan kerja sama terciptanya

hubungan yang harmonis antara BPD dengan Pemerintah Desa dengan senantiasa
menghargai dan menghormati satu sama lain, serta adannya niat baik untuk saling
membantu

dan

saling

mengingatkan

mendukung

jalannya

kinerja

BPD.

Keharmonisan ini desebabkan karena adanya tujuan dan kepentingan bersama yang
ingin dicapai yaitu untuk mensejahterakan masyarakat desa. Sebagai unsur yang
bermitra dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, BPD dan Pemerintah Desa
selalu menyadari adanya kedudukan yang sejajar antara keduanya.

3. Pendapatan/insentif
Adanya pemberian insentif atau pendapatan juga menjadi faktor yang
berpengaruh dalam memacu kinerja BPD untuk menjadi lebih baik dan merupakan
wujud penghargaan dan kepedulian pemerintah terhadap BPD. Pemberian insentif
yang dinilai belum memadai bagi anggota BPD terkadang menjadi penghambat
dalam meningkatkan kinerja. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti diketahui
bahwa insentif yang diberikan oleh pemerintah masih sangat minim. Hal inilah yang
terkadang membuat anggota menomorduakan tugasnya. Insentif yang diberikan
masih jauh untuk memenuhi kebutuhan keluarga kami sehingga kami masih perlu
untuk mencari pekerjaan sampingan.

4. Rekruitmen/sistem pemilihan anggota BPD
Sistem rekruitmen/pemilihan anggota BPD di Desa Bangkat

Parak

menggunakan sistem penunjukan langsung dengan cara musyawarah oleh tokoh16

tokoh masyarakat yang dipercaya oleh masyarakat setempat. Orang-orang yang
dipilih untuk menduduki jabatan BPD ini merupakan orang yang danggap mampu
baik dari segi pendidikan, maupun pengaruhnya dimasyarakat dalam hal ini mampu
bekerja sama dan mampu menangkap serta membaca masalah-masalah yang ada di
desa.

5. Fasilitas operasional
Fasilitas operasional juga menjadi faktor berpengaruh demi kelancaran
kinerja BPD. Tidak adanya tempat khusus bagi BPD sebagai pusat kegiatan
administrasif layaknya lembaga legislatif lainnya. Seperti yang di ungkapkan oleh
salah seorang anggota BPD, Muliadi, A.Md Meskipun BPD hanya bekerja dalam
skala desa, hal ini juga menjadi faktor berpengaruh. Selain itu, tidak adanya
kendaraan operasional yang bisa digunakan oleh BPD untuk memperlancar,
mempermudah dan mempercepat kinerjanya untuk melakukan sosialisasi dan juga
melakukan pengawasan peraturan-peraturan desa. Untuk menunjang kinerja anggota
BPD, hal lain yang dibutuhkan yaitu sarana dan prasarana seperti tempat atau kantor
sebagai pusat kegiatan. Selain itu dibutuhkan juga kendaraan operasional
(kendaraan) untuk menunjang sosialisasi peran dan kelancaran kinerja BPD di desa
ini.

17

III.
A.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas , maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1) Badan Permusyawaratan Desa di lokasi penelitian pemeliti menemukan BPD
melaksanakan tugas dan fungsinya yaitu menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala
Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dengan baik meski belum
sepenuhnya terlaksana. Karena jika kita melihat ukuran efektifitas ini ada beberapa
hal diantaranya, aturan, aparat penegak hokum, kesadaran masyarakat, dan fasilitas
atau sarana dan prasarana yang mendukung sehingga tugas tersebut bisa terlaksana
dengan baik tentunya dalam hal ini berkaitan dengan tupoksi anggota BPD. 2) Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan
Permusyawaratan Desa, yaitu : masyarakat, masyarakat yang baik adalah masyarakat
yang bersifat aktif .Pola hubungan kerjasama dengan pemerintah desa,
Pendapatan/insentif, dan Rekruitmen/sistem pemilihan anggota BPD, Fasilitas
Operasional, adapun kinerja BPD dalam mengefektifkan tupoksinya dapat lebih
ditingkatkan dengan fasilitas operasional yang mendukung.

B.

Saran
Berdasarkan uraian dari kesimpulan yang telah di kemukakan sebelumnya,
maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut: 1) Kinerja BPD sebagai mitra
kerja Pemerintah Desa tergolong baik meski belum sepenuhnya terlasana. Sehingga
disini salah satu yang perlu dibenahi adalah terkait sarana dan prasarana yang
menunjang terlaksananya tupoksi BPD harus di tinjau kembali tentunya dengan cara
membenahi serta melengkapi sarana dan prasarana tersebut sehingga nantinyabisa
tremasuk dalam kategori efektif. 2) Sebagai anggota BPD tentunya mereka punya
tugas dan fungsi masing-masing, serta kebutuhan yang berbeda-beda. Terlepas dari
itu semua berdasarkan uraian sebelumnya salah satu factor penghambat terlaksananya
tupoksi BPD dengan baik adalah karena kurangnya insentifdari BPD itu sendiri.
Sehingga dalam hal ini salah satu hal perlu ditinjau kembali adalah supaya insentif
tersebut ditambah terutama untuk desa-desa pinggiran.

18

DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU-BUKU
Abdullah, Rozali, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara
Langsung, jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2007.

Hady, Purnama, Implementasi Peraturan Daerah No.3 Tahun 2007 Tentang Desa Dalam
Pengelolaan Administrasi Pemerintahan Desa Di Kabupaten Lombok Timur, tesis, 2010.
HR ,Ridwan, hukum administrasi negara, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2006.
Sayre , W.S. dalam Inu Kencana Syafiie,ekologi Pemerintahan, Jakarta:PT.Pertja, 1998.
Ndraha, kybernologi I, Jakarta: Rineka Cipta, 2003

Labolo, Muhadam, memahami Ilmu pemerintahan, jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2006.
Manan, Bagir, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Tinjauan Dari Segi Etika Dan Kepemimpinan,
Jakarta, 1997.
Mosca dan Paretto dalam SP Varma, Teori Politik Modern, jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2001.
Widjaja, HAW. Pemerintahan Desa/Marga berdasarkan Undang-undan No.22 tentang pemerintahan
Daerah suatu telaah Administrasi Negara, cet.3, jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2003.
--------- Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli Bulat Dan Utuh, cet. Ke 2, jakarta, PT. raja
grafindo persada, 2004.

--------- Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia, jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.
Gaffar, Affan; Syaukani; dan Ryass Rasyid, otonomi daerah dalam negara kesatuan, jakarta: Pustaka
Pelajar, cet.7, 2007
Ashari, Topo, Edy, dan Desi Pernanda, membangun kepemerintahan yang baik, bahan ajar diklatpim
III, lembaga administrasi negara RI, Jakarta
Atmosudirdjo, Prajudi, hukum administrasi negara, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981.
Pamudji, S, Teori Sistem Dan Penerapannya Dalam Manjemen, Jakarta: Ichtiar Baru, 1981.
Finer,S.E, dalam S.Pamudji, Perbandingan Pemerintahan, Jakarta: Bina Aksara, 1998.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945
Indonesia, Undang- Undang Tentang Pemerintahan Daerah, UU. No. 32 tahun 2004.
Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri

Tentang Pedoman Umum Tata Cara

Pelaporan Dan Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
Permendagri Nomor 35 Tahun 2007
Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Pemerintahan Desa, PP No.72 Tahun 2005.

19

20