Makalah Sistem informasi manajemen pener

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan organisasi yang semakin kompleks dan tuntutan untuk selalu
melakukan adaptasi terhadap lingkungan organisasi, mengakibatkan proses
pengambilan keputusan dan manajemen juga berkembang. Proses tersebut
berkaitan dengan informasi yang akurat dan cepat dapat sangat membantu tumbuh
kembangnya sebuah organisasi. Maka dari itu pengolahan informasi dipandang
penting demi kelancaran sebuah pekerjaan dan untuk menganalisis perkembangan
dari pekerjaan itu sendiri. Hal tersebut menuntut pembelajaran Sistem Informasi
Manajemen dalam menciptakan, mendistribusikan, dan memanfaatkan informasi
guna mendukung kegiatan manajemen, khususnya pembuatan keputusan dalam
kebijakan publik.
Sistem informasi dan organisasi memiliki hubungan yang saling terkait satu sama
lain. Sistem informasi harus selalu disesuaikan dengan organisasi.Organisasi harus
mampu mengoptimalkan sistem informasi sehingga mendapatkan keuntungan dari
teknologi-teknologi yang ada. Interaksi antara teknologi informasi dan organisasi
sanat dipengaruhi oleh faktor mediasi, yaitu lingkungan, kultur, struktur, prosedur
baku, proses bisnis, politik, keputusan manajemen, dan peluang. Manajer harus
mampu memahami sistem informasi, karena sangat akan mempengaruhi kehidupan
organisasi. Manajer perlu memilih sistem apa dan bagaimana yang akan dibangun

didalam organisasi.
Pada saat yang sama teknologi dalam sistem informasi memberikan manfaat
yang positif, tetapi teknologi didalam sistem informasi dapat menyebabkan
permasalahan ataupun penolakan. Permasalahan akan muncul di organisasi pada
saat informasi sangat dibutuhkan dan dapat merubah posisi kekuasaan dan
kekuatan yang dimiliki oleh individu-individu di dalam organisasi. Permasalahan
informasi yang terjadi juga perlu dikelola dengan baik. Kegagalan mengelola

informasi membuktikan bahwa organisasi tersebut akan gagal menerapkan sistem
informasinya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Informasi
Sistem informasi dapat merupakan kombinasi teratur apapun dari orang-orang,
hardware,

software,


jaringan

komunikasi,

dan

sumber

daya

data

yang

mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.
Orang bergantung pada sistem informasi untuk berkomunikasi antara satu sama lain
dengan menggunakan berbagai jenis alat fisik (hardware), perintah dan prosedur
pemrosesan informasi (software), saluran komunikasi (jaringan), dan data yang
disimpan (sumber daya data) sejak permulaan peradaban.
Para praktisi bisnis bergantung pada banyak jenis sistem informasi yang

menggunakan berbagai teknologi informasi. Contohnya, beberapa sistem informasi
menggunakan alat hardware petunjuk sederhana (kertas dan pensil) dan saluran
informasi informal (mulut ke mulut). Fungsi dari Sistem Informasi adalah sebagai
berikut:
1. Area fungsional utama dari bisnis yang penting daalm keberhasilan bisnis,
seperti fungsi akuntansi, keuangan, manajemen operasional, pemasaran, dan
manajemen sumber daya manusia.
2. Kontributor penting dalam efisiensi operasional, produktivitas dan moral pegawai,
serta layanan dan kepuasan pelanggan.
3. Sumber utama informasi dan dukungan yang dibutuhkan untuk menyebarluaskan
pengambilan keputusan yang efektif oleh para manajer dan parktisi bisnis.
4. Bahan yang sangat penting dalam mengembangkan produk dan jasa yang
kompetitif, yang memberikan organisasi kelebihan startegis dalam pasar global.
5. Peluang berkarier yang dinamis, memuaskan, serta menantang bagi jutaan pria
dan wanita.
6. Komponen penting dari sumber daya, infrastruktur, dan kemampuan perusahaan
bisnis yang membentuk jaringan.
B. Penerimaan Sistem Informasi
1. Penerimaan sistem informasi pada perusahaan.


Menurut O’Brien dan Marakas (2009) tujuan dari sistem informasi manajemen
adalah: menyediakan informasi yang dipergunakan di dalam perhitungan harga
pokok jasa, produk, dan tujuan lain yang diinginkan manajemen; menyediakan
informasi yang dipergunakan dalam perencanaan, pengendalian, pengevaluasian,
dan perbaikan berkelanjutan; menyediakan informasi untuk pengambilan
keputusan. Ketiga tujuan tersebut menunjukkan bahwa manajer dan pengguna
lainnya perlu memiliki akses ke informasi manajemen dan mengetahui bagaimana
cara menggunakannya. Sistem Informasi manajemen dapat membantu mereka
mengidentifikasi suatu masalah, menyelesaikan masalah, dan mengevaluasi
kinerja (system informasi dibutuhkan dan dipergunakan dalam semua tahap
manajemen, termasuk perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan).
Penerimaan pemakai terhadap sistem teknologi informasi dapat didefinisikan
sebagai kemauan yang nampak didalam kelompok pengguna untuk menerapkan
sistem teknologi informasi tersebut dalam pekerjaannya. Semakin menerima
sistem teknologi informasi yang baru, semakin besar kemauan pemakai untuk
merubah praktek yang sudah ada dalam penggunaan waktu serta usaha untuk
memulai secara nyata pada sistem teknologi informasi yang baru (Succi and
Walter, 1999 dalam Pikkarainen et al., 2003). Tetapi jika pemakai tidak mau
menerima sistem teknologi informasi yang baru, maka perubahan sistem tersebut
menyebabkan


tidak

memberikan

keuntungan

yang

banyak

bagi

organisasi/perusahaan (Davis, l989; Venkatesh and Davis, 1996 dalam
Pikkarainen et al., 2003) menurutnya ada lima karakteristik dalam penerimaan
sistem informasi yaitu:
a. Keuntungan

relatif/relative


advantage

(sistem

informasi

menawarkan

perbaikan)
b. Kesesuaian/compatibility (konsisten dengan praktek sosial dan norma yang
ada pada pemakai sistem informasi)

c. Complexity (kemudahan untuk menggunakan atau mempelajari sistem
informasi
d. Trialability (kesempatan untuk melakukan inovasi sebelum menggunakan
sistem informasi itu)
e. Observability (keuntungan sistem informasi bisa dilihat secara jelas).
Penerimaan system informasi tidak lepas dari manfaat sistem informasi itu sendiri
bagi perusahaan yaitu:
a. Mendukung operasi bisnis. Mulai dari akuntansi sampai dengan penelusuran

pesanan pelanggan, sistem informasi menyediakan dukungan bagi manajemen
dalam operasi/kegiatan bisnis sehari-hari. Ketika tanggapan/respon yang cepat
menjadi

penting,

maka

kemampuan

Sistem

Informasi

untuk

dapat

mengumpulkan dan mengintegrasikan informasi keberbagai fungsi bisnis menjadi
kritis/penting.

b. Mendukung pengambilan keputusan managerial. Sistem informasi dapat
mengkombinasikan

informasi

untuk

membantu

manager

menjalankan

menjalankan bisnis dengan lebih baik, informasi yang sama dapat membantu
para manajer mengidentifikasikan kecenderungan dan untuk mengevaluasi hasil
dari keputusan sebelumnya. Sistem Informasi akan membantu para manajer
membuat keputusan yang lebih baik, lebih cepat, dan lebih bermakna.
c. Mendukung keunggulan strategis. Sistem informasi yang dirancang untuk
membantu pencapaian sasaran strategis


perusahaan dapat menciptakan

keunggulan bersaing di pasar.

2. Penerimaan Individu / Pemakai Terhadap Sistem Informasi

Persepsi mengenai karakteristik teknologi ataupun sistem informasi berbedabeda antar satu individu dengan individu lainnya. Persepsi mereka mengenai
teknologi berawal dari proses kognitif dan keyakinan mengenai teknologi. Model
TAM sebagaimana diajukan oleh Davis et.al (1989) dan Theory of Reasoned
Action Model (TRA) sebagaimana diajukan oleh Ajzen dan Fishbein (1980) telah
mendominasi literatur-literatur sistem informasi. Model tersebut menyarankan
bahwa pengaruh variabel-variabel dalam model TAM dan TRA dipengaruhi oleh
keyakinan individu mengenai manfaat teknologi, Lewis et al (2003).
a. Technology Acceptance Model (TAM)
TAM menjelaskan hubungan antara keyakinan/beliefs (usefulness dan
ease of use) dengan sikap/attitude, tujuan lintentions pemakai, serta
penggunaan nyata dari sistem. Perceived usefulness didefinisikan oleh Davis
et al (1989) sebagai suatu tingkat dimana seseorang percaya bahwa
penggunaan


sistem

secara

khusus

akan

meningkatkan

kinerjanya.

Sedangkan perceived ease of use didefinisikan sebagai suatu tingkat dimana
seseorang percaya bahwa penggunaan sistem secara khusus akan
mengarah pada suatu usaha
b. Theory of Reasoned Action (TRA)
TRA menjelaskan bahwa perilaku (behavior) dilakukan karena individu
mempunyai niat atau keinginan untuk melakukannya (behavioral intention).
TRA adalah model yang secara umum menjelaskan dan memprediksi tujuan
berperilaku/behavioral intentions pada berbagai setting. Model ini didasarkan

atas asumsi bahwa manusia membuat keputusan rasional didasarkan atas
informasi yang tersedia pada mereka. Ada tiga komponen dalam model ini
yaitu behavioral intention (BI), attitude (A), and subjective norm (SN), BI = A +
SN (Fishbein & Ajzen, 1975 dalam Leong, 2003). Behavioral intention
mengukur kekuatan tujuan untuk melakukan tindakan tertentu. Attitude
menggambarkan

perasaan

positif

atau

negative

individu

(menilai

dampak/evaluative affect) tentang kinerja dari target suatu tindakan.
Subjective norm mengarah pada persepsi seseorang tentang kebanyakan
orang yang akan bertanya mengenai apakah dia harus atau tidak melakukan
tindakan tersebut (Fishbein & Ajzen, 1975, dalam Leong, 2003
3. Penolakan Sistem Informasi
Menurut Thompson, et. al. (1991), penggunaan sistem infirmasi tergantung
dari pengetahuan individu atas manfaat dari sistem informasi. Selain itu,
Rahmawati (2008) menyatakan bahwa manfaat sistem informasi dapat dirasakan
jika pengguna memahami tentang sistem informasi. Jadi, jika pemakai
mengetahui manfaat sistem informasi maka akan menggunakannya dan
sebaliknya jika kurang paham atas manfaat sistem informasi atau output sistem
informasi tidak sesuai keinginannya maka akan menolaknya. Menurut Triandis
(1980), kemanfaatan sistem informasi (PC=Personal computer) dipengaruhi oleh
perasaan individu (affecf), norma sosial (social norms), kebiasaan (habit)
sehubungan

dengan

pemakaian

computer,

konsekuensi

individual

yang

diharapkan (consequencies) dari pemakaian PC, dan kondisi yang memfasilitasi
(facilitating conditions) dalam pemakian PC. Pernyataan Jackson, et. al. (1997)
dan temuan Triandis (1980) tersebut dapat pula menjadi faktor penolakan untuk
menggunakan PC. Hal ini berkaitan kelemahan yang melekat pada individu dan
kelemahan sistem informasi itu sendiri. Kelemahan sistem informasi, seperti:
kurang fleksibel (contoh, tidak dapat cepat beradaptasi jika ada perubahan
perencanaan), pembuatan sistem terkomputerisasi memakan waktu lebih lama,
dan biaya pemasangan instalasi tinggi), komputer tidak dapat mendeteksi
penyebab kesalahan, hilangnya jejak audit, computer peka terhadap pengaruh
lingkungan, dan data yang disimpan mudah rusak

4. Menolak Perubahan

Banyak perusahaan yang menerapkan sistem informasi tetapi tidak berhasil.
Kegagalan ini disebabkan adanya politik informasi di dalam organisasi
Markus (1981) menyatakan bahwa sistem informasi mempengaruhi distribusi
kekuasan di organisasi karena alasan-alasan sebagai berikut ini
a. Pemegang akses informasi dapat mempengaruhi hasil dari keputusan
b. Sistem informasi digunakan untuk alokasi sumber-sumber daya sistem yang
dapat mempengaruhi perilaku individu-individu
c. Sistem informasi digunakan untuk sistem pengendalian yang dapat
mencegah atau membatasi kegiatan-kegiatan.
d. Sistem informasi menyebabkan kekuasan dan kekuatan karena memberikan
kesan kemampuan untuk dapat merubah hasil. Persepsi atau kesan dari
memiliki kekuatan akan menimbulkan kekuatan
Markus (1981) juga mengatakan bahwa suatu sistem informasi yang
merubah distribusi kekuasaan dan kekuatan di dalam organisasi akan ditolak
oleh mereka yang akan kehilangan kekuasaan atau kekuatannya. Penolakan
akibat perubahan kekuasan atau kekuatan ini disebut dengan menolak
implementasi. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa kekuasaan dan
kekuatan merupakan hal yang penting dari sistem informasi mempunyai peranan
terhadap pergeseran kekuasan dan kekuatan tersebut. Oleh karena itu mereka
yang merasa kekuasan dan kekuatannya akan tergeser oleh penerapan sistem
informasi akan melakukan penolakan. Penolakan dari perubahan akan lebih
besar lagi jika sistem informasi digunakan untuk melakukan proses rekayasa
ulang (business reengineering). Caldwall (1994) Melakukan survey dan
melaporkan bahwa penolakan terhadap perubahan menduduki rangking tertinggi
dari halangan yang dihadapi oleh proses rekayasa ulang bisnis

5. Idientifikasi Penolakan

Untuk dapat mengatasi penolakan atas perubahan, maka orang-orang yang
menolak penerapan sistem informasi yang baru perlu diidentifikasikan. Ciri-ciri
orang yang menolak perubahan adalah sebagai berikut ;
a. Mereka yang selalu menunda-menunda proyek sistem informasi dengan
melakukan penolakan demi penolakan untuk membuat proyek tidak jadi
dilakukan
b. Mereka yang menyetujui proyek sistem informasi dengan membuat sistem
informasi menjadi lebih luas dan lebih rumit dengan harapan akan gagal
dengan sendirinya jika diterapkan
c. Mereka yang memegang dan tidak mau melepaskan sumber-sumber daya
yang diperlukan untuk membangun dan menerapkan sistem informasi,
sehingga proyek sistem informasi tidak dapat dilakukan
6. Mengatasi Penolakan Perubahan
Penerapan sistem informasi yang baru yang menyebabkan perubahan di
organisasi sering ditolak oleh manusia di dalam organisasi. Suatu sistem
manajemen perubahan perlu diterapkan untuk mengatasi penolakan karena
perubahan. Martin (1999) mengingatkan bahwa untuk menerapkan sistem
manajemen perubahan ini, ada dua hal dasar yang perlu diperhatikan yaitu
sebagai berikut ini
a. Ketika mengenalkan perubahan di dalam suatu organisasi, kita tidak dapat
mengasumsikan bahwa manusia akan berubah sendiri karena mereka
diberitahu untuk berubah
b. Jika mereka berubah, kita tidak dapat mengasumsikan bahwa manusia akan
berubah sesuai dengan yang diharapkan. Seringkali mereka berubah dengan
cara dan hasil yang tidak diharapkan
Terdapat tiga teori untuk mengetahui penyebab adanya penolakan perubahan
dan cara mengatasinya terhadap penerapan sistem informasi yang baru
a. Teori Orientasi Sistem
Teori ini menjelaskan bahwa yang menyebabakan penolakan perubahan
adalah karena sistemnya bukan manusianaya. Manusia menolak karena
sistem yang akan diterapkan tidak sesuai dengan yang diharapkan, sistem

banyak

mengandung

kesalahan,

sistem

tampak

masih

asing

bagi

mereka. Jika benar yang menjadi penyebab penolakan adalah sistemnya,
maka kualitas dari sistem harus diperbaiki dengan cara
 Pemakai sistem dilibatkan dalam pengembangan

sistem

untuk



meningkatkan kualitas dari system
Pengetesan sistem harus tuntas dan dilakukan untuk menemukan semua




kesalahan
Sosialisasi pengenalan sistem harus dilakukan sebelum diterapkan
Pelatihan penggunaan sistem harus dilakukan supaya memahami sistem

lebih lanjut
b. Teori Orientasi Manusia
Teori ini bahwa yang menyebabkan penolakan adalah sikap manusianya
bukan sistemnya. Diasumsikan sistemnya sudah baik dan berkualitas tetapi
masih tetap ditolak oleh pemakainya.Jika penolakan ini terjadi, untuk
mengatasinya maka sikap manusianya perlu dirubah.Teori orientasi manusia
konsisten dengan student (1978) yang menjelaskan sikap terhadap
perubahan dan cara mengatasinya sebagai berikut ini ;
 Manusia tidak akan menolak perubahan sebesar mereka menolak untuk
dirubah. Ini merupakan arti bahwa sebenarnya manusia di dalam
organisasi mau saja menerima terjadinya perubahan asal mereka


memahaminya tanpa dipaksa untuk dirubah
Penerimaan terhadap perubahan juga akan meningkat jika mereka
merasa mendapat manfaat dari perubahannya.Cara mengatasinya bisa



dengan sosialisasi dan pelatihan.
Penerimaan terhadap perubahan



keseriusan pihak yang melakukan perubahan
Faktor ketegangan yang merupakan salah satu yang menyebabkan

juga

akan

meningkat

dengan

penolakan muncul akibat adanya ketidakpastiaan mengenai apa yang
akan

terjadi

dengan

sistem

yang

baru.Cara

mengatasinya

dengansosialisasi, memberikan penjelasan dan pendidikan
c. Teori Interaksi

bisa

Teori ini menyatakan bahwa penyebab penolakan perubahan adalah bukan
manusia atau sistemnya akan tetapi lebih kepada interaksi diantaranya, cara
mengatasinya
 Meningkatkan penghubung / interface antara sistem dan pengguna
 Partisipasi pemakai sistem di dalam pengembangan dan penerapan
system
7. Model Adopsi Perubahan
a. Lewin / Schein Model
Model ini terdiri dari 3 (tiga) tahapan yaitu.
 mencairkan kekakuan (ada dua aspek yaitu manciptakan kondisi bahwa



perubahan itu dibutuhkan serta menciptakan suasana yang aman)
mengarahkan (ada dua aspek utama yaitu menyediakan informasi
tentang arah dari perubahan serta menyediakan dan mengeliminasi
pengetahuan



dan

keahlian

yang

diperlukan

untuk

menjalankan

perubahan),
membekukan kembali (ada dua aspek yaitu mengintegrasikan hasil
perubahan ke kegiatan rutin yang akan dilakukan serta memasukkan ke

dalam sistem sosial sehingga perubahan dapat diterima secara luas).
b. Inovation Adoption Model
Merupakan suatu ide adopsi yang baru bagi individu dan organisasi, terdapat
5 (lima) tahapan dalam mengadopsi inovasi yaitu
 Kesadaran, individu dikenalkan pada inovasi
 Minat, membuat individu tertarik dan berminat akan inovasi
 Evaluasi, individu akan menilai dan mengevaluasi
 Percobaan, jika dianggap bermanfaat, maka individu akan mencoba
 Adopsi, memutuskan untuk mengadopsi inovasi tersebut ke kegiatan
mereka secara continue
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kesuksesan adopsi tergantung
dari beberapa faktor, faktor tersebut antara lain


Persepsi dari keuntungan relatif, maksudnya kelebihan yang ditimbulkan



jika dibandingkan dengan sistem yang lama
Kompabilitas merupakan tingkat seberapa besar inovasi tersebut
konsisten dengan nilai, opini, kelakuan dan pengalaman individu yang



akan mengadopsi inovasi
Kerumitan merupakan tingkat kesulitan inovasi dipahami



Komunikabilitas merupakan tingkat komunikasi hasil dari inovasi yang



dapat disebarkan ke calon pengadopsi inovasi yang lainnya; dan
Juara adalah sifat mau berkorban waktu dan tenaga untuk menerima
inovasi dan menyebarkannya

8. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penolakan Sistem Informasi
a. Faktor Sosial
Menurut Woon (2004), factor sosial sebagai internalisasi individu dari
referensi kelompok budaya subyektif dan mengkhususkan persetujuan antar
pribadi bahwa individu telah berinteraksi dengan yang lain pada situasi sosial
khusus. Faktor social yang mempengaruhi penolakan pengunaan sistem
informasi adalah:
1. Kenyamanan pimpinan atau rekan kerja dalam menggunakan sistem
informasi,
2. Pengetahuan tentang sistem informasi dari pihak lain,
3. Arahan atasan atau pimpinan dalam memanfaatkan sistem informasi
b. Faktor Kesesuaian Tugas
Kesesuaian tugas berhubungan dengan sejauhmana kemampuan individual
menggunakan sistem informasi untuk meningkatkan kinerja individual dalam
melaksanakan tugas (Thompson, et. al., 1991). Faktor kesesuaian tugas
yang mempengaruhi penolakan pengunaan sistem informasi adalah
1. Penggunaan sistem informasi yang baru tidak mempengaruhi kinerja
2. Sistem informasi yang baru tidak memberi kepastian mengenai
kemudahan/cepat menyelesaikan pekerjaan dan efektifitas pekerjaan
3. Menu-menu sistem informasi yang baru lebih merepotkan cara kerja
c. Faktor Kondisi yang Memfasilitasi
Kondisi yang memfasilitasi didefinisikan sebagai faktor obyektif di luar
lingkungan yang memudahkan pemakai dalam bertindak/bekerja (Triandis,

1980). Faktor kesesuaian tugas yang mempengaruhi penolakan pengunaan
system informasi adalah
1. System informasi yang dipakai sudah memadai
2. Sistem informasi yang dipakai dirasa nyaman dan karyawan sudah
familiar

3. Mudah peroleh informasi atas sistem yang dipakai dan pimpinan
memperhatikan kinerjanya
d. Faktor Affect (Perasaan Individu)
Faktor affect sebagai perasaan gembira, kegirangan hati, kesenangan
atau depresi, kemuakan, ketidaksenangan dan benci yang berhubungan
dengan individu tertentu dalam pemanfaatan system informasi (Triandis,
1980). Menurut Goodhue (1995), banyak peneliti tidak memisahkan antara
komponen affective atau sikap (berkonotasi suka atau tidak suka) dengan
komponen kognitif atau keyakinan (informasi tentang suatu obyek, isu atau
person). Namun Lucas, et. al. (1988) telah menggunakan komponen kognitif
campuran untuk mengukur konstruk sikap tunggal. Saran Bunkrant dan Page
(1982), meskipun terdapat justifikasi secara teori mengenai pemisahan
kognitif dari komponen affective, namun ketika digunakan untuk pengukuran
maka keduanya perlu dipandang sebagai suatu konstruk yang sama. Faktor
affec yang mempengaruhi penolakan pengunaan system informasi
1. Rasa menyebalkan dan rasa tidak leluasa dalam bekerja ketika
menggunakan system informasi yang baru tidak mempengaruhi kinerja
2. Sistem informasi cocok bagi pembuatnya tetapi belum tentu cocok untuk
organisasi yang lain
3. penggunaan system informasi terasa lebih rumit dan menghambat
penyelesaian tugas
e. Faktor Kompleksitas
Kompleksitas adalah tingkat inovasi yang dipersepsikan sebagai sesuatu
yang sukar untuk dipahami dan menggunakannya. Faktor kompleksitas yang
mempengaruhi penolakan pengunaan system informasi adalah
1. Penggunaan sistem yang baru lebih menyita waktu dalam bekerja
2. Pemanfaatan system informasi yang baru sulit dimengerti dan dipahami
serta lebih untuk entry data dan menampilkan output

3. Harus sering bertanya dalam mengaplikasikan dan perlu berkali-kali
f.

mencobanya
Faktor Konsekuensi Jangka Panjang
Konsekuensi jangka panjang didefinisikan sebagai hasil yang diperoleh
dimasa datang, seperti peningkatan fleksibilitas, merubah pekerjaan atau
peningkatan

kesempatan

bagi

pekerjaan

yang

lebih

berarti.

Faktor

konsekuensi jangka panjang yang mempengaruhi penolakan pengunaan
system informasi adalah
1. Penggunaan sistem yang baru sebagai tantangan dalam bekerja
2. Sistem informasi yang baru sulit membuat format output yang sesuai
kebutuhan

dan

tidak

segera

teratasi

jika

ada

problem

dalam

operasionalnya
3. Menghilangkan kesempatan peroleh tugas yang dirasa sesuai dan sukai

BAB III
KESIMPULAN
Penerimaan pemakai terhadap sistem teknologi informasi dapat didefinisikan sebagai
kemauan yang nampak didalam kelompok pengguna untuk menerapkan sistem teknologi
informasi tersebut dalam pekerjaannya. Semakin menerima sistem teknologi informasi yang

baru, semakin besar kemauan pemakai untuk merubah praktek yang sudah ada dalam
penggunaan waktu serta usaha untuk memulai secara nyata pada sistem teknologi informasi
yang baru. Tetapi jika pemakai tidak mau menerima sistem teknologi informasi yang baru,
maka perubahan sistem tersebut menyebabkan tidak memberikan keuntungan yang banyak
bagi organisasi/perusahaan
Penggunaan sistem informasi tergantung dari pengetahuan individu atas manfaat dari
sistem informasi. manfaat

sistem informasi dapat dirasakan jika pengguna memahami

tentang sistem informasi. Jadi, jika pemakai mengetahui manfaat sistem informasi maka
akan menggunakannya dan sebaliknya jika kurang paham atas manfaat sistem informasi
atau output sistem informasi tidak sesuai keinginannya maka akan menolaknya.
Suatu sistem informasi yang merubah distribusi kekuasaan dan kekuatan di dalam
organisasi akan ditolak oleh mereka yang akan kehilangan kekuasaan atau kekuatannya.
Penolakan akibat perubahan kekuasan atau kekuatan ini disebut dengan menolak
implementasi. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa kekuasaan dan kekuatan
merupakan hal yang penting dari sistem informasi mempunyai peranan terhadap pergeseran
kekuasan dan kekuatan tersebut. Oleh karena itu mereka yang merasa kekuasan dan
kekuatannya akan tergeser oleh penerapan sistem informasi akan melakukan penolakan

DAFTAR PUSTAKA
Mc Leod, R. 1996. System Informasi Manajemen Studi System Informasi Berbasis
Komputer. Jilid pertama. Terjemahan edisi tahun 1996

Petra S.M. Wijaya. 2005. Pengujian Model Penerimaan Teknologi Internet Pada Mahasiswa.
Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, Vol. l, No. l. Februari

Rahmawati, Diana. 2008. “Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pemanfaatan
Teknologi Informasi.”Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, Vol. 5, No. 1, hal. 107-118

Wahyudi, Nanang. 2006, Analisis Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Reputasi
Perusahaan, Kepuasan Dan Loyalitas Nasabah, Tesis Universitas Stikubank, Tidak
dipublikasikan