ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN EKOWISAT

ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN EKOWISATA
DI KAWASAN PESISIR DAN LAUT
(Suatu Kajian di Pulau Pari, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu,
Propinsi DKI Jakarta)
Irna Diana1, Haryoto Kusnoputranto2, Luky Adrianto3, Triyono4, Neksidin5
1

Pascasarjana Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
3
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
4
UPT SDM Oseanografi Pulau Pari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
5
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor
2

ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis daya dukung lingkungan untuk
pengelolaan pengembangan pariwisata berkelanjutan. Tujuan penelitian ini yaitu
menganalisis kesesuaian lahan pada masing-masing obyek wisata, dan menganalisis

daya dukung lingkungan kawasan wisata di Pulau Pari. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif. Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner, studi literatur
(data sekunder) dan pengamatan di lapangan (data primer) yang diolah menggunakan
analisis kesesuaian lahan, dan analisis daya dukung lingkungan. Obyek wisata yang
diteliti yaitu obyek wisata snorkeling dan wisata pantai. Wisata snorkeling berada di
Area Perlindungan Laut, dan wisata pantai berada di Pantai Pasir Perawan, Pantai
Kresek, Pantai Bintang, dan Pantai Berbintang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
nilai indeks kesesuaian lahan pada obyek wisata snorkeling yaitu Sesuai dengan
persentase sebesar 66%, sedangkan nilai indeks kesesuaian wisata pada obyek wisata
pantai yaitu Sangat Sesuai dengan nilai 98,5% untuk Pantai Pasir Perawan, 92,6% untuk
Pantai Kresek, 91% untuk Pantai Bintang, dan 92,6% untuk Pantai Berbintang. Total
nilai daya dukung lingkungan dari semua obyek wisata adalah 331 pengunjung/hari.

Kata Kunci: Daya dukung lingkungan, Ekowisata, Pulau-pulau kecil.

1

dan wisata bahari yaitu snorkeling.
Sebagian besar tour guide membawa
wisatawan untuk melakukan snorkeling

di area perlindungan laut. Akibatnya,
terjadi penurunan persentase penutupan
terumbu karang mencapai 35% dengan
kategori Sedang. Hal ini dikhawatirkan
berpotensi melebihi daya dukung dan
membahayakan
fungsinya
sebagai
kawasan penelitian dan konservasi
terumbu karang. Oleh karena itu, perlu
tindakan untuk memperkecil kerusakan
lingkungan di sekitar area tersebut.
Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah
pengelolaan pariwisata di Pulau Pari
belum diimbangi dengan daya dukung
lingkungan, padahal
Pulau Pari
termasuk pulau-pulau kecil yang rentan

terhadap
kerusakan
lingkungan,
sehingga jumlah wisatawan perlu
dibatasi dengan mempertimbangkan
kesesuaian lahan pada masing-masing
obyek wisata di Pulau Pari.

1. Pendahuluan
Salah satu pulau kecil di gugusan
Kepulauan
Seribu
yang
sedang
berkembang wisata baharinya yaitu
Pulau Pari di Kecamatan Kepulauan
Seribu
Selatan.
Keanekaragaman
sumberdaya hayati, panorama alam, dan

keindahan bawah lautnya merupakan
bagian daya tarik wisata dari gugusan
Pulau Pari. Lokasinya yang dapat
diakses dari berbagai alternatif dengan
jarak tempuh yang singkat dari Jakarta
semakin memudahkan wisatawan untuk
berkunjung ke kawasan tersebut. Sejak
dibukanya obyek wisata di Pulau Pari,
kunjungan wisatawan dari tahun 2010
sampai 2013 mengalami peningkatan.
Peningkatan wisatawan menimbulkan
permasalahan lingkungan yang terjadi
karena adanya aktivitas wisata di area
perlindungan
laut,
sehingga
mengakibatkan kondisi lingkungan di
obyek wisata terumbu karang menurun.
Pulau Pari memiliki perairan yang
bersih, hamparan pasir putih yang luas

dan memiliki potensi bahari yang indah.
Keindahan alam perairan Pulau Pari
menjadi daya tarik bagi wisatawan,
sehingga Pulau Pari dijadikan sebagai
salah satu tujuan wisata bahari yang
dikekola oleh masyarakat setempat.
Keindahan wisata bahari yang terdapat
di Pulau Pari telah menjadi potensi
masa depan perekonomian wilayah
Kepulauan Seribu. Untuk menjadi
pariwisata yang berlanjut dalam aspek
ekologi,
ekonomi,
dan
sosial,
pengelolaan pengembangan obyek
wisata di Pulau Pari harus diimbangi
dengan daya dukung lingkungan di
kawasan wisata tersebut.


Tujuan penelitian ini yaitu (1)
menganalisis kesesuaian lahan pada
masing-masing obyek wisata Pulau
Pari, dan (2) Menganalisis daya dukung
lingkungan
wisata
yang
dapat
menampung jumlah wisatawan di Pulau
Pari. Penelitian ini mempunyai manfaat
teoritis yaitu dapat memberikan
kontribusi pada perkembangan ilmu
pengetahuan secara umum dan studi
ilmu lingkungan secara khusus dalam
mengupayakan pelestarian lingkungan
melalui pendekatan daya dukung
lingkungan pada kegiatan wisata untuk
mewujudkan pariwisata berkelanjutan,
dan manfaat praktis yaitu dapat
memberikan

konsep
terkait
pengembangan pengelolaan pariwisata
kepada stakeholders yang terlibat dalam
pengelolaan pariwisata, baik pemerintah
maupun pengusaha swasta dalam proses
penyusunan
rencana
kebijakan

Pulau Pari menjadi salah satu tujuan
wisata para wisatawan yang datang dari
dalam propinsi maupun luar propinsi
karena mempunyai obyek wisata pantai
unggulan yaitu Pantai Pasir Perawan,

2

pengelolaan
pariwisata


kegiatan wisata, agar
berkelanjutan
dapat

terwujud.

Pariwisata
berkelanjutan
adalah
hubungan triangulasi yang seimbang
antara daerah tujuan wisata (host areas)
dengan habitat dan manusianya,
pembuatan paket liburan (wisata), dan
industri pariwisata, dimana tidak ada
satupun
stakeholders
(pemangku
kepentingan)
dapat

merusak
keseimbangan.
Pembangunan
pariwisata berkelanjutan didasarkan
pada kriteria berkelanjutan, yang artinya
bahwa pembangunan dapat didukung
secara ekologi dalam jangka panjang
dan layak secara ekonomi, adil secara
etika, dan sosial terhadap masyarakat
(Subadra, 2007)

(Purnama, 2012). Menurut Waluya
(2011), pengelolaan lingkungan dapat
dikatakan sebagai upaya untuk menjaga
daya dukung lingkungan tetap berada
level yang optimum, sehingga dapat
memberikan manfaat kepada mahkluk
hidup termasuk manusia sebagai pelaku
utama pengelolaan lingkungan.
Beberapa ahli berpendapat bahwa daya

dukung wisata terdiri atas berbagai
komponen. Menurut Zacarias et al.
(2011), daya dukung wisata terdiri atas
2 (dua) komponen yaitu daya dukung
fisik-ekologi dan daya dukung sosial,
sedangkan menurut Lone et al. (2013),
daya dukung wisata terdiri atas 3 (tiga)
komponen, yaitu daya dukung ekologi,
daya dukung sosial, dan daya dukung
ekonomi. Daya dukung fisik-ekologi
adalah jumlah maksimum wisatawan
yang melakukan kegiatan wisata tanpa
menyebabkan kerusakan lingkungan,
yang berdasarkan pada fisik, biologis,
dan kondisi pengelolaan kawasan
tersebut (Zacarias et al., 2011)

Ekowisata adalah pariwisata berbasis
alam yang berlanjut secara ekologi,
sosial budaya, dan ekonomi untuk

memberikan kesempatan menghargai
dan belajar tentang unsur lingkungan
alam. Istilah ekowisata dapat diartikan
sebagai perjalanan seseorang ke daerah
terpencil dengan tujuan menikmati dan
mempelajari mengenai alam, sejarah,
dan budaya di suatu daerah, dimana
pola wisatanya membantu ekonomi
masyarakat lokal dan mendukung
pelestarian alam (Weaver, 2001)

Daya dukung ekologi adalah jumlah
wisatawan yang melakukan kegiatan di
lokasi pariwisata tanpa menyebabkan
degradasi lingkungan. Daya dukung
ekonomi adalah tingkat penerimaan
kegiatan pariwisata tanpa merugikan
kegiatan perekonomian masyarakat
setempat. Kegiatan pariwisata tidak
harus menimbulkan konflik sektor
ekonomi dan menurunkan pendapatan
masyarakat setempat. Daya dukung
sosial mencakup 2 (dua) aspek yaitu, 1)
tingkat
penerimaan
masyarakat
setempat dengan jumlah maksimum
wisatawan yang tidak mengganggu adat
atau budaya masyarakat setempat, dan
2) tingkat penerimaan wisatawan yang
memberi tanggapan tentang kepuasan

Daya dukung lingkungan adalah konsep
dasar yang dikembangkan untuk
kegiatan pengelolaan suatu sumberdaya
alam dan lingkungan yang lestari,
melalui ukuran kemampuannya. Konsep
ini dikembangkan dengan tujuan untuk
mencegah kerusakan atau degradasi dari
suatu sumberdaya alam dan lingkungan,
sehingga keberadaan, kelestarian, dan
fungsinya dapat terwujud dan pada saat
ruang yang sama, pengguna atau
masyarakat
pemakai
sumberdaya
tersebut tetap berada dalam kondisi
sejahtera dan/atau tidak dirugikan

3

mereka berkunjung untuk berwisata

(Lone et al., 2013)

Kesesuaian lahan adalah kecocokan
suatu lahan untuk tujuan penggunaan
tertentu, melalui penentuan nilai (kelas)
lahan serta pola tata guna lahan yang
dihubungkan
dengan
potensi
wilayahnya, sehingga dapat diusahakan
penggunaan lahan yang lebih terarah
berikut
usaha
pemeliharaan
kelestariannya (Rajab, 2014)

Matriks kesesuaian untuk wisata bahari
di Pulau Pari meliputi obyek wisata
pantai dan wisata snorkeling. Setiap
kegiatan wisata mempunyai persyaratan
sumberdaya dan lingkungan yang sesuai
dengan obyek wisata yang akan
dikembangkan. Untuk menganalisis
kesesuaian wisata dapat menggunakan
rumus sebagai berikut (Yulianda et al.,
2010):

2. Metode Penelitian
Penelitian ini secara umum dilakukan
dengan
menggunakan
pendekatan
kuantitatif. Metode penelitian yang
digunakan yaitu metode penelitian
kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan
dari bulan Pebruari–April 2015. Tempat
penelitian dilaksanakan di Pulau Pari,
Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta.
Populasi pada penelitian ini adalah
wisatawan, masyarakat, stakeholders,
pantai, dan terumbu karang yang
sampelnya dipilih secara purposive
sampling.

IKW =

x 100% ...(1)

Keterangan:
IKW = Indeks Kesesuaian Wisata
Ni
= Nilai parameter ke-i (bobot x
skor)
Nmaks = Nilai maksimum dari suatu
kategori wisata
Hasil perhitungan analisis kesesuaian
wisata dilakukan berdasarkan hasil
perkalian bobot dan skor untuk setiap
parameter yang. Hasil perhitungan
tersebut
kemudian
dikategorikan
dengan klasifikasi yang terdiri atas 4
(empat) kelas kesesuaian yaitu sebagai
berikut (Yulianda et al., 2010):
Sangat Sesuai (SS) : IKW 100-83%
Sesuai (S)
: IKW