T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbandingan Hasil Belajar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dan Jigsaw Materi UnsurUnsur Lingkaran Siswa Kelas VIII SMP N 1 Ampel T1 Full text

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DAN JIGSAW MATERI
UNSUR-UNSUR LINGKARAN SISWA KELAS VIII SMP N 1 AMPEL

TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Matematika

Oleh:
DINAR WAHYU LARASATI
202013014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
2017

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DAN JIGSAW MATERI
UNSUR-UNSUR LINGKARAN SISWA KELAS VIII SMP N 1 AMPEL
Dinar Wahyu Larasati1), Tri Nova Hasti Yunianta2)

202013014@student.uksw.edu1), trinova.yunianta@staff.uksw.edu2)
Program Studi S1 Pendidikan Matematika1), 2)
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan–Universitas Kristen Satya Wacana
Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan hasil belajar menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dan Jigsaw materi unsur-unsur lingkaran siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 Ampel tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Rancangan
penelitian ini menggunakan Posttest-Only Control Design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa
kelas VIII SMP N 1 Ampel tahun pelajaran 2016/2017. Teknik pengambilan sampel yang digunaka n Cluster
Random Sampling. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari siswa kelas VIII C sebagai kelas kontrol dengan
diberi perlakuan TSTS dan siswa kelas VIII E sebagai kelas eksperimen diberi perlakuan Jigsaw. Kemampuan
awal siswa dari kedua sampel adalah homogen. Data hasil belajar yang dikumpulkan mencakup ranah afektif,
kognitif, dan psikomotor. Hasil analisis Uji Tanda pada ranah afektif menunjukkan nilai Sig. (2-tailed) sebesar
0,607 > 0,05 artinya tidak terdapat perbedaan nilai sikap yang signifikan terhadap perlakuan yang diberikan di
kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Hasil belajar siswa pada ranah kognitif menunjukkan nilai rata-rata
posttest pada kelas kontrol adalah 70,78 dengan nilai standar deviasi (SD) = 11,693 lebih rendah jika
dibandingkan dengan nilai rata-rata posttest pada kelas eksperimen yaitu 87,88 dengan nilai standar deviasi
(SD) = 5,237. Hasil Uji Independent sample t-test diperoleh nilai Sig. (2-tailed) 0,000 < 0,05 sehingga dapat
disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa pada kelas kontrol dan kelas

eksperimen dilihat dari ranah kognitif siswa. Hasil analisis Uji Tanda pada ranah psikomotor menunjukkan
nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,774 > 0,05 artinya tidak terdapat perbedaan nilai keterampilan yang signifikan
terhadap perlakuan yang diberikan di kelas kontrol dengan kelas eksperimen.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Two Stay Two Stray (TSTS), Jigsaw.

PENDAHULUAN
Proses belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan
pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom
secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotoris. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar, dari ketiga ranah
tersebut ranah kognitif yang paling banyak digunakan oleh para guru di sekolah karena
berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran (Sudjana,
2006: 22-23).
Menurut Permendikbud Nomor 23 (2016: 7) tentang Standar Penilaian Pendidikan
Pasal 10 ayat (1) b, bahwa penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan pada semua mata
pelajaran mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian aspek sikap dapat
dilakukan dengan mencatat perilaku peserta didik saat proses pembelajaran berlangsung.
Penilaian aspek pengetahuan dapat dilakukan dengan cara pemberian tes. Penilaian aspek
keterampilan dapat dilakukan saat siswa melaksanakan kegiatan belajar di kelas.

Berdasarkan uraian mengenai prosedur penilaian yang meliputi 3 aspek di atas, maka
guru dituntut untuk menerapkan ketiga aspek penilaian tersebut saat melakukan pembelajaran

di kelas. Metode yang sering digunakan guru saat di kelas adalah diskusi kelompok. Masalah
dalam diskusi kelompok tidak sedikit, hal ini dapat mempengaruhi proses pembelajaran di
kelas. Sebagai contoh, hanya sebagian anggota kelompok yang mengerjakan atau
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Contoh lainnya, akibat tugas dari guru hanya
dilakukan oleh beberapa siswa saja sehingga suasana kelas menjadi gaduh. Hal ini dapat
dikurangi jika guru menerapkan ketiga aspek penilaian di atas, serta kreatifitas guru dalam
pemilihan model pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran
dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu
sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Siswa diharapkan dapat saling membantu,
saling mendiskusikan dan berargumentasi dengan siswa yang lain. Cara belajar kooperatif
lebih seringnya menggantikan pengaturan tempat duduk yang individual, cara belajar yang
individual, dan dorongan yang individual. Keberhasilan mereka sebagai kelompok tergantung
pada kemampuan mereka untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok sudah
memegang ide kuncinya (Slavin, 2005: 4). Terdapat beberapa tipe dalam model pembelajaran
kooperatif diantaranya tipe Make a Match, Group Investigation (GI), Student Teams
Achievement Division (STAD), Two Stay Two Stray (TSTS), Jigsaw, dan lain-lain.

Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dikembangkan oleh Spencer Kagan tahun
1992 dan tipe pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling bertukar
informasi antar kelompok dengan mengirimkan dua anggota kelompoknya (Huda, 2013:
140). Menurut (Shoimin, 2014: 225) kelebihan dari model ini adalah kecenderungan belajar
siswa menjadi lebih bermakna, lebih berorientasi pada keaktifan, diharapkan siswa akan
berani mengungkapkan pendapatnya, kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan.
Kekurangan dari model ini adalah jumlah ganjil bisa menyulitkan pembentukan kelompok.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Aronson
tahun 1975. Dalam tipe ini siswa bekerja kelompok sebanyak dua kali, dimana kelompok
pertama masing-masing anggota mempelajari materi yang berbeda-beda, dan kelompok
kedua atau kelompok ahli yaitu perkumpulan siswa yang mendapat materi yang sama (Huda,
2013: 120-121). Menurut (Shoimin, 2014: 93-94) kelebihan dari model ini adalah siswa
diharapkan dapat mengembangkan kreativitas, kemampuan, dan daya pemecahan masalah
menurut kehendaknya sendiri. Kekurangan dari model ini adalah jika guru tidak bisa
memastikan bahwa proses diskusi dilakukan secara kooperatif maka kelompok tersebut akan
mengalami kendala dalam berdiskusi nantinya. Persamaan dan perbedaan dari kedua tipe
model pembelajaran kooperatif tersebut dapat disajikan dalam Tabel 1
Tabel 1. Persamaan dan Perbedaan dari tipe TSTS dan tipe Jigsaw
1)
2)

3)
4)
5)

1)

PERSAMAAN TIPE TSTS DENGAN TIPE JIGSAW
Dalam proses pembelajaran kedua tipe sama-sama dilakukan secara berkelompok
Sama-sama memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berinteraksi
Sama-sama mendorong siswa untuk berani mengungkapkan pendapat
Sama-sama bertamu ke kelompok lain untuk memecahkan masalah dan atau bertukar informasi
Setelah mempelajari materi bersama kelompok lain pada kedua model tersebut sama-sama kembali ke
kelompok asal untuk menginformasikan pengetahuan yang telah didapat
PERBEDAAN TIPE TSTS DENGAN TIPE JIGSAW
Tipe TSTS
Tipe Jigsaw
Dalam berkunjung/bertamu ke kelompok lain 1) Dalam bergabung ke kelompok lain dilakukan
dilakukan oleh dua anggota kelompok saja, jadi
semua anggota kelompok
tidak semua anggota kelompok berkunjung ke

kelompok lain karena ada dua anggota yang harus
tinggal di kelompok asal

Berdasarkan uraian mengenai persamaan dan perbedaan dari kedua tipe model
pembelajaran kooperatif tersebut, maka peneliti ingin meneliti lebih dalam lagi mengenai
perbedaan dari keduanya. Meneliti perbedaan dari kedua model tersebut dengan melihat dari
hasil belajar siswa yang dilihat dari aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa dengan
menggunakan salah satu materi yang dipelajari pada mata pelajaran matematika.
Hasil wawancara pada hari Kamis, 5 Januari 2017 kepada guru yang mengajar
matematika kelas VIII di SMP Negeri 1 Ampel materi yang dianggap mudah oleh guru
misalnya unsur-unsur dari lingkaran, penyampaian materi tersebut dilakukan dengan metode
ceramah ternyata belum cukup untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal, karena pada
kenyataannya siswa dalam mengerjakan soal masih mengalami kesulitan. Hal ini dikarenakan
siswa tidak mengalami tahap mengamati, hanya saja mengenal dengan menghafalkan
pengertian dari masing-masing unsur-unsur lingkaran yang dilakukan secara individual.
Menurut Bloom tingkatan ranah kognitif ada enam aspek dan jika dicocokan pada keadaan di
lapangan bahwa mengenal dan memahami masuk pada tingkatan kognitif yang masih rendah.
Hal ini mungkin penyebab dari hasil belajar siswa yang masih rendah. Kompetensi Dasar
berdasarkan kurikulum 2013 pada materi lingkaran yang pertama yaitu mengidentifikasi
unsur, keliling, dan luas dari lingkaran. Penyampaian materi lingkaran kepada siswa dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan Jigsaw memungkinkan siswa
secara mandiri dapat memahami materi tersebut dengan bantuan dari teman sejawatnya. Hal
ini diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang lebih aktif, serta interaksi antarsiswa
dapat ditingkatkan dan diharapkan dapat mengurangi sifat individualisme siswa. Diharapkan
dari penerapan kedua model tersebut hasil belajar siswa dapat maksimal.
Penelitian yang dilakukan oleh Yusi, dkk (2015: 1-4) berjudul “pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS) terhadap hasil belajar matematika
siswa kelas VIII MTS Thamrin Yahya Rambah Hilir” menunjukkan nilai terendah pada kelas
eksperimen lebih tinggi daripada nilai terendah kelas kontrol. Hal ini membuktikan bahwa
pembelajaran model (TSTS) pada pembelajaran matematika di kelas VII MTs Thamrin
Yahya dapat membantu siswa dengan kemampuan akademik lemah. Pengujian hipotesis
tersebut menggunakan uji t, hasil perhitungannya diperoleh thitung = 3,28 > ttabel = 2,0057.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Marthina, dkk (2013: 1-8) berjudul “pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap pemahaman konsep matematis siswa”
menunjukkan rata-rata nilai pemahaman konsep pada kelas yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih dari rata-rata nilai pemahaman konsep pada kelas
yang menggunakan pembelajaran konvensional. Pengujian hipotesis tersebut menggunakan
uji t, hasil perhitungannya diperoleh thitung = 2,56 > ttabel = 1,67 dengan = 0,05 dan dk =70
maka keputusan uji tolak H0 dan H1 diterima.
Berdasarkan uraian di atas, dipandang perlu untuk melihat perbandingan hasil belajar

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dan Jigsaw.
Oleh karena itu adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan hasil
belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dan
Jigsaw materi unsur-unsur lingkaran siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ampel.
HASIL BELAJAR
Menurut Sudjana (2006: 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Dimyati dan Mujiono
(2002: 36), hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses
pembelajaran. Hasil tersebut ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap
selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan. Berdasarkan uraian mengenai
pengertian hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang

diterima siswa setelah menerima pengalaman belajarnya dalam bentuk nilai yang dilihat dari
aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa.
Bloom dalam Arikunto (2012: 131), membagi taksonomi dalam tiga ranah yang juga
mempengaruhi hasil belajar, ranah yang pertama yaitu ranah kognitif, ranah kognitif
berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, kedua aspek pertama
disebut kognitif tingkat rendah yaitu mengenal (recognition), serta pemahaman
(comprehension) dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi diantaranya
penerapan atau aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), evaluasi

(evaluation). Ranah yang kedua yaitu ranah afektif, ranah afektif berkenaan dengan sikap dan
nilai. Ranah yang terakhir yaitu ranah psikomotor, hasil belajar psikomotor tampak dalam
bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS)
Menurut Lie (2003: 61), langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TSTS
sebagai berikut: Pertama siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa,
Kedua untuk dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan
masing-masing bertamu ke kelompok yang lain, Ketiga untuk dua siswa yang tinggal dalam
kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu yang datang,
Keempat tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan
mereka dari kelompok lain, Kelima masing-masing kelompok mencocokkan dan membahas
hasil-hasil kerja mereka dalam menyelesaikan LKS. Menurut Shoimin (2014: 225) kelebihan
dari model pembelajaran kooperatif tipe TSTS adalah lebih banyak tugas yang bisa
dilakukan, guru mudah memonitor, dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan,
kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna, lebih berorientasi pada keaktifan,
diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya, kemampuan berbicara siswa
dapat ditingkatkan.
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
Shoimin (2014: 91-93) langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
sebagai berikut: Pertama guru merencanakan pembelajaran yang akan menghubungkan

beberapa konsep dalam satu rentang waktu secara bersamaan seperti Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Kedua siapkan handout materi pelajaran untuk masing-masing konsep
(titik pusat, jari-jari, diameter, busur, tali busur, tembereng, juring, dan apotema), Ketiga
guru menyiapkan handout beserta soal latihan untuk masing-masing kelompok, Keempat
bagilah kelas menjadi 4 kelompok sehingga masing-masing kelompok terdiri dari 8 siswa
sesuai dengan jumlah pokok bahasan dari unsur-unsur lingkaran tersebut, Kelima masingmasing kelompok terbagi berbeda dalam mempelajari materi tersebut yang mana masingmasing siswa mempelajari satu unsur dari unsur-unsur lingkaran yang ada, Keenam setiap
kelompok mendalami materi pada handout yang menjadi pegangannya. Pada fase ini tidak
ada interaksi antar anggota kelompok, Ketujuh setiap anggota kelompok yang ahli dalam
materi titik pusat bergabung dengan ahli materi titik pusat dari kelompok lain, begitu juga
dengan subkelompok materi yang lainnya. Pada langkah ini siswa berdiskusi bersama
kelompok baru (kelompok ahli) membahas satu handout materi yang menjadi bidang
keahliannya. Guru harus memastikan bahwa pemahaman dari masing-masing kelompok ahli
tidak terdapat kekeliruan atau kesalahan konsep dari materi yang mereka pelajari bersama.
Kedelapan, setelah selesai mendalami materi bersama dengan kelompok ahli, masingmasing anggota kelompok kembali ke kelompok awal. Hasil diskusi bersama dengan
kelompok ahli dibahas kembali dalam kelompok awal. Setiap anggota kelompok memiliki
catatan hasil diskusi pada tahap satu, tahap dua diskusi tim ahli, dan kembali ke kelompok

semula. Menurut Shoimin (2014: 93) kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw adalah siswa diharapkan dapat mengembangkan kreativitas, kemampuan, dan daya
pemecahan masalah menurut kehendaknya sendiri.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (Quasi eksperimental). Desain
ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol
variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2010: 114).
Rancangan penelitian ini menggunakan desain Posttest-Only Control Design. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP N 1 Ampel Tahun Pelajaran 2016/2017
yang berjumlah 225 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu Cluster
Random Sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII C dan siswa kelas
VIII E yang dipilih secara acak, dan dipilih secara acak juga kelas VIII C sebagai kelas
kontrol dengan diberi perlakuan tipe TSTS dan kelas VIII E sebagai kelas eksperimen dengan
diberi perlakuan menggunakan tipe Jigsaw. Proses pembelajaran dalam penelitian ini
dilakukan oleh peneliti dan guru matematika kelas VIII sekolah terkait sebagai observer.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi, observasi, dan
tes. Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan nilai UAS semester 1 tahun
pelajaran 2016/2017 yang digunakan sebagai nilai pretest untuk menguji kemampuan awal
siswa. Metode observasi digunakan untuk mengetahui pencapaian guru dalam menerapkan
model pembelajaran, sehingga pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.
Instumen observasi berupa lembar observasi implementasi RPP dan lembar observasi
aktivitas siswa dalam kelompok. Metode tes digunakan untuk mendapatkan kemampuan
akhir siswa setelah diberi perlakuan yang berbeda pada masing-masing kelas. Instrumen tes
yang digunakan pertama, lembar pengamatan penilaian sikap siswa untuk mendapatkan data
tentang sikap siswa saat pembelajaran di kelas meliputi 3 indikator yaitu sikap aktif, kerja
sama, dan toleran. Kedua soal posttest yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa
dilihat dari penguasaan materi unsur-unsur lingkaran setelah diberi perlakuan, soal tersebut
terdiri dari 5 nomor soal uraian yang sudah divalidasi oleh para ahli. Validasi isi instrumen
tes hasil belajar pada penelitian ini dilakukan oleh 3 ahli, dimana 1 dari dosen pendidikan
matematika Universitas Kristen Satya Wacana dan 2 dari guru matematika di SMP Negeri 1
Ampel. Setelah dinyatakan layak oleh ketiga ahli maka instrumen tersebut siap digunakan
untuk penelitian. Ketiga lembar pengamatan penilaian keterampilan siswa untuk
mendapatkan data keterampilan siswa tentang materi unsur-unsur lingkaran meliputi 2
indikator yaitu keterampilan dalam membuat prakarya dan keterampilan dalam
menyampaikan materi kepada teman sekelas. Lembar pengamatan penilaian sikap dan
keterampilan siswa tersebut diisi oleh observer/guru matematika kelas VIII SMP N 1 Ampel.
Teknik analisis data dalam penelitian ini meliputi analisis deskriptif dan analisis
inferensial. Analisis deskriptif digunakan untuk mendiskripsikan atau memberikan gambaran
terhadap objek yang diteliti. Hipotesis penelitian ini diuji menggunakan independent sample
t-test dan uji tanda. Syarat independent sample t-test adalah data harus berasal dari populasi
yang berdistribusi normal, maka dilakukan uji normalitas terlebih dahulu. Uji independent
sample t-test terdiri dari 2 macam, yaitu equal variances assummed (diasumsikan data berasal
dari populasi dengan variansi yang sama), dan equal variances not assumed (diasumsikan
data berasal dari populasi dengan variansi tidak sama). Sehingga untuk mengetahui uji
independent sample t-test yang akan digunakan maka dilakukan uji homogenitas terlebih
dahulu. Uji tanda digunakan karena nilai siswa pada ranah afektif dan psikomotor berbentuk
ordinal. Keempat uji tersebut menggunakan taraf signifikasi 5% (0,05) dengan alat bantu
perhitungan berupa software SPSS 16.0.

HASIL PENELITIAN
1. Hasil Belajar Ranah Afektif
Data hasil belajar pada ranah afektif dalam penelitian ini dilihat dari sikap siswa
(aktif, kerja sama, toleran) yang dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung,
dengan menggunakan lembar pengamatan penilaian sikap siswa yang diisi oleh
observer, dalam hal ini observer adalah guru mata pelajaran matematika kelas VIII
SMP N 1 Ampel. Analisis deskriptif dalam penelitian ini meliputi tabel distribusi
frekuensi yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Pengkategorian Hasil Belajar Ranah Afektif (Sikap Siswa)
No.
1.
2.
3.

Kategori

Interval Nilai Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
4–5
C
5 siswa
6 siswa
6–7
B
23 siswa
24 siswa
8–9
A
4 siswa
2 siswa
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa dari kelas kontrol
dan kelas eksperimen masuk kategori sikap baik dengan mendapatkan nilai B.
Meskipun demikian pada kelas kontrol yang masuk kategori sikap kurang baik
dengan nilai C sebanyak 5 siswa dan di kelas eksperimen sebanyak 6 siswa.
Sedangkan kategori sikap sangat baik dengan mendapatkan nilai A pada kelas kontrol
sebanyak 4 siswa dan di kelas eksperimen sebanyak 2 siswa. Analisis inferensial
dalam penelitian ini meliputi uji Tanda (Sign Test) yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Uji Tanda Hasil Belajar Ranah Afektif (Sikap Siswa)
Kurang Baik (KB)
Baik (B)
Sangat Baik (SB)

b

Test Statistics

nilai akhir ranah afektif 8E - nilai akhir ranah afektif 8C
Exact Sig. (2-tailed)
a. Binomial distribution used.
b. Sign Test

.607

a

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,607 (lebih
besar dari 0,05). Artinya bahwa tidak terdapat perbedaan nilai sikap yang signifikan
terhadap perlakuan yang diberikan di kelas kontrol dengan kelas eksperimen.
2. Hasil Belajar Ranah Kognitif
Data hasil belajar pada ranah kognitif dalam penelitian ini adalah nilai pretest
yang diambil dari nilai Ulangan Akhir Semester (UAS) matematika siswa semester 1
tahun pelajaran 2016/2017 dan nilai posttest yang diperoleh setelah diberikan
perlakuan. Nilai pretest digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dari
masing-masing sampel dan nilai posttest digunakan untuk mengetahui hasil belajar
masing-masing sampel setelah diberi perlakuan. Analisis deskriptif dalam penelitian
ini menggunakan SPSS 16.0 meliputi nilai minimum, nilai maksimum, mean, dan
standart deviation (SD). Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Analisis Deskriptif
Kelas Kontrol
Pretest

N
Minimum
Maksimum
Mean
Std. Deviation

Posttest

Kelas Eksperimen
Pretest

32
64
88
75,09
6,734

Posttest

32
51
90
70,78
11,693

58
88
72,81
5,799

77
97
87,88
5,237

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa hasil pretest pada kelas kontrol jika
dibandingkan dengan kelas eksperimen untuk nilai minimum lebih tinggi di kelas
kontrol. Nilai maksimum pada kedua kelas memiliki nilai yang sama yaitu 88, untuk
mean lebih tinggi di kelas kontrol, dan nilai standar deviasi lebih rendah di kelas
eksperimen.
Dilihat dari hasil posttest pada kelas kontrol jika dibandingkan dengan kelas
eksperimen untuk nilai minimum lebih rendah di kelas kontrol, untuk nilai maksimum
lebih tinggi di kelas eksperimen, untuk mean lebih tinggi di kelas eksperimen, dan
nilai standar deviasi lebih rendah di kelas eksperimen. Hasil analisis inferensial yang
dilakukan dengan perhitungan uji normalitas pada kelas kontrol maupun kelas
eksperimen dengan metode Kolmogorov-Smirnova karena masing-masing kelas lebih
dari 30 siswa dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Uji Normalitas
Kolmogorov-Smirnova

Statistic
Df
Sig.

Kelas Kontrol

Kelas Eksperimen

Pretest

Post Test

Pretest

Post Test

0,143
32
0,094

0,089
32
0,200

0,139
32
0,121

0,115
32
0,200

Berdasarkan Tabel 5, hasil perhitungan uji normalitas pada kemampuan awal
(pretest) siswa di kelas kontrol memiliki nilai signifikansi sebesar 0,094 dan kelas
eksperimen memiliki nilai signifikansi sebesar 0,121. Hal ini menunjukkan bahwa
nilai signifikansi pretest pada kedua kelas bernilai lebih dari 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Hasil perhitungan uji normalitas pada kemampuan akhir (posttest) siswa di kelas
kontrol memiliki nilai signifikansi sebesar 0,200 dan kelas eksperimen memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,200. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi posttest pada
kedua kelas bernilai lebih dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelas
berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil analisis uji normalitas pada kemampuan awal (pretest) siswa
berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka dilakukan uji selanjutnya yaitu
uji homogenitas dan uji beda rerata. Hasil uji homogenitas dan uji Independent
Sampel t-test dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Uji Homogenitas dan Uji Independent Sampel T-Test Kemampuan Awal
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances

t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval
of the Difference

F
Nilai
Equal
pretest variances
assumed
Equal
variances not
assumed

3.419

Sig.
.069

t
-1.430

Sig. (2Mean
Std.Error
tailed) Difference Difference

df

Lower

Upper

62

.158

-2.28125

1.59561

-5.47082

.90832

-1.430 60.657

.158

-2.28125

1.59561

-5.47223

.90973

Berdasarkan Tabel 6, hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa taraf signifikansi
antara kelas kontrol dan kelas eksperimen sebesar 0,069 (lebih besar dari 0,05), yang
artinya bahwa kedua kelas berasal dari varians yang sama (homogen). Berdasarkan uji
homogen tersebut, maka uji beda rerata yang digunakan adalah tipe Equal variances
assumed. Hasil dari uji ini diperoleh nilai signifikansi 0,158 (lebih besar dari 0,05)
oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kedua kelas memiliki kemampuan

matematika yang sama atau seimbang, sehingga dapat digunakan untuk penelitian
sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil uji homogenitas dan uji
Independent Sampel t-test pada kemampuan akhir (posttest) siswa dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 7. Uji Homogenitas dan Uji Independent Sampel T-Test Kemampuan Akhir
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances

F
Nilai
Equal
Posttest variances
assumed
Equal
variances not
assumed

Sig.

t-test for Equality of Means

t

22.783 .000 -7.428

Sig. (2Mean
Std. Error
tailed) Difference Difference

df

95% Confidence Interval
of the Difference
Lower

Upper

62

.000 -17.09375

2.30116

-21.69370 -12.49380

-7.428 42.953

.000 -17.09375

2.30116

-21.73462 -12.45288

Berdasarkan Tabel 7, hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa taraf signifikansi
antara kelas kontrol dan kelas eksperimen sebesar 0,000 (kurang dari 0,05), yang
artinya bahwa data berasal dari populasi dengan variansi tidak sama atau kedua kelas
tidak homogen. Berdasarkan uji homogen tersebut, maka uji beda rerata yang
digunakan adalah tipe Equal variances not assumed. Hasil dari uji ini diperoleh nilai
signifikansi 0,000 (kurang dari 0,05) oleh karena itu dapat disimpulkan terdapat
perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen dilihat dari aspek kognitif siswa, dimana rata-rata nilai posttest pada kelas
kontrol sebesar 70,78 lebih rendah daripada rata-rata nilai posttest pada kelas
eksperimen sebesar 87,88. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan hasil
belajar antara kelas yang diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe Two
Stay Two Stray lebih rendah dibandingkan dengan kelas yang diberi perlakuan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw bagi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ampel pada
ranah kognitif.
3. Hasil Belajar Ranah Psikomotor
Data hasil belajar pada ranah psikomotor dalam penelitian ini dilihat dari
keterampilan siswa dalam membuat prakarya dan keterampilan siswa dalam
menyampaikan materi kepada kelompok lain, dengan menggunakan lembar
pengamatan penilaian keterampilan siswa yang diisi oleh observer, dalam hal ini
observer adalah guru mata pelajaran matematika kelas VIII SMP N 1 Ampel. Analisis
deskriptif dalam penelitian ini meliputi tabel distribusi frekuensi yang dapat dilihat
pada Tabel 8.
Tabel 8. Pengkategorian Hasil Belajar Ranah Psikomotor (Keterampilan Siswa)
No.
Kategori
Interval Nilai Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
1. Kurang Terampil (KT)
1–2
C
0 siswa
1 siswa
Terampil (T)
2.
3–4
B
23 siswa
19 siswa
Sangat Terampil (ST)
3.
5–6
A
9 siswa
12 siswa
Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa dari kedua kelas
masuk ke dalam kategori terampil dengan mendapatkan nilai B. Pada kelas kontrol
tidak terdapat siswa yang masuk kedalam kategori kurang terampil sedangkan di kelas
eksperimen terdapat 1 siswa masuk kedalam kategori kurang terampil dengan nilai C.
Pada kategori sangat terampil dengan nilai A untuk kelas kontrol sebanyak 9 siswa

dan kelas eksperimen sebanyak 12 siswa. Analisis inferensial dalam penelitian ini
meliputi uji Tanda (Sign Test) dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Uji Tanda Hasil Belajar Ranah Psikomotor (Keterampilan Siswa)
Test Statisticsb
nilai akhir ranah psikomotor 8E - nilai akhir ranah psikomotor 8C
Exact Sig. (2-tailed)

.774a

a. Binomial distribution used.
b. Sign Test

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,774 (lebih
besar dari 0,05). Artinya bahwa tidak terdapat perbedaan nilai keterampilan yang
signifikan terhadap perlakuan yang diberikan di kelas kontrol dengan kelas
eksperimen.
PEMBAHASAN
Proses pembelajaran kelas kontrol atau kelas VIII C SMP N 1 Ampel dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray maupun kelas
eksperimen atau kelas VIII E SMP N 1 Ampel dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw terlaksana sebanyak 2 kali pertemuan. Pada pertemuan pertama
dilakukan penilaian sikap siswa saat proses pembelajaran berlangsung, serta penilaian
keterampilan siswa dalam membuat prakarya. Pada pertemuan kedua dilanjutkan penilaian
keterampilan dalam menyampaikan materi kepada kelompok lain dan dilakukan penilaian
ranah kognitif dengan pemberian tes individu berupa posttest. Hasil rata-rata nilai posttest
dari masing-masing kelompok yang tertinggi akan mendapatkan penghargaan atau reward
dari guru.
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa dari kelas kontrol maupun
kelas eksperimen masuk ke dalam kategori sikap baik dengan mendapatkan nilai B, dan
berdasarkan Tabel 3 nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,607 (lebih besar dari 0,05) yang artinya
tidak terdapat perbedaan nilai sikap yang signifikan terhadap perlakuan yang diberikan di
kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Sehingga disimpulkan bahwa perlakuan model
pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan tipe Jigsaw tidak menyebabkan perbedaan hasil
belajar ranah afektif siswa pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen.
Dalam proses pembelajaran berlangsung tidak akan lepas dari kelebihan dan kekurangan
dalam menerapkan suatu model pembelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti dalam
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan Jigsaw juga menemukan
kelebihan dan kekurangan pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Kelebihan tipe
TSTS yang ditemukan dalam penelitian ini meliputi jumlah anggota kelompok sedikit,
sehingga tidak mengalami masalah dalam keterbatasan media pembelajaran, serta
tanggungjawab siswa dalam memastikan semua anggota sudah paham dan siap untuk
mengikuti tes secara individu lebih mudah karena anggotanya sedikit. Kelemahan tipe TSTS
yang ditemukan dalam penelitian ini meliputi terdapat banyak kelompok sehingga guru
mengalami kesulitan dalam mengawasi dan mengendalikan siswa, masih terdapat
ketergantungan terhadap teman sekelompoknya sehingga tidak semua siswa aktif dalam
diskusi kelompok, serta suasana proses pembelajaran pada kelas kontrol gaduh, akibat ada 8
kelompok sedang berdiskusi pada waktu yang bersamaan. Berdasarkan kekurangan tersebut
mungkin menyebabkan hasil belajar siswa pada kelas kontrol untuk ranah kognitif masih
rendah, hal ini terbukti bahwa dari 32 siswa dalam satu kelas masih ada 11 siswa yang harus
remidi akibat nilai posttest kurang dari KKM atau kurang dari 65. Jika dibandingkan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sasongko (2015) bahwa prestasi belajar matematika siswa

yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick pada pokok bahasan
SPLDV lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two
Stray, hal ini sesuai dengan hasil yang dicapai siswa pada ranah kognitif dalam penelitian ini.

Gambar 1. Proses Pembelajaran Menggunakan Model TSTS
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang ditemukan dalam penelitian
ini meliputi guru tidak mengalami kesulitan dalam mengawasi dan mengendalikan siswa,
tanggung jawab ada pada diri masing-masing siswa sehingga tidak ada siswa yang pasif
dalam kelompok, tidak terdapat siswa yang bergantung kepada teman sekelompoknya,
suasana proses pembelajaran pada kelas eksperimen sangat kondusif tidak terjadi kegaduhan,
hal ini dikarenakan hanya 4 kelompok yang berdiskusi dalam waktu yang bersamaan.
Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang ditemukan dalam penelitian ini
meliputi dalam satu kelompok asal terdapat 8 siswa sedangkan hanya ada 2 prakarya,
sehingga mengalami keterbatasan dalam media pembelajaran, karena terdapat 8 siswa dalam
satu kelompok asal, maka jika diskusi dilakukan pada meja akan mengalami kesulitan,
sehingga diskusi dilaksanakan dengan membuat lingkaran agar posisi antar siswa lebih dekat.
Berdasarkan kekurangan tersebut ternyata tidak menyebabkan hasil belajar siswa menjadi
rendah, terbukti bahwa pada kelas eksperimen tidak ditemukan siswa yang mengalami remidi
atau semua nilai posttest dari 32 siswa pada kelas eksperimen lebih dari 65. Jika
dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Melure, dkk (2014) bahwa ternyata
pembelajaran dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw metode
Skemata dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Prisma, hal ini sesuai dengan
hasil yang dicapai siswa pada ranah kognitif dalam penelitian ini.

Gambar 2. Proses Pembelajaran Menggunakan Model Jigsaw
Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa dari kelas kontrol maupun
kelas eksperimen masuk ke dalam kategori terampil dengan mendapatkan nilai B, dan
berdasarkan Tabel 9 nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,774 (lebih besar dari 0,05) yang artinya
bahwa tidak terdapat perbedaan nilai keterampilan yang signifikan terhadap perlakuan yang
diberikan di kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan tipe Jigsaw tidak menyebabkan
perbedaan hasil belajar ranah psikomotor siswa pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan dari hasil uji
Tanda pada ranah afektif diperoleh nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,607 (lebih besar dari 0,05)
yang artinya tidak terdapat perbedaan nilai sikap yang signifikan terhadap perlakuan yang
diberikan di kelas kontrol dengan kelas eksperimen di SMP Negeri 1 Ampel tahun pelajaran
2016/2017. Berdasarkan hasil uji Independent Sample t-test pada ranah kognitif diperoleh
nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 (kurang dari 0,05) oleh karena itu dapat disimpulkan
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen dilihat dari aspek kognitif siswa, dimana rata-rata nilai posttest pada kelas
eksperimen sebesar 87,88 lebih tinggi daripada kelas kontrol yaitu 70,78. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
lebih baik daripada hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay
Two Stray pada SMP Negeri 1 Ampel tahun pelajaran 2016/2017. Berdasarkan hasil uji
Tanda pada ranah psikomotor diperoleh nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,774 (lebih besar dari
0,05) yang artinya tidak terdapat perbedaan nilai keterampilan yang signifikan terhadap
perlakuan yang diberikan di kelas kontrol dengan kelas eksperimen di SMP Negeri 1 Ampel
tahun pelajaran 2016/2017.
Dalam penelitian ini penulis ingin menyampaikan beberapa saran kepada guru, siswa,
dan pembaca/peneliti. Pertama kepada guru disarankan untuk terus menerapkan model-model
pembelajaran yang berpusat pada siswa, agar siswa tidak merasa bosan dan lebih aktif dalam
proses pembelajaran. Kedua kepada siswa diharapkan tidak hanya mengutamakan hasil
belajar pada ranah kognitif saja, tetapi siswa juga harus bisa meraih hasil belajar pada ranah
afektif dan ranah psikomotor dengan maksimal. Ketiga kepada pembaca/peneliti yaitu
kesediaannya untuk melakukan penelitian serupa dengan memperbaiki dalam hal
keterbatasan dan kekurangan dari penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur, dan Model Terapan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kemendikbud. 2014. Buku Matematika untuk Kelas VIII Semester 2. Jakarta: Kemendikbud
Lie, Anita. 2003. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruangruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo.
Marthina, dkk. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap
Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika Unila Vol.1
No.10. Hal:1-8
Melure, dkk. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Metode Skemata
terhadap Pembelajaran Matematika pada Materi Prisma. JSME MIPA UNIMA Vol.2
No.6
Permendikbud 2016. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016
tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta
Sasongko, I. A. 2015. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick
Dan Two Stay-Two Stray Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa. Ekuivalen Pendidikan Matematika Vol.14 No.2. Hal:93-98

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Ar-ruzz Media.
Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning : Teori, Riset dan Praktik. Terjemahan
Narulita Yusron. Bandung: Nusa Media.
Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar . Bandung:PT Remaja
Rosdakarya.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Suparno, dkk. 2014. PR Matematika Kelas VIII Semester 1. Klaten: Intan Pariwara
Yusi, dkk. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray
(TSTS) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII MTS Thamrin Yahya
Rambah Hilir. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FKIP Prodi Matematika Vol.1 No.1. Hal:1-4
LAMPIRAN
Kelas Kontrol

Kelas Eksperimen

Pembuatan Prakarya

Pembuatan Prakarya

Diskusi Kelompok

Diskusi Kelompok

Siswa saat mengerjakan Posttest

Siswa saat mengerjakan Posttest

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

AN ANALYSIS OF GRAMMATICAL ERRORS IN WRITING DESCRIPTIVE PARAGRAPH MADE BY THE SECOND YEAR STUDENTS OF SMP MUHAMMADIYAH 06 DAU MALANG

44 306 18

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24