A. Judul Penelitian Penerapan Model Pemb

A. Judul Penelitian
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament
(TGT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA”
(Penelitian pada Materi Pesawat Sederhana dilakukan di Kelas Lima SDN
Batukarut Tiga)
B. Bidang Kajian
Dari permasalahan model pembelajaran yang kurang variatif dilapangan
menyebabkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi pesawat
sederhana kurang optimal, maka bidang kajian dalam penelitian ini difokuskan
pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament
(TGT) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ipa materi
pesawat sederhana.
C. Latar Belakang Penelitian
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan
pengetahuan yang tersusun secara sistematis. Hal ini sejalan dengan
Depdiknas 2006 bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan”. IPA itu sendiri tidak bisa dipelajari
hanya dengan membaca sekilas saja, perlu dibarengi dengan praktikum serta
contoh-contoh nyata (Real) dalam pembelajarannya. Kegiatan IPA yang pada

hakikatnya meliputi unsur Sikap, Proses, dan Produk. Dimana dalam
pencapaian unsur-unsur tersebut pembelajaran IPA seyogianya melibatkan
siswa dalam berbagai ranah, yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Menurut NRC (1996:20), pembelajaran IPA di sekolah yang berpusat pada
siswa dan menekankan pentingnya belajar aktif berarti mengubah persepsi
tentang guru yang selalu memberikan informasi dan menjadi sumber
pengetahuan bagi siswa. Keaktifan dalam belajar IPA terletak pada dua segi,
yaitu aktif bertindak secara fisik atau hands-on dan aktif berpikir atau
mindson. Dengan demikian, pembelajaran IPA disekolah diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam

1

sekitar serta menekankan pada pengelaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar anak didik mampu memahami alam sekitar melalui proses
“mencari tahu” dan “berbuat”.
Namun yang terjadi dilapangan kini pembelajaran IPA hanya sebatas
transfer ilmu sang guru terhadap siswa. Hal ini tidak sejalan dengan hakikat
IPA yang dalam pembelajarannya untuk mengembangkan kompetensi agar
anak didik mampu memahami diri sendiri dan alam sekitar melalui proses

“mencari tahu” dan “berbuat”. Pemberian materi secara ceramah masih
menjadi pilihan utama para pengajar, namun dalam pembelajaran IPA yang
dituntut anak harus aktif dalam pembelajaran dirasa kurang efektif dalam
pemahaman konsep IPA bila hanya dengan metode ceramah.
Guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam menstimulus siswa agar
aktif dalam pembelajaran IPA, maka Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Teams-Games-Tournament (TGT) bisa menjadi pilihan yang tepat untuk
menstimulus siswa aktif dalam pembelajaran. Model pembelajaran Teams
Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe atau model pembelajaran
kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa
harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsur permainan dan reinforcement.
Menurut Slavin (2008), melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang
pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang
secara inplisit mengemukakan keunggulan pembelajaran TGT yaitu, para
siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang
secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa
yang ada dalam kelas tradisional, meningkatkan perasaan/persepsi siswa
bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada
keberuntungan, TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak

untuk rasa harga diri akademik mereka, TGT meningkatkan kekooperatifan
terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih
sedikit), Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi
menggunakan waktu yang lebih banyak, TGT meningkatkan kehadiran siswa
di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit

2

yang menerima skors atau perlakuan lain. Hal ini semakin dikuatkan oleh
Edgar Dale (1946) dengan Cone of Experience, bahwa pembelajaran dengan
pengalaman langsung akan memberikan daya ingat 90% lebih kuat dari pada
hanya membaca dan mendengar yang memberi daya ingat sekitar 10%-20%.
Maka, dengan model ini pembelajaran diharapkan dapat menjadi meaningful
learning bagi siswa. Ketika kegiatan didalam kelas meaningful learning,
maka pemahaman konsep IPA yang didapat oleh siswa bisa lebih mendalam
karena pembelajaran ini menuntut siswa untuk aktif.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang masalah diatas, dapat ditarik rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Teams-Games-Tournament (TGT) pada materi pesawat sederhana?
2. Bagaimana pelaksanaan penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Teams-Games-Tournament (TGT) pada materi pesawat sederhana?
3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada materi pesawat sederhana
menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-GamesTournament (TGT)?
E. Tujuan Penelitian
Pembahasan penelitian yang berjudul Penerapan Metode Role Playing
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Materi
Peredaran Darah, bertujuan untuk:
1. Mengetahui perencanaan penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Teams-Games-Tournament (TGT) pada materi pesawat sederhana.
2. Mengetahui pelaksanaan penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Teams-Games-Tournament (TGT) pada materi pesawat sederhana.
3. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada materi pesawat
sederhana menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TeamsGames-Tournament (TGT).

F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini, dibagi menjadi 2 (dua) tujuan, yaitu:
1. Manfaat Teoritis


3

Untuk memperoleh gambaran secara faktual dan aktual mengenai
Penerapan model pembelajaran teams games tournaments (TGT) pada
mata pelajaran ipa materi pesawat sederhana di kelas lima SD.
2. Manfaat Praktis dari penelitian ini, untuk :
a. Guru, dapat memberikan pengajaran secara optimal dan lebih
bervariatif dalam memeberikan materi pembelajaran peredaran darah
di sekolah dasar.
b. Peneliti, dapat menambah wawasan mengenai model-model yang
dapat digunakan dalam pembelajaran peredaran darah yang lebih
bervariatif untuk bekal kelak terjun langsung di dunia pendidikan.
G. Kajian Pustaka
1. Pembelajaran IPA di SD
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan
pengetahuan yang tersusun secara sistematis. Hal ini sejalan dengan
Depdiknas (2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi
juga merupakan suatu proses penemuan”. Pengertian IPA selanjutnya

menurut kamus Fowler (1951), IPA atau disebut juga dengan Nature of
Sains didefinisikan sebagai “systematic and formulated knowledge
deadling with material phenomena and based mainly on observation and
induction” (yang diartikan bahwa ilmu pengetahuan alam didefinisikan
sebagai pengetahuan yang sistematis dan disusun dengan menghubungkan
gejala-gejala alam yang bersifat kebendaan dan didasarkan pada hasil
pengamatan dan induksi). Dan juga menurut Webster’s New Lollegiate
Dictonary (1981) menyatakan “Nature of Science knowledge concerned
with the physical world and it’s phenomena” (yang artinya ilmu
pengetahuan alam adalah pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya).
Dapat disimpulkan dari definisi-definisi diatas bahwa, IPA adalah
pengetahuan yang berawal dari fenomena alam serta tersusun secara
sistematis berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji
kebenenarannya melalui serangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.
Pada hakikatnya IPA itu dibagi menjadi tiga unsur, diantaranya:

4

a. IPA sebagai Produk
b. IPA sebagai Proses

c. IPA sebagai Sikap
Mengacu pada hakikat IPA yang meliputi produk, proses dan sikap,
maka pembelajaran IPA seyogianya melibatkan siswa dalam berbagai
ranah, yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Menurut NRC
(1996:20), pembelajaran IPA di sekolah yang berpusat pada siswa dan
menekankan pentingnya belajar aktif berarti mengubah persepsi tentang
guru yang selalu memberikan informasi dan menjadi sumber pengetahuan
bagi siswa. Keaktifan dalam belajar IPA terletak pada dua segi, yaitu aktif
bertindak secara fisik atau hands-on dan aktif berpikir atau minds-on.
Dengan demikian, pembelajaran IPA disekolah diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan
alam sekitar serta menekankan pada pengelaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar anak didik mampu memahami alam
sekitar melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”. Teknik pembelajaran
bisa menggunakan perasaan keingintahuan siswa sebagai titik awal dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan penyelidikan atau percobaan. Kegiatankegiatan ini dilakukan untuk menemukan dan menanamkan pemahaman
konsep-konsep baru dan mengaplikasikannya untuk memecahkan masalahmasalah yang ditemui oleh siswa SD dalam kehidupan sehari-hari.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament (TGT)
Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah
satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan,

melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status,
melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur
permainan dan reinforcement. Metode ini merupakan bagian dari
pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Hal ini dijelaskan oleh
Slavin bahwa pembelajaran kooperatif meliputi: Student Team Achievment
Division (STAD), Team Assisted Individualization, Team Assisted
Individualization, Cooperative Integrated Reading and Composition,

5

Jigsaw, Group Investigation, Learning Together, Complex Instruction,
Structur Dyadic Methods dan Team Games Tournament.
Pendekatan yang digunakan dalam Teams games tournament adalah
pendekatan secara kelompok yaitu dengan membentuk kelompokkelompok kecil dalam pembelajaran. Pembentukan kelompok kecil akan
membuat siswa semakin aktif dalam pembelajaran.
Langkah-langkah metode pembelajaran tipe Team Games Tournament,
menurut Slavin terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu: tahap Presentasi di
kelas, Tim, Game, Turnamen, dan Rekognisi Tim (Robert E. Slavin, 2001:
166-167). Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka
pembelajaran cooperative learning tipe team games tournament memiliki

ciri-ciri sebagai berikut:
a. Tahap Presentasi di kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam
penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau
dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru.

b. Tim
Tim terdiri dari empat, lima siswa atau lebih yang mewakili
seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin,
ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa
semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi,
adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis
dengan baik.
c. Game
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan
yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya
dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim.
d. Turnamen
Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung.
Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru

memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja

6

kelompok terhadap lembar kegiatan. Pada turnamen pertama guru
menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen 3, siswa berprestasi
tinggi sebelumnya pada meja satu, tiga berikutnya pada meja dua dan
seterusnya.
e. Rekognisi Tim
Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok
adalah menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata skor
kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh
oleh masing-masing anggota kelompok dibagi dengan banyaknya
anggota kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata-rata
poin yang didapat oleh kelompok tersebut. Dimana penentuan poin
yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok didasarkan
pada jumlah kartu yang diperoleh.
Riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran
telah banyak dilakukan oleh pakar pembelajaran maupun oleh para guru di
sekolah. Dari tinjuan psikologis, terdapat dasar teoritis yang kuat untuk

memprediksi bahwa metode-metode pembelajaran kooperatif yang
menggunakan tujuan kelompok dan tanggung jawab individual akan
meningkatkan pencapaian prestasi siswa. Dua teori utama yang
mendukung pembelajaran kooperatif adalah teori motivasi dan teori
kognitif.
Slavin (2008), melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang
pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang
secara inplisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran
TGT, sebagai berikut:
a. Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh
teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial
mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
b. Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka
peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
c. TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa
harga diri akademik mereka.
7

d. TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama
verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)
e. Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi
menggunakan waktu yang lebih banyak.
f. TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja
dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau
perlakuan lain.
Sedangkan kelemahan dari pembelajaran TGT antara lain:
a. Bagi Guru
Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan
heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika
guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam
menentukan pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk
diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah
ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai
kelas secara menyeluruh.
b. Bagi Siswa
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan
sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi
kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang
mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu
menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.

3. Pesawat Sederhana
Pesawat sederhana adalah alat-alat sederhana yang dapat digunakan
untuk mempermudah pekerjaan manusia. Gunting dan jungkat-jungkit
termasuk pesawat sederhana.
Secara umum pesawat sederhana dapat dikelompokkan menjadi 4
macam, yaitu:
a. Pengungkit
b. Bidang miring
c. Katrol
d. Roda

8

Penjelasan mengenai pengelompokan pesawat sederhana diuraikan
sebagai berikut:
a. Pengungkit
Pengungkit sering juga disebut tuas. Pengungkit atau tuas adalah
alat sederhana yang digunakan untuk mengungkit yang terbuat dari
batang besi, kayu dan bahan-bahan lainnya. Pengungkit memiliki
bagian-bagian khusus seperti kuasa, titik tumpu dan beban.
1) Kuasa
Kuasa adalah gaya yang dilakukan pada tuas atau pengungkit. Pada
kuasa terdapat titik kuasa. Titik kuasa adalah titik tempat kuasa
dilakukan.
2) Titik tumpu
Titik tumpu adalah titik yang merupakan tumpuan beban dan
kuasa.
3) Beban
Beban adalah benda yang akan diberi perlakuan, misalnya
diangkat, digunting, dan didorong.
Dilihat dari posisi kuasa, titik tumpu, dan beban, pengungkit
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pengungkit jenis pertama, kedua,
dan ketiga.
1) Pengungkit jenis pertama
Pengungkit atau tuas jenis ini memiliki posisi kuasa, titik tumpu,
dan beban. Atau posisi sebaliknya, yaitu beban, titik tumpu, dan
beban. Dengan demikian posisi titik tumpu selalu berada di antara
beban dan kuasa. Contoh pengungkit jenis pertama antara lain
jungkat-jungkit, penggunaan tang, linggis, dan gunting.
2) Pengungkti jenis kedua
Posisi tuas jenis kedua adalah titik tumpu, beban dan kuasa. Juga
sebaliknya kuasa, beban, dan titik tumpu. Tuas jenis kedua
memiliki posisi beban di antara titik tumput dan kuasa. Contoh:
pembuka tutup botol, gerobag dorong.
3) Pengungkit jenis ketiga
Pengungkit jenis ketiga ini memiliki posisi beban, kuasa, dan titik
tumpu. Dapat juga berposisi titik tumpu, kuasa, dan beban. Pada
jenis ini kuasa berada di antara beban dan titik tumpu. Misalnya

9

posisi orang memancing, orang menyekop pasir, orang menjepit
kue dengan penjepit kue dan sebagainya.
b. Bidang Miring
Bidang miring juga termasuk pesawat sederhana. Bidang miring
sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Bidang miring adalah
suatu bidang yang permukaannya miring, di mana sisi yang satu lebih
tinggi dari sisi yang lainnya. Fungsinya adalah untuk mempermudah
manusia dalam melakukan pekerjaan. Kegunaan yang lain adalah
untuk menjaga keselamatan manusia dan memperkecil gaya.
Beberapa contoh kegunaan bidang miring dalam kehidupan seharihari, yaitu:
1) Jalan berkelok-kelok di pegunungan
Jalan di pegunungan dibuat berkelok-kelok demi tujuan tertentu.
Jalan yang dibuat demikian menyebabkan kecuraman menjadi
kecil. Coba kamu bandingkan dengan jalan yang lurus, manakah
yang lebih curam? Tentu saja yang lurus tanpa kelokan jauh lebih
curam. Sebuah mobil akan merasa susah mencapai ketinggian
suatu tempat di gunung. Hal ini terjadi bila jalan di pegunungan
dibuat lurus. Gaya yang dibutuhkan menjadi sangat besar.
Keadaan akan berbeda bila jalan dibuat berkelok-kelok. Meskipun
jarak tempuh jauh, namun mobil dapat sampai dengan gaya yang
lebih kecil. Keselamatan penumpang mobil juga akan lebih
terjamin.
2) Tangga
Contoh yang lain adalah pada penggunaan tangga. Orang
memperbaiki

kabel

listrik

membutuhkan

tangga.

Tangga

membantu seseorang untuk dapat naik ke tempat yang lebih
tinggi.
3) Papan miring
Usaha yang dilakukan manusia menjadi lebih kecil karena alat
tersebut. Barang yang berat dapat dipindahkan dengan lebih
ringan. Misalnya ketika memasukkan drum berat ke dalam truk,

10

menggunakan papan yang dibuat miring. Papan tersebut dipakai
untuk menggelindingkan beban ke atas truk.
c. Katrol
Katrol juga termasuk pesawat sederhana. Katrol adalah suatu alat
yang digunakan untuk mengangkat benda. Bentuk katrol terdiri dari
roda kecil dengan aluran tertentu dan tali. Katrol yang dikaitkan
dengan tali bergerak memutar menarik beban. Bila tali ditarik, maka
roda akan memuatar menarik beban. Gaya yang dipakai akan sedikit
dibandingkan dengan menarik beban secara langsung. Katrol
dibedakan menjadi 5 macam, yaitu :
1) Katrol tetap
Posisi katrol tetap selalu tetap dan tidak berpindah tempat. Prinsip
kerja katrol tetap dapat diterapkan pada sumur air pada kehidupan
kita. Beban yang tidak terikat langsung akan ditarik dengan
melewati roda. Benda yang terangkat membutuhkan gaya yang
lebih kecil. Bayangkan seseorang mengambil air secara langsung
dengan timba. Tentunya ia akan merasa berat dibanding dengan
mengambil menggunakan katrol tetap. Jadi katrol tetap adalah
sebuah alat yang dipakai mengangkat benda dengan roda yang
tidak berpindah-pindah dan berputar pada porosnya.
2) Katrol bebas
Katrol bebas adalah katrol yang memiliki posisi berubah-ubah
(bebas). Gerakan katrol bebas memutar pada tali yang dilewatinya.
Beban biasanya diletakkan pada katrol yang terletak di atas tali.
Ujung tali akan dikaitkan pada tempat yang tetap. Sedangkan ujung
lain digunakan sebagai penarik. Jika dibandingkan dengan katrol
tetap maka katrol bebas memerlukan gaya yang lebih kecil untuk
mengangkat beban.
3) Katrol majemuk
Katrol mejemuk memiliki bentuk yang lebih kompleks dan rumit.
Katrol majemuk merupakan gabungan dari katrol tetap dan bebas.
Setiap roda berjalan memutar pada tali-tali yang dililitkan. Katrol
majemuk digunakan untuk mengangkat beban. Gaya yang
dibutuhkan lebih kecil dari katrol tetap dan katrol bebas. Semakin
11

banyak katrol yang digunakan, maka semakin kecil pula gaya yang
dibutuhkan.
d. Roda
Roda sangat berguna bagi kehidupan manusia. Roda dapat
digunakan untuk memindahkan benda. Keuntungan pemakaian
pesawat sederhana jenis ini adalah memperkecil gaya gesek.
Mobil, sepeda, sepeda motor dan becak menggunakan roda untuk
bergerak. Benda akan lebih mudah digerakkan dan digeser bila
dipasangkan roda.
4. Hasil Belajar
Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan
menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai
pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang
besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik
dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu
sendiri.
Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti
setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik,
sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam
mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses
belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit
diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.
Para ahli memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai definisi
hasil belajar. Menurut Hamalik (2001:159) bahwa hasil belajar
menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu
merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa.
Menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu
interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai
tes yang diberikan guru.
Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar
adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan
biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses
12

pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru
setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Munadi
(Rusman, 2012:124) antara

lain meliputi faktor internal dan faktor

eksternal:
a. Faktor Internal
1) Faktor Fisiologis.
2) Faktor Psikologis.
b. Faktor Eksternal
1) Faktor Lingkungan.
2) Faktor Instrumental.
Sedangkan,

Menurut

Sunarto

(2009)

faktor-faktor

yang

mempengaruhi hasil belajar antara lain:
a. Faktor Intern
Faktor-faktor intern yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
seseorang antara lain: 1) Kecerdasan/intelegensi; 2) Bakat; 3) Minat; 4)
Motivasi
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar seseorang yang sifatnya berasal dari luar diri seseorang
tersebut. Yang termasuk faktor-faktor ekstern antara lain: 1) Keadaan
lingkungan keluarga; 2) Keadaan lingkungan sekolah; 3) Keadaan
lingkungan masyarakat.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar diatas,
peneliti menggunakan faktor eksternal (pengaruh dari luar) berupa
penggunaan model pembelajaran kooperatif Team Game Tournament
(TGT). Pelaksanaan jenis model pembelajaran kooperatif ini menuntut
keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran IPA.
H. Definisi Oprasional
Pembelajaran IPA di SD adalah pengetahuan tentang alam yang tersusun
secara sistematis menekankan pada pengalaman langsung anak dalam
penerapannya.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut meliputi
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

13

Pesawat sederhana adalah alat yang diciptakan untuk memudahkan
pekerjaan manusia.
Model pembelajaran kooperatif Team Game Tournament adalah salah satu
jenis model pembelajaran kooperatif yang menekankan kerja tim dengan ciriciri siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk
memperoleh tambahan poin untuk skor tim atau kelompok.
I. Hipotesis
Hipotesis yang dapat diambil dari penelitian ini, bahwa:
“Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) pada
Mata Pelajaran IPA Materi Pesawat Sederhana dapat Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa”
J. Metode dan Prosedur Penelitian
1. Metode Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Hopkins (1993:44), sebagaimana yang dikutip oleh Rochiati
Wiriaatmaja (2008: 11) penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang
mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu
tindakan yang dilakukan dalan disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang
untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah
proses perbaikan dan perubahan.
Sedangkan menurut Kemmis (1983) dikutip oleh Rochiati Wiriaatmaja
(2008:12), menjelaskan bahwa penelitian tindakan adalah sebuah bentuk
inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial
tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan
dari a) kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka b) pemahaman mereka
mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, dan c) situasi yang
memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini.
Maka secara ringkas Prof. Dr. Rochiati Wiriaatmadja (2008:13)
menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok
guru dapat mengeorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan
belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu
gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat
pengaruh nyata dari upaya itu.

14

Dari pemaparan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian
tindakan kelas merupakan kegiatan berfikir dan bertindak reflektif seorang
guru atas masalah yang terjadi didalam kelas serta mecobakan gagasan
perbaikan sambil terlibat didalamnya dan melihat langsung perubahan yang
terjadi dari upaya yang telah dilaksanakan.
Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk memperbaiki,
meningkatkan, dan mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik sebagai
upaya pemecahan masalah, serta menemukan model dan prosedur tindakan
yang memberikan jaminan terhadap upaya pemecahan masalah yang mirip
atau sama, dengan melakukan modifikasi dan penyesuaian seperlunya.
kegiatan pembelajaran dalam mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran
(Soedarsono FX, 2001: 5)
2. Setting dan Subyek Penelitian
Tempat Penelitian
: SDN Batukarut III
Subyek Penelitian
: Kelas V (Lima)
Obyek Penelitian
: Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran Ipa Materi Pesawat Sederhana
Waktu Penelitian
: Bulan Januari – Mei 2014

3. Model Penelitian
Gambar Model Penelitian menurut Kemmis dan Taggart

15

Secara

mendetail

Kemmis

dan

Taggart

(Hopkins,

1993:48)

menjelaskan tahapan-tahapan penelitian tindakan yang dilakukannya.
Tahap-tahap penelitian tindakan yang dilakukan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut: pada tahap perencanaan (plan) peneliti menyusun
pedoman observasi, menyusun rencana dan strategi pembelajaran serta
panduan observasi. Pada kotak tindakan (act), kegiatan mengaplikasikan
model pembelajaran kooperatif Team Game Tournament pada materi
pesawat sederhana, mengevaluasi proses dan hasil belajar. Pada kotak
pengamatan (observe), mengobservasi proses pembelajaran dengan
menggunakan check list observasi. Dalam kotak refleksi (reflect), peneliti
melakukan

refleksi

terhadap

pengaplikasian

model

pembelajaran

kooperatif Team Game Tournament pada materi pesawat sederhana.
4. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah prosedur penelitian tindakan kelas ini disusun
sebagai berikut:

a. Perencanaan Tindakan

16

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan beberapa
persiapan diantaranya:
1) Permintaan ijin Kepala Sekolah SD
2) Observasi sebelum kegiatan wawancara
3) Identifikasi Masalah
4) Mempersiapkan media
5) Menyusun silabus, RPP, dan LKS
6) Menyiapkan kisi-kisi dan soal tes untuk instrument
b. Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan semua step yang telah tersusun dalam perencanaan
yang telah dibuat untuk kebutuhan data penelitian.
c. Pengamatan Tindakan
Semua kegiatan yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan dicatat
atau direkam untuk melihat apa yang sedang terjadi. Pengamatan juga
membuat catatan dalam buku hariannya.
d. Refleksi
Kegiatan dimana merenungkan kekurangan yang telah ditangkap
dalam kegiatan pengamatan sebelumnya, hal-hal yang kurang baik
kiranya dilakukan perbaikan untuk mendapat hasil yang optimal.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Menurut Karl Popper , sebagaimana yang dikutip oleh Rochiati
Wiriaatmaja (2008: 104) pada umumnya observasi adalah tindakan
yang merupakan penafsiran dari teori. Peneliti pada waktu memasuki
ruangan

kelas

dengan

maksud

mengobservasi,

sebaiknya

17

meninggalkan teori-teorinya diluar kelas, dan mulai mengamati tanpa
ada keinginan untuk menjustifikasi suatu teori atau menyanggahnya.
Untuk melaksanakan observasi yang baik terdapat beberapa pedoman,
yaitu memperhatikan fokus penelitian, kegiatan apa yang harus
diamati apakah yang umum atau yang khusus. Kegiatan umum yang
harus diobservasi berarti segala sesuatu yang terjadi di kelas harus
diamati dan dikomentari, serta dicatat dalam catatan lapangan.
Sedangkan observasi kegiatan khusus, hanya memfokuskan keadaan
khusus di kelas seperti kegiatan tertentu atau praktek pembelajaran
tertentu yang sudah didiskusikan sebelumnya. Dan menentukan
kriteria yang diobservasi, dengan terlebih dahulu mendiskusikan
ukuran-ukuran apa yang digunakan dalam pengamatan.
Observasi dilaksanakan pada tahap awal ketika kita akan
merencanakan suatu tindakan. Setelah kita melaksanakan observasi,
kita mengetahui tahap selanjutnya yang akan dilaksanakan. Observasi
dilakukan untuk menilai proses mengajar guru di dalam kelas dan
untuk menilai siswa ketika proses pembelajaran.
b. Wawancara
Menurut Hopkins (1993:125), sebagaimana yang dikutip oleh
Rochiati Wiriaatmaja (2008: 117) wawancara adalah suatu cara untuk
mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut pandang
yang lain. Orang yang diwawancarai dapat termasuk beberapa siswa,
kepala sekolah, beberapa teman sejawat, pegawai tata usaha disekolah,
orang tua siswa, dll.
Ada baiknya wawancara menggunakan alat rekaman untuk
membatu catatan lapangan, juga sebagai alat pengingat topik bahasan.
c. Dokumentasi

18

Dokumentasi dapat berupa foto, video, atau rekaman suara yang
bertujuan untuk menangkap suasana kelas atau peristiwa yang terjadi
di kelas secara detail. Dokumentasi yang akan dilaksanakan tidak
diperankan oleh peneliti dengan tujuan agar tidak mengganggu
jalannya pembelajaran di kelas.
d. Catatan Lapangan
Catatan lapangan meruapakan hal terpenting dalam sebuah
penelitian dimana catatan lapangan ini memuat banyak data secara
deskriptif

berbagai

kegiatan,

suasana

kelas,

iklim

sekolah,

kepemimpinan, berbagai bentuk interaksi sosial dan nuansa-nuansa
lainnya.
e. Tes
Tes yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran yaitu tes
tertulis dan tes tidak tertulis/lisan. Tes tertulis dilaksanakan diakhir
pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan.
6. Pengolahan data
Data yang telah terkumpul sebagai hasil belajar siswa dapat dibedakan
atas tes tulis dan tidak tertulis. Pemberian skor dibedakan menjadi data
kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif yaitu penilaian yang diberikan
dalam bentuk deskripsi sebagai hasil dari penilaian lembar observasi,
sedangkan data kuantitatif yaitu penilaian yang diberikan dalam bentuk
angka, sebagai hasil dari penilaian tes tertulis pada siklus-siklus
pembelajaran terhadap siswa mengenai pokok bahasan gaya dalam
pembelajaran IPA. Setelah data kuantitatif diperoleh, selanjutnya
dilakukan langkah-langkah pengolahan dan analisis data sebagai berikut.
a. Pengolahan data hasil belajar siswa
Besarnya nilai yang diperoleh siswa merupakan presentase dari skor
maksimum ideal yang seharusnya dicapai jika tes tersebut dikerjakan

19

dengan hasil 100% benar. Dengan kata lain, jika materi tes benar-benar
mewakili seluruh bahan pelajaran yang telah diajarkan sesuai dengan
kurikulum, maka nilai yang diperoleh siswa menunjukkan besarnya
presentase penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang telah
diberikan. Menurut Ngalim Purwanto (1994: 102) penilaian dapat
diberikan dengan cara berikut.
NP =

R

X 100

SM
Keterangan:
NP

= nilai persen yang dicari atau diharapkan

R

= skor mentah yang diperoleh siswa

SM

= skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan

100

= bilangan tetap

b. Menghitung Rata-Rata Nilai Kelas
Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata hasil belajar
siswa adalah:
x́=

∑x

n
Keterangan :
x́ : Nilai rata-rata kelas
∑ x : Total nilai yang diperoleh siswa
n : Jumlah siswa
K. Jadwal Penelitian
No

Jadwal

.
1.

Penelitian
Penulisan

2.

Proposal
Sidang

3.

Proposal
Bimbingan

4.

BAB I
Bimbingan

Februari

Maret

Bulan
April Mei

Juni

Juli

Keterangan

20

5.

BAB II
Bimbingan

6.

BAB III
Bimbingan

7.

Instrumen
Bimbingan

8.
9.
10.

Lapangan
BAB IV
BAB V
Bimbingan

11.

Akhir
Sidang

L. Daftar Pustaka
Abidin, Yunus. (2009). Kemampuan Berbahasa Indonesia di Perguruan
Tinggi.Bandung: CV.Maulana Media Grafika.
Anonim. (2011). Hakekat Pembelajaran IPA di Sekolah. [ONLINE]. Tersedia:
http://www.sekolahdasar.net/2011/05/hakekat-pembelajaran-ipa-disekolah.html#.UpRDKNJ3Zrg. [18 Desember 2013].
Djojosoediro, Wasih.
Tersedia:

Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA SD. [ONLINE].
http://tpardede.wikispaces.com/file/.../Microsoft+Word+-

+ipa_unit1_1_pdf.pdf. [18 Desember 2013].
Purwanto, Ngalim. (1994). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan
Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: ALFABETA
YA, Astuti. (2013). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (teams games
Tournament) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Sosiologi.
[ONLINE].

Tersedia:

http://eprints.uns.ac.id/1936/2/2218-4995-1-

SM.pdf?. [18 Desember 2013].
Universitas Pendidikan Indonesia. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Wiriaatmadja, Rochiati. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
21