T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Produksi Film Pendek “di Balik Kepak KupuKupu”: Fenomena Prostitusi yang Diakibatkan oleh Gender T1 BAB IV
BAB IV
TAHAPAN PROSES PRODUKSI
4.1 Tahap Produksi
Tahap produksi terdiri dari 3 tahap yaitu:
1. Pra Produksi
2. Produksi
3. Pasca Produksi
4.1.1 Pra Produksi
Tahap ini merancang konsep Filem yang akan dibuat. Dalam tahap ini
mempersiapkan seluruh persiapan dan aktivitas sebelum melakukan produksi.
Untuk tahapan pra produksi penulis mempersiapkan beberapa hal seperti riset,
pembuatan skrip, storline, story board, casting talent, reading, hingga survey
lokasi yang akan dipilih untuk proses produksi..
4.1.1.1
Riset
Pada awalnya penulis mengangkat kisah nyata dari seorang
PSK yang pernah dikenal oleh penulis. PSK tersebut pernah bercerita
tentang bagaimana hidupnya bisa masuk ke ruang lingkup kerja
sebagai seorang PSK. PSK tersebut pernah bekerja sebagai buruh
yang diupahi dengan upah yang tak sesuai. Sehingga, PSK tersebut
mencari peluang kerja lain.
Untuk memperkuat kisah tersebut, penulis memulai tahap riset
pada bulan Agustus 2016 dengan salah satu aktivis gender, Ahmad
Badani. Pada riset ini penulis bertanya-tanya mengenai latar belakang
PSK yang berada di daerah Salatiga dan sekitarnya. Ternyata latar
belakang para PSK berbeda-beda mulai dari rusaknya lingkungan
17
keluarga, kekerasan, hingga kebutuhan ekonomi. Lalu penulis
menggali sedikit informasi mengenai PSK yang dahulu pernah
bekerja sebagai buruh kepada Ahmad Badani. Informan pun
menyatakan ada beberapa PSK yang dahulu pernah merasakan
sebagai buruh.
Penulis menemukan fakta bahwa banyak perempuan yang
beralih menjadi PSK tersebut diupah tidak sama dengan laki-laki.
Dalam artian, upah perempuan yang bekerja sebagai buruh memang
diberi upah sesuai UMR, namun perempuan lebih banyak yang
bekerja diruang produksi. Untuk seorang perempuan yang bekerja di
pabrik di bagian produksi, untuk naik jabatan sangat susah.
Penulis juga pernah bertanya ke salah satu pabrik yang berada
di Salatiga, apa yang membuat perempuan mendominasi dibagian
produksi. Lalu informan mengatakan bahwa perempuan lebih
dibutuhkan diruang produksi karena perempuan dinilai lebih telaten
dan teliti dalam mengerjakan sesuatu. Maka dengan alasan tersebut
juga, perempuan untuk naik jabatan mengalami kesulitan.
Selain menggali informasi dari seorang aktivis, penulis pun
turun langsung ke lapangan untuk melihat detil-detil seperti gerakgerik para pekerja seks komersil. Selain itu, penulis juga
mendapatkan data bagaimana seorang pekerja seks komersil tersebut
mendapatkan pelanggan tetap maupun pelanggan yang tidak tetap.
4.1.1.2 Skrip
Melalui riset yang sudah dilakukan sebelumnya, penulis mulai
merancang alur cerita dalam skrip Filem pendek yang akan dibuat.
Filem pendek tersebut dibuat dengan alur maju mandur sebagai
berikut dengan dramaturgi seperti;
18
GAMBAR 1
Dramaturgi Di Balik Kepak Kupu-Kupu
Filem akan dimulai dari scene 1 yaitu yaitu eksposisi yang
dimana penempatan karakter dimulai. Scene 1 akan menceritakan apa
yang dikerjakan tokoh utama dan pengenalan mengenai pandangan
masyrakat.
Pada scene 2 akan memulai menceritakan komplikasi pertama
dari keluarga
mengenai
pandangan
yang keberatan dengan
perempuan yag terlalu bekerja keras. Scene ini juga menceritakan apa
yang seharusnya dikerjakan oleh seorang perempuan.
Pada scene 3 akan mengambil tempat pabrik dimana tokoh
utama bekerja sebagai buruh dan mengalami beberapa kali perlakuan
yang melecehkan seorang perempuan.
Pada scene 4 akan menceritakan mengenai pendapatan dari
seorang buruh. Hal ini ingin menunjukkan betapa sedikitnya upah
menjadi seorang jika dibandingkan dengan kebutuhan sehari-hari.
Pada scene 5&6 menceritakan bagaimana tokoh utama memilih
menjadi seorang PSK.
Dan klimaks sendiri akan bertempat pada scene 7 dimana akan
menceritakan ketika keluarga dari tokoh utama mengetahui bahwa
anaknya bekerja sebagai PSK. Pada scene 7 juga akan menceritakan
19
resolusi pertama yang menjelaskan alasan tokoh utama bekerja
sebagai PSK.
Pada scene 8&9 akan menceritakan konklusi dari Filem
tersebut mengenai pandangan dari seorang PSK sendiri yang bekerja
sebagai PSK. Filem ini akan diakhiri dengan beberapa pertanyaan
yang akan membentuk sebuah konklusi kepada khalayak bahwa
persepsi yang salah kepada peacur harus mulai dipertanyakan.
4.1.1.3 Storyline
Setelah alur cerita sudah dirancang, kemudian penulis
membuat storyline yang digunakan sebagai acuan detil ketika
melakukan produksi . Storyline dibuat berdasarkan dengan alur cerita
yang sudah dirancang sebelumnya dan menyangut properti, wardrobe
& make-up, hingga backsound yang akan digunakan pada setiap
scene.
4.1.1.4 Story Board
Setelah storyline dibuat, kemudian penulis membuat story board yang
digunakan
sebagai
acuan
ketika
melakukan
produksi
yaitu
pengambilan gambar. Story board dibuat berdasarkan dengan alur
cerita yang sudah dirancang sebelumnya.
4.1.2 Produksi
Tahap ini merupakan lanjutan dari tahap produksi, rancangan yang
telah dibangun selama proses pra produksi dilaksanakan pada tahap produksi.
Tidak banyak yang diributkan pada tahap ini karena penulis hanya mengikuti
20
alur yang telah dibuat pada tahap produksi. Sehingga tahap ini dapat dikatakan
berjalan dengan lancar.
Dalam tahap produksi filem pendek ini penulis dibantu oleh tim yang telah
dibentuk sebelum pasca produksi dimulai. Tim tersebut terdiri dari lima orang
yang sudah diberi tanggung jawab masing-masing yaitu sutradara, script writer,
director of phtography, art director, dan juga asisten sutradara.
Masa produksi filem pendek ini menghabiskan waktu selama enam
hari yang mengambil beberapa lokasi berbeda-beda. Dalam penentuan lokasi
hingga ijin lokasi tersebut, penulis tidak mengalami kesulitan yang begitu besar.
Sehingga, penulis dapat melakukan produksi tepat waktu.
4.1.2.1 Time Table Produksi
Berikut meriupakan jadwal produksi filem pendek Di Balik
Kepak Kupu-Kupu:
Tanggal
27/02/17
28/02/17
01/03/17
02/03/17
Waktu
10.0017.00
19.0001.00
19.0023.00
19.0022.00
03/03/17 18.00-
Scene
Cast
Lokasi
SC/02
SC/07
SC/08
SC/09
-
Gina
Ibu
Ayah
Adik
Rumah Abah
SC/01
SC/11
-
Gina
Pelanggan PSK
Hotel Nina
SC/03
-
Gina
Bos
Rekan Kerja
PT. Damatex
SC/05
-
Gina
Teman/Pelacur 1
Café Inlander
SC/04
-
Gina
Toko Baju Kemiri 1
21
19.00
04/03/17
ATM Kampus
20.0001.00
SC/06
Gina
Pelacur 1
Pelacur 2
Pelacur 3
Pelacur 4
Pelacur 5
-
Pasar
Jenderal
Sudirman
Tabel 4.1
Time Table Produksi
4.1.3 Pasca Produksi
Setelah melewati tahap pra-produksi dan produksi, filem pendek masuk
pada tahap editing. Editing merupakan proses menggabungkan potonganpotongan video hasil dari tahap produksi dengan penambahan effect,
backsound, dan subtitle.
4.1.3.1 Persiapan Bahan Editing
Setelah menyimpan hasil rekaman video produksi, penulis
memilih video yang layak dijadikan sebagai bahan editing, dan
mengurutkannya ke dalam bagian-bagian sesuai dengan storyline yang
dibuat penulis.
4.1.3.2 Proses Editing Video
Dalam proses editing video, penulis menggunakan software
Adobe Premiere Pro CC sebagai software untuk menyunting filem
pendek. Software tersebut dipilih karena pengoperasionnya manual dan
mempunyai fitur lengkap, sehingga memudahkan penulis untuk
berkreasi.
Proses editing video yang dilakukan di antaranya adalah
memotong video sesuai kebutuhan yang ada di story board,
22
menggabungkan beberapa video yang telah dipotong sehingga menjadi
satu kesatuan video yang utuh dan bercerita. Selain itu tahap ini juga
menyelesaikan bagian pembuatan bumper in dan bumper out yang
sebelumnya telah dibuat dalam bentuk grafis di.Adobe Photoshop CS6.
Gambar 2.
Proses memasukan potongan video untuk menjadi satu kesatuan filem.
Gambar 3.
Proses membuat dan memasukan bumper ke dalam filem.
23
Proses editing video selanjutnya adalah memasukkan kebutuhan
audio seperti backsound dan juga sound effect. Hal ini bertujuan untuk
menambah dan membangun suasana menjadi lebih hidup.
Gambar 4.
Proses memasukkan backsound dan sound effect ke dalam setiap adegan filem.
Setelah itu, proses editing yang terakhir adalah proses
rendering, proses ini bertujuan untuk menggabungkan keseluruhan
video dan grafis yang telah dirangkai sesuai dengan story board
menjadi satu kesatuan utuh sebagai filem pendek. Dalam rendering
video, format penyimpanan video menggunakan H.264, hal itu
dipilih karena kualitas videonya baik dan kapasitas penyimpanan
yang diberikan tidak terlalu besar.
24
Gambar 5.
Proses rendering.
4.2
Kendala dalam Proses Pembuatan Filem “Di Balik Kepak KupuKupu”
Proses pembuatan filem pendek ini tidak luput dari hambatan. Dari
awal munculnya gagasan untuk membuat filem hingga akhir proses
produksi, ada beragam hambatan yang dilalui, yaitu;
Kendala
Penyelesaian
Talent yang membatalkan peran Mencari
sebagai peran utama pada H-1
pengganti
pemeran
utama yang didapat dari Teater
Tilar UKSW
Tidak mendapat tanggapan terkait Mencari backsound lain yang
perizinan backsound oleh pemilik disediakan
hak cipta.
secara
gratis
di
internet.
Terlambatnya pencairan dana dari Tim
pihak sponsorship
produksi
pengeluaran sementara
Tabel 4.2
Kendala Proses Pembuatan Filem
25
menalangi
4.3
Korelasi Antara Paham Feminis Sosialis dengan Filem “Di Balik
Kepak Kupu-Kupu”
Pada feminisme sosialis, filem Di Balik Kepak Kupu-kupu mencoba
menampar pandangan mayoritas yang ortodok terkait kedudukan perempuan
yang berdiri di bawah laki-laki dengan mengilustrasikan peran Gina sebagai
perempuan pekerja di kehidupan sehari-hari. Dalam narasinya, Gina merasa
jika perempuan seharusnya punya hak untuk menentukan keputusan dan
memiliki kuasa atas tubuhnya sendiri. Protes tersebut juga diperkuat dalam
dialog antara Gina dan Ayah Gina saat adegan Gina berpamitan untuk
berangkat kerja. Di adegan tersebut, Ayah Gina berucap:
“Jangan kerja melulu cah ayu, apa kamu nggak capek? Kapan kamu
mau cari calon suami yang menafkahimu? Perempuan itu baiknya di rumah
mengurus dapur. Urusan mencari uang biar laki-laki saja. Betul kan Bu?”
Kutipan dialog tersebut mempertegas pemaparan agrumentasi tentang
dominasi kaum laki-laki yang dimaksud oleh Saptari & Holzner (1997 :54).
Apa yang telah diucapkan Ayah Gina adalah gambaran kontruksi patriarki
dalam pola pikir laki-laki. Ayah Gina beranggapan bahwa perempuan tidak
seharusnya bekerja, karena asumsi umum lebih setuju jika ruang gerak
perempuan hanya sebatas mengurusi dapur dan pekerjaan rumah lainnya,
sedangkan perkara mencari nafkah adalah urusan laki-laki.
Tidak bisa dipungkiri jika budaya patriarki membatasi perempuan
dalam urusan mencari lapangan pekerjaan. Faktanya perempuan memang
digaji lebih rendah ketimbang laki-laki. Tenaga dan pikiran laki-laki lebih
mahal ketimbang tenaga dan pikiran perempuan. Patriarki telah diterima dan
26
dipelihara oleh masyarakat umum sehingga menjadi sebuah budaya turun
menurun hingga menggiring perempuan untuk memberontak melalui berbagai
cara, salah satunya prostitusi seperti yang diilustrasikan dalam adegan Gina
bergabung di kompleks pelacur.
Sayangnya, prostitusi hanyalah jalan keluar untuk tuntutan ekonomi.
Seperti adegan terakhir, Gina terlihat puas menerima banyak uang hanya
dalam semalam. Namun, terlepas itu, sebagai perempuan Gina tetap belum
mencapai titik kesetaraan yang ia inginkan, karena realitanya prostitusi tetap
tak bisa luput dari stigma buruk masyarakat dan masih terikat oleh kuasa lakilaki. Hal ini erat kaitannya dengan dehumanisasi perempuan dan perbudakan
utama kepada perempuan yang dikaji oleh Thornham (2000:27), dimana
perempuan diposisikan atau memposisikan diri sebagai komoditas yang siap
dibeli.
27
TAHAPAN PROSES PRODUKSI
4.1 Tahap Produksi
Tahap produksi terdiri dari 3 tahap yaitu:
1. Pra Produksi
2. Produksi
3. Pasca Produksi
4.1.1 Pra Produksi
Tahap ini merancang konsep Filem yang akan dibuat. Dalam tahap ini
mempersiapkan seluruh persiapan dan aktivitas sebelum melakukan produksi.
Untuk tahapan pra produksi penulis mempersiapkan beberapa hal seperti riset,
pembuatan skrip, storline, story board, casting talent, reading, hingga survey
lokasi yang akan dipilih untuk proses produksi..
4.1.1.1
Riset
Pada awalnya penulis mengangkat kisah nyata dari seorang
PSK yang pernah dikenal oleh penulis. PSK tersebut pernah bercerita
tentang bagaimana hidupnya bisa masuk ke ruang lingkup kerja
sebagai seorang PSK. PSK tersebut pernah bekerja sebagai buruh
yang diupahi dengan upah yang tak sesuai. Sehingga, PSK tersebut
mencari peluang kerja lain.
Untuk memperkuat kisah tersebut, penulis memulai tahap riset
pada bulan Agustus 2016 dengan salah satu aktivis gender, Ahmad
Badani. Pada riset ini penulis bertanya-tanya mengenai latar belakang
PSK yang berada di daerah Salatiga dan sekitarnya. Ternyata latar
belakang para PSK berbeda-beda mulai dari rusaknya lingkungan
17
keluarga, kekerasan, hingga kebutuhan ekonomi. Lalu penulis
menggali sedikit informasi mengenai PSK yang dahulu pernah
bekerja sebagai buruh kepada Ahmad Badani. Informan pun
menyatakan ada beberapa PSK yang dahulu pernah merasakan
sebagai buruh.
Penulis menemukan fakta bahwa banyak perempuan yang
beralih menjadi PSK tersebut diupah tidak sama dengan laki-laki.
Dalam artian, upah perempuan yang bekerja sebagai buruh memang
diberi upah sesuai UMR, namun perempuan lebih banyak yang
bekerja diruang produksi. Untuk seorang perempuan yang bekerja di
pabrik di bagian produksi, untuk naik jabatan sangat susah.
Penulis juga pernah bertanya ke salah satu pabrik yang berada
di Salatiga, apa yang membuat perempuan mendominasi dibagian
produksi. Lalu informan mengatakan bahwa perempuan lebih
dibutuhkan diruang produksi karena perempuan dinilai lebih telaten
dan teliti dalam mengerjakan sesuatu. Maka dengan alasan tersebut
juga, perempuan untuk naik jabatan mengalami kesulitan.
Selain menggali informasi dari seorang aktivis, penulis pun
turun langsung ke lapangan untuk melihat detil-detil seperti gerakgerik para pekerja seks komersil. Selain itu, penulis juga
mendapatkan data bagaimana seorang pekerja seks komersil tersebut
mendapatkan pelanggan tetap maupun pelanggan yang tidak tetap.
4.1.1.2 Skrip
Melalui riset yang sudah dilakukan sebelumnya, penulis mulai
merancang alur cerita dalam skrip Filem pendek yang akan dibuat.
Filem pendek tersebut dibuat dengan alur maju mandur sebagai
berikut dengan dramaturgi seperti;
18
GAMBAR 1
Dramaturgi Di Balik Kepak Kupu-Kupu
Filem akan dimulai dari scene 1 yaitu yaitu eksposisi yang
dimana penempatan karakter dimulai. Scene 1 akan menceritakan apa
yang dikerjakan tokoh utama dan pengenalan mengenai pandangan
masyrakat.
Pada scene 2 akan memulai menceritakan komplikasi pertama
dari keluarga
mengenai
pandangan
yang keberatan dengan
perempuan yag terlalu bekerja keras. Scene ini juga menceritakan apa
yang seharusnya dikerjakan oleh seorang perempuan.
Pada scene 3 akan mengambil tempat pabrik dimana tokoh
utama bekerja sebagai buruh dan mengalami beberapa kali perlakuan
yang melecehkan seorang perempuan.
Pada scene 4 akan menceritakan mengenai pendapatan dari
seorang buruh. Hal ini ingin menunjukkan betapa sedikitnya upah
menjadi seorang jika dibandingkan dengan kebutuhan sehari-hari.
Pada scene 5&6 menceritakan bagaimana tokoh utama memilih
menjadi seorang PSK.
Dan klimaks sendiri akan bertempat pada scene 7 dimana akan
menceritakan ketika keluarga dari tokoh utama mengetahui bahwa
anaknya bekerja sebagai PSK. Pada scene 7 juga akan menceritakan
19
resolusi pertama yang menjelaskan alasan tokoh utama bekerja
sebagai PSK.
Pada scene 8&9 akan menceritakan konklusi dari Filem
tersebut mengenai pandangan dari seorang PSK sendiri yang bekerja
sebagai PSK. Filem ini akan diakhiri dengan beberapa pertanyaan
yang akan membentuk sebuah konklusi kepada khalayak bahwa
persepsi yang salah kepada peacur harus mulai dipertanyakan.
4.1.1.3 Storyline
Setelah alur cerita sudah dirancang, kemudian penulis
membuat storyline yang digunakan sebagai acuan detil ketika
melakukan produksi . Storyline dibuat berdasarkan dengan alur cerita
yang sudah dirancang sebelumnya dan menyangut properti, wardrobe
& make-up, hingga backsound yang akan digunakan pada setiap
scene.
4.1.1.4 Story Board
Setelah storyline dibuat, kemudian penulis membuat story board yang
digunakan
sebagai
acuan
ketika
melakukan
produksi
yaitu
pengambilan gambar. Story board dibuat berdasarkan dengan alur
cerita yang sudah dirancang sebelumnya.
4.1.2 Produksi
Tahap ini merupakan lanjutan dari tahap produksi, rancangan yang
telah dibangun selama proses pra produksi dilaksanakan pada tahap produksi.
Tidak banyak yang diributkan pada tahap ini karena penulis hanya mengikuti
20
alur yang telah dibuat pada tahap produksi. Sehingga tahap ini dapat dikatakan
berjalan dengan lancar.
Dalam tahap produksi filem pendek ini penulis dibantu oleh tim yang telah
dibentuk sebelum pasca produksi dimulai. Tim tersebut terdiri dari lima orang
yang sudah diberi tanggung jawab masing-masing yaitu sutradara, script writer,
director of phtography, art director, dan juga asisten sutradara.
Masa produksi filem pendek ini menghabiskan waktu selama enam
hari yang mengambil beberapa lokasi berbeda-beda. Dalam penentuan lokasi
hingga ijin lokasi tersebut, penulis tidak mengalami kesulitan yang begitu besar.
Sehingga, penulis dapat melakukan produksi tepat waktu.
4.1.2.1 Time Table Produksi
Berikut meriupakan jadwal produksi filem pendek Di Balik
Kepak Kupu-Kupu:
Tanggal
27/02/17
28/02/17
01/03/17
02/03/17
Waktu
10.0017.00
19.0001.00
19.0023.00
19.0022.00
03/03/17 18.00-
Scene
Cast
Lokasi
SC/02
SC/07
SC/08
SC/09
-
Gina
Ibu
Ayah
Adik
Rumah Abah
SC/01
SC/11
-
Gina
Pelanggan PSK
Hotel Nina
SC/03
-
Gina
Bos
Rekan Kerja
PT. Damatex
SC/05
-
Gina
Teman/Pelacur 1
Café Inlander
SC/04
-
Gina
Toko Baju Kemiri 1
21
19.00
04/03/17
ATM Kampus
20.0001.00
SC/06
Gina
Pelacur 1
Pelacur 2
Pelacur 3
Pelacur 4
Pelacur 5
-
Pasar
Jenderal
Sudirman
Tabel 4.1
Time Table Produksi
4.1.3 Pasca Produksi
Setelah melewati tahap pra-produksi dan produksi, filem pendek masuk
pada tahap editing. Editing merupakan proses menggabungkan potonganpotongan video hasil dari tahap produksi dengan penambahan effect,
backsound, dan subtitle.
4.1.3.1 Persiapan Bahan Editing
Setelah menyimpan hasil rekaman video produksi, penulis
memilih video yang layak dijadikan sebagai bahan editing, dan
mengurutkannya ke dalam bagian-bagian sesuai dengan storyline yang
dibuat penulis.
4.1.3.2 Proses Editing Video
Dalam proses editing video, penulis menggunakan software
Adobe Premiere Pro CC sebagai software untuk menyunting filem
pendek. Software tersebut dipilih karena pengoperasionnya manual dan
mempunyai fitur lengkap, sehingga memudahkan penulis untuk
berkreasi.
Proses editing video yang dilakukan di antaranya adalah
memotong video sesuai kebutuhan yang ada di story board,
22
menggabungkan beberapa video yang telah dipotong sehingga menjadi
satu kesatuan video yang utuh dan bercerita. Selain itu tahap ini juga
menyelesaikan bagian pembuatan bumper in dan bumper out yang
sebelumnya telah dibuat dalam bentuk grafis di.Adobe Photoshop CS6.
Gambar 2.
Proses memasukan potongan video untuk menjadi satu kesatuan filem.
Gambar 3.
Proses membuat dan memasukan bumper ke dalam filem.
23
Proses editing video selanjutnya adalah memasukkan kebutuhan
audio seperti backsound dan juga sound effect. Hal ini bertujuan untuk
menambah dan membangun suasana menjadi lebih hidup.
Gambar 4.
Proses memasukkan backsound dan sound effect ke dalam setiap adegan filem.
Setelah itu, proses editing yang terakhir adalah proses
rendering, proses ini bertujuan untuk menggabungkan keseluruhan
video dan grafis yang telah dirangkai sesuai dengan story board
menjadi satu kesatuan utuh sebagai filem pendek. Dalam rendering
video, format penyimpanan video menggunakan H.264, hal itu
dipilih karena kualitas videonya baik dan kapasitas penyimpanan
yang diberikan tidak terlalu besar.
24
Gambar 5.
Proses rendering.
4.2
Kendala dalam Proses Pembuatan Filem “Di Balik Kepak KupuKupu”
Proses pembuatan filem pendek ini tidak luput dari hambatan. Dari
awal munculnya gagasan untuk membuat filem hingga akhir proses
produksi, ada beragam hambatan yang dilalui, yaitu;
Kendala
Penyelesaian
Talent yang membatalkan peran Mencari
sebagai peran utama pada H-1
pengganti
pemeran
utama yang didapat dari Teater
Tilar UKSW
Tidak mendapat tanggapan terkait Mencari backsound lain yang
perizinan backsound oleh pemilik disediakan
hak cipta.
secara
gratis
di
internet.
Terlambatnya pencairan dana dari Tim
pihak sponsorship
produksi
pengeluaran sementara
Tabel 4.2
Kendala Proses Pembuatan Filem
25
menalangi
4.3
Korelasi Antara Paham Feminis Sosialis dengan Filem “Di Balik
Kepak Kupu-Kupu”
Pada feminisme sosialis, filem Di Balik Kepak Kupu-kupu mencoba
menampar pandangan mayoritas yang ortodok terkait kedudukan perempuan
yang berdiri di bawah laki-laki dengan mengilustrasikan peran Gina sebagai
perempuan pekerja di kehidupan sehari-hari. Dalam narasinya, Gina merasa
jika perempuan seharusnya punya hak untuk menentukan keputusan dan
memiliki kuasa atas tubuhnya sendiri. Protes tersebut juga diperkuat dalam
dialog antara Gina dan Ayah Gina saat adegan Gina berpamitan untuk
berangkat kerja. Di adegan tersebut, Ayah Gina berucap:
“Jangan kerja melulu cah ayu, apa kamu nggak capek? Kapan kamu
mau cari calon suami yang menafkahimu? Perempuan itu baiknya di rumah
mengurus dapur. Urusan mencari uang biar laki-laki saja. Betul kan Bu?”
Kutipan dialog tersebut mempertegas pemaparan agrumentasi tentang
dominasi kaum laki-laki yang dimaksud oleh Saptari & Holzner (1997 :54).
Apa yang telah diucapkan Ayah Gina adalah gambaran kontruksi patriarki
dalam pola pikir laki-laki. Ayah Gina beranggapan bahwa perempuan tidak
seharusnya bekerja, karena asumsi umum lebih setuju jika ruang gerak
perempuan hanya sebatas mengurusi dapur dan pekerjaan rumah lainnya,
sedangkan perkara mencari nafkah adalah urusan laki-laki.
Tidak bisa dipungkiri jika budaya patriarki membatasi perempuan
dalam urusan mencari lapangan pekerjaan. Faktanya perempuan memang
digaji lebih rendah ketimbang laki-laki. Tenaga dan pikiran laki-laki lebih
mahal ketimbang tenaga dan pikiran perempuan. Patriarki telah diterima dan
26
dipelihara oleh masyarakat umum sehingga menjadi sebuah budaya turun
menurun hingga menggiring perempuan untuk memberontak melalui berbagai
cara, salah satunya prostitusi seperti yang diilustrasikan dalam adegan Gina
bergabung di kompleks pelacur.
Sayangnya, prostitusi hanyalah jalan keluar untuk tuntutan ekonomi.
Seperti adegan terakhir, Gina terlihat puas menerima banyak uang hanya
dalam semalam. Namun, terlepas itu, sebagai perempuan Gina tetap belum
mencapai titik kesetaraan yang ia inginkan, karena realitanya prostitusi tetap
tak bisa luput dari stigma buruk masyarakat dan masih terikat oleh kuasa lakilaki. Hal ini erat kaitannya dengan dehumanisasi perempuan dan perbudakan
utama kepada perempuan yang dikaji oleh Thornham (2000:27), dimana
perempuan diposisikan atau memposisikan diri sebagai komoditas yang siap
dibeli.
27