T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pertimbangan Hakim dalam Perkara Nomor : 4PDT.G2016PN.SLT (Studi terhadap Sengketa Obyek Jaminan) T1 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG MASALAH

Peran lembaga peradilan ada di tengah – tengah masyarakat memiliki
suatu tujuan mulia yaitu sebagai lembaga penyelesai masalah kepentingan
umum. Hakim di dalam lembaga peradilan diberikan mandat dan
kepercayaan oleh Negara untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di
dalam masyarakat umum. Hakim dituntut untuk dapat memberikan putusan
yang seadil – adilnya. Pengertian hakim menurut Undang – Undang yaitu
“hakim adalah hakim agung dan hakim pada badan peradilan di semua
lingkungan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung serta hakim
Mahkamah Konstitusi sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang
Dasar Nega ra Republik Indonesia Tahun 1945”1.
Bambang Waluyo S.H di dalam bukunya Implementasi Kekuasaan
Kehakiman Republik Indonesia menjelaskan mengenai “hakim adalah
organ pengadilan yang dianggap memahami hukum, yang dipundaknya
telah diletakkan kewajiban dan tanggung jawab agar hukum dan keadilan

itu ditegakkan, baik yang berdasarkan kepada tertulis atau tidak tertulis
(mengadili suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak

1

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial

1

atau kurang jelas), dan tidak boleh ada satupun yang bertentangan dengan
asas dan sendi peradilan berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa ”.2 Hakim

dalam memutuskan sebuah perkara dituntut untuk harus berdasar pada
keadilan serta tidak menitikberatkan maupun menguntungkan salah satu
pihak yang berperkara. “Hakim dituntut untuk dapat berperilaku adil di
dalam setiap kasus perkara, maka dari itu perilaku hakim pun harus diawasi
oleh Komisi Yudisial yang mempunyai wewenang menegakkan kehormatan
dan keluhuran martabat serta menjaga perilaku hakim dimana dalam
pengawasan tersebut Komisi Yudisial dapat menerima laporan masyarakat
tentang perilaku hakim, meminta laporan secara berkala kepada badan

peradilan berkaitan dengan perilaku hakim, melakukan pemeriksaan
terhadap dugaan pelanggaran perilaku hakim, memanggil dan meminta
keterangan dari hakim yang diduga melanggar kode etik perilaku hakim,
dan membuat laporan pemeriksaan yang berupa rekomendasi dan
disampaikan kepada Mahkamah Agung dan atau Mahkamah Konstitusi
serta tindasannya disampaikan kepada Presiden dan DPR”3 .
Menurut sistem HIR/RBG, Hakim diperbolehkan untuk bertindak
secara aktif di mana sebelum proses perkara berlangsung pada saat
penggugat akan mengajukan gugatan, menurut Pasal 119 HIR/143 RGB
Ketua Pengadilan Negeri berwenang untuk memberikan bantuan kepada
orang yang hendak mengajukan gugatan tersebut berupa pemberian nasihat
serta bantuan yang berhubungan dengan formalitas atau syarat-syarat

2

Bambang Waluyo,Implementasi Kekuasaan Kehakiman Republik Indonesia , Sinar
Grafika, Jakarta, 1992. h. 11.
3
Lilik Mulyadi, Putusan Hakim Dalam Hukum Acara Perdata Indonesia , Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2009. h. 85-86.


2

gugatan agar gugatan dapat diterima dan memenuhi syarat-syarat formalitas
gugatan kepada penggugat atau kuasanya 4. Hakim bersifat aktif dapat
diperiksa dari adanya ketentuan Pasal 130 HIR/ Pasal 154 RBG yang
mewajibkan bagi Ketua Pengadilan Negeri untuk berusaha mendamaikan
kedua belah pihak yang berperkara serta hakim berwenang untuk
memberikan penjelasan selayaknya kepada para pihak yang berperkara
perihal upaya hukum yang dapat ditempuh dan tentang pengajuan alat bukti,
sehingga pemeriksaan perkara dapat berjalan dengan lancar5. Prinsip hakim
bersikap aktif di dalam menyelesaikan perkara perdata masih searah dan
sejalan dengan asas et aequo et bono, yaitu hakim wajib memberikan
putusan seadil-adilnya terhadap tuntutan yang diajukan oleh penggugat
dalam petitum gugatannya yang bersifat subsider, karena pada umumnya
dalam setiap gugatan penggugat selalu dicantumkan petitum primer serta
petitum subsider6.
Hakim berkewajiban membantu pencari keadilan dan berusaha
mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan
yang sederhana, cepat, dan biaya ringan7.


Prinsip hakim tidak boleh

memihak (imparsial), perlu kiranya untuk diteliti lebih lanjut agar nantinya
prinsip hakim bersikap aktif di dalam menyelesaikan perkara perdata
tersebut terdapat keserasian dengan prinsip – prinsip dan asas – asas hukum

4

H. Sunarto, Peran Aktif Hakim Dalam Perkara Perdata , Kencana, Jakarta, 2014, h. 11-

12.
5

M. Nur Rasaid, Hukum Acara Perdata , Sinar Grafika, Jakarta, 1996, h. 1., dikutip dari
H. Sunarto, Ibid., h. 12.
6
H. Sunarto, Ibid., h. 13.
7
Ibid.


3

acara perdata yang lain yaitu: ultra petitum partium, et aequo et bono dan
hakim tidak boleh memihak (imparsial) serta hakim bersifat pasif8.
Dalam hal perkara penjualan Obyek Hak Tanggungan secara sepihak
oleh Kreditor dalam Turunan Putusan Pengadilan Negeri Salatiga Nomor
4/Pdt.G/2016/PN.Slt. diputuskan perkara penjualan obyek Hak Tanggungan
antara Bank Danamon Cabang Salatiga sebagai Kreditor dan Tergugat II
dengan Budi Kabul sebagai pemilik Obyek Hak Tanggungan (Debitur) dan
sebagai Penggugat. Pada kasus ini Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Salatiga memutuskan untuk pihak Penggugat di kalahkan dalam perkara ini.
Majelis Hakim beranggapan bahwa Tergugat II telah dapat mengajukan
bukti dalam dalil sangkalannya, sedangkan Penggugat hanya mengajukan 1
(satu) alat bukti dan 2 (dua) saksi yang tidak dapat menutupi kelemahan
hukum Penggugat yaitu tidak dapat mengajukan bukti mengenai harga
Obyek Hak Tanggungan yang sesuai dengan tuntutan Penggugat.
Inti permasalahan tersebut yaitu awalnya sekitar tahun 2004
Penggugat Budi Kabul ingin membantu temannya Kosidi (Tergugat I) yang
kesulitan modal usaha dengan meminjam modal usaha pada Bank Danamon

Cabang Salatiga (Tergugat II) yang kemudian sertifikat Hak Milik atas
Tanah milik Budi Kabul seluas 366 m2 berdasar SHM No. 1644 dipinjam
Kosidi sebagai jaminan pinjaman modal usaha jok motor sebesar Rp.
45.000.000,- (empat puluh lima juta rupiah) melalui fasilitas Kredit Usaha
Rakyat (KUR) yang oleh Kosidi (Tergugat I) pinjaman tersebut di bawa
seluruhnya dan berjanji tidak sampai 1 (satu) tahun akan mengembalikan

8

Ibid.

4

sertifikat. Namun kemudian pada bulan September 2015 Budi Kabul
menerima surat dari Bank Danamon Salatiga yang menyatakan akan
melelang tanah dan bangunan miliknya yang saat ini ditinggali oleh Budi
Kabul beserta istrinya Yuni Restiyowati dan kedua anaknya. Karena hal
tersebut kemudian Budi Kabul berusaha menemui dan menghubungi Kosidi
tetapi tidak berhasil karena ternyata Kosidi telah pergi meninggalkan tempat
tinggalnya dan tidak dapat dihubungi lagi.

Kemudian pada bulan Oktober 2015, Budi Kabul kembali menerima
surat dari Bank Danamon Salatiga yang menerangkan bahwa tanah dan
bangunan Budi Kabul telah dilelang dengan nilai limit Rp. 109.800.000,(seratus sembilan juta delapan ratus ribu rupiah) dan terjual seharga Rp.
110.200.000,- (seratus sepuluh juta dua ratus ribu rupiah) yang
dimenangkan oleh Tergugat III Adi Subkhan Ifana dengan bantuan Kantor
Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Semarang, di mana yang
membuat Budi Kabul merasa tertipu yaitu awalnya SKIM KUR yang
disampaikan oleh Marketing Bank Danamon Salatiga tanpa APHT (Akta
Pemberian Hak Tanggungan). Hal ini merugikan Budi Kabul karena harga
limit yang diberikan sangat rendah dengan harga pasar dari tanah dan
bangunan yang ditaksir sekitar Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) per meter
perseginya dan apabila dijual ditaksir mencapai sekitar Rp. 732.000.000
(tujuh ratus tiga puluh dua juta rupiah). Dalam hal ini Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Salatiga memutuskan untuk menolak gugatan penggugat
untuk seluruhnya. Atas putusan tersebut maka pihak penggugat mengajukan

5

banding9 dan hingga penulis meneliti mengenai studi kasus ini, proses
banding dimenangkan pula oleh pihak Bank Danamon Salatiga.

Dari

uraian

latar

belakang

masalah

diatas

penulis

merasa

pertimbangan Hakim kurang adil bagi Budi Kabul, dimana Hakim tidak
mempertimbangkan ulang mengenai nilai dari harga pasar obyek jaminan
sebenarnya yang saat ini ditaksir dapat mencapai ± Rp. 2.000.000.000,- (dua
miliar rupiah) dengan nilai limit lelang yang diajukkan oleh Bank Danamon

Salatiga yang sangat merugikkan Penggugat, yaitu Rp. 109.800.000,(seratus sembilan juta delapan ratus ribu rupiah). Oleh sebab itu penulis
bermaksud untuk membahas dan menganalisis Pertimbangan Hakim atas
perkara perdata Nomor 4/Pdt.G/2016/PN.Slt oleh Pengadilan Negeri
Salatiga yang penulis beri judul:
“PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PERKARA NOMOR :
4/PDT.G/2016/PN.SLT
(STUDI TERHADAP SENGKETA OBYEK JAMINAN)”

9

Catatan panitera dari Putusan Nomor : 4/ Pdt.G/ 2016/ PN.Slt.

6

B.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan apa yang penulis uraikan diatas, maka rumusan masalah
yang akan di bahas dalam skripsi ini adalah :

Apakah

tepat

pertimbangan

hakim

dalam

Putusan

Nomor

4/Pdt.G/2016/PN.Slt ditinjau dari segi yuridis dan filosofis ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Agar menjadi lebih jelas lagi apa yang menjadi sasaran penulis di
dalam penelitian ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

Menggambarkan ketidak tepatan pertimbangan hakim tersebut ditinjau dari
segi yuridis dan filosofis dalam Putusan Nomor : 4/Pdt.G/2016/PN.Slt.

D.

MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini baik secara teoritis maupun
praktis adalah sebagai berikut:
1.

Manfaat secara teoritis : Diharapkan dapat memberikan kontribusi
pemikiran maupun sumbangan solusi bagi akademis dalam bidang

7

hukum perdata yang terkait dengan tinjauan terhadap putusan hakim
dalam memutuskan perkara di Pengadilan serta menjadi bahan
perbandingan bagi peneliti lainnya yang hendak melaksanakan
penelitian serupa terkait dengan pertimbangan Hakim.
2.

Manfaat secara praktis dari penelitian ini diharapkan :
a. Dapat

memberikan

sumbangan

penelitian

dalam

rangka

meningkatkan kualitas penegakan hukum perdata khususnya bagi
Hakim dalam mengambil keputusan bilamana suatu saat nanti
menghadapi permasalahan atau kasus yang serupa dengan
penelitian ini.
b. Dapat dijadikan acuan maupun pedoman untuk para pihak dalam
pembahasan hukum, agar para pembuat undang–undang tidak
hanya mengacu pada hal-hal yang bersifat idiil namun juga
memperhatikan hal – hal yang sifatnya filosofis di dalam nilainilai masyarakat.

E.

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum empiris10.
Penelitian empiris atau (socio-legal research) yang merupakan model

10

Depri Liber Sonata, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris : Karakteristik
Khas Dari Metode Penelitian Hukum,” Fiat Justisia Jurnal Hukum Volume 8, No. 1, JanuariMaret 2014, h. 29.

8

pendekatan lain dalam meneliti hukum sebagai obyek penelitiannya,
dalam hal ini hukum tidak hanya dipandang sebagai disiplin yang
preskriptif dan terapan belaka,11 melainkan juga empirical atau kenyataan
hukum.

2. Jenis Pendekatan
Pendekatan – pendekatan yang dipakai dalam pemecahan masalah
pada karya ilmiah ini adalah pendekatan historis (historical approach )
dilakukan dalam kerangka untuk memahami filosofi aturan hukum dari
waktu ke waktu, serta memahami perubahan dan perkembangan filosofi
yang menlandasi aturan hukum tersebut. Cara pendekatan ini dilakukan
dengan menelaah latar belakang dari perkembangan mengenai isu hukum
yang dihadapi12. Dan pendekatan kasus (case approach) dilakukan dengan
cara menelaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan isu yang
dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang berkekuatan hukum
tetap13 dengan analisis/evaluasi ratio decidendi putusan pengadilan. Dalam
pendekatan undang – undang peneliti perlu memahami hierarki dan asasasas dalam peraturan perundang–undangan14.

3. Bahan Hukum

Banakar, Reza and Max Traves., ed, “Theory and Method in Socio-Legal Research: A
Series Published for The ONATI Institute for the sociology of law (Oxford and Portland Oregon:
Hart Publishing, 2005), h. xii., dikutip dari, Depri Liber Sonata, Ibid., h. 29.
12
https://ngobrolinhukum.wordpress.com/2013/12/16/pendekatan-dalam -penelitianhukum/ dikunjungi pada tanggal 24 Agustus 2017 pukul 13.31.
13
Ibid., h. 134.
14
Ibid., h 137.
11

9

Bahan hukum yang dipakai oleh penulis dalam metode penelitian ini
terdapat dua macam bahan pustaka yaitu:
1)

Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat
autoritatif, artinya mempunyai otoritas yang disebut dengan teks
autoritatif. Bahan–bahan hukum primer terdiri dari perundangundangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan undangundang15 yaitu :
a. Putusan

Pengadilan

Negeri

Salatiga

Nomor

4/Pdt.G/2016/PN.Slt
b. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996
Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda–Benda
Yang Berkaitan Dengan Tanah,
c. Peraturan

Menteri

Keuangan

Republik

Indonesia

No.

106/PMK.06/2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Keuangan No. 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Lelang,
d.

2)

Kitab Undang–undang Hukum Perdata.

Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan–bahan yang hubungannya erat
dengan bahan hukum primer dan dapat menganalisis dan dapat

15

Ibid., h. 181.

10

memahami bahan hukum primer.16 Yang digunakan oleh penulis
meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum,
dan komentar-komentar atas putusan pengadilan17.

4. Unit Analisa
Unit Analisa dalam penelitian ini adalah tepat tidaknya Putusan
Hakim Pengadilan Negeri Salatiga yang melahirkan ketidak adilan bagi
Penggugat di tinjau dari segi yuridis dan filosofis dalam Putusan Nomor
4/Pdt.G/2016/PN.Slt.

16

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia
Indonesia,Jakarta, 1994, h. 10.
17
Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit., h. 181.

11

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22