Kerjasama Bilateral Jerman dan Indonesia

1

KERJA SAMA BILATERAL JERMAN DAN INDONESIA DALAM
BIDANG SAINS DAN TEKNOLOGI1
PENDAHULUAN
Paper ini akan membahas mengenai kerja sama bilateral Jerman dan
Indonesia dalam bidang sains dan teknologi. Paper ini akan mencoba menjawab
mengapa Jerman melakukan kerja sama dengan Indonesia dalam bidang sains dan
teknologi. Serta, apa saja yang diperoleh oleh kedua Negara dalam kerja sama
tersebut sebagai bentuk dari implementasi kebijakan luar negeri dalam pemenuhan
kepentingan nasional Negara melalui kerja sama.
Kerja sama dalam bidang sains dan teknologi yang telah dibina Jerman
dengan Indonesia merupakan sejarah panjang dalam perjalanan sejarah. Kerja
sama ini bermula ketika pemerintah Jerman mendirikan Kementrian federal
bidang nuklir yang kemudian berubah nama menjadi Kementrian Federal Bidang
Pendidikan dan Sains. Kerja sama ini dapat terwujud karena adanya hubungan
bilateral yang terjalin dengan baik antara kedua Negara serta adanya peran yang
dimainkan oleh B.J Habibie yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Riset
dan Teknologi dan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. 2 Di
samping itu, secara personal Habibie juga memiliki kedekatan personal dengan
Jerman karena menempuh pendidikan di salah satu Perguruan Tinggi di Jerman.

Kerja sama dalam bidang nuklir inilah yang kemudian berkembang dan
menjadi dasar lahirnya kerja sama dalam bidang sains dan teknologi di mana
ruang lingkup yang tercakup di dalamnya menjadi lebih luas. Untuk selanjutnya,
kerja sama pengembangan nuklir dimasukkan ke dalam kerangka kerja sama
bidang sains dan teknologi. Perjanjian kerja sama antara Indonesia dan Jerman
telah ditandatangani sejak 20 Maret 1979.3 Kerja sama ini bertujuan untuk
1 Paper disusun untuk pemenuhan tugas pada mata kuliah Kerjasama Humaniter Internasional.
Ditulis oleh Hardi Alunaza SD, mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hubungan Internasional,
Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2014.
2 http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=135768&lokasi=lokal diakses pada tanggal
02 November 2014 (16.55 WIB)
3 Berita Kegiatan Ristek. 2003. Protokol Amandemen Perjanjian Indonesia – Jerman.
http://www.ristek.go.id/?module=News%20News&id=6446 diakses pada tanggal 02 November
2014 (19.32 WIB)

2

melakukan dan mengembangkan riset secara bersama-sama. Kedua belah pihak
secara berimbang akan memberikan sumbangan baik keterlibatan ilmiah maupun
yang berhubungan dengan kebutuhan anggaran. Kerja sama yang terjalin tersebut

berhubungan dengan riset dan teknologi kelautan, riset dan teknologi bidang
energi, riset dan teknologi bidang kedirgantaraan dan antariksa, ilmu bumi, ilmu
pengetahuan sosial dan humanitas, sains dan teknologi yang tepat untuk
menyediakan kebutuhan dasar bagi pengembangan industri, informasi dan
dokumentasi ilmiah.
Sejak 2000 hingga 2009 terdapat beberapa program baru yang
dikembangkan oleh kedua Negara. Program tersebut antara lain SPICE (Science
for the Protection of Indonesian Coastal Ecosystem)4 yang merupakan studi awal
untuk merancang master plan kelautan Indonesia, peringatan dini tsunami, riset
panas bumi, dan riset evaluasi sains teknologi untuk pembangunan. Keputusan
Jerman untuk mengembangkan kerja sama sains dan teknologi sedianya tidak
dapat dilepaskan dari Asia Concept 2002 yang diterbitkan oleh BMBF pada Juni
2002.5 Konsep ini disusun karena Jerman melihat Asia khususnya Indonesia
sebagai kawasan yang paling penting dari sudut pandang politik, ekonomi, serta
sains dan teknologi. Jerman meyakini bahwa kerja sama dengan beberapa Negara
di Asia terutama Indonesia menjadi semakin penting. Jerman telah membuat
internasionalisasi sains dan teknologi dengan empat tujuan utama. Pertama,
penguatan kerja sama di bidang riset dan teknologi dengan para pemimpin global.
Kedua, eksploitasi potensi inovasi internasional. Ketiga, intensifikasi kerja sama
jangka panjang dengan Negara berkembang dalam bidang pendidikan, riset dan

pengembangan. Keempat, memikul tanggung jawab internasional dan untuk
menguasai tantangan global.
Kerja sama sains dan teknologi merupakan salah satu bentuk dari beberapa
kerja sama yang dipelihara oleh kedua Negara sejak dibukanya hubungan bilateral
4 Pertemuan ke-8 Steering Committee Kerjasama Bilateral Indonesia Jerman. 2009 melalui
http://www.ristek.go.id/index.php/module/News+News/id/3697/print diakses pada tanggal 01
November 2014 (13.13 WIB) terdapat juga dalam Berita Kegiatan KJRI pada
http://www.kjrihamburg.de/id/berita/kegiatan-kjri/461-kerjasama-pengelolaan-ekosistem-pesisirindonesia-sebagai-salah-satu-upaya-memperkuat-ketahanan-pangan-indonesia.html diakses pada
tanggal yang sama.
5 Op.cit http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=135768&lokasi=lokal

3

antara kedua Negara. Hal ini menunjukkan relevansi kerja sama yang dilakukan di
Indonesia untuk memberi gambaran tentang perlunya bantuan antara satu Negara
dengan Negara yang lain. Hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Jerman
juga sudah dibuka sejak tahun 1952.6 Hubungan ini menunjukkan bahwa kedua
belah pihak selama ini memiliki hubungan yang baik dan penuh dengan
kepercayaan. Saat ini terdapat kurang dari 250 perusahaan Jerman yang
melakukan usahanya di Indonesia7.

Indonesia merupakan Negara yang menjadi prioritas dalam kerja sama
pembangunan Jerman. Kerja sama pembangunan ini menjadi instrumen kebijakan
pembangunan yang disusun oleh Kementrian Federal untuk kerja sama dan
pembangunan Jerman. Jika dilihat dari sudut pandang ekonomi dan politik,
Jerman memiliki kepentingan yang cukup besar di kawasan Asia khususnya di
Indonesia.8 Kepentingan tersebut dapat dilihat pada dokumen task of Germany
foreign policy yang dikeluarkan di kantor Kementrian Luar Negeri di Berlin pada
Mei tahun 2002. Pada dokumen tersebut dinyatakan bahwa kawasan Asia Pasifik
dengan jumlah Negara yang berada di dalamnya, perekonomian dan budayanya,
capaian prestasinya dalam bidang sains dan teknologi serta dengan potensi
pasarnya. Hal itulah yang kemudian menjadi fitur yang menonjol dalam kebijakan
luar negeri Jerman.

THEORITICAL FRAMEWORK
Dalam penulisan paper ini penulis menggunakan konsep kepentingan
nasional sebagai salah satu instrumen dari pandangan realis, kemudian konsep
kebijakan luar negeri. Konsep kepentingan nasional sangat penting dalam
menjelaskan dan memahami perilaku internasional. Lebih jauh dijelaskan bahwa
6 Sejarah Hubungan Jerman - Indonesia melalui
http://www.jakarta.diplo.de/Vertretung/jakarta/id/04_20Politik/Bilaterale__Beziehungen/seite__ge

schichte__beziehungen.html diakses pada tanggal 05 November 2014 (14.56 WIB)
7 Tabloid Diplomasi melalui http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/170-april2012/1395-kbri-berlin--hubungan-ekonomi-ri-jerman-semakin-intens-.html diakses pada tanggal
04 November 2014 (19.21 WIB)
8 Kerjasama RI-Jerman dalam Bidang Iptek dalam http://jdih.ristek.go.id/?q=berita/kerjasamaiptek-ri-jerman-implementasi-iptek-untuk-mendukung-pembangunan-nasional diakses pada
tanggal 04 November 2014 (12.55 WIB)

4

konsep kepentingan nasional merupakan dasar untuk perilaku luar negeri suatu
Negara.9 Perilaku negara dalam hubungan pengendalian dengan Negara lain dapat
dilakukan melalui kerja sama. Sebagaimana kerja sama dalam percaturan
hubungan internasional adalah merupakan hal yang tidak dapat dielakkan.10
Kepentingan nasional juga dijelaskan sebagai tujuan fundamental dan faktor
penentu akhir dalam perumusan kebijakan luar negeri suatu Negara.
Kedua adalah konsep etika dalam kebijakan luar negeri. Mengingat bahwa
kebijakan luar negeri merupakan instrumen kebijakan yang dimiliki oleh
pemerintah suatu Negara berdaulat untuk menjalin hubungan dengan aktor-aktor
dalam politik dunia untuk mencapai tujuan nasionalnya. Kebijakan luar negeri
sebagi aksi eksplisit yang dibuat oleh pejabat Negara untuk mempromosikan
kepentingan nasional di atas batas teritori Negara. Untuk memenuhi kepentingan

nasionalnya tersebut, Negara-negara melakukan berbagai kerja sama seperti kerja
sama bilateral, regional, maupun multilateral. Dalam hal ini terdapat tiga
penekanan.
Pertama adalah tindakan atau kebijakan pemerintah. Kedua pencapaian
kepentingan nasional dan jangkauan kebijakan luar negeri yang melewati batas
wilayah suatu Negara. Sehingga, semua kebijakan pemerintah yang membawa
dampak bagi aktor-aktor lain di luar batas wilayahnya. Seperti yang diungkapkan
oleh James Rosenau bahwa kebijakan luar negeri memiliki tiga pengertian
berbeda baik substansi maupun cakupannya.11 Pertama, kebijakan luar negeri
dipahami sebagai seperangkat prinsip yang menjadi dasar pelaksanaan hubungan
luar negeri suatu Negara. Kebijakan luar negeri juga dapat diartikan sebagai
seperangkat rencana yang dapat dijadikan pedoman bagi perilaku pemerintah
dalam berhubungan dengan aktor lain di lingkungan eksternal. Rencana tersebut
diwujudkan dalam langkah atau tindakan yang nyata berupa mobilisasi sumber
daya yang diperlukan untuk menghasilkan pencapaian tujuan.12
9 Banyu Perwita. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung: Rosda karya hal 35.
10 Nur Azizah. 2014. Disampaikan dalam Perkuliahan Kerjasama Humaniter Internasional pada
tanggal 14 November 2014. Program Magister Ilmu Hubungan Internasional Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
11 Opcit. hal 49.

12 Ibid.

5

PEMBAHASAN
Dalam kerja sama sains dan teknologi dengan Indonesia, Jerman
memberikan bantuan berupa hibah dalam bentuk barang dan jasa dalam rangka
bantuan proyek di mana sumber dana dalam skema ini tidak perlu dikembalikan
oleh Indonesia. Sebagai contoh untuk skema bantuan ini adalah kerja sama
pengembangan alat pendeteksi dini tsunami, di mana Jerman menghibahkan
beberapa alat dan bantuan teknik untuk pengembangan alat pendeteksi tersebut di
Aceh dan Nias pasca peristiwa tsunami tahun 2004.13 Skema hibah lainnya yang
diberikan Jerman adalah penyediaan tenaga ahli untuk melaksanakan suatu proyek
kerja sama di Indonesia. Lingkup dari pekerjaan konsultan tersebut disesuaikan
dengan skema kerja sama yang sedang berjalan. Hibah lainnya yang diberikan
Jerman untuk Indonesia adalah pelatihan pertukaran peneliti baik yang berasal
dari Jerman maupun yang berasal dari Indonesia.
Jerman telah meletakkan isu pembangunan pada posisi yang tinggi
dalam agendanya. Jerman menjadikan penurunan kemiskinan sebagai prioritas
utamanya dalam Aksi Program 2015. Kontribusi Pemerintah Jerman


dalam

mengurangi separuh kemiskinan yang ekstrim di dunia. Program ini menetapkan
pengurangan kemiskinan dunia sebagai sebuah elemen penting dalam seluruh
kebijakan politik pemerintah dan tujuan (utama) dari kerja sama pembangunan.
Pada tahun 2005 Jerman memberikan alat perbaikan sistem pasokan air
perkotaan, sehingga mengurangi risiko kesehatan dari penyakit di Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah, PDAM Bengkulu. Tahun 2002-2004 melalui
tindakan mendampingi langkah-langkah untuk operasi sektor jaringan instalasi
pengolahan dan distribusi air dalam rangka memberikan kontribusi untuk pasokan
air yang cukup di Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, PDAM
Palembang. Serta 2001-2005 di NTT dengan memastikan pasokan berkelanjutan
air bersih bagi penduduk di lima kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur.14
13 The European Union and Indonesia. 2006. European Union Development in Indonesia 2005.
Hal. 86-88
14 Ibid. Hal. 146-147

6


Kerja sama bilateral Jerman dan Indonesia dalam bidang pendidikan serta
sains dan teknologi terlihat pada kerja sama yang terjadi antara perguruan tinggi
Jerman dan Indonesia. Seperti kerja sama riset dan pendidikan. Dinas Pertukaran
Akademisi Jerman dan Kedutaan Besar Jerman di Jakarta memegang peranan
penting dalam kerja sama antar perguruan tinggi tersebut. Begitu pula kerja sama
dalam bidang sains dan teknologi yang di koordinasi oleh Kementrian Federal
bidang Pendidikan dan Riset yang bekerja sama dengan Kementrian Riset dan
Teknologi Indonesia.15
Dalam bidang sains dan teknologi terdapat peningkatan jumlah bantuan
kerja sama yang cukup signifikan. Jika pada 20 tahun pertama bidang kerja sama
dilakukan berjumlah pada delapan bidang, maka pada periode 2000 hingga 2009
terdapat 13 fokus kerja sama. Seperti kerja sama dalam bidang bioteknologi yang
bertujuan untuk mengembangkan teknologi pada industri baik di Jerman maupun
di Indonesia. Kemudian studi awal untuk merancang maritime master plan16 yang
bertujuan untuk mengembangkan potensi laut Indonesia dengan memetakan
potensi yang ada saat ini, baik dari segi potensi transportasi laut, budi daya ikan.
Jerman memberikan kontribusi dengan mengirimkan tenaga ahli untuk merancang
master plan tersebut.
Dalam studi peningkatan bantuan kerja sama sains dan teknologi yang
dilakukan oleh Jerman dan Indonesia dapat dilakukan terhadap empat prinsip

etika. Pertama, prinsip keamanan. Jerman dikenal oleh masyarakat dunia dengan
teknologi yang maju dan canggih. Teknologi yang canggih itulah yang dapat
menopang perekonomian Jerman. Pemerintah Jerman membuat strategi kebijakan
tentang arah teknologi nasional yang hendak dicapai. Salah satu strategi tersebut
adalah Asia Concept 2002. Konsep ini menjelaskan bahwa Jerman melihat Asia
sebagai kawasan yang paling penting dilihat dari sudut pandang politik, ekonomi,
serta pengetahuan dan teknologi. Jerman percaya bahwa kerja sama dengan
beberapa Negara tertentu di Asia menjadi semakin penting.

15http://www.jakarta.diplo.de/Vertretung/jakarta/id/03_20Botschaft/Botschafter__und__Abteilung
en/Die-Arbeitsbereichde-der-Botschaft-idn.html diakses pada 05 Nov 2014 (10.26 WIB)
16 Op.cit. http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=135768&lokasi=lokal

7

Kedua yaitu ekonomi. Kerja sama antar lembaga penelitian dengan
beberapa Negara merupakan syarat untuk pengembangan inovasi untuk membuka
pasar-pasar baru. Ketiga yaitu kepentingan politik. Jerman menerima tanggung
jawab internasionalnya dalam kerja sama bilateral dalam bidang pendidikan dan
riset. Kerja sama tersebut memberikan kontribusi untuk mengatasi masalah global

dan pembangunan ekonomi, sosial bagi mitra kerja sama.
Melalui kerja sama tersebut, Jerman akan dihargai oleh mitra kerja sama
dari beberapa Negara terutama Indonesia. Karena dengan kemajuan teknologi
yang dimiliki oleh Jerman, memungkinkan Indonesia untuk terus memakai
kemajuan teknologi tersebut. Hal itu dilakukan Indonesia agar dapat menghemat
pengeluaran dibandingkan jika membeli produk teknologi dengan harga lebih
murah namun berkualitas rendah. Dengan demikian, Jerman melihat penting
untuk meningkatkan bantuan kerja sama dalam bidang sains dan teknologi dengan
Indonesia.
Dengan meningkatkan kerja sama dalam bidang sains dan teknologi
dengan Indonesia, Jerman mendapatkan intensitas proyek kerja sama antar kedua
Negara dan secara tidak langsung, kerja sama antar kedua Negara akan
meningkat. Dengan demikian, para peneliti dari Jerman akan terus memiliki
peluang untuk terus melakukan pengembangan riset yang pada gilirannya akan
melahirkan hasil riset baru yang difasilitasi oleh pemerintah dan akan melahirkan
produk baru sesuai dengan kebutuhan pasar.
Dalam dokumen Indonesian-Germany Development Cooperation yang
dikeluarkan oleh Kedutaan Jerman di Jakarta pada 2002 disebutkan:
There are numerous motives for granting development
assistance. Primarily, the moral obligation towards those
who are disadvantaged in our One World. Furthermore,
there are objectives in the common interest of Germany and
its partners such as a long-term prospect for peace and
stability based on prosperity of all nations. The latter is of
crucial importance for Germany’s export-oriented economy.

8

The preservation of vital natural resources is another issue
of global significance.
Ada berbagai motif untuk memberikan bantuan pembangunan. Yang
terutama yaitu kewajiban moral terhadap mereka yang kurang beruntung dalam
satu dunia ini. Selain itu, Jerman dan mitranya juga memiliki tujuan-tujuan
bersama misalnya prospek jangka panjang bagi perdamaian dan stabilitas yang
didasarkan pada kesejahteraan semua bangsa. Perdamaian dan stabilitas tersebut
sangat penting bagi perekonomian Jerman yang berorientasi pada ekspor.
Kelestarian sumber daya alam juga merupakan isu lain dalam kepentingan global.
Dalam dokumen Indonesian-Germany Development Cooperation tersebut
juga dijelaskan tentang tujuan kebijakan pembangunan yang dimiliki oleh
Pemerintah Jerman, yaitu sebagai berikut:
German development policy aims at improving the economic
and social situation of the developing countries and the
deployment of their productive abilities with particular
emphasis on the poorest sectors of the population, providing
help for self help. In doing so, German development policy
focuses on five main conditions … they are (1) respect for
human rights, (2) participation on the population in political
decision making processes, (3) rule of law, (4) economy based
on social market principles, (5) development oriented policies of
the partner government.
Kebijakan

pembangunan

Jerman

bertujuan

untuk

meningkatkan

perekonomian dan situasi (kehidupan) sosial di negara-negara berkembang serta
membantu menerapkan kemampuan produktif mereka dengan memberikan
penekanan khusus kepada sektor masyarakat termiskin serta memberikan bantuan
agar mereka dapat membantu diri sendiri. Dengan demikian, kebijakan
pembangunan Jerman difokuskan kepada lima hal, yaitu (1) menghormati HAM,
(2) partisipasi penduduk dalam proses pengambilan keputusan politik, (3) aturan

9

hukum, (4) ekonomi berdasarkan prinsip-prinsip pasar sosial, (5) kebijakan
pembangunan yang berorientasi kepada pemerintah yang menjadi mitranya.

KESIMPULAN
Kerja sama yang dilakukan Jerman dengan Indonesia bertujuan untuk
mengembangkan riset secara bersama-sama. Kerja sama yang dilakukan Jerman
dengan Indonesia mengacu pada Asia Concept 2002 dengan empat tujuan. Yaitu,
penguatan kerja sama, eksploitasi potensi dan inovasi, intensifikasi kerja sama,
serta menguasai tantangan global. Kepentingan nasional Jerman dalam kerja sama
dengan Indonesia terlihat dalam Task of Germany Foreign Policy. Jerman melihat
bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan kemajuan
teknologi negaranya. Program kerja sama tersebut terlihat dari bantuan yang
diberikan oleh Jerman bagi Indonesia berupa alat pendeteksi dini bencana tsunami
pasca tragedi tsunami Aceh dan Nias tahun 2004. Selain itu juga bantuan alat
untuk perbaikan sistem pasukan air di perkotaan PDAM Bengkulu, Palembang,
dan Nusa Tenggara Timur. Indonesia juga diberikan bantuan berupa Asisten Ahli
untuk mengembangkan kasus dalam bidang penelitian teknologi. Hal tersebut
terlihat dari Tenaga Ahli yang diberikan Jerman guna pengembangan potensi
kelautan di Indonesia.
Dalam

dokumen

Indonesian-Germany

development

cooperation

disebutkan bahwa Jerman memiliki kewajiban moral dengan membantu Negaranegara berkembang yang kurang beruntung. Hal itu karena Jerman memiliki misi
untuk menjaga perdamaian dan stabilitas perekonomian negaranya. Lebih jauh,
kerja sama dengan Indonesia memberikan keuntungan tersendiri bagi Jerman.
Keuntungan tersebut terbagi ke dalam tiga motif, keamanan, ekonomi,dan politik.

10

DAFTAR PUSTAKA
Perwita, Banyu. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung: Rosda
karya.
Berita Kegiatan Ristek. 2003. Protokol Amandemen Perjanjian Indonesia –
Jerman. http://www.ristek.go.id/?module=News%20News&id=6446
diakses pada tanggal 02 November 2014 (19.32 WIB)
http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=135768&lokasi=lokal
diakses pada tanggal 02 November 2014 (16.55 WIB)
http://www.jakarta.diplo.de/Vertretung/jakarta/id/03_20Botschaft/Botschafter__un
d__Abteilungen/Die-Arbeitsbereichde-der-Botschaft-idn.html diakses pada
05 Nov 2014 (10.26 WIB)
Kerjasama RI-Jerman dalam Bidang Iptek dalam http://jdih.ristek.go.id/?
q=berita/kerjasama-iptek-ri-jerman-implementasi-iptek-untuk-mendukungpembangunan-nasional diakses pada tanggal 04 November 2014 (12.55
WIB)
Azizah, Nur. 2014. Diktat Perkuliahan Kerjasama Humaniter Internasional pada
tanggal 14 November 2014. Program Magister Ilmu Hubungan Internasional
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Pertemuan ke-8 Steering Committee Kerjasama Bilateral Indonesia Jerman. 2009
melalui
http://www.ristek.go.id/index.php/module/News+News/id/3697/print
diakses pada tanggal 01 November 2014 (13.13 WIB) terdapat juga dalam
Berita Kegiatan KJRI pada http://www.kjrihamburg.de/id/berita/kegiatankjri/461-kerjasama-pengelolaan-ekosistem-pesisir-indonesia-sebagai-salahsatu-upaya-memperkuat-ketahanan-pangan-indonesia.html diakses pada
tanggal yang sama.
Sejarah Hubungan Jerman - Indonesia melalui
http://www.jakarta.diplo.de/Vertretung/jakarta/id/04_20Politik/Bilaterale__
Beziehungen/seite__geschichte__beziehungen.html diakses pada tanggal 05
November 2014 (14.56 WIB)
Siaran Pers Kedutaan Besar Republik Indonesia di Berlin, Republik Federal
Jerman tahun 2010.
Tabloid Diplomasi melalui http://www.tabloiddiplomasi.org/previousisuue/170-april-2012/1395-kbri-berlin--hubungan-ekonomi-ri-jermansemakin-intens-.html diakses pada tanggal 04 November 2014 (19.21 WIB)
The European Union and Indonesia. 2006. European Union Development in
Indonesia 2005.

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24