T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kelayakan Usaha Dagang di Kawasan Wisata Gunung Andong T1 BAB IV

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Usaha dagang di Kawasan Wisata Gunung Andong
Gunung Andong terletak di Antara dua Kecamatan yaitu Kecamatan
Ngablak dan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang. Gunung Andong sendiri
memiliki tinggi kurang lebih 1.726 mdpl dan merupakan Gunung non vulkanik.
Di kaki sekitar Gunung Andong, terdapat beberapa dusun yang mengelilingi,
dusun tersebut yaitu:
a.

Disebelah timur : Dusun Sawit, Dusun Pendem, Dusun Gogik

b.

Disebelah utara : Dusun Deles, Dusun Jogoyasan, Dusun Temu,
Dusun pager Gunung, Lor Sari

c.

Disebelah barat : Dusun Kudusan, Dusun Kembangan, Dusun Bleder


d.

Disebelah selatan : Dusun Mantran, Dusun Mangli, Dusun Babadan,
Dusun Kalisat.

Dusun – dusun tersebut terbagi menjadi beberapa Desa dan Kecamatan
yaitu di Kecamatan Ngablak sebagai berikut:
a.

Desa Girirejo untuk Dusun Mantran, Dusun Sawit, Dusun Mangli,
Dusun Pendem, Dusun Gogik.

b.

Desa Deles untuk Dusun Deles, Dusun Temu dan Dusun Jogoyasan.

c.

Desa Pagergunung untuk Dusun Lor Sari dan Dusun Pagergunung.


d.

Desa Selomirah untuk Dusun Babadan dan Dusun Kalisat.

Sedangkan selain itu terdapat di wilayah Kecamatan Grabag, yaitu untuk
Dusun Kembangan, Dusun Bleder, dan Dusun Kudusan.

Tidak seluruhnya Dusun – Dusun tersebut mendirikan basecamp, kurang
lebih 4 tahun sebelumnya untuk mendaki Gunung Andong hanya ada 1 jalur
pendakian yaitu melewati Dusun Sawit atau Dusun Pendem, tetapi sekarang sudah
menjadi 6 jalur pendakian yaitu melewati Dusun Sawit, Dusun Pendem, Dusun
Gogik, Dusun Temu, Dusun Kudusan dan Dusun Kembangan. Disetiap tempat
tersebut sudah menyediakan tempat penitipan kendaraan bermotor bagi para
pendaki atau wisatawan. Selain itu beberapa rumah warga juga dijadikan menjadi
tempat – tempat istirahat bagi pengunjung yang datang. Hal inilah yang
dimanfaatkan beberapa warga dengan mendirikan usaha.
Usaha di Gunung Andong terdiri dari dua kepemilikan yaitu milik
masyarakat dan pribadi. Usaha milik masyarakat yaitu adanya pendirian basecamp
sebagai akomodasi bagi para wisatawan yang datang yaitu sebagai tempat
pendaftaran untuk naik dan juga tempat penitipan kendaraan. Hasil usaha warga

yang berbentuk uang tersebut selain sebagian disetorkan kepada Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan, digunakan juga untuk berbagai kebutuhan umum seperti
pembangunan infrastruktur sekitar basecamp, pembangunan dusun, dan
kebutuhan umum lainnya. Sedangkan usaha milik pribadi yaitu usaha di kawasan
basecamp yang dijalankan pribadi oleh warga masyarakat di sekitaran basecamp.
Usaha – usaha ini sebagian muncul sesaat setelah Gunung Andong mulai
didatangi banyak wisatawan yaitu pendaki yang berlalu lalang melewati dusun –
dusun di kaki Gunung Andong. Terhitung 12 februari 2016 berdasarkan
dilingkungan sekitaran dusun – dusun untuk mendaki Gunung Andong terdapat
dalam berbagai bentuk usaha, yaitu:

Tabel 4.1. Jumlah Usaha Di Kawasan Wisata Gunung Andong 2016 *)
No

Nama Dusun

Base

Warung MCK


camp
1

Dusun Sawit

1

Lain

Keterangan

lain
10

3

2

Lain : tambal
ban 1, asesoris 1


2

Dusun

1

2

1

-

Pendem
3

Dusun Gogik

1


3

1

1

4

Dusun Temu

1

2

1

-

5


Dusun

1

1

1

-

1

1

1

-

Tambal ban


Kudusan
6

Dusun
Kembangan

*) sumber : Data Primer Penelitian
Melihat dari data tersebut tampak bahwa Dusun Sawit merupakan tempat
yang memiliki usaha yang paling banyak dibandingkan dusun – dusun Lainnya.
Sedangkan di Dusun lain kebanyakan kurang lebih hampir sama. Usaha
kebanyakan terdapat di Dusun Sawit ternyata disebabkan beberapa faktor,
diantaranya yaitu:
a. Para pendaki lebih banyak yang melewati Dusun Sawit.
b. Dusun Sawit lebih dikenal para pendaki karena juga merupakan
basecamp yang pertama berdiri di Gunung Andong.

c. Jalur pendakian yang melewati Dusun Sawit lebih mudah jangkauannya
daripada melewati tempat lain.
Kebanyakan dari mereka mempunyai tempat tinggal yang memang dekat
dengan tempat istirahat dan penitipan kendaraan bermotor dari para pendaki yang

datang.
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1.

Aspek Pasar dan Pemasaran

4.2.1.1.

Permintaan dan Penawaran
Permintaan di Kawasan Wisata Gunung Andong adalah permintaan

yang muncul akibat adanya berbagai kebutuhan yang terjadi di Kawasan
Wisata Gunung Andong. Permintaan ini berasal dari para wisatawan dan
pendaki serta masyarakat sekitar yang memang sedang membutuhkan ketika
mereka berada di Kawasan Wisata Gunung Andong. permintaan di Gunung
Andong berupa kebutuhan makan dan minum, akomodasi dan tempat
istirahat, MCK, souvenir, transportasi, porter atau pembawa tas dan barang
– barang pendaki serta untuk penitipan kendaraan yang dibawa ketika
datang ke Kawasan ini. Para pendaki atau masyarakat akan datang langsung
ke warung – warung atau ke tempat yang memang disediakan atau bisa

menghubungi para petugas jaga dan juga pedagang secara langsung maupun
via telepon maupun media internet yaitu grup di facebook.
Sedangkan penawaran di Kawasan Wisata Gunung Andong adalah
penawaran yang muncul dari masyarakat sekitar kawasan Gunung yaitu di
lingkungan basecamp di jalur untuk mendaki Gunung Andong. Penawaran

ini juga diakibatkan karena adanya permintaan dan juga peluang karena
adanya kebutuhan yang muncul dari para wisatawan dan pendaki yang
datang dan juga masyarakat yang juga membutuhkan kebutuhan –
kebutuhan tertentu. Penawaran di Kawasan Gunung Andong berupa
penawaran untuk kebutuhan akomodasi, makan dan minum, istirahat, toilet
dan masjid, souvenir, ojek, penitipan kendaraan, penitipan helm dan porter.
Segala bentuk penawaran disediakan di Kawasan ini 24 jam kecuali untuk
kebutuhan makan dan minum yang buka tergantung banyak sedikitnya
pendatang yaitu wisatawan dan pendaki. Penawaran dalam bentuk makan
dan minum serta istirahat disediakan dalam bentuk warung lesehan yang
disitu akan ada etalase atau meja yang diatasnya disediakan aneka minuman
dan cemilan, souvenir sedangkan untuk makanan lain di sediakan tulisan
yang pembeli tinggal pesan kepada pedagang, untuk penitipan kendaraan,
masjid, MCK, penitipan helm di tempat ini disediakan lahan dan tempat

yang memang untuk keperluan tersebut, sedangkan kebutuhan ojek dan
porter yaitu dengan meminta kepada petugas jaga atau warga yang berada di
sekitar kawasan ini.
4.2.1.2.

Produk dan harga
Produk di Kawasan Wisata Gunung Andong yaitu aneka produk yang

disediakan untuk para wisatawan, pendaki dan juga warga sekitar. Produk
ini berupa aneka makanan dan minuman, alat – alat untuk mendaki dan juga
souvenir dalam berbagai bentuk yang di sediakan di warung – warung para
pedagang yang mendirikan usaha di sekitar basecamp, penitipan kendaraan

dan tempat istirahat para pendaki. Produk produk yang diperjualbelikan
berupa barang jadi dan barang setengah jadi yang diolah para pedagang di
Kawasan ini. Sedangkan harga di sini adalah harga yang dicantumkan dari
produk produk di Kawasan Wisata Gunung Andong. Jenis produk yang
berbeda juga mempunyai harga yang berbeda pula. Harga untuk penitipan
kendaraan bermotor, makanan dan minuman, souvenir, penitipan helm
merupakan harga yang tetap tidak bisa ditawar, namun ada juga untuk jasa
seperti ojek, porter maupun jasa lain tergantung bagaimana kesepakatan dari
kegiatan tawar menawarnya. Untuk lebih jelasnya produk apa saja yang
disediakan dan harganya terdapat dalam lampiran 1.
4.2.1.3.

Strategi Penjualan dan Promosi
Strategi penjualan dan promosi di Kawasan Wisata Gunung Andong

merupakan langkah - langkah yang digunakan oleh pengelola kawasan
wisata dan juga para pedagang agar dapat menarik minat para wisatawan
yang datang dan membeli serta menggunakan produk – produk yang
disediakan di Kawasan Wisata Gunung Andong. Untuk mengenalkan
Gunung Andong pihak pengelola menggunakan media internet grup di
facebook yaitu Basecamp Sawit, Taruna Jaya giri, Giri Dwipa, dan grup –
grup lain yang dibantu juga dengan para pengguna internet yang
mengunggah tentang Gunung Andong baik lewat foto fot di facebook,
twitter, instagram, youtube, dan blog - blog tentang Gunung Andong yang
bisa dicari lewat google. Sedangkan di lokasi Kawasan Wisata sendiri para
pedagang menggunakan promosi dengan menempelkan tulisan di depan

warungnya. Selain itu para pedagang yang berjualan biasanya menggunakan
promosi dengan menawarkannya secara langsung untuk beristirahat di
tempat usahanya.
4.2.1.4.

Distribusi
Kegiatan Distribusi di Kawasan Wisata Gunung Andong adalah

kegiatan yang dilakukan para pedagang untuk memenuhi kebutuhan produk
yang dibutuhkan untuk dijual kembali kepada konsumen yaitu para
wisatawan, pendaki dan juga warga yang membutuhkan. Kegiatan ini terjadi
ketika para pedagang membeli produk yang akan dijual dari para grosir atau
juga produsen di pasar – pasar terdekat ketika hari - hari pasaran jawa (pon,
wage, kliwon, legi, paing). Produk yang dibeli juga produk yang kira – kira
habis atau hampir habis, jadi produk yang dibeli tidak menentu tergantung
kebutuhan. Jadi dapat dikatakan juga bahwa pedagang di Gunung Andong
bukan merupakan produsen namun hanya pelantara antara produsen dan
konsumen akhir. Namun demikian, ada beberapa pedagang yang membeli
bahan mentah kemudian mengolahnya kembali menjadi barang jadi dalam
bentuk makanan siap saji seperti soto, nasi rames, dan juga minuman jus
buah.
Produk yang dijual oleh para pedagang di Kawasan Gunung Andong
juga dilakukan secara directselling yaitu produk tersebut dijual langsung
dengan 2 cara, yaitu menunggu pembeli dan juga menawarkan kepada
pembeli yang datang. Di bawah ini disajikan bagaimana rantai distribusi
usaha dagang di Kawasan Wisata Gunung Andong.

Produsen

Penjual Grosir
1, 2, 3....

Produsen

Pedagang di
Kawasan Gunung
Andong

Konsumen
Akhir

-

Menjual secara
langsung
Mengolah kembali
baru menjualnya

Bagan 4.1. Rantai Distribusi Pedagang di Kawasan Gunung Andong.
Berdasarkan bagan tersebut dijelaskan bahwa pedagang di Kawasan
Gunung Andong membeli produk langsung kepada produsen maupun lewat
penjual grosir. Produk yang dijual ada yang langsung dijual kembali tetapi
ada pula produk yang diolah oleh para pedagang baru kemudian dijual
kepada konsumen akhir.
4.2.2. Aspek Manajemen dan Sumber daya Manusia (SDM)
Aspek Manajemen dan SDM di Kawasan Wisata Gunung Andong adalah
segala tata kelola dan juga orang yang mengelola di Kawasan Wisata Gunung
Andong. Pengelolaan di Kawasan Gunung Andong di kerjakan oleh masyarakat di
kawasan tersebut yaitu warga yang tinggal di dusun - dusun tempat basecamp
didirikan. Untuk jaga parkir dan basecampnya dibuat sistem pergantian jaga oleh
para remaja dengan sistem upah. Waktu untuk jaga dibagi menjadi dua yaitu jaga
siang dan jaga malam. Untuk basecamp Sawit para remaja yang menjaga akan
diberikan upah Rp 20.000 per 1 kali jaga. Sedangkan untuk hari jumat sore dan

sabtu sore para orang tua biasanya akan ikut keluar untuk ikut jaga di basecamp
dan biasanya diberikan upah antara Rp 10.000 sampai dengan Rp 20.000 per
malam. Tugas dari para penjaga yaitu memastikan wisatawan yang datang
membayar tiket masuk yaitu sebesar Rp 10.000 per motor dan Rp 15.000 per
mobil dan juga memastikan bahwa kendaaraan yang dibawa oleh wisatawan
diletakkan ditempat yang sudah disediakan dan dalam kondisi yang baik – baik
saja.
Sedangkan untuk para pedagang yang membuka usaha di Kawasan Wisata
Gunung Andong usaha tersebut dijalankan oleh pemilik sendiri dan juga keluarga
serta sanak saudara dari pemilik usaha tersebut. Ketika ramai yang datang maka
pemilik akan dibantu juga oleh kerabat pemilik tersebut, namun ketika sepi maka
warung akan dijaga oleh keluarga pemilik usaha itu sendiri. Pedagang akan
menunggu di tempat usahanya dan akan melayani bagi siapa saja yang akan
membeli produk dari pedagang tersebut. Untuk usaha dagang para warga di
Kawasan Wisata Gunung Andong tidak ada manajemen penggajian. Hasil yang
diterima dari hasil penjualan selain untuk membeli keperluan penjualan sebagian
akan digunakan untuk kebutuhan bersama masing – masing pedagang.
Pendidikan dari para pedagang hanya beberapa yang tamatan SMA,
sedangkan selebihnya adalah tamatan SLTP dan SD. Usaha yang dijalankan para
warga ini tidak memandang pendidikan dari para pedagang, sebab usaha ini juga
tidak membutuhkan keahlian khusus dengan tingkat pendidikan yang tinggi.
Tingkat pendidikan dari beberapa pedagang yang diwawancarai terdapat pada
lampiran 2.

4.2.3. Aspek Hukum
Aspek hukum di Kawasan Wisata Gunung Andong adalah aturan yang
dipakai dalam mengelola usaha baik oleh pengelola usaha maupun oleh para
pedagang. Secara umum usaha yang dijalankan yaitu dengan membuka basecamp
sebagai tempat registrasi untuk naik ke Gunung Andong dan tempat menitipkan
kendaraan bermotor merupakan organisasi yang diselenggarakan oleh warga
masyarakat yang diketahui pola oleh perangkat dusun, perangkat desa, dan dinas
dinas lain seperti Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.
Lain halnya untuk keberadaan para pedagang di kawasan Gunung Andong,
keberadaan usaha dagang di Kawasan ini sendiri belum terdaftar. Para pedagang
tidak memiliki izin usaha dari departemen apapun. Dalam mendirikan usaha, para
pedagang mendirikan usaha dilahan milik sendiri yang memang sebagai tempat
tinggal atau lahan pertanian sehingga tidak ada kewajiban untuk izin pendirian
usaha. Selain itu para pedagang jua belum punya niatan untuk mendaftarkan
usahanya mengingat usaha dari para pedagang ini juga masih relatif usaha kecil –
kecilan, sehingga kemungkinan untuk menjadikan usahanya berbadan hukum
tidak dilakukan oleh para pedagang. Meskipun begitu usaha dagang ini sudah
diketahui secara umum oleh masyarakat setempat dan selama ini tidak ada
pelanggaran hukum atau masalah – masalah yang timbul dari usaha dagang para
warga.

4.2.4. Aspek Sosial
Aspek Sosial di Kawasan Wisata Gunung Andong adalah dampak yang
disebabkan dengan adanya usaha oleh masyarakat baik usaha basecamp, usaha
dagang maupun dari wisatawan yang dilihat secara sosial kemasyarakatan.
Keberadaan pedagang di kawasan Gunung Andong membawa pengaruh
positif kepada masyarakat dan juga wisatawan yang datang ke Gunung Andong.
Dari segi pedagang, pedagang sendiri merupakan warga di sekitar Gunung
Andong dan dengan adanya warga yang berjualan tersebut maka muncul lapangan
kerja baru bagi warga. Selain itu dengan menjadi pedagang maka warga dilatih
untuk berani berbicara kepada wisatawan yang tidak hanya dari wisatawan lokal
tetapi terdapat juga wisatawan dari daerah – daerah lain yang tidak menggunakan
bahasa setempat (jawa) sehingga para pedagang dituntut untuk bisa berbahasa
Indonesia dengan fasih untuk melayani konsumen.
Usaha basecamp yang merupakan usaha milik masyarakat, selain dengan
munculnya pedagang menjadikan kebutuhan warga terpenuhi, dengan adanya
usaha basecamp di Kawasan Gunung Andong membuat setiap harinya terutama
disekitaran basecamp dan ditempat – tempat warga yang berjualan bisa menjadi
tempat kumpul warga untuk saling bersilaturahmi, berbincang – bincang dan juga
memberikan suasana baru bagi warga masyarakat di sekitar Kawasan Wisata
Gunung Andong.
Sedangkan dari sisi wisatawan, adanya pedagang dikawasan Gunung
Andong memberikan kemudahan bagi para wisatawan dalam memenuhi

kebutuhan baik konsumsi dan kebutuhan lain. Selain itu karena adanya interaksi
antara warga setempat dengan para wisatawan membuat wisatawan menjadi
mengetahui bagaimana kearifan lokal yang ada di Kawasan Wisata Gunung
Andong dan sekitarnya.
4.2.5. Aspek Dampak Lingkungan
Aspek dampak Lingkungan di Kawasan Wisata Gunung Andong adalah
dampak dengan adanya usaha oleh masyarakat di Kawasan Wisata Gunung
Andong. Dampak lingkungan dengan adanya usaha ini dibagi menjadi dua yaitu
dampak negatif dan dampak positif, yaitu:
a.

Dampak positif
Dengan didirikannya usaha di Kawasan Gunung Andong membuat

banyak pendirian bangunan usaha dagang oleh para warga. Lingkungan
yang sebelumnya sepi, kurang rapi dan terkesan kurang terurus menjadi
tertata dengan baik, karena para pedagang berusaha agar menarik perhatian
wisatawan yang lewat. Tempat – tempat pembuangan sampah juga dibuat di
samping jalan untuk menyediakan sebagai tempat pembuangan limbah para
wisatawan yang datang. Selain itu akses jalan untuk ke Gunung Andong
menjadi diperbaiki karena perhatian pemerintah terhadap Gunung Andong
menjadi meningkat karena menjadi daerah tujuan wisatawan.
b.

Dampak Negatif
Dengan

didirikannya

usaha

di

Kawasan

Gunung

Andong

menyebabkan suatu masalah yaitu munculnya sampah akibat adanya jual
beli produk yang kebanyakan dari sampah usaha para warga. Ada saja

tumpukan sampah di tempat – tempat tertentu dan juga sampah yang
berserakan di sepanjang jalan di kawasan ini. Sampah – sampah ini
kebanyakan merupakan sampah plastik dan botol – botol plastik yang tidak
bisa terurai sehingga menyebabkan pemandangan di Kawasan Gunung
Andong kurang enak dipandang mata. Meski begitu masih terdapat inisiatif
warga dan pendaki yang mengumpulkan sampah dan membuangnya di
tempat yang sudah disediakan.
4.2.6. Aspek teknik dan teknologi
4.2.6.1.

Lokasi Usaha
Lokasi Usaha di Kawasan Wisata Gunung Andong adalah lokasi dari

usaha dagang oleh para warga yang berada di kawasan ini. Lokasi usaha ini
berada disepanjang jalan antara basecamp dengan kaki gunung di Kawasan
Gunung Andong dimana wisatawan memang melewati di depan para
pedagang tersebut berjualan. Beberapa warga berdagang di depan rumah
mereka sendiri dan sebagian lain mendirikan usaha di tanah tegalan milik
para pedagang tersebut.
4.2.6.2.

Bahan Baku
Bahan Baku adalah bahan yang dibutuhkan para pedagang dalam

menjalankan usaha di Kawasan Wisata Gunung Andong. Usaha dari warga
ini adalah dengan menjual barang yang memang kebanyakan barang yang
sudah jadi dan dijual kepada konsumen akhir, sehingga bahan baku dari
usaha warga ini kebanyakan langsung dibeli dari pasar di sekitarnya. Pasar –
pasar tersebut yaitu:

a. Pasar Tradisional Ngablak sekitar 3 km dari Kawasan Gunung
Andong yang ada pada hari paing dan wage.
b. Pasar tradisional Grabag sekitar 8 km dari kawasan Gunung
Andong yang setiap hari pasar tersebut ada.
c. Pasar tradisional Kaponan sekitar 9 km dari kawasan Gunung
Andong yang ada ketika hari legi dan pon.
Selain membeli barang jadi dari pasar, para pedagang juga membeli
barang setengah jadi seperti buah - buahan, bumbu, dan bahan lain
kemudian mengolahnya menjadi makanan dan atau minuman jadi.
4.2.6.3.

Tenaga Kerja
Tenaga kerja dalam usaha dagang di Kawasan Wisata Gunung

Andong adalah tenaga yang dibutuhkan dalam menjalankan usaha dagang.
dalam menjalankan usahanya, pemilik sendiri dan keluarga si pemilik yang
menjadi tenaga kerja. Tenaga kerja ini selain dibutuhkan untuk menjaga
warung setiap harinya, tenaga kerja ini juga untuk hari tertentu harus belanja
ke pasar untuk membeli segala keperluan dagang masing – masing
pedagang.
4.2.6.4.

Teknologi
Teknologi dalam usaha dagang di Kawasan Wisata Gunung Andong

adalah teknologi yang digunakan dalam kegiatan jual beli antara pedagang
dengan pembeli. Teknologi yang digunakan para pedagang masih tergolong
tradisional, karena dagangan yang diperjualbelikan juga tidak membutuhkan
alat alat khusus, hanya ada beberapa warga yang menggunakan alat – alat

modern seperti kulkas dalam proses jual beli. Selain itu proses jual beli
masih menggunakan alat tradisional yaitu dilayani tenaga kerja orang itu
sendiri.
4.2.6.5.

Layout
Kawasan Gunung andong terutama dikaki gunung dikelilingi berbagai

usaha yang dijalankan oleh para warga masyarakatnya. Sehingga untuk
mengetahui layout dari para pedagang harus dilihat secara keseluruhan.
Secara rinci layout dari usaha dagang di kawasan Gunung Andong terdapat
pada lampiran 3.
4.2.7. Aspek Finansial
4.2.7.1.

Kebutuhan dana dan Sumber dana
Kebutuhan dana usaha dagang di Kawasan Wisata Gunung Andong

adalah kebutuhan yang dibutuhkan oleh para pengusaha yang menjalankan
usahanya dimulai dari membangun usahanya sampai kebutuhan dana untuk
operasional. Kebutuhan dana yang dibutuhkan oleh pedagang bermacam –
macam tergantung skala dari usaha itu sendiri. Terutama dalam dana untuk
mendirikan usaha dan proses dari usaha dari para pedagang. Usaha yang
dijalankan oleh warga ini juga masih sangat tradisional dan menggunakan
manajemen sederhana.
Sumber dana dari beberapa warga yang menjadi pedagang di Kawasan
Gunung Andong yang disajikan dalam tabel 4.2, yaitu:

Tabel 4.2. Kebutuhan Dana Usaha Dagang di Kawasan Gunung Andong *)

No Nama Pedagang

investasi Awal

Rp
1.500.000
Rp
Wahid
2
8.000.000
Rp
Umi
2.000.000
3
Rp
Nurjanah
4
2.500.000
Rp
Takim
5
1.000.000
Rp
Eni
2.000.000
6
*) sumber : Data Primer penelitian
1

Handoko

Biaya Aktiva
Rp
800.000
Rp
4.000.000
Rp
1.000.000
Rp
1.500.000
Rp
500.000
Rp
1.200.000

modal kerja 1
bulan
Rp
700.000
Rp
4.000.000
Rp
1.000.000
Rp
1.000.000
Rp
500.000
Rp
800.000

Dari data tersebut menunjukan bahwa bapak Wahid menyiapkan
modal yang paling besar untuk usahanya yaitu sebesar Rp 8.000.000,
sedangkan bapak Takim menyiapkan modal yang paling sedikit yaitu Rp
1.000.000.
Sumber dana usaha dagang di Kawasan Wisata Gunung Andong
adalah asal usul dana yang dibutuhkan untuk kegiatan usaha. Sumber dana
yang digunakan oleh pedagang ini seluruhnya adalah berasal dari modal
sendiri, dari keluarga atau juga sanak saudara. Para pedagang tidak ada yang
mencari modal dengan meminjam dari bank atau lembaga tertentu. Apabila
meminjam maka pinjaman tersebut berasal dari sanak keluarga dan saudara
dari para pedagang itu sendiri.
4.2.7.2.

Biaya

Biaya dalam usaha dagang di Kawasan Wisata Gunung Andong
adalah biaya yang dikeluarkan oleh pedagang ketika menjalankan usaha.
Biaya ini adalah untuk kegiatan operasional yaitu biaya bahan untuk
membeli produk dari pasar, biaya transportasi, biaya listrik dan biaya lain –
lain.
Tabel 4.3. Komponen Biaya Para Pedagang
di Kawasan Wisata Gunung Andong *)
No

Nama
Pedagang

1

Handoko
Wahid

2

Umi
3

Nurjanah
4

Takim
5

Eni
6

Belanja

transportasi

listrik

lain – lain

Rp
2.500.000
Rp
6.000.000
Rp
3.000.000
Rp
2.500.000
Rp
1.000.000
Rp
2.000.000

Rp
50.000
Rp
50.000
Rp
50.000
Rp
50.000
Rp
50.000
Rp
50.000

Rp
30.000
Rp
100.000
Rp
70.000
Rp
50.000
Rp
40.000
Rp
30.000

Rp
50.000
Rp
50.000
Rp
50.000
Rp
50.000
Rp
50.000
Rp
50.000

*) Sumber : Data Primer Penelitian
4.2.7.3.

Manfaat
Manfaat dalam usaha dagang di Kawasan Wisata Gunung Andong

adalah manfaat dari hasil penjualan produk dari para pedagang. Perkiraan
pemasukan dari beberapa pedagang terdapat pada tabel 4.4, yaitu:

Tabel 4.4. Pendapatan Usaha Dagang
Di Kawasan Wisata Gunung Andong dalam satu bulan *)
No Nama Pedagang
Jumlah Pendapatan
Handoko
1
Rp
3.500.000
Wahid
2
Rp
9.000.000
Umi
3
Rp
5.000.000
Nurjanah
4
Rp
4.000.000
Takim
5
Rp
2.000.000
6 Eni
Rp
3.500.000
*) Sumber : Data Primer Penelitian

Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa Bapak Wahid memperoleh
pendapatan yang paling banyak dalam satu bulannya yaitu mencapai Rp
9.000.000, sedangkan pendapatan terendah adalah Bapak Takim yaitu Rp
2.000.000.
Setelah dikurangi dengan biaya – biaya yang dikeluarkan dalam satu
bulan, ditemukan laba bersih dari usaha dalam satu bulan. Data tersebut
disajikan pada tabel 4.5. berikut:
Tabel 4.5. Pendapatan Bersih usaha Dagang
Di kawasan Wisata Gunung Andong Dalam Satu Bulan*)
No Nama Pedagang

Pendapatan bersih

Handoko
Wahid
Umi
Nurjanah
Takim
Eni

Rp870.000

1
2
3
4
5
6

*) sumber : Data Primer Penelitian

Rp2.800.000
Rp1.830.000
Rp1.350.000
Rp860.000
Rp1.370.000

Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa laba paling banyak diperoleh
oleh Bapak Wahid dengan sekitar Rp 2.800.000 untuk setiap bulannya,
sedangkan paling sedikit yaitu Bapak Takim yang sekitar Rp 860.000.
kebanyakan Laba tersebut digunakan pedagang untuk menambah modal dan
sebagian digunakan untuk kebutuhan sehari – hari.
4.2.7.4.

Hasil Analisis
Perhitungan kelayakan finansial ini diperoleh dari data hasil

pengurangan antara aliran manfaat dengan aliran biaya. Adapun perhitungan
kelayakan finansial usaha dagang di Kawasan Gunung Andong adalah
sebagai berikut:
Hasil perhitungan dari kelayakan usaha meliputi ARR, IRR, PP dan IP
diperoleh dari hasil pengurangan antara kas manfaat dan kas biaya.
Sedangkan untuk perhitungan payback periode tidak dijadikan hasil untuk
menentukan layak tidaknya usaha akan tetapi sebagai jangka waktu
pengembalian investasi. Untuk NPV juga tidak dapat diperhitungkan karena
perhitungan usaha dagang ini masih sederhana tidak ada diskonto yang
ditetapkan oleh pedagang sehingga dapat diketahui bahwa NPV adalah 0.
Adapun hasil analisisnya terdapat pada tabel berikut:
a.

Payback Periode
Dengan analisis ini maka dapat dipertimbangkan pengembalian pada

saat investasi. Perhitungan ini memperhitungkan modal awal dengan
pendapatan yang diperoleh hingga mencapai modal awal dari usaha. Untuk
mengetahui bagaimana cara menghitung payback periode disajikan pada

lampiran

4. Hasil dari perhitungan tersebut disajikan pada tabel 4.5.

berikut:
Tabel 4.5. Hasil Analisis Payback Periode pedagang
di Kawasan Wisata Gunung Andong *)
No

Nama Pedagang

Payback Periode/ Hari
13

Handoko
1
Wahid
2
Umi
3
Nurjanah
4
Takim
5
Eni
6
*) Sumber : Data Primer Penelitian

27
12
19
15
17

Berdasarkan tabel tersebut maka jangka waktu pengembalian investasi
antara pedagang satu dengan yang lainnya berbeda beda. Ibu Umi mempunyai
jangka pengembalian investasi yang paling cepat karena hanya dengan waktu 12
hari sudah memperoleh pendapatan yang senilai dengan modal awal investasi.
Sedangkan Bapak Wahid mempunyai jangka waktu pengembalian paling lama
yaitu 27 hari untuk memperoleh modal investasi awal kembali. Dalam
memperoleh

jangka

waktu

pengembalian

awal,

para

pengusaha

tidak

membutuhkan waktu yang terlalu lama.
b.

Average Rate of Return (ARR)
Analisis dengan menghitung tingkat pengembalian investasi yang

dihitung dengan mengambil arus kas masuk dan membaginya dengan
jumlah tahun dalam kehidupan investasi.
ARR dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Rata – rata EAT : Rata rata Investasi X 100%
Dari rumus berikut maka dapat disajikan dengan tabel 4.7. sebagai berikut:
Tabel 4.7. Average Rate of Return (ARR) usaha Dagang
di Kawasan Wisata Gunung Andong *)
Rata Rata
pendapatan
No Nama Pedagang
Rata rata Investasi
ARR (%)
Handoko
1
Rp870.000
Rp2.630.000
Wahid
2
Rp2.800.000
Rp9.000.000
Umi
3
Rp1.830.000
Rp5.000.000
4 Nurjanah
Rp1.350.000
Rp4.000.000
5 Takim
Rp860.000
Rp2.000.000
6 Eni
Rp1.370.000
Rp3.500.000
*) Sumber : Data Primer Penelitian

33
31
37
34
43
39

Dari tabel tersebut menggambarkan bahwa kegiatan usaha dari seluruh
pedagang adalah layak untuk dilanjutkan karena mempunyai ARR yang paling
rendah yaitu Bapak Wahid yaitu 31 %, sedangkan ARR paling tinggi yaitu bapak
Takim yaitu 43 %.
Jika ARR dibawah 0% maka dikatakan usaha tersebut menimbulkan
kerugian, jika ARR sama dengan 0% maka usaha tersebut impas, jika ARR lebih
dari 0% maka usaha tersebut dapat dikategorikan layak.
Pada usaha dagang di Kawasan Wisata Gunung Andong ARR paling rendah
adalah 31 % atau lebih dari 0 % . sehingga usaha dagang yang dijalankan di
Kawasan Wisata Gunung Andong layak.